BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menghisap tembakau merupakan hal kebiasaan telah dikenal sejak lama

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. disebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun, orang tersebut tetap. sekelilingnya sering kali tidak peduli.

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dua pertiganya berada di negara berkembang.paling sedikit satu dari empat orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI KELAS XI DI SMK TUNAS BANGSA SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BUPATI TABANAN BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BPPK) tahun 2010 menunjukan rata-rata umur mulai merokok secara nasional adalah 17,6 tahun dan prevalensi penduduk yang merokok setiap hari secara nasional adalah 28,2 % serta perokok dalam rumah secara nasional sebesar 76,6 %. Memperhatikan data penelitian tersebut ada permasalahan besar yang terjadi dalam pola dan perilaku merokok masyarakat yang terjadi saat ini, kondisi ini akanterus meningkat jika tidak ada upaya promosi dan preventif dalam menanggulangi permasalahan merokok di Indonesia. Seperti halnya perokok yang ada di provinsi Jawa Barat bahwa prevalensi perokok setiap harinya cukup tinggi. Perokok setiap hari di provinsi Jawa Barat berkisar pada angka 30,9% (BPPK, 2010). Secara nasional prevalensi perokok saat ini adalah 34,7 %. Setelah diidentifikasi berdasarkan semua tingkatan umur di Jawa Barat dengan umur mulai merokok setiap harinya menunjukan remaja dengan rentan umur 15-19 tahun memiliki prevalensi yang tinggi mencapai 45,0% dan secara nasional juga tinggi yaitu 43,7% (BPPK, 2010). Hal ini sangat mengkhawatirkan berbagai pihak yang terkait dalam menangani persoalan rokok di Indonesia.Dilain pihak jumlah perokok di dunia terus mengalami peningkatan secara signifikant.peningkatan jumlah perokok di dunia menjadi permasalahan kesehatan global sebab dengan peningkatan tersebut dapat menyebabkan banyak sekali dampak penyakit yang dapat muncul setiap tahunnya di negara-negara.mengatasi permasalahan ini memang bukan pekerjaan mudah, banyak negara-negara di dunia telah berusaha menekan angka perokok di negaranya masingmasing bahkan dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan namun hasilnya tetap saja secara kuantitas jumlah perokok terus bertambah. Rokok menjadi permasalahan yang kompleks, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Seperti yang dijelaskan oleh BPPK (2010) yaitu Indonesia menduduki posisi peringkat ke tiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (World Healt Organization, 2008 dalam BPPK, 2010) dan tetap menduduki posisi peringkat ke lima konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang pada tahun 2007. Kondisi ini merupakan suatu fakta yang tidak bisa dibanggakan, karena masyarakat Indonesia belum

2 sepenuhnya sadar dan mengerti serta memahami akan resiko penyakit dan kematian dini dari mengkonsumsi rokok. Soewarso (2010) mengatakan merokok menimbulkan beban kesehatan, sosial, ekonomi dan lingkungan tidak saja bagi perokok tetapi juga bagi orang lain. Perokok pasif terutama bayi dan anak-anak perlu dilindungi haknya dari kerugian akibat paparan asap rokok. Beberapa dampak penyakit yang dapat diakibatkan oleh perilaku merokok seperti penyakit kanker, penyakit kardiovaskuler, penyakit pernafasan, dan penyakit tuberkulosis.pada umumnya penyakit kanker ini sangat sulit disembuhkan dan biaya pengobatan yang dikeluarkan akibat penyakit ini sangat besar, begitu juga harapan untuk hidup bagi mereka yang menderita penyakit kanker sangatlah kecil.sehingga jika dilihat dari data konsumsi rokok di Indonesia yang tinggi setidaknya penyakit kanker ini telah berpengaruh terhadap jumlah kematian manusia. Papilaya (2010) menjelaskan Indonesia menempati urutan ke 7 terbesar dalam jumlah kematian yang disebabkan oleh kanker yakni sebanyak 188.100 orang dan yang terbanyak adalah kelompok kanker trachea, bronchus dan paru yakni sebesar 31.590 atau 16,8%. Menghisap rokok juga menyebabkan penyakit sistem pembuluh darah.ada banyak sekali zat-zat aditif yang terkandung dalam rokok dan tentunya zat-zat ini sangat berbahaya jika masuk dalam sistem peredaran darah manusia, kemudian secara berangsur-angsur dapat menyebabkan beberapa penyakit sistem pembuluh darah. Papilaya (2010) menjelaskan bahwa kematian yang disebabkan oleh penyakit sistem pembuluh darah di Indonesia berjumlah 468.700 orang atau menempati urutan enam terbesar dari seluruh negara-negara kelompok WHO dan yang terbesar adalah Ischaemic Heart (47,0%), Cerebrovasculair (26,4%) dan Hipertensi (8,41%). Dilain pihak dengan menghirup asap rokok fungsi pernafasan juga akan terganggu karena udara yang dihirup sebenarnya bersifat racun yang dapat membahayakan kesehatan paru-paru. Kemudian penyakit yang disebabkan oleh sistem pernafasan adalah penyakit Chronic Obstructive Pulmonary (COPD) yakni sebanyak 73.100 atau 66,6%, sedangkan asma 13.690 atau 13,7% (Papilaya, 2010). Kematian akibat penyakit Tuberculosis menjadi penyebab kematian bagi 127.000 orang yang merupakan terbesar ketiga setelah negara India dan China, dan kedua di Asia setelah Timor Leste (90,5 per 100.000 kematian) yakni 58,5 orang per 100.000 kematian (Papilaya, 2010).

3 Asap rokok terdiri dari asap utama (main stream) yang mengandung 25% kadar bahan berbahaya dan asap sampingan (side stream) yang mengandung 75% kadar bahan berbahaya. Perokok pasif mengisap 75% bahan berbahaya ditambah separuh dari asap yang dihembuskan keluar oleh perokok (Nurwati, 2010). Nurwati (2010) menegaskan disamping itu asap rokok mengandung 4000 bahan kimia beracun dan tidak kurang dari 69 diantaranya bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Dalam masa transisi remaja akan sangat mudah terpengaruh terhadap lingkungannya untuk merokok karena pengaruh lingkungan dan teman sebayanya serta zat-zat aditif yang terkandung didalam rokok akan membuat kecanduan dan menjadikan remaja sebagai perokok jangka panjang dan tentu saja berpengaruh terhadap kesehatan serta perkembangannya dimasa depan. Dimasa transisi ini tidak heran jika perilaku, sikap dan kebiasaan merokok sering ditemui setiap hari pada remaja karena remaja berada pada suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap.seperti yang diungkapkan oleh Willis (2010) masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap.sehingga pola dan perilaku serta sikap remaja juga masih belum mantap.dilain pihak, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruh-pengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal, dan kejahatan seks.dalam kehidupannya remaja harus dapat menyesuaikan diri dengan berbagai aturan yang ada di masyarakat, karena kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa remaja belum saatnya untuk merokok dan harus lebih mematangkan diri dalam hal aturan budaya dan nilai-nilai dalam masyarakat. Hal ini dikatakan oleh Willis (2010: 3) bahwa dalam hidup bermasyarakat mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan aturan, budaya, dan nilai-nilai yang ada terutama agama. Sosialisasi bagi remaja adalah proses belajar untuk mencapai kedewasaan. Agustiani (2006) mengatakan bahwa remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya.oleh karena itu ada suatu kecenderungan besar perilaku dan sikap merokok pada remaja ini menjadi suatu tingkah laku yang meniru orang-orang seusiannya, yang oleh remaja dianggap bahwa perilaku merokok merupakan suatu keharusan bagi dirinya dan merokok dijadikan sebagai kebutuhan remaja dalam mengapresiasikan dirinya sekolah atau tempat yang disukai remaja untuk merokok.hal ini membuat kebutuhan remaja semakin meningkat. Kebutuhan seorang anak tidaklah sama dengan kebutuhan seorang remaja. Selama masa kanak-kanak remaja belum mengenal rokok dan mengkonsumsinya tetapi seiring dengan masuknya usia remaja kebutuhannya pun meningkattermasuk dalam hal

4 menghisap rokok. Agustiani (2006) mengatakan bahwa adanya perubahan baik didalam maupun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan psikologisnya. Selanjutnya Mappiare (1983) juga menggungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik dan membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Jadi dengan adanya perubahan yang cepat secara fisik perasaan remaja juga ikut berpengaruh.dimana perasaan remaja mempengaruhi sikap dan pemahaman remaja tentang sesuatu objek benda seperti halnya rokok. Soerojo (2010) mengatakan bahwa pemahaman menyeluruh akan bahaya rokok merupakan faktor penting yang memotifasi perokok untuk berhenti merokok. Tetapi sebagai solusi yang bisa dilakukan untuk menekan penggunaan rokok dikalangan remaja atau masyarakat umum adalah dengan melakukan promosi kesehatan dalam hal memperhatikan label peringatan kesehatan pada kemasan produk tembakau dan dengan adanya kesadaran masyarakat, pendidikan dan program berhenti merokok (Papilaya, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Taufiq Nashrulloh tentang gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai kebiasaan merokok pada siswa-siswi kelas 4-6 SDN X di kota Bandung tahun 2010, hasil yang didapatkan adalah gambaran pengetahuan responden baik sebesar 88,5%, sikap responden yang baik sebesar 94,3% dan perilaku responden yang baik sebesar 79,0%. Kesimpulannya adalah sebagian basar responden mempunyai pengetahuan, sikap dan prilaku yang baik. Fenomena permasalahan merokok pada remaja di tanah air menjadi suatu permasalahan kompleks yang harus segera ditangani. Melihat fenomena perilaku merokok pada remaja yang terjadi di tempat umum, seperti di sekolah-sekolah, warung, tempat hiburan, atau bahkan di jalan raya sambil mengendarai sepeda motor sepertinya menjadi sesuatu hal yang biasa-biasa saja di kalangan remaja. Rata-rata angka usia muda di Indonesia jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju, dapat dikatakan bahwa Indonesia termasuk negara dengan jumlah produktivitas yang tinggi dan remaja adalah generasi penerus bangsa yang akan bertanggungjawab terhadap kemajuan atau kemunduran bangsa ini. Tetapi jika para remaja telah mencoba untuk merokok dan menjadikannya sebagai kebiasaan hidup tidak sehat maka kita akan kehilangan banyak generasi, dan dapat menyebabkan produktivitas manusia menurun. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 1 Mei 2013.Melalui pengamatan peneliti menemukan ada beberapa siswa SMK Pakuan

5 Lembang yang merokok diluar lingkungan sekolah, mereka merokok disamping alunalun mesjid Lembang.Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan seorang guru yang ada di SMK mengatakan bahwa disekolah ini banyak siswa yang merokok meskipun sudah diberi nasehat oleh para guru disekolah.berdasarkan uraian latarbelakang diatas peneliti mengambil inisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran Sikap Remaja di Kelas X dan XI tentang Bahaya Merokok di SMK. B. Rumusan Masalah Meninjau dari permasalahan yang ada maka peneliti bermaksud mengangkat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana Gambaran Sikap Remaja di Kelas X dan XI tentang Bahaya Merokok di SMK? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Mengetahui gambaran sikap remaja di kelas X dan XI tentang bahaya merokok di SMK. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan usia. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Lembaga Pendidikan. Memberi laporan dalam bentuk karya tulis ilmiah dan sekaligus sebagai bahan kajian ilmu keperawatan. 2. Bagi Remaja/Pelajar Memberikan gambaran sikap kepada para remaja agar mereka menyadari bahwa merokok dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, serta meminimalisir para remaja untuk tidak merokok. 3. Bagi Perawat Memberikan gambaran kepada perawat sebagai health educatorterutama bagi perawat kesehatan masyarakat yang menjalankan program upaya kesehatan sekolah sebagai bahan tinjauan dalam melaksanakan tugasnya.

6 4. Bagi Guru dan Kepala Sekolah. Sebagai tinjauan dalam menyikapi permasalahan merokok pada siswa-siswi disekolah. 5. Peneliti Selanjutnya Sebagai acuan untuk melakukan penelitian serupa lebih lanjut.