STANDARISASI SEDIAAN DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) SECARA KLT- DENSITOMETRI MENGGUNAKAN APIGENIN SEBAGAI PARAMETER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SIBUTRAMIN HCl DALAM KAPSUL HERBAL PELANGSING SECARA KLT-DENSITOMETRI ANGELINA FAUSTINE

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA KIMIA DARI FRAKSI KAYU SANREGO (Lunasia amara Blanco) SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

: Jamu Flu Tulang. Jamu. Jamu Metampiron. Metampiron ekstraksi. 1-bubuk. Jamu. 2-bubuk. Tabel 1 Hasil Reaksi Warna Dengan pereaksi FeCl3

APRIALIA RIESIANE HARIYANTO

Agustiningsih. Achmad Wildan Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang. Mindaningsih Sekolah Menengah Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang

BAB 3 METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

Standardisasi ekstrak herba pegagan (Centella asiatica.(l.).urban) berdasarkan kadar asiatikosida secara KLT-densitometri

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

PRASILIA NOERICA

IDENTIFIKASI FLAVONOID DAUN TEH HIJAU (Camelia sinensis L. Kuntze) SECARA REAKSI WARNA DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Afriani Kusumawati

Lampiran 1. Lampiran Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID PADA DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.) Merr)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

PEMANFAATAN METODE KLT- SPEKTROFOTODENSITOMETRI UNTUK MENENTUKAN SIDIK JARI KROMATOGRAFI EKSTRAK ETANOL HERBA SELEDRI. (Apium graveolens Linn.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

PHARMACY, Vol.12 No. 02 Desember 2015 ISSN ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA PENANDA DARI DAUN JAKANG (Muehlenbeckia platyclada MEISSN)

Hayun, Nelly D. Leswara dan Camelia D.P. Masrijal Departemen Farmasi FMIPA-UI, Kampus UI Depok, ABSTRACT

PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP KADAR ANTOSIAN PADA KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

IDENTIFIKASI SILDENAFIL SITRAT DALAM KOPI GRENG DAN MINUMAN HERBAL PENAMBAH STAMINA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

UJI METABOLIT SEKUNDER AIR PERASAN KULIT BUAH NAGA DAGING PUTIH ( Hylocereus undatus )SERTA PROFIL KROMATOGRAMNYA

RatnaDjamil, WiwiWinarti, Indah Yuniasari FakultasFarmasiUniversitasPancasila, Jakarta 12640,Indonesia

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB II METODE PENELITIAN

OLEH Burhanuddin Taebe Andi Reski Amalia Sartini

FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA

Ros Sumarny, Ratna Djamil, Afrilia Indira S. FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA rosaries15@yahoo.com ABSTRAK

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL, PROPIFENAZON DAN KAFEIN DARI SEDIAAN TABLET DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DENSITOMETRI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

OPTIMASI KONSENTRASI PELARUT EKSTRAKSI EUGENOL. DARI RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

PHARMACY, Vol.13 No. 01 Juli 2016 ISSN

ABSTRAK. Kata kunci : Flavonoid, fase n-butanol, Averrhoa bilimbi Linn, oxalidaceae, penapisan fitokimia, spektrofotometri ultraviolet-cahaya tampak.

IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM FASE n-butanol DARI EKSTRAK METANOL DAUN MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl

POTENSI PENANGKAPAN RADIKAL BEBAS HASIL HIDROLISIS EKSTRAK ETANOL DAUN KEPEL (Stelechocarpus burahol, (Bl.) Hook f. & Th.) DENGAN METODE DPPH

IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN KIMIA OBAT PARASETAMOL PADA JAMU ASAM URAT YANG BEREDAR DI KECAMATAN SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ETIL ASETAT DAN EKSTRAK METANOL

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle) merupakan buah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK ETANOL DAUN INGGU

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... KATA PENGANTAR...

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

5. Media Mekanisme kerja antimikroba Pengukuran aktivitas antibiotik Ekstraksi Kromatografi Lapis Tipis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

Isolasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr), Euphorbiaceae

Transkripsi:

Majalah Farmasi Indonesia 12 (2), 5964, 2001 STANDARISASI SEDIAAN DAUN SELEDRI (Apium graveolens L.) SECARA KLT DENSITOMETRI MENGGUNAKAN APIGENIN SEBAGAI PARAMETER STANDARDIZATION OF CELERY LEAVES PREPARATION (Apium graveolens L.) BY THIN LAYER CHROMATOGRAPHIC DENSITOMETRY USING APIGENIN AS PARAMETER Djatmiko M. * dan Pramono S. ** * P.T. Phapros Tbk Semarang dan ** Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Dalam rangka penerapan metode standarisasi terhadap sediaan obat tradisional secara tepat, telah dilakukan tahaptahap standarisasi suatu sediaan daun seledri (Apium graveolens L.) secara KLT densitometri dengan kandungan aktif apigenin sebagai parameter standar sediaan yang berindikasi antihipertensi. Penetapan linearitas, batas deteksi minimal dan presisi apigenin pembanding dilakukan dengan metode KLT densitometri menggunakan fase diam silica gel GF 254 dan fase gerak kloroform methanol air ( 70 30 6,5 v/v) pada serapan maksimal 340 mm. Akurasi penetapan kadar ditetapkan sebelum dilakukan penetapan kadar sediaan dengan apigenin sebagai parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode KLT densitometri menunjukkan linearitas (r = 0,9994) dan presisi (koefisien variasi : 6,6 %) yang baik untuk apigenin pembanding dengan baik, deteksi minimal 3 g. Akurasi penetapan kadar mencapai 89,6%.Kadar apigenin dalam sediaan kapsul yang diuji adalah 0,017%. Kata Kunci : Apium graveolens L., apigenin, KLT densitometri. ABSTRACT In order to apply a standardization method on herbal medicines or pharmaceuticals, a thin layer chromatographicdensitometry was used to determine apigenin as the active constituent of celery extract formulated in a capsule dosage form. Silica gel GF 254 and chloroform methanol water (70 30 6,5 v/v) were used as stationary and mobile phases, respectively. The areas of apigenin were evaluated at 340 mm using a TLCScanner. The limit of detetion was 3 g and the accuracy was 89,6% after first extraction prosedure applied on celery capsules. The apigenin content was 0,017 %. Key Words : Apium graveolens L., apigenin, TLC densitometry. PENDAHULUAN Majalah Farmasi Indonesia, 12(2),2001 59

Standarisasi Sediaan Daun Seledri... Apium graveolens L. dikenal dengan nama daerah seledri, merupakan tumbuhan suku Apiaceae atau Umbelliferae yang tumbuh di ketinggian 1000 1500 meter diatas permukaan laut. Daun tumbuhan ini, selain digunakan sebagai sayur penyedap masakan, telah secara turun temurun digunakan sebagai obat tradisional untuk hipertensi, gout, penambah nafsu makan (Perry, 1980). Kandungan kimia yang telah dilaporkan termasuk dalam golongan minyak atsiri, flavonoid, kumarin, karbohidrat. Salah satu senyawa flavonoid yang turut berperan sebagai kandungan aktif antihipertensi adalah apigenin, suatu flavon dengan gugus hidroksi bebas pada atom karbon nomor 5,7 dan 4 (Duke, 2001). Dalam rangka program standarisasi sediaan fitofarmaka yang mengandung daun seledri telah dilakukan standarisasi sediaan kapsul dengan apigenin sebagai parameter kadar dan ditetapkan secara KLTdensitometri, sesuai dengan ketentuan Departemen Kesehatan tentang parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat (Anonim, 2000). Parameter standar ini telah diterapkan pada berbagai tumbuhan obat (Pramono, dkk, 2000). METODOLOGI Bahan. Apigenin sebagai baku pembanding diperoleh dari laboratorium Biologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Sediaan kapsul yang mengandung daun seledri diperoleh dari pasaran. Bahan kimia untuk ekstraksi dan kromatografi lapis tipis berupa etanol, lempeng silica gel GF 254, fase gerak kloroform; metanol; air ( 70 20 10 v/v ) berderajad pro analisa buatan E.Merck. Penetapan spesifisitas apigenin baku pembanding. Dibuat profil kromatogram pada KLT dan spektrofotometri UVvis dengan berbagai pereaksi diagnostik yaitu natrium hidroksida, natrium asetat, asam borat, aluminium klorida, asam klorida. Data spectra dibandingkan dengan data yang ada pada buku The Systematic Identification of Flavonoids (Mabry, dkk, 1970) Analisis apigenin Ditimbang seksama apigenin baku pembanding 10 mg. Dilarutkan dalam 10 ml metanol p.a. dalam labu takar. Sejumlah 10 l, 20 l, 15 l, 7 l dan 12 l larutan apigenin baku ditotolkan dengan menggunakan pipet Langendorf pada lempeng silica gel GF 254, kemudian dieluasi menggunakan fase gerak kloroformmetanolair (70 : 30 : 6,5, v/v) dengan jarak rambat 8 cm. Sebelum diukur data kromatogramnya, dilakukan lebih dahulu deteksi dengan lampu UV 254, UV 366 dan uap amoniak guna mengetahui lokasi bercak. Penetapan batas deteksi minimal apigenin. Sejumlah 1 l, 2 l, 3 l, 4 l, dan 5 l larutan baku pembanding apigenin ditotolkan dan dikembangkan pada system kromatogram seperti sebelumnya dan diukur secara KLT densitometri. Konsentrasi yang masih dapat dideteksi dengan KLTdensitometer dicatat luas puncak bercaknya untuk menetapkan batas deteksi minimal. Penetapan presisi apigenin pembanding. Sejumlah 20 l larutan apigenin baku pembanding ditotolkan pada lempeng silica gel GF 254 dan diulangi berjajar sebanyak 5 totolan, kemudian dikembangkan dengan system seperti sebelumnya. Luas puncak masingmasing bercak dicatat dengan KLTdensitometer untuk melihat presisi penetapan kadarnya. Penetapan akurasi apigenin dalam sediaan seledri. Sediaan yang akan dianalisis ditimbang sebanyak 5,0 gram, ditambah metanol 7 ml dalam tabung reaksi bertutup, ultrasonik selama 20 menit. Saring dengan kertas saring ke dalam labu takar. Cuci serbuk dengan metanol secukupnya sehingga volume larutan menjadi 10,0 ml (sari pertama). Masukkan kembali serbuk bahan uji yang telah diekstraksi ke dalam tabung reaksi, tambahkan 7 ml metanol, kemudian ultrasonik selama 20 menit. Saring dengan kertas saring pertama ke dalam labu takar. Cuci serbuk dengan metanol Majalah Farmasi Indonesia, 12(1), 2001 60

Djatmiko M. secukupnya sehingga volume menjadi 10,0 ml (sari kedua). Totolkan sejumlah 20 l sari pertama dan kemudian pada titik penotolan kedua sejumlah 20 l sari kedua. Sistem kromatogram yang digunakan sama dengan sebelumnya. Catat luas puncak secara KLT densitometri. Penetapan kadar apigenin dalam sediaan seledri. Sejumlah 20 l sari pertama sediaan yang diperoleh pada penetapan akurasi apigenin ditotolkan pada titik penotolan kedua setelah pada titik penotolan pertama ditotolkan 20 l larutan baku pembanding apigenin. Pada titik penotolan ketiga dan keempat ditotolkan kembali sebagai ulangan sejumlah 20 l sari pertama sediaan yang diuji. Catat luas puncak masingmasing bercak. HASIL DAN PEMBAHASAN Spesifikasi apigenin baku pembanding. Data Kromatogram apigenin baku pembanding dan sediaan daun seledri dapat dilihat pada gambar 8,0 Ag 6,0 Ap 4,0 2,0 S P 0,0 Gambar Kromatogram lapis tipis silica gel GF 254, fase gerak kloroform : metanol : air (70 : 30 : 6,5 v/v ). Deteksi UV 366 nm S = Sediaan daun seledri P = Pembanding Apigenin Ag = Apigenin Ap = Apiin Spesifikasi data tersebut adalah fase diam Silika gel GF 254, fase gerak Kloroform Metanol Air ( 70 : 30 : 6,5 ), Rf. 0,70; fluoresensi ungu gelap berubah coklat kekuningan dengan uap amoniak. Majalah Farmasi Indonesia, vol. 12(1), 2001 61

Standarisasi Sediaan Daun Seledri... Tabel I. Spektra UVvis apigenin baku pembanding Data I Data II Metanol NaOH Na Asetat H 3 BO 3 Al Cl 3 AlCl 3 /HCl 340,4 379,6 499,2 340,4 343,2 342,0 380,8 373,2 264,4 265,6 280,2 268,4 276,4 275,6 297,2 (b) 338,8 298,4 Pene tapan linearitas apigenin. Tabel II. Data pengukuran luas puncak apigenin pada penetapan linearitas. No. l Kedudukan Luas Puncak Kadar Luas Puncak 1 10 18,7 16,918 15,6 2 20 34,5 32,646 30,2 3 15 47,4 25,356 23,5 4 7 59,2 12,850 11,8 5 12 70,4 20,384 18,9 Total = 100,0 Setelah dihitung diperoleh persamaan garis lurus : Y = bx + a menjadi = Y = 1,545 + 1,857 a = 1,857 b = 1,545 Y = 1,545 x + 1,857 Koefisien korelasi r = 0,999 Hasil penetapan batas deteksi minimal apigenin Tabel. III. Data luas puncak kromatogram pada berbagai kadar yang ditotolkan. No. l Kedudukan Luas Puncak Kadar Luas Puncak 4. 5. 1 2 3 4 5 3,4 mm 11,2 mm 19,8 mm 28,7 mm 36,2 mm 6,304 11,978 14,992 18,9 35,9 45,0 Total 33,275 99,8 % Terlihat pada data yang terekam bahwa batas volume penotolan larutan baku yang masih dapat terdeteksi dengan KLTdensitometri adalah 3 l yang setara dengan 3 g apigenin. Hal ini mempunyai arti bahwa jika dalam suatu sediaan yang akan ditetapkan mempunyai kandungan apigenin kurang dari 3 g harus ditimbang sejumlah bahan uji sedemikian sehingga setelah ekstraksi dan ditotolkan kadarnya harus lebih dari 3 g dihitung sebagai apigenin. Penetapan presisi apigenin Tabel IV. Data hasil penetapan presisi apigenin berdasarkan luas puncak masingmasing bercak. Majalah Farmasi Indonesia, 12(1), 2001 62

Djatmiko M. No. Kedudukan Luas Puncak Kadar Luas Puncak 4. 5. 61,3 73,2 85,0 96,2 108,4 22,356 27,980 23,080 23,560 23,598 17,9 22,4 18,5 18,8 18,9 Total 120,577 96,50 % Rerata luas puncak (x) SD = 24,115 1,586 SD 1,586 x 24,115 Dilihat dari Koefisien variasi yang hanya 6,6 % menunjukkan bahwa penetapan kadar apigenin secara KLT densitometri mempunyai tingkat presisi yang baik. Hasil penetapan akurasi apigenin dalam sediaan seledri Tabel V. Contoh data hasil penetapan akurasi apigenin dalam sediaan seledri yang diperiksa. No. Kedudukan Luas Puncak Kadar Luas Puncak 24,7 41,2 184,577 112,34 89,6 7,9 Total 97,5 VI. Pada percobaan yang diulang sebanyak 3 kali diperoleh prosentase relatif seperti terlihat pada tabel Tabel VI. Prosentase relatif apigenin yang terekstrasi No. Pengulangan Ekstraksi Pertama Ekstrasi Kedua Ekstrasi Ketiga 1 2 3 88,9 % 89,6 % 89,5 % 8,1 % 7,9 % 7,9 % Rerata 89,3 8,0 Terlihat bahwa dengan cara ekstrasi menggunakan metanol, diperoleh kadar apigenin yang tersari pada penyarian pertama mencapai 89,6 %, sedangkan pada penyarian kedua terhadap sisa bahan uji sebesar 8,0. Hal ini menunjukkan bahwa jika penetapan kadar sediaan dilakukan dengan sekali ekstraksi maka hasilnya harus dikalikan 100 dibagi 89, Jika diinginkan ekstraksi total maka harus dilakukan dua kali guna mencapai 100 % sehingga benarbenar mencerminkan keseluruhan kadar apigenin dalam sediaan. Hasil penetapan kadar apigenin dalam sediaan seledri. Penetapan kadar apigenin dalam sediaan dapat dilakukan melalui penggunaan kurva baku atau dengan perbandingan luas puncak secara langsung antara bercak apigenin dari sediaan dan baku pembanding Majalah Farmasi Indonesia, vol. 12(1), 2001 63

Standarisasi Sediaan Daun Seledri... yang ditotolkan dalam satu lempeng dan dieluasi bersama. Berdasarkan pengalaman, cara kedua memberikan hasil yang lebih tepat. Tabel VII. Data hasil penetapan luas puncak apigenin dalam sediaan seledri. No. Kedudukan Luas Puncak Kadar Luas Puncak 18,0 666,564 79,9 (Pembanding) 33,6 51,217 6,1 N1 46,8 59,113 7,0 N2 4. 58,5 56,810 6,8 N3 Jika luas puncak apigenin dalam sediaan dipurata N1 + N2 + N3 = 6,1 + 7,0 + 6,8 = 7,3 3 3 Kadar apigenin dalam sediaan dapat dihitung berdasarkan rumus = As Cp 7,3 0,1 X % = X = 0,017 % Ap Cs 79,9 50 As Ap Cp Cs = luas puncak sample = luas puncak pembanding = kadar pembanding = kadar uji. Jika dilihat kadar apigenin dalam sediaan yang relatif kecil, timbul pertanyaan tentang efektivitas sediaan tersebut sebagai obat anti hipertensi. Akan tetapi pertanyaan ini dapat terjawab oleh kenyataan bahwa flavonoid yang bertanggung jawab terhadap efek penurunan tekanan darah tidak hanya apigenin dan di dalam daun seledri terdapat flavonoid lain seperti apiin, luteolin, isoquersitrin dan sebagainya yang dalam pustaka disebutkan juga mempunyai efek tekanan darah (Duke, 2001). Oleh sebab itu disarankan untuk standarisasi sediaan seledri kalau kaitannya dengan efek penurun tekanan darah dilengkapi dengan penetapan kadar flavonoid total secara spektrofotometri (Masruhen, 2000). KESIMPULAN. Apigenin dapat digunakan sebagai parameter standarisasi sediaan daun seledri secara KLTdensitometriritas, presisi dan akurasi yang baik, dengan batas deteksi 3 g. Disarankan untuk melengkapi metode standarisasi dengan penetapan kadar total flavonoid dalam sediaan. DAFTAR PUSTAKA. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Dep.Kes. RI, Jakarta, 3738. Duke, 2001, Phytochemical Database, Beltswille Agricultural Research Centre, Beltswille, Maryland, (http://www.arsgrin.gov/cgiin/duke/pharmacyscrollpl). Perry L.M, 1980, Medicinal Plants of East and Southeast Asia, The Mitch Press, Massachusetts, 41 Pramono S, Bayumurti Y, Santoso D, 2000, Penetapan Bilangan Parameter Standarisasi Mutu Ekstrak Simplisia Cabe Jawa, Laporan Uji Laboratorium, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta, 2429. Majalah Farmasi Indonesia, 12(1), 2001 64

Djatmiko M. Mabry T.J., Markham K.R., Thomas M. B., 1970, The Systematic Identification of Flavonoids, Springer Verly; Berlin, 1825. Masruhen, 2000, Perbandingan Kadar Flavonoid dan Daya Antihipertensi Sari etanol 50 % Daun dan Biji Seledri (Apium graveolus L.) Terhadap Tekanan Darah Sistemik Kucing Dianestesi, Skripsi, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta, 10 1 Majalah Farmasi Indonesia, vol. 12(1), 2001 65