BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi. Sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan-perusahaan di Indonesia terus diwarnai

BAB I PENDAHULUAN. Semakin terglobalisasinya perekonomian menyebabkan persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang perekonomian negara, hal ini senada dengan

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu industri adalah di pasar modal yaitu dengan menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak bisa dipisahkan dari pasar modal yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ( UU No 8/1995 Tentang Pasar Modal ).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pihak investor kemudian digunakan pihak emiten untuk pengembangan usaha,

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin kompleks pula aktivitas bisnisnya. Jika usaha atau bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan di pasar modal adalah saham. (Ardhitiani 2011:1)

BAB I PENDAHULUAN. sama, yaitu mendapatkan capital gain, yaitu selisih positif antara harga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan mampu memberikan deviden kepada pemegang saham, kelangsungan hidup suatu perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Setiap investor pasti menghendaki keuntungan dari dana yang telah diinvestasikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan industri-industri manufaktur harus mencari sumber dana guna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tingkat perkembangan pasar modal menjadi tolok ukur kemajuan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sama yaitu mencari keuntungan atau laba. Usaha menjaga. perusahaan dengan kuat, perusahaan dapat mempertahankannya baik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, hal ini dikarena industri tembakau mempunyai multiplier effect yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan bagi investor atau pemegang saham baik itu individu

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Investasi pada sekuritas juga bersifat likuid (mudah dirubah). Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham menjadi indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur saat ini. konsumen terhadap produk.namun, industri manufaktur di Indonesia belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak tahun 1997, Indonesia mengalami dampak atas memburuknya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. ingin melakukan investasi sehingga masyarakat umum juga dapat ikut berperan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

4 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan fenomena, rumusan masalah, hipotesis, dan hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, keberadaan pasar modal membantu kebutuhan pendanaan jangka

BAB I PENDAHULUAN. dan valuta asing. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) turun dari angka 2.830

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana serta menawarkan surat berharga dengan cara listing

BAB I PENDAHULUAN. menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari penjualan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dana dari investor. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai objek keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi pasar modal semakin banyak mendapat perhatian,

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi pihak makro dan mikro Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. tambahan modal tersebut adalah dengan menginvestasikan kepemilikan perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. biasanya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saptadi (2007)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. Secara normatif tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Husnan, 2004:1)

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola

ANALISIS PENGARUH ROA, ROE, NPM DAN EPS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya mengandalkan kepada satu sumber pendanaan saja, yaitu hutang karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif yang digunakan oleh. perusahaan untuk mempeoleh dana. Kehadiran pasar modal banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era ekonomi pasar bebas, pasar modal memiliki peran yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT GUDANG GARAM, TBK DAN HM. SAMPOERNA, TBK DITINJAU DARI CURRENT RATIO, RETURN ON EQUITY DAN EARNING PER SHARE

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Statistik Pasar Modal Minggu ke-2 Desember 2012, Bapepam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia atau go public pasti menerbitkan

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

PENGARUH PERGERAKAN RASIO PROFITABILITAS EMITEN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi perusahaan yang lebih kompetitif dan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha di Indonesia yang semakin kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara dikarenakan pasar modal menjalankan fungsi ekonomi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Karena pasar modal menjalankan dua fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN Veteran Jawa Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan. meningkatkan profit, hal ini daya tarik bagi investor dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian Indonesia. Perusahaan rokok mempunyai multiplier effect

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya kegiatan bisnis dalam bidang ekonomi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. diperjualbelikan, salah satunya dalam bentuk ekuitas (saham). Pasar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pasar modal menjalankan dua fungsi yaitu fungsi keuangan dan fungsi ekonomi. Sebagai fungsi keuangan, pasar modal berperan memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh keuntungan bagi pihak yang surplus dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Sebagai fungsi ekonomi, pasar modal berperan dalam menyediakan fasilitas mempertemukan pihak yang surplus dana dengan pihak yang defisit dana. Para investor yang memiliki surplus dana menyalurkan dananya sebagai bentuk investasi yang kemudian digunakan untuk sektorsektor produktif. Bagi pihak yang defisit dana dalam hal ini perusahaan, pasar modal berperan sangat penting sebagai sumber pembiayaan yang efektif dan menguntungkan. Pasar modal menjadi solusi bagi perusahaan untuk terus bisa menjalankan aktivitas operasionalnya, karena pasar modal bisa menjadi sumber pendanaan jangka panjang bagi perusahaan jika perusahaan kekurangan dana dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, karena perusahaan memiliki dana yang terbatas, maka pasar modal adalah salah satu solusi yang tepat. Pada tahun 2008, ketika terjadi krisis keuangan dunia yang dipicu oleh adanya krisis subprime mortgage di Amerika, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga terkena dampaknya. Pada penutupan tanggal 30 Desember 2008, IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) berada pada level 1.355,408 turun sekitar 50.64% dari penutupan 30 Desember 2007 yang berada pada level 2.745,826, dan pada penutupan 30 Desember 2009, IHSG naik kembali pada level 2.534,356,

yang berarti naik sekitar 86,98% dari penutupan tahun 2008 (IDX Yearly Statistic, 2007,2008,2009). Kenaikan itu terjadi di karenakan proyeksi membaiknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal tahun 2009 yang didasarkan pada batas bawah (support) keterpurukan indeks di 2008 yaitu di kisaran 1.100 poin. Di level ini investor sudah berpikir rasional untuk membeli kembali saham-saham yang valuasinya tergolong murah (economy.okezone.com). Selain itu, pertumbuhan indeks harga saham per sektor industri di BEI juga terlihat lambat, tidak terkecuali sektor consumer good yang meliputi subsektor food and beverage, tobacco manufacturers, pharmaceutical, cosmetic and household, houseware, Hal tersebut dapat dilihat dari gambar 1.1. Gambar 1.1 menjelaskan bahwa jika dibandingkan tahun 2007, pada tahun 2008 sektor consumer goods mengalami penurunan harga saham dari 436.039 menjadi 326.843, yang berarti ada penurunan sebesar 25.04% (IDX Yearly Statistic, Desember 2008).

Gambar 1. 1 Indeks Harga Saham Sektor Consumer Goods Sumber : IDX Yearly Statistic, 2008 Di sepanjang tahun 2008, harga saham sektor consumer goods terus mengalami penurunan hingga bulan Desember 2008 dengan harga saham senilai 326.843, kenaikan terus di alami hingga penutupan pada bulan Desember 2009 dengan harga saham senilai 671.305, atau 105% dari penutupan tahun 2008, dari data tersebut harga saham sektor consumer goods terus mengalami peningkatan selama tahun 2009. Ternyata pada tahun 2009 sektor consumer goods mengalami peningkatan yang drastis, hal itu bisa di lihat melalui gambar 1.2.

Gambar 1. 2 Indeks Harga Saham Sektor Consumers Goods Bulan Oktober 2009 Sumber : IDX Yearly Statistic, 2009 Di sepanjang tahun 2009 harga saham sektor consumers goods masih mengalami peningkatan bahkan pada bulan Juli 2009 terdapat lonjakan sebesar 19,26% dan terus diikuti pada bulan-bulan berikutnya. Consumers goods merupakan salah satu faktor penting dalam perekonomian di Indonesia kebutuhan akan makan, minuman, obat-obatan, kosmetik dan peralatan rumah tangga sangat tinggi, bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia, oleh karena itu sektor consumers goods menjadi perhatian dalam dunia bisnis dan investasi. Salah satunya adalah tobacco manufacturers, atau produsen rokok.

Subsektor tobacco manufacturers ini meliputi semua perusahaan produsen tembakau yang listing di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT. Gudang Garam Tbk (GGRM), PT. HM Sampoerna Tbk (HMSP), dan PT. Bentoel International Investama Tbk (RMBA). Penurunan harga saham perusahaan subsektor tobacco manufacturers dapat dilihat dari Tabel 1.1. Tabel 1.1 Fluktuasi Harga Saham Perusahaan Subsektor Tobacco Manufacturers Pada Kuartal I 2008 Kuartal IV 2010 Kuartal Harga Sham (Rp) HMSP GGRM RMBA Rata-Rata Q1-08 13,000 7,650 430 7,026.67 Q2-08 11,000 6,450 550 6,000.00 Q3-08 10,200 5,900 690 5,596.67 Q4-08 8,100 4,250 520 4,290.00 Q1-09 10,800 5,900 460 5,720.00 Q2-09 9,300 12,550 840 7,563.33 Q3-09 10,200 14,900 640 8,580.00 Q4-09 10,400 21,550 650 10,866.67 Q1-10 13,950 24,750 400 13,033.33 Q2-10 18,650 34,200 395 17,748.33 Q3-10 22,000 51,600 940 24,846.67 Q4-10 28,150 40,000 800 22,983.33 Sumber: yahoofinance.com Dari Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa harga saham perusahaan subsektor tobacco manufacturers cenderung mengalami peningkatan sepanjang tahun 2008 hingga akhir tahun 2010. Meskipun demikian harga saham PT. Bentoel International Investama Tbk berada jauh di bawah harga saham rata-rata subsektor tobacco manufacturers.

1.000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 RMBA RMBA Gambar 1.3 Harga saham PT. Bentoel International Investama Tbk pada Kuartal I Tahun 2008 Kuartal IV Tahun 2010 Dilihat dari gambar 1.3 harga saham PT. Bentoel International Investama Tbk sepanjang tahun 2008 hingga akhir 2010 selalu berada di bawah harga saham rata-rata subsektor tobacco manufacturers, bahkan harga saham PT. Bentoel International Investama Tbk tidak pernah menembus harga 1.000 per lembar saham nilai tertinggi yang pernah di capai oleh PT. Bentoel International Investama Tbk adalah 940 yang di capai pada penutupan bulan September 2010, dan nilai terendah adalah 355 yang di capai pada bulan November 2008. Penyebab dari rendahnya harga saham ini perlu diketahui, karena harga saham mencerminkan nilai suatu perusahaan. Menurut Suad Husnan (2004:7), Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan di masyarakat. Semakin rendah harga saham, maka semakin rendah pula nilai perusahaan di masyarakat.

Nilai perusahaan akan berkaitan dengan psikologi investor yang menanam saham pada suatu perusahaan tersebut. Memiliki saham dari perusahaan yang bernilai tinggi akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi investor, dan sebaliknya. Namun demikian, kesalahan identifikasi akan fluktuasi harga saham dapat menyebabkan kerugian bagi investor akibat kesalahan dalam mengambil keputusan investasi. Kenaikan harga saham dapat mengidentifikasikan bahwa perusahaan memperoleh kepercayaan dari para investor sehingga mereka berusaha memiliki kepemilikan saham yang besar terhadap perusahaan. Caranya adalah dengan membeli saham perusahaan lebih banyak lagi. Meningkatnya permintaan terhadap saham akan menaikkan harga saham yang bersangkutan. Penurunan saham dapat diidentifikasikan sebagai bentuk penurunan tingkat kepercayaan para investor terhadap perusahaan, sehingga mereka merubah keputusannya untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Mereka akan mengurangi jumlah kepemilikan saham dengan menjual saham-saham yang sudah dimilikinya. Menurunnya permintaan terhadap saham akan menurunkan harga saham yang bersangkutan. Harga saham dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara mikro maupun makro. Khususnya secara mikro cenderung dipengaruhi oleh kondisi keuangan perusahaan. Menurut Suad Husnan (1999:54) Sebelum pemodal melakukan investasi pada sekuritas, perlu dirumuskan terlebih dahulu kebijakan investasi, menganalisis laporan keuangan, dan mengevaluasi kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan tersebut salah satunya dapat dilihat dari profitabilitas. Para investor dan analis sangat memperhatikan profitabilitas karena profitabilitas berkaitan dengan harga saham dan dividen perusahaan, sehingga dapat diperoleh informasi tentang jumlah profit yang dapat diperoleh dari investasi yang telah ditanam. Hal ini sesuai dengan motif para investor dalam berinvestasi yaitu untuk memperoleh profit yang optimal dari investasi yang telah mereka tanam. Anoraga dan Pijipakarti (2006:109) mengatakan bahwa

Biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. profitabilitas merupakan salah satu kinerja keuangan suatu perusahaan, kinerja profitabilitas dapat dilihat melalui rasio-rasio profitabilitas seperti NPM, GPM, OPM, EPS, dan ROA. PT. Bentoel International Investama Tbk merupakan salah satu perusahan subsektor tobacco manufacturers yang listing di BEI, akan tetapi harga saham dan nilai dari rasio-rasio profitabilitas PT. Bentoel International Investama Tbk berada jauh di bawah harga saham dan rasio profitabilitas rata-rata industri, hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana profitabilitas PT. Bentoel International Investama Tbk dan bagaimana kaitannya dengan harga saham perusahaan yang terus berada di bawah rata-rata subsektor tobacco manufacturers. Karena berkaitan dengan pendapatan perusahaan, maka profitabilitas PT. Bentoel International Investama Tbk pada penelitian ini akan diukur menggunakan pendekatan yang melibatkan rasio profiabilitas sebagai ukuran profitabilitas perusahaan. Menurut Benny Alexandri (2009:200) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah pajak, Earning per Share (EPS) menurut Lawrence. J Gitman (2008:64) merupakan alat analisis tingkat profitibilitas perusahaan, EPS adalah salah satu alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi saham. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. sedangkan Operating Profit Margin (OPM) menurut Lawrence. J Gitman (2008:63) OPM mengukur persentase dari setiap penjualan yang tersisa setelah semua biaya dan beban selain bunga, pajak, dan dividen saham preferen. Ini merupakan "keuntungan murni" yang diperoleh dari setiap dolar penjualan. Disebut laba operasi "murni" karena mereka hanya mengukur

keuntungan yang diperoleh dari operasional dan mengabaikan bunga, pajak, dan dividen saham preferen. Nilai OPM yang tinggi lebih disukai oleh perusahaan. Dilihat dari laporan keuangan perusahaan dan data yang telah di sajikan di atas, rendahnya harga saham PT. Bentoel International Investama Tbk dibandingkan dengan harga saham rata-rata subsektor tobacco manufacturers diduga akibat rendahnya profitabilitas yang diukur menggunakan NPM, EPS, dan OPM. rendahnya profitabilitas PT. Bentoel International Investama Tbk tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut: NPM 0,2 0,15 0,1 0,05 0 08-108-208-308-409-109-209-309-410-1 10-210-3 10-4 HMSP NPM RMBA NPM GGRM NPM Rata-Rata NPM Gambar 1.4 NPM Subsektor Tobacco Manufacturers Pada Kuartal I Tahun 2008 Kuartal IV Tahun 2010 EPS (Rp) 3000 2000 1000 0 08-108-208-308-409-109-209-309-410-110-210-310-4 HMSP EPS RMBA EPS GGRM EPS Rata-Rata EPS

Gambar 1.5 EPS Subsektor Tobacco Manufacturers Pada Kuartal I Tahun 2008 Kuartal IV Tahun 2010 0,25 OPM 0,2 0,15 0,1 0,05 0 08-1 08-2 08-3 08-4 09-1 09-2 09-3 09-4 10-1 10-2 10-3 10-4 HMSP OPM GGRM OPM RMBA OPM Rata-Rata OPM Gambar 1.6 OPM Subsektor Tobacco Manufacturers Pada Kuartal I Tahun 2008 Kuartal IV Tahun 2010 sumber: www.idx.co.id (diolah kembali) Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa tren NPM, OPM, dan EPS PT. Bentoel International Investama Tbk selalu berada di bawah tren rata-rata perusahaan subsektor tobacco manufacturers, bukan hanya itu tren NPM, OPM, dan EPS PT. Bentoel International Investama Tbk cenderung mengalami penurunan. Penurunan profitabilitas dapat mengindikasikan kekurang mampuan perusahaan dalam mengelola sumber-sumber keuangan yang dimiliki. Perusahaan yang profitabilitasnya dinilai kurang baik akan mengurangi minat investasi sehingga menurunkan harga saham dan nilai perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang profitabilitasnya dinilai baik diharapkan akan meningkatkan minat investasi sehingga harga saham dan nilai perusahaan juga akan naik.

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul Pengaruh Profitabilitas Terhadap Harga Saham PT. Bentoel International Investama Tbk. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Fluktuasi harga saham cenderung mempengaruhi minat investasi pada perusahaan yang bersangkutan. Harga saham dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara mikro maupun makro. Khususnya secara mikro harga saham cenderung dipengaruhi oleh kondisi keuangan perusahaan yang salah satunya bisa dilihat dari profitabilitas perusahaan. Hal ini dikarenakan motif utama seorang investor adalah untuk memperoleh profit dari kesediaannya menjadi penyedia modal suatu perusahaan yang defisit dana. Suatu perusahaan yang profitabilitasnya dinilai kurang baik, akan mengurangi minat investor untuk berinvestasi. Minat investasi yang rendah cenderung dapat mempengaruhi penurunan harga saham. Rendahnya harga saham ini akan membentuk suatu nilai perusahaan yang kurang baik di masyarakat. Berikut merupakan rumusan masalah dalam penelitian ini : 1) Bagaimana gambaran profitabilitas PT. Bentoel International Investama Tbk 2) Bagaimana gambaran harga saham PT. Bentoel International Investama Tbk 3) Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap harga saham PT. Bentoel International Investama Tbk 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui bagaimana gambaran profitabilitas PT. Bentoel International Investama Tbk 2) Untuk mengetahui bagaimana gambaran harga saham PT. Bentoel International Investama Tbk 3) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap harga saham PT. Bentoel International Investama Tbk 1.3.2 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian, akan menghasilkan kegunaan sebagai berikut : 1). Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan pemikiran dan dapat menambah informasi bagi penulis dan perkembangan ilmu Manajemen keuangan di masa mendatang, khususnya mengenai pengaruh tingkat profitabilitas terhadap harga saham, melalui penerapan ilmu dan teori-teori yang telah didapat selama masa perkuliahan dan membandingkannya dengan kenyataan yang terjadi di dunia usaha. 2). Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tambahan bagi perusahaan terkait untuk mengatasi masalah penurunan harga saham yang dihadapi. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk PT. Bentoel International Investama Tbk dalam proses pengambilan keputusan perusahaan yang berkaitan dengan profitabilitas dan harga saham. Selain itu, bagi investor dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi.