Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Katingan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

POLA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN GENDER PADA KELOMPOK WANITA TANI (KWT) PENGOLAH HASIL PERTANIAN DI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. pangan di mata dunia. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KEBIJAKAN AKSELERASI PERTUMBUHAN PRODUKSI PADI DI LUAR PULAU JAWA

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

Perilaku Petani dalam Usahatani Padi di Lahan Rawa Lebak

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Kebutuhan yang paling banyak memerlukan air yaitu lahan pertanian.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DENGAN BEBERAPA MODEL PLOT UBINAN PADA SISTEM TANAM LEGOWO 4:1

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

ANALISIS PERAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA PETANI MENDUKUNG KEBERHASILAN PROGRAM SLPTT PUAP DI BENGKULU

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BPS PROVINSI JAWA BARAT

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Kebun Kelapa Sawit dan Strategi Pengendaliaannya di Bengkulu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

T E S I S. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

[ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU ]

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI MELAKUKAN ALIH FUNGSI LAHAN TANAMAN PANGAN MENJADI PERKEBUNAN SAWIT (STUDI KASUS DI DESA KUNGKAI BARU, KECAMATAN AIR PERIUKAN, KABUPATEN SELUMA) Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Asset penting petani di pedesaan adalah lahan pertanian tempat mereka berusahatani. Pilihan komoditas yang dibudidayakan oleh petani didasarkan pada pilihan rasional dengan berbagai pertimbangan. Oleh karena itu, tidak jarang petani melakukan alih fungsi dari satu jenis tanaman ke jenis tanaman lainnya pada lahan pertaniannya. Yang menjadi masalah adalah alih fungsi tersebut menghilangkan lokasi-lokasi pertanian tanaman pangan seperti padi dan jagung yang dapat mengancam ketahanan pangan baik secara lokal, regional, maupun nasional. Di Propinsi Bengkulu, telah banyak dilakukan alih fungsi lahan dari tanaman pangan menjadi tanaman perkebunan, khususnya kelapa sawit. Faktor-faktor apa saja yang mendorong petani melakukan alih fungsi lahan perlu diketahui agar diketahui sumber permasalahannya sehingga dapat membantu pengambil kebijakan dalam memformulasikan kebijakan pembangunan pertanian ke depan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2010 dengan cara survei di Gapoktan Tri Manunggal, Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan tanaman pangan (padi dan jagung) menjadi kebun sawit di Desa Kungkai Baru. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Analysis Hierarchy Process (AHP) melalui Focus Group Discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 85,1% petani memutuskan untuk melakukan alih fungsi lahan dari komoditas tanaman pangan menjadi kelapa sawit yang dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomis (58,4%), lingkungan (22,2%), dan teknis (19,4%). Kata kunci: alih fungsi lahan, tanaman pangan, kelapa sawit. 1

PENDAHULUAN Dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Pemerintah telah melakukan pengaturan tentang alih fungsi lahan, yaitu perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan baik secara tetap maupun sementara akan dikenakan hukuman pidana dan denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun hal tersebut belum dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan. Di Propinsi Bengkulu, penciutan lahan sawah selama kurun waktu 2005-2009 mencapai 8,6% dari 115.000 hektar menjadi 105.070 hektar. Salah satu alih fungsi lahan sawah yang nyata terlihat adalah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit (Anonimous, 2011). Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan terluas di Bengkulu. Berdasarkan data BPS Provinsi Bengkulu (2010), tercatat bahwa pada tahun 2009 luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Bengkulu mencapai 186,6 ribu hektar atau 46,95% dari luas tanaman perkebunan rakyat. Hal ini mengindikasikan bahwa petani di Bengkulu memiliki minat yang tinggi untuk menanam kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Tanaman kelapa sawit secara umum cocok untuk ditanam pada lahan dataran rendah di Bengkulu (Hidayat, 2007). Terjadinya alih fungsi lahan sawah ke tanaman kelapa sawit menurut Kurdianto (2011) disebabkan oleh berbagai hal yaitu pendapatan usahatani kelapa sawit lebih tinggi dengan resiko lebih rendah, nilai jual/agunan kebun lebih tinggi, biaya produksi usahatani kelapa sawit lebih rendah, dan terbatasnya ketersediaan air. Salah satu dampak konversi lahan sawah yang sering menjadi sorotan masyarakat luas adalah terganggunya ketahanan pangan. Masalah yang ditimbulkan bersifat permanen atau tetap akan terasa dalam jangka panjang meskipun konversi lahan sudah tidak terjadi lagi (Irawan, 2005). Untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan secara tidak terkendali, pengambil kebijakan harus memiliki data dan informasi yang memadai terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi petani melakukan alih fungsi lahan. Oleh karena itu dalam tulisan ini dipaparkan hasil identifikasi tentang faktor-faktor apa saja yang mendorong petani melakukan alih fungsi lahan, studi kasus di Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma. 2

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, dengan pertimbangan bahwa di daerah ini masyarakat telah melakukan konversi lahan tanaman pangan (padi dan jagung) menjadi tanaman kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 dengan cara survei terhadap Gapoktan Tri Manunggal di Desa Kungkai Baru. Pengumpulan data melalui Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pengurus gapoktan, petani, dan wanita tani. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Analysis Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani melakukan konversi lahan dari tanaman pangan ke tanaman perkebunan. Menurut Saaty (1993), metode AHP mampu memecahkan permasalahan yang terstruktur maupun kompleks (tidak terstruktur) dengan data dan informasi yang terbatas. Elemen-elemen penyusun hirarki ditentukan berdasarkan diskusi dengan petani. Elemen-elemen tersebut kemudian dinilai melalui perbandingkan secara berpasangan dengan menggunakan skala komparasi seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Skala perbandingan berpasangan (Saaty, 1993). Skala/tingkat Definisi Penjelasan kepentingan 1 Kedua elemen sama penting Dua elemen sama kuat sifatnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas 5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai diantara 2 pertimbangan Kebalikan (1/2,1/3...dst) elemen lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya Satu elemen dengan kuat disokong dan dominasinya telah terlihat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen yang satu memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkannya Kompromi diperlukan diantara 2 pertimbangan Jika untuk elemen i mendapat suatu angka bila dibandingkan dengan elemen j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dengan i HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian... 3

. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konversi Lahan Alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah perubahan fungsi lahan pertanian pangan menjadi bukan lahan pertanian pangan baik secara tetap maupun sementara (UU Nomor 41 Tahun 2009). Faktor-faktor yang menyebabkan konversi lahan tanaman pangan ke kelapa sawit di Desa Kungkai Baru terbagi atas aspek ekonomis, teknis, dan lingkungan. Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa 85,1% petani memutuskan untuk melakukan konversi lahan berdasarkan faktor-faktor penyebab pada Tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2. Faktor-faktor penyebab konversi lahan di Desa Kungkai Baru. No Faktor penyebab Persentase (%) A. Aspek Ekonomis 58,4 1. Harga jual tanaman pangan yang rendah khususnya pada saat 23,1 panen 2. Panen sawit dilakukan kontinyu setiap 2 minggu 13,3 3. Keuntungan berkebun sawit lebih tinggi 10,2 4. Harga sawit lebih terjamin/stabil 9,9 5. Biaya pemeliharaan tanaman sawit lebih rendah 1,9 B. Aspek Lingkungan 22,2 1. Kecocokan lahan untuk kebun sawit 6,9 2. Ancaman hama dan penyakit pada tanaman pangan 6,7 3. Kondisi irigasi tidak mendukung 4,9 4. Posisi tawar petani sawit lebih tinggi 2,7 5. Tenaga kerja kebun sawit lebih sedikit 1,0 C. Aspek Teknis 19,4 1. Tanaman sawit berumur panjang 13,3 2. Proses pascapanen tanaman pangan lebih sulit 2,4 3. Teknik budidaya sawit lebih mudah 2,2 4. Kesulitan pengadaan pupuk untuk tanaman pangan 1,5 Terlihat pada Tabel 2 bahwa pertimbangan petani dalam melakukan konversi lahan dominan dipengaruhi oleh aspek ekonomis (58,4%), selanjutnya diikuti oleh aspek lingkungan (22,2%), dan terakhir dipengaruhi oleh aspek teknis (19,4%). Bila dilihat dari pengaruh faktor-faktor penyebab, maka terdapat 14 faktor yang mempengaruhi keputusan petani melakukan konversi lahan yang terdiri atas 5 faktor penyebab dari aspek ekonomis, 5 faktor penyebab dari aspek lingkungan, dan 4 faktor penyebab dari aspek teknis. Aspek ekonomis terdiri atas (1) harga jual tanaman pangan yang rendah khususnya pada saat panen (23,1%), (2) panen sawit dilakukan kontinyu setiap 2 minggu (13,3%), (3) keuntungan berkebun sawit lebih tinggi (10,2%), (4) harga sawit lebih terjamin/stabil (9,9%), dan (5) biaya pemeliharaan tanaman sawit lebih rendah (1,9%). Aspek lingkungan terdiri atas (1) kecocokan lahan untuk kebun sawit (6,9%), (2) ancaman hama dan penyakit pada tanaman pangan (6,7%), (3) kondisi irigasi tidak 4

mendukung (4,9%), (4) posisi tawar petani sawit lebih tinggi (2,7%), dan (5) tenaga kerja kebun sawit lebih sedikit (1,0%). Sedangkan aspek teknis terdiri atas (1) tanaman sawit berumur panjang (13,3%), (2) proses pascapanen tanaman pangan lebih sulit (2,4%), (3) teknik budidaya sawit lebih mudah (2,2%), dan (4) kesulitan pengadaan pupuk untuk tanaman pangan (1,5%). KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa alih fungsi lahan tanaman pangan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit di Desa Kungkai Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma adalah 85,1% petani memutuskan untuk melakukan alih fungsi lahan dari komoditas tanaman pangan menjadi kelapa sawit karena pertimbangan faktor-faktor ekonomis (58,4%), lingkungan (22,2%), dan teknis (19,4%). Daftar Pustaka Anonimous. 2011. Konversi Lahan Sawah di Bengkulu memprihatinkan. Bisnis Indonesia, Selasa, 22 Febuari 2011, halaman i6. BPS Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu Dalam Angka 2010. BPS Provinsi Bengkulu. Hidayat, A. 2007. Peta Kesesuaian Lahan dan Peta Arahan Tata Ruang Pertanian. Warta Sumberdaya Lahan Vol. 3 No. 3 Desember 2007. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah menimbulkan Dampak Negatif bagi Ketahanan Pangan dan Lingkungan. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 27 No. 6 tahun 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor. Kurdianto, D. 2011. Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Tanaman Kelapa Sawit. http://uripsantoso.wordpress.com Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Terjemahan. LPPM. Jakarta UU Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. 5