Gedung Pertemuan di Kabupaten Nganjuk (Studi Pendekatan Sistem Penghawaan Alami)

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Desain Ventilasi Alami dengan Metode Computational Fluid Dynamic Software Ansys Workbench pada Gedung Olahrga

Sistem Ventilasi Alami sebagai Dasar Perancangan JFC Center di Kabupaten Jember

Pengaruh Bukaan Terhadap Kenyamanan Termal Pada Ruang Hunian Rumah Susun Aparna Surabaya

Jendela sebagai Pendingin Alami pada Rusunawa Grudo Surabaya

Perancangan Wisma Atlet di Kota Malang dengan Penerapan Sistem Ventilasi Alami

EVALUASI PENGHAWAAN ALAMI RUANG KELAS DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SIMULASI CFD

Sistem Penghawaan Alami Ruang Produksi Batik Barong Gung di Tulungagung

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

PENGALIRAN UDARA UNTUK KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS DENGAN METODE SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISA ECOTECT ANALYSIS DAN WORKBENCH ANSYS PADA DESAIN DOUBLE SKIN FACADE SPORT HALL

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

SOLUSI VENTILASI VERTIKAL DALAM MENDUKUNG KENYAMANAN TERMAL PADA RUMAH DI PERKOTAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Studi Pendinginan Pasif dalam Bangunan Pendidikan Bahasa di Kawasan Kampung Inggris Pare

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

Optimalisasi Kinerja Pencahayaan Alami pada Kantor (Studi Kasus: Plasa Telkom Blimbing Malang)

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bentuk massa bangunan berdasar analisa angin dan matahari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Lingkungan II e-issn Padang, 19 Oktober 2016

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya!

berfungsi sebagai tempat pertukaran udara dan masuknya cahaya matahari. 2) Cross Ventilation, yang diterapkan pada kedua studi kasus, merupakan sistem

Kecepatan angin meningkat pada rasio H/W kecil dan sebaliknya Jarak >, rasio H/W < Kecepatan angin tinggi pada rongga yang dipengaruhi elevasi

PENERAPAN KONSEP PENGHAWAAN ALAMI PADA WISMA ATLET SENAYAN

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERLETAKAN JALUSI ADAPTIF PADA KORIDOR

PENGHAWAAN DALAM BANGUNAN. Erick kurniawan Harun cahyono Muhammad faris Roby ardian ipin

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

Djumiko. Kata kunci : ventilasi alami, ventilasi gaya thermal, ventilasi silang, kenyamanan.

ASPEK TANGGAP IKLIM PADA PERANCANGAN SMK MULTIMEDIA DI KOTA YOGYAKARTA

BAB V. Konsep. bangunan. memaksimalkan potensi angin yang dapat mengembangkan energi

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Rekayasa Desain Bukaan Atap dan Dinding Untuk Meningkatkan Performa Termal Bangunan (Studi Kasus: Pendopo Agung Taman Krida Budaya Malang, Jawa Timur)

Kinerja Sistem Ventilasi Alami Ruang Kuliah

Pengembangan RS Harum

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

Penghawaan Alami Pada Unit dan Koridor Rusunami The Jarrdin

RESORT BATU AMPAR BALI DENGAN KONSEP VENTILASI SILANG MELALUI RASIO BUKAAN RAGAM HIAS. Erick Christ P.S, Jusuf Thojib, Indyah Martiningrum ABSTRAK

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

BAB III PERMASALAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN. menurunkan nilai koefisien kecepatan udara (blocking effect) dalam ruang

lib.archiplan.ugm.ac.id

Gambar 3.2 Pola Penataan Bangunan Obyek Penelitian

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN CATATAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

Transfer Termal pada Selubung Bangunan SMPN 1 Plandaan Jombang

REDESAIN RUSUNAWA MAHASISWA PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO DENGAN PENDEKATAN KENYAMANAN TERMAL

BAB IV ANALISA. Heri Priana / Rusunawa di Otista

APARTEMEN DENGAN MENERAPKAN SIRIP PENANGKAL SINAR MATAHARI KINETIS DI DEPOK

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

Bab V Konsep Perancangan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

II.2. PUSAT KERAJINAN DAN KESENIAN II.2.1 PENGERTIAN PUSAT KERAJINAN DAN KESENIAN II.2.2 FUNGSI PUSAT KERAJINAN DAN KESENIAN II.2.3

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Sistem Ventilasi Alami pada Perancangan Pasar Ikan di Kota Pasuruan

BAB 1 PENDAHULUAN. letaknya ini, matahari dapat bersinar di wilayah Indonesia selama 12 jam per

BAB VI KONSEP. Gambar 6.2 Penempatan Akses Masuk Sumber : Gregorius,

TESIS EVALUASI KUALITAS LINGKUNGAN DALAM RUANG PADA KANTOR PT. R.T.C DARI ASPEK TERMAL DAN PENCAHAYAAN

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

KAJIAN BUKAAN TERHADAP PENDINGINAN ALAMI RUANGAN PADA BANGUNAN KOLONIAL DI MALANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN

KAJIAN KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN STUDENT CENTER ITENAS BANDUNG

Pengaruh Desain Fasade Bangunan terhadap Distribusi Pencahayaan Alami pada Gedung Menara Phinisi UNM

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III TINJAUAN KHUSUS

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

PENGARUH BUKAAN TERHADAP KENYAMANAN SUHU PADA MASJID JAKARTA ISLAMIC CENTER

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

BAB VII PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEDUNG KULIAH SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO

Transkripsi:

Gedung Pertemuan di Kabupaten Nganjuk (Studi Pendekatan Sistem Penghawaan Alami) Auni Intan Pertiwi, Jusuf Thojib 2, Nurachmad Sujudwijono 2 Mahasiswa Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Alamat Email penulis : auni.intan@gmail.com ABSTRAK Gedung pertemuan dengan kapasitas pengunjung yang besar membutuhkan penghawaan yang baik untuk menjaga kenyamanan lingkungan bangunan. Kabupaten Nganjuk berada di iklim tropis dengan potensi angin yang sangat besar dan penghawaan alami masih sangat mungkin diterapkan pada bangunan. Strategi yang digunakan adalah penghawaan silang dan stack effect. Faktor yang mempengaruhi penghawaan alami antara lain bentuk massa, orientasi inlet-outlet terhadap arah angin, bentang-tinggi bangunan, rasio jendela dan jenis jendela. Menggunakan metode pragmatis sebagai metode perancagan dengan cara simulasi desain untuk mengetahui kecepatan, kemerataan udara dalam ruang. Simulasi menggunakan Computational Fluid Dynamic software Ansys Workbench. Hasilnya bentuk massa persegi, orientasi inlet tegak lurus dengan arah angin, bentang bangunan 0 m, tinggi bangunan 0 m, rasio jendela antar inlet-outlet sama, luas jendela>0% dari luas lantai mengha i an ecepatan angin 0, -, m dengan efe pen ega an be upa penu unan uhu anta a, -, i an angin merata pada seluruh. Kata Kunci : gedung pertemuan, sistem penghawaan alami, angin ABSTRACT Convention hall with large capacity of visitors require good ventilation to maintain the comfort of the building environment. Nganjuk are in a tropical climate with enormous wind potential and natural ventilation may still be applied to the building. Using cross ventilation and stack effect for ventilation strategy. Factors affecting natural ventilation among other forms of mass, the orientation of the inlet-outlet to the wind direction, high-span buildings, the ratio of windows and type of windows. This research is using a pragmatic method as a method of designing by design simulation to determine speed and air evenness in the room. Using simulation of Computational Fluid Dynamic by Ansys Workbench software. The result is the mass square, the orientation of inlet perpendicular to the wind direction, spans the building 0 m, height of building 0 m, the ratio of the window between the inlet-outlet are same, window area> 0% of the floor area make a generate wind speeds of 0.6 to.6 m / s inside of room with a refreshing effect b decrea e temperat re between, -2,2 ind flow evenly throughout the room. Keywords : convention hall, natural ventilation system, wind. Pendahuluan Kondisi iklim Kabupaten Nganjuk cenderung panas dengan suhu rata-rata mencapai,6⁰c di musim kemarau. Kecepatan angin rata-rata dalam satu tahun,0 m/s. Pada saat musim kemarau potensi angin sangat besar mencapai 2,57 m/s. Potensi angin ini ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal untuk penghawaan alami dalam bangunan. Kajian ini membahas gedung pertemuan terbesar di Kabupaten Nganjuk yaitu gedung Juang 45. Gedung ini digunakan untuk acara pertemuan, pameran,

pertunjukan dan resepsi baik pada tingkat daerah maupun tingkat provinsi. Pada kenyataannya Gedung Juang 45 di desain tertutup tanpa ada ventilasi alami dan membuat sirkulasi udara di dalam ruang sangat kurang, padahal sumber daya alam berupa angin yang dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan alami pada bangunan sangat melimpah. Potensi alam berupa angin yang belum termanfaatkan ini seharusnya menjadi dasar perancangan bangunan. Gedung pertemuan dengan kapasitas pengguna yang banyak membutuhkan ventilasi alami untuk memperbaiki kualitas udara di dalam ruang dan melepas panas. Ventilasi alami yang dapat diterapkan pada iklim tropis dalam gedung pertemuan adalah sistem ventilasi silang dan stack effect. Sistem tersebut akan dianalisis dan disesuaikan dengan kebutuhan dalam ruang. Selain masalah penghawaan, gedung berada pada area padat bangunan yang tidak memungkinkan lagi dilakukan pengembangan, oleh sebab itu akan dilakukan pemilihan lokasi baru. Perancangan gedung pertemuan di tapak yang baru juga didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk lewat Dinas Pu.Cipta Karya dimana dalam rencana pembangunan daerah akan merencanakan pembangunan gedung pertemuan di lahan yang baru atas dasar evaluasi dari gedung pertemuan yang sudah ada yang dinilai kurang layak dari berbagai aspek. Perancangan ini diharapkan dapat menciptakan desain yang mampu memberikan kenyamanan lingkungan bangunan dengan memanfaatkan potensi alami angin untuk menunjang sistem penghawaan alami pada bangunan. 2. Bahan dan Metode 2. Tinjauan Pustaka Ventilasi alami diartikan sebagai proses bergantinya udara dalam ruang dengan udara segar dari luar ruangan tanpa bantuan peralatan mekanik (Satwiko, 2009:4). Dalam SNI 0-6572-200 ventilasi alami harus disediakan tidak kurang dari 0% dari luas lantai. Aliran udara yang baik dalam ruang adalah ventilasi silang dengan kedalaman ruang hingga lima kali tinggi bangunan (Levin, 2009). Kecepatan angin yang dapat diterima oleh manusia di dalam ruang minimal 0, m/detik (Mangunwijaya, 997:5). Kecepatan angin maksimal yang bisa diterima manusia dalam ruang,5 m/detik (efek penyegaran penurunan suhu, -, dan minima da i 0, m deti (Frick, 2008). Berdasarkan peraturan SNI 690 : 20 gedung harus memperhatikan kebutuhan laju udara ventilasi. Kebutuhan laju udara ventilasi dapat di ukur dengan rumus Q = CV.A.V. Faktor yang menentukan pola aliran udara melewati bangunan pada sistem penghawaan silang diantaranya orientasi jendela dan arah angin, lokasi jendela, overhang horizontal, ukuran dan rasio jendela dan jenis jendela (Lechner, 2007:297). Parameter desain stack effect adalah tinggi, panjang, lebar dan material dimana empat hal tersebut sangat mempengaruhi peningkatan kecepatan udara di dalam bangunan di daerah tropis lembab (Febrita, 20:7) 2.2 Metode Perancangan gedung pertemuan ini menggunakan metode deskriptif analisis dan simulasi dengan beberapa tahapan antara lain. Identifikasi masalah pada tapak, iklim, lingkungan sekitar dan bangunan gedung pertemuan sebelumnya. Identifikasi berupa analisa pasca huni dimana hasil dari analisa nantinya akan diketahui permasalahan apa saja yang selama ini dihadapi

oleh bangunan serta penyebabnya. Dari identifikasi masalah maka akan dirumuskan penyelesaian pada desain bangunan yang baru ditapak yang baru pula. 2. Merumuskan tinjauan pustaka tentang penghawaan alami, kebutuhan kualitas udara pada ruang, sistem penghawaan alami berupa ventilasi silang dan stack effect.. Menganalisis kebutuhan penghawaan alami pada ruang, menganalisis sistem pengahwaan, menganalisis kondisi tapak dengan mengamati arah dan kecepatan angin untuk menyusun strategi penghawaan alami pada bangunan. 4. Proses perancangan berupa analisis orientasi bangunan terhadap arah angin, bentuk massa, orientasi inlet-outlet terhadap arah angin, bentang-tinggi bangunan, rasio jendela dan jenis jendela 5. Proses terakhir berupa evaluasi desain dengan simulasi untuk membuktikan tingkat keberhasilan desain dalam memberikan penghawaan alami dalam bangunan.. Hasil dan Pembahasan. Kondisi Eksisting Bangunan Berdasarkan Peraturan SNI 0-6572-200 mengatur bangunan harus menyediakan ventilasi tidak kurang 0% dari luas lantai. Ventilasi bangunan eksisting hanya berupa empat pintu masuk yang saling berhadapan di ruang utama dan beberapa jendela jalusi (one side) di ruang-ruang pendukung. Total luas ventilasi 5 m² dan masih jauh dibawah standar minimal bukaan yang seharusnya yaitu 48 m² mengingat luas total bangunan 488 m². Angin hanya mengalir di bagian hall sedangkan di bagian tribun sama sekali tidak mendapatkan aliran angin karena inlet dan outlet hanya berasal dari empat pintu yang saling berhadapan di sisi utara dan selatan..2 Kondisi Tapak Baru Gambar. Aliran udara bangunan eksisting Tapak baru berjarak ± km dari pusat kota dengan luas.000m². Tapak berada di kawasan pengembangan fasilitas umum terpadu. Tanah tersebut milik pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk yang akan dikembangkan sebagai gedung pertemuan dan terintegrasi dengan bangunan kantor pemerintah daerah serta taman kota. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang diijinkan sebesar 60-80%. Garis Sempadan Bangunan (GSB) pada bangunan di sepanjang Jalan Brantas 8 m.

Permukiman Permukiman RENCANA TAMAN KOTA Konsep Taman Kota RENCANA PERKANTORAN TERPADU TAPAK Sawah U. Analisis Tapak Gambar 2. Lokasi tapak baru dan integrasinya terhadap kawasan (Sumber: diolah dari Pemkab. Nganjuk, 205) Berdasarkan hasil simulasi angin pada tapak, iklim mikro yang terbentuk yaitu angin berhembus dari arah utara menuju selatan dengan kecepatan,27 dibagian utara dan,09 m/s di bagian selatan. Inlet pada bangunan diletakkan di bagian utara dimana tekanan angin positif dengan kecepatan terbesar sedangkan outlet dibagian selatan dengan tekanan angin negatif dengan kecepatan angin yang lebih rendah. Permukiman Pendidikan Sawah Tapak + + + inlet - - - outlet Gambar. Kondisi iklim mikro Gambar 4. Orientasi inlet dan outlet.4 Analisis Bangunan Fungi bangunan dibagi menjadi tiga yaitu fungsi utama, fungsi penunjang dan fungsi servis. Fungsi utama berupa hall pertemuan, fungsi penunjang berupa ruang persiapan dan fungsi servis berupa kantor pengelola..4. Bentuk massa Bentuk dasar berdasarkan teori bentuk dasar ruang pertemuan dibagi menjadi empat yaitu persegi, kipas, tapal kuda dan heksagonal. Empat bentuk ini di uji kemampuannya dalam mengalirkan udara dalam ruang. Velocity Streamline 4.6e+000 Velocity Streamline.569e+000 Velocity Streamline.087e+000 Velocity Streamline 4.594e+000.088e+000 2.679e+000 2.5e+000.448e+000 2.059e+000.788e+000.544e+000 2.02e+000.00e+000 8.98e-00 7.72e-00.56e+000 [m s^-].4e-00 [m s^-] 7.796e-00 [m s^-] 8.705e-004 Gambar 5. Analisis bentuk massa [m s^-] 9.467-00

Bentuk persegi dinilai paling baik, namun masih ada sisi ruang yang belum teraliri angin dengan baik yaitu sisi tengah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengolahan sisi dinding inlet. Permukaan dinding inlet dibuat tegak lurus terhadap arah datang angin untuk memaksimalkan kecepatan dan tekanan angin. Aliran angin lebih rata jika dibandingkan dengan sebelumnya, namun di sisi depan masih belum dialiri angin. Perlu pengolahan sisi outlet dengan cara membuat sisi outlet simetris dengan sisi inlet, sehingga aliran udara di bagian depan akan lebih baik jika dibandingkan dengan hanya mengolah sisi inlet. Gambar 6. Inlet tegak lurus terhadap arah angin Gambar 7. Inlet simetris dengan oulet.4.2 Strategi Penghawaan Silang. Bentang dan tinggi bangunan Tinggi yang digunakan yaitu 0 m (disesuaikan dengan standar tinggi gedung pertemuan) dan lebar maksimal yang digunakan 50 m (sesuai dengan teori yang disebutkan bahwa lebar bangunan maksimal yaitu lima kali dari tinggi bangunan). 0.00 40.00 50.00 Gambar 8. Pengaruh bentang dan tinggi bangunan Berdasarkan hasil simulasi lebar bangunan, maka diketahui bahwa lebar 0 m merupakan lebar bangunan yang dapat mengalirkan angin lebih baik dibanding dengan lebar yang lain. Kedalaman ruang 0 m masih dapat dialiri angin dengan arah angin dari inlet menuju kebawah pada level ketinggian manusia dan keluar melalui outlet tanpa harus naik secara berlebihan sebelum keluar. 2. Rasio bukaan Saat rasio inlet lebih kecil dari outlet banyak area tidak terkena aliran di bagian tengah, kecepatan angin 0,7-,5 m/s. Saat rasio inlet lebih besar daripada outlet aliran angin dibagian tengah kurang rata, kecepatan angin 0,7-,48 m/s. Saat rasio inlet dan outlet sama, aliran angin sangat rata di berbagai sisi ruang utama, kecepatan angin 0,6-,8 m/s. Berdasarkan hasil simulasi rasio bukaan terhadap aliran angin di dalam ruang, rasio yang terbaik adalah rasio bukaan inlet sama dengan outlet. Gambar 9. Rasio inlet<outlet Gambar 0. Rasio inlet>outlet Gambar. Rasio inlet=outlet

. Jenis jendela Tabel. Jenis Jendela Jenis Jendela Fixed Top Hung Vertical Pivot Jalusi Folding Bouvenlight Dinding Motif Spesifikasi Digunakan untuk meneruskan cahaya matahari kedalam ruang. Tidak dapat terbuka. Berfungsi untuk memperluas pandangan visual baik ke dalam maupun ke luar. Jendela ini cocok digunakan pada ruang-ruang publik. Digunakan pada Lobby Jendela jenis ini dapat mengalirkan angin sebesar 75%. Aliran angin cenderung ke atas sesuai dengan sudut bukaan. Aliran angin yang cenderung ke atas dapat digunakan untuk melepaskan panas keluar ruang karena udara panas cenderung naik ke atas. Digunakan pada Lobby, R. Security, R. Tamu, Toilet, R. Genset, R. Panel, Gudang, R. Rias, ganti, R. Panitia, R. Persiapan, Mushola, Prefunction, R. Kepala, Lounge, R. Kontrol Dapat terbuka hingga 00% sehingga pandangan keluar ruang bisa lebih luas. Tipe ini dapat mengarahkan angin secara horizontal dalam ruang. Tipe seperti ini baik digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan view keluar ruang. Digunakan pada Lobby, R. Security, R. Tamu, R. Panitia, R. Persiapan, Mushola, Prefunction lt 2, R. Kepala, Lounge Memiliki ruas-ruas bukaan dengan kemampuan aliran angin 75%. Jenis ini baik digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan privasi tinggi namun tetap mendapatkan aliran angin. Dapat mengarahkan angin secara vertikal di dalam ruang, sehingga seberapa level tinggi angin yang jatuh pada ruang dapat diarahkan. Digunakan pada Hall, R. Rias & ganti Jendela dapat terbuka 00% dengan cara dilipat. Bukaan yang luas dapat diletakkan pada ruang-ruang yang membutuhkan view keluar dan aktivitas semi outdoor. Digunakan pada Lounge Ventilasi sederhana dimana tidak perlu dibuka setiap kali dibutuhkan namun tetap bisa mengalirkan udara. Sering digunakan pada zona-zona servis yang tidak terlalu membutuhkan view keluar. Digunakan pada Gudang, R. Genset dan Panel, R. Kepala, Lounge, R. Persiapan, R. Staff Ventilasi alami dan penghias selubung bangunan. Bentuknya yang berlubang mampu meneruskan angin masuk kedalam ruang. Selain berfungsi sebagai ventilasi alami, dinding lubang bermotif ini digunakan sebagai kesan artistic pada tampilan bangunan. Digunakan pada Lobby, R. Security, T. Wudhu, Prefunction lt.2, R. Staff, R. Kepala.4. Strategi Stack Effect Analisis tentang stack effect dibagi menjadi beberapa alternatif dengan perbedaan tinggi bukaan. Tabel 2. Stack Effect Alternatif Bukaan utama diletakkan pada level / tinggi dinding Keterangan Stack effect sudah terjadi, namun kecepatan angin dalam ruang yang turun menuju level manusia masih sangat besar yaitu 2,08 m/s. kecepatan tersebut melebihi kecepatan angin maksimal yang dapat diterima manusia yaitu maksimal (,5 m/s)

2 Bukaan utama diletakkan pada level / tinggi dinding dan di atas kanopi diatas level plafon Stack effect sudah terjadi dengan baik, namun kecepatan angin dalam ruang sangat besar mencapai 2,06 m/s. Hal ini melebihi kecepatan maksimal yang disarankkan (,5 m/s) Bukaan utama diletakkan pada level / dan 2/ tinggi dinding di atas kanopi diatas level plafon Stack effect sudah terjadi dengan baik dan kecepatan angin dalam ruang sebesar 0,94 m/s masih dibawah standard maksimal (,5 m/s) Kesimpulan Alternatif dipilih sebagai strategi penghawaan dalam desain gedung pertemuan karena sudah terjadi stack effect dan kecepatan angin dalam ruang sesuai dengan standard..4.4 Hasil Desain Berdasarkan hasil analisis dan konsep, rancangan gedung pertemuan di Kabupaten Nganjuk menerapkan dua sistem penghawaan alami yaitu sistem ventilasi silang dan stack effect. Sistem ventilasi silang menerapkan bukaan pada dinding berupa jendela dan pintu. Jenis jendela yang digunakan antara lain jalusi, top hung, bouvenlight, dinding bermotif dan rooster. 2 2 4 4 4 2 2 2 2 Keterangan :. Jalusi 2. Vertikal pivot dan top hung. Top hung 4. Jalusi dan top hung 5. Bouvenlight 6. Dinding motif berlubang 7. Rooster 7 7 7 7 7 Hall 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 6 6 6 2 2 2 2 6 5 5 5 5 6 6 6 2 2 6 6 6 6 Gambar 2. jenis bukaan lt. Gambar. jenis bukaan lt 2 Gambar 4. Aliran angin pada lantai Gambar 5. Aliran angin pada lantai Angin sudah memasuki semua ruang dalam bangunan dan dapat keluar dari sisi yang berbeda sehingga dapat dikatakan sistem ventilasi silang dalam rancangan bangunan gedung pertemuan ini sudah terjadi. Kecepatan angin dalam ruang rata-rata 0,6,6 m/s. Berdasarkan tabel pengaruh kecepatan angin terhadap efek penyegaran (Frick, 2008) kecepatan,6 m/s yang berada dalam ruang dapat memberikan efek pen ega an be upa penu unan uhu uang ebe a, -, C.

Gambar 6. Aliran angin lantai Gambar 7. Aliran angin potongan utara selatan lantai dan 2 Ventilasi silang sebagai strategi utama penghawaan alami sudah terjadi dengan baik dan didukung stack effect untuk mengeluarkan udara panas lewat atas juga sudah terjadi. 4. Kesimpulan Faktor yang mempengaruhi penghawaan alami antara lain bentuk massa, orientasi inlet-outlet terhadap arah angin, bentang-tinggi bangunan, overhang horizontal, rasio jendela, jenis jendela, perbedaan jarak tinggi bukaan dan perletakan serta jarak vegetasi terhadap inlet. Hasilnya bentuk massa persegi, orientasi inlet tegak lurus dengan arah angin, bentang bangunan 0 m, tinggi bangunan 0 m, ove hang memiliki jarak dengan inlet, rasio jendela antar inlet-outlet sama, luas jendela > 0% dari luas lantai, antar bukaan memiliki jarak tinggi yang besar, penataan vegetasi bersilangan dan jarak minimal vegetasi 0 m terhadap in et mengha i an ecepatan angin 0, -, m udah memenuhi tanda minima 0, m, ma ima, m dengan efe pen ega an be upa penu unan uhu anta a, -, i an angin me ata pada seluruh ruang dan laju udara sudah diatas batas minimal. Daftar Pustaka Gambar 7. Hasil desain gedung pertemuan Departemen Pekerjaan Umum. 20. Konservasi Energi Sistem Tata Udara Bangunan Gedung SK SNI 690, Bandung: Yayasan LPMB. Febrita, Yuswinda. 20. Ventilas Solar Chimney sebagai Alternatif Desain Passive Cooling di Iklim Tropis Lembab. Jurnal Ruang, Vol.2, No., Fakultas Teknik Universitas Tadakulo Frick, Heinz; Antonius Ardiyanto; AMS Darmawan. 2008. Ilmu Fisika Bangunan. Kansius: Jogja Lechner, Nobert. 2007. Heating, Cooling, Lighting. Rajawali Pers: Jakarta Mangunwijaya, Y. B. 997. Pengantar Fisika Bangunan. Djambatan: Jakarta Mediastika, Chrishtina E. 2005. Akustika Bangunan. Erlangga: Jakarta Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. Andi Offset: Yogyakarta