BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, individu tidak dapat terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahwa manusia itu pada hakikatnya zoo politicon yang berarti manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, mencari pekerjaan bukan lagi hal yang mudah. Persaingan yang ketat, membuat masing-masing individu berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. menerangkan didalam kelas.selain itu dituntut untuk menuangkan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa diharapkan memiliki prinsip yang kuat. Mahasiwa juga diharapkan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang di hadapi. Self efficacy (kemampuan diri) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (SDM) yang berkualitas. Manusia harus dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

HASIL BELAJAR BIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

BAB I PENDAHULUAN. yang telah disusun dalam suatu kurikulum. Dalam melaksanakan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN menjadi kurikulum KKNI (kerangka kualifikasi nasional Indonesia) (Dinas

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Di mulai dengan perumusan masalah

) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN KEMAMPUAN ABSTRAK BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

P 39 KEYAKINAN GURU TERHADAP MATEMATIKA DAN PROFESI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan suatu bangsa adalah mengembangkan ilmu. Diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang tepat agar proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB 1 PENDAHULUAN. Ekonomi Asean (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di. bidang ekonomi antar negara ASEAN (

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

I. PENDAHULUAN. Rasa percaya diri merupakan salah satu diantara aspek-aspek kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Hal ini disebabkan aspek-aspek dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. dengankepercayaan dan keyakinanbahwaanak-anak dapat dididik, anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KIMIA BERORIENTASI CHEMO-ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LIFE SKILL MAHASIWA

BAB I PENDAHULUAN. Bagi manusia normal, kegiatan berbicara merupakan suatu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan melalui pelaksanaan Ujian Nasional. Salah satu yang menjalani ujian nasional

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA CALON GURU KIMIA DENGAN PEMBELAJARAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR BERORIENTASI CHEMOE-NTREPRENEURSHIP

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ini khususnya dalam melatih kemampuan verbal, kuantitatif, berpikir

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi dasar tindakan yang akan dilakukan (Sadirman, 2004: 1). Dari

USAHA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk mencetak manusia yang berpribadi kuat, cerdas dan mandiri,

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini berbagai lembaga pendidikan tinggi berkompetisi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kualitas yang baik agar bisa terserap di dunia kerja. Saat ini biasanya dunia kerja mengharapkan lulusan perguruan tinggi tidak hanya menguasai ilmu namun juga memiliki keterampilan berkomunikasi, tanggung jawab, kemampuan bekerjasama, kemampuan manajerial, dan lain sebagainya. Perguruan tinggi sebagai bagian dari sumber daya manusia yang dibutuhkan dunia kerja harus memiliki kemampuan soft skill antara lain kemampuan komunikasi. Perguruan tinggi tidak hanya memberikan hardskill tetapi soft skill terutama komunikasi. Kesuksesan seseorang dalam dunia kerja diperlukan soft skill salah satunya komunikasi di depan orang banyak dengan baik. Seorang calon pemimpin di masa depan mempunyai tantangan yang relatif akan semakin sulit, menuntut kemampuan untuk mengkomunikasikan ide gagasan dan pendapat di depan umum. Kemampuan komunikasi adalah skill yang wajib dimiliki oleh semua orang sumber data (https://www.google.com/search=jurnal psikologi sosial kesuksesan orang dalam dunia kerja kemampuan komunikasi). Salah satu yang perlu dikembangkan dan dimiliki oleh mahasiswa adalah keterampilan melakukan komunikasi di depan umum yang baik (Sharma 2009: 76). Definisi komunikasi di depan umum merupakan bagaimana seseorang memiliki keterampilan, memahami, melihat, mendengar, dan merasakan tentang dirinya (sense of self) serta bagaimana 1

cara individu berinteraksi dengan lingkungan dan mempresentasikan hasil karyanya di depan umum. Memiliki ketrampilan komunikasi di depan umum yang baik dapat mendukung apabila kelak mahasiswa terjun di dunia kerja sebagai seorang professional ataupun sebagai seorang pemimpin. Untuk memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, metode pembelajaran di setiap perguruan tinggi harusnya menerapkan metode pembelajaran student centered learning yang memungkinkan mahasiswa untuk aktif. Definisi student centered learning Rogers (1983) adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Terdapat beberapa jenis metode penyampaian materi di kelas, di antaranya diskusi, ceramah, independent study, tanya jawab, dan mendemonstrasi. Salah satu metode pengajaran yang digunakan untuk mengasah ketrampilan berkomunikasi di depan umum adalah meminta mahasiswa untuk melakukan presentasi di depan kelas. Presentasi di depan kelas menurut buku kamus bahasa Indonesia adalah penyampaian uraian suatu materi di depan umum kepada orang banyak misalnya melakukan presentasi di depan kelas. Menurut Suryanto dkk (2012: 81) presentasi adalah perangsang tugas secara sistematik di hadapan orang banyak dan proses usaha ketika individu mencoba untuk mengendalikan kesan orang lain tentang individu atau kelompok di depan umum, seperti melakukan presentasi di depan kelas. Saat ini sudah jamak di perguruan tinggi yang menggunakan metode pembelajaran presentasi di depan kelas. Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2013 pada dosen berinisial San mengatakan bahwa manfaat melakukan presentasi di depan kelas, melatih dan mengembangkan kemampuan verbal. Kemampuan verbal seperti mampu berbicara di depan orang banyak dengan 2

baik dan benar. Selain itu mahasiswa tersebut dikondisikan sejak semester satu, karena sistem pengajaran saat SMA belum tentu siswa diberikan kesempatan melakukan presentasi di depan kelas. Maka itu dosen memberikan kesempatan melatih kemampuan mahasiswa berbicara di depan kelas. Menurut dosen San di Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, lebih banyak mahasiswa melakukan presentasi di depan kelas. Manfaat melakukan presentasi di depan kelas melatih kemampuan verbal. Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2014 pukul 16.00 pada Koordinator Wilayah Jawa Timur yang berinisial Chris mengatakan bahwa Pemerintah Timika dan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro LPMAK memberikan beasiswa. Pendapat sama, seharusnya Pemerintah dan LPMAK mengadakan program Latihan Kepemimpinan Tingkat dasar (LKTD) pada setiap universitas yang ada hubungan kerja sama. Program ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi di depan kelas. Pendapat yang sama di kemukakan oleh Yos, bahwa Pemerintah dan LPMAK tidak hanya memberikan beasiswa saja tetapi ada program LKTD dan Latihan Kepemimpinan Tingkat Lanjut (LKTL) dilakukan setiap enam bulan sekali. Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan ketika giliran presentasi di depan orang banyak. Peneliti melakukan promosi LKTD dan LKTL pada setiap Universitas yang mitra atau kerja sama dengan LPMAK. Program ini dilakukan setiap enam bulan sekali dengan tujuan meningkatkan kemampuan komunikasi di depan kelas. Sasaran peneliti pada mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya dan program ini salah satu kegiatan yang wajib bagi peserta program beasiswa LPMAK. 3

Menurut Richard dkk (2002: 91) manfaat presentasi di depan kelas adalah melibatkan hubungan aktif antara presenter dengan audiens melalui media komunikasi supaya audiens mengerti dan memahami pesan yang disampaikan oleh presenter. Sebuah proses saat seorang individu (komunikator) mengirimkan rangsangan (stimulus, yang biasanya berbentuk verbal) untuk mengubah perilaku individu lain (audiens). Bila suatu matakuliah menentukan metode pembelajaran yang dilakukan adalah presentasi. Berarti semua mahasiswa peserta matakuliah diberi kesempatan untuk presentasi, tidak terkecuali mahasiswa yang dari Timika dan Papua secara umum. Saat ini banyak mahasiswa yang berasal dari Timika dan Papua yang kuliah di Surabaya. Sumber data yang diperoleh dari ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Papua di Surabaya (IPMAPAS) bahwa jumlah mahasiswa Papua secara keseluruhan yang kuliah di Surabaya tercatat sebanyak 900 orang. Sedangkan jumlah mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya tercatat sebanyak 120 orang. Data ini dihimpun oleh Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Mimika Surabaya (IPMAMIS). Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 3 November 2013, mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya dengan demikian, mau tidak mau harus berani untuk melakukan presentasi di depan kelas, sama seperti mahasiswa lain. Menyikapi tuntutan tersebut, sebaiknya mahasiswa Timika memanfaatkan kesempatan presentasi di depan kelas, sehingga dapat melatih kemampuan berkomunikasi di depan umum. Menurut data BULETIN LANDAS Edisi70/TahunVIII/ September-Oktober 2012 Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Komoro (LPMAK), Pemerintah daerah Timika Papua bersama LPMAK berupaya memberikan beasiswa bagi dua suku, yaitu Amungme dan Kamoro beserta tujuh suku yang lahir besar di kabupaten Timika. 4

Tujuannya mengembangkan sumber daya manusia (SDM) pada anak-anak Timika pada umumnya Papua. Usaha yang dilakukan LPMAK saat ini, kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Jawa salah satunya di Surabaya. Kerja sama ini bertujuan untuk memperbaiki akses dan meningkatkan kapasitas (SDM) di kabupaten Timika. Tujuan yang direncanakan oleh pemerintah daerah Timika dan Papua, sudah sepantasnya bagi mahasiswa Timika dan Papua yang mendapat beasiswa memanfaatkan kesempatan emas yang diberikan ini dengan cara belajar sebaik-baiknya agar memiliki kemampuan yang setara dengan mahasiswa dari daerah lainnya. Ini berarti, mahasiswa Timika dan Papua sebaiknya juga memanfaatkan metode belajar yang diterapkan di perguruan tinggi tempat mereka kuliah termasuk apabila metode pembelajaran yang diterapkan adalah presentasi di depan kelas yang juga memberikan manfaat yang positif bagi mahasiswa Timika dalam hal melatih kemampuan berkomunikasi di depan umum. Namun banyak permasalahan yang dialami mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya terkait dengan kesiapan presentasi di depan kelas. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 1 November 2013 pada mahasiwa Timika yang kuliah di Surabaya, sebut saja nama inisial Son. Son adalah mahasiswa Timika yang transfer dari semester tiga yang ingin kuliah di Surabaya. Partisipan mengatakan bahwa perbedaan metode pembelajaran di Timika dan Papua secara umum kurang. Metode pembelajaran di Timika cenderung menggunakan ceramah dan mencatat, sehingga mahasiswa mengalami kesulitan memahami materi yang disampaikan. Selain itu dosen jarang berikan kesempatan mahasiswa menyampaikan pendapat di depan kelas, dengan kata lain presentasi. 5

Pendapat yang sama disampaikan oleh Koordinator Wilayah Jawa Timur (Korwil Jatim) Yayasan Bina Teruna Bumi Cenderawasih (BINTERBUSIH), mengatakan mahasiswa Timika yang kuliah di Jawa secara umum mengalami cemas saat presentasi tugas kelompok maupun individu. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan Binterbusih, setiap satu bulan sekali, menunjukkan mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya mengalami gejala-gejala cemas. Hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan, pengaruh latar belakang pendidikan akan berpengaruh komunikasi di depan umum, misalnya presentasi di depan kelas dengan baik. Kecemasan presentasi di depan kelas ini sebenarnya merupakan hal yang wajar. Kecemasan menurut (Wede C. & Tavris C. 2007: 240) adalah keadaan cemas yang berlangsung terus menerus, ditandai oleh perasaan khawatir dan takut, prihatin, kesulitan berkosentrasi dan gejala ketegangan motorik. Kecemasan presentasi di depan kelas adalah ketakutan, khawatir dan kesulitan kosentrasi yang berlangsung saat melakukan presentasi di depan kelas (Bandura, 1997). Data wawancara dan angket awal yang disebarkan pada 40 mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya menunjukkan bahwa sebanyak 26 orang mengaku merasa cemas saat akan presentasi di depan kelas, sedangkan yang merasa mampu melakukan presentasi di depan kelas sebanyak 3 orang, sisanya merasa biasa saja. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa terdapat beberapa mahasiswa Timika yang merasa yakin dapat melakukan presentasi di depan kelas dengan baik. Dapat simpulkan bahwa mahasiswa yang mengalami gejala-gejala kecemasan saat presentasi di depan kelas lebih banyak dibanding biasa saja. Penelitian ini membatasi partisipan pada mahasiswa Timika angkatan 2010-2013 yang kuliah di Surabaya. Mengetahui seberapa besar 6

tingkat kecemasan yang dialami mahasiswa yang baru dan lama saat presentasi di depan kelas. Tujuan penelitian ini ingin bandingkan antara angkatan 2010-2011 dan 2012-2013, apakah tingkat kecemasan yang dialami jangka waktu. Terbiasa melakukan presentasi akan mengalami kecemasan yang tinggi dan sebaliknya, belum terbiasa atau baru mengalami kecemasan tinggi. Apakah jangka waktu berpengaruh terhadap kemampaun melakukan presentasi atau faktor budaya. Keyakinan seseorang tinggi mampu melakukan presentasi di depan kelas dengan baik dan sebaliknya keyakinan seseorang yang rendah akan mengalami kecemasan yang tinggi. Self efficacy adalah modal utama kesuksesan seseorang dalam dunia pendidikan bahkan dunia kerja. Menurut Ormrod J.E. (2008 :20-21), self efficacy bahwa seseorang mampu menjalankan perilaku tertentu akan mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Pendapat dikemukakan oleh (Bandura, 2004 dalam Santrock J.W. 2007) self efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai sebuah situasi dan memberikan hasil yang diinginkan. Tentu terdapat banyak faktor yang menyebabkan individu dapat melakukan presentasi di depan kelas dengan baik dan efektif. Salah satu faktor yang menyebabkan adalah self efficacy sebagai keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai situasi dan memperoleh hasil yang positif. Definisi self efficacy adalah keyakinan yang di pegang oleh seseorang tentang kemampuannya dan juga hasil yang di peroleh dari hasil kerja kerasnya, di mana hal ini mempengaruhi cara mereka berprilaku (Bandura, 1997). Dalam teori sosial kognitif Bandura, (1997) menyatakan bahwa self efficacy membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju, kegigihan dan ketekunan yang mereka tunjukan dalam menghadapi kesulitan. Hasil penelitian menujukkan bahwa semakin tinggi 7

keyakinan individu maka, semakin besar keberhasilan yang diperoleh (Feather, 1966). Sebaliknya semakin rendah keyakinan individu maka, semakin kecil keberhasilan. Tingginya keyakinan yang dimiliki akan termotivasi individu secara kognitif untuk bertindak lebih bertahan dan terarah apabila tujuan yang ingin dicapai. Keyakinan individu berguna untuk melatih kontrol terhadap stressor yang berperan penting dalam keterbangkitan kecemasan. Percaya bahwa mampu kontrol terhadap ancaman, individu tidak mengalami cemas yang tinggi. Sementara mereka yang memiliki keyakinan yang tinggi merasa, yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari. Dalam hal presentasi di depan kelas, individu yang memiliki self efficacy tinggi tentunya merasa mampu melakukan presentasi di depan kelas. Keyakinan ini akhirnya berpengaruh terhadap perilaku sehingga pada akhirnya mahasiswa mampu untuk presentasi di depan kelas. 1.2. Batasan Masalah Penelitian mengenai kecemasan melakukan presentasi di depan kelas dan self efficacy ini dibatasi hanya pada mahasiswa Timika yang sedang aktif kuliah di Surabaya, angkatan 2010-2013. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka dapat rumuskan dalam penelitian ini, yaitu apakah ada hubungan antara kecemasan melakukan presentasi di depan kelas dan self efficacy pada mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya? 8

1.4. Tujuan Penelitian Apakah ada hubungan antara kecemasan melakukan presentasi di depan kelas dengan self efficacy pada mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Manfaat teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan, khususnya dalam bidang psikologi sosial mengenai kecemasan melakukan presentasi di depan kelas ditinjau dari self efficacy pada mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya. 2. Manfaat praktis adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah : a. Pihak fakultas psikologi dapat mengetahui kecemasan melakukan presentasi ditinjau dari self efficacy pada mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya. Hal ini berguna untuk memberikan pembinaan dan pelatihan pada mahasiswa Timika yang kuliah di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, dalam mengembangkan komunikasi di depan kelas dan mengurangi kecemasan komunikasi di depan kelas. b. Penelitian ini berguna bagi mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi di depan kelas, sehingga diharapkan dapat pengembangan diri pada mahasiswa terutama dalam meningkatkan self efficacy dan menguranggi kecemasan melakukan presentasi di depan kelas. c. Tujuan penelitian ini mengembangkan kemampuan komunikasi salah satunya presentasi di depan kelas pada 9

mahasiswa Timika yang kuliah di Surabaya. Peneliti mengadakan latihan kepemimpinan tingkat dasar (LKTD) pada setiap universitas yang bekerja sama dengan LPMAK di Surabaya. Dengan harapan meningkatkan kemampuan komunikasi di depan umum yang baik. 10