BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daya (manpower, material, machines, money, method), serta membutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pekerjaan konstruksi merupakan suatu proses yang besar, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

Peralatan Perlindungan Pekerja

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber Daya Manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. beberapa kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu: kepuasan tinggi dengan nilai mean sebesar 3,89.

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KABUPATEN BADUNG)

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

MEMPELAJARI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROSES PRODUKSI METAL STAMPING PART

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

BAB II LANDASAN TEORI. A. Motivasi Kerja. dan bantuan yang kuat untuk bertahan hidup. Motivasi adalah memberikan

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi. (

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

PT MEIWA KOGYO INDONESIA.Slogan Safety First.KARAWANG: 15 JUNI 2016

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, dapat diambil simpulan bahwa terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, mewujudkan misi dan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif. Sebuah perusahaan dapat terus bertahan jika memiliki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan perekonomian mereka masing-masing, sedangkan untuk

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. cara mengurangi biaya yang dianggap kurang penting dikeluarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

ANALISA JAMINAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Program keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan oleh

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

MODUL 2 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kecelakaan dan P3K) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

JOB SAFETY ANALISYS TERHADAP PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. OLEH: Hendra Wahyu NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Identifikasi Kecelakaan Kerja Pada Industri Konstruksi Di Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

BAB IX ASURANSI ANEKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

KAJIAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K-3 ) BIDANG KONSTRUKSI. Gatot Nursetyo. Abstrak

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organisasi) dan. GATT (General Agremeent on Tariffs and Trade) yang akan berlaku tahun

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

ANALISIS KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (STUDI KASUS PROYEK GEDUNG P1 DAN P2 UKP)

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum di Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian kepuasan adalah sebagai berikut: 1. Kottler (2002) menyatakan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. 2. Locke menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek pekerjaan tergantung pada selisih (discrepancy) antara apa yang diaanggap telah didapatkan dengan apa yang diinginkan (Wexley dan Gary A, 1992). 3. Porter menyatakan bahwa kepuasan didefinisikan sebagai selisih dari banyaknya sesuatu yang seharusnya ada dengan banyaknya apa yang ada (Wexley dan Gary A, 1992). 5

6 2.2. Teori Kepuasan Para ahli pada bidang ekonomi dan psikologi telah memberikan berbagai macam pendapat tentang definisi kepuasan. Yang terpenting dari definisi kepuasan adalah teori-teori yang mendasari definisi tersebut. As ad (2004) menyatakan bahwa ada tiga macam teori tentang kepuasan yang lazim dikenal: 1. Discrepancy theory Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter (1961). Porter mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. 2. Equity theory Equity theory dikembangkan oleh Adams (1963). Prinsip dari teori ini adalah bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity dan inequity atas suatu situasi, diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun di tempat lain. 3. Two factor theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herzberg (1959). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, teori ini membagi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya menjadi dua kelompok, yaitu: kelompok satisfiers atau motivator dan kelompok dissatisfiers atau hygiene factors. Satisfiers (motivator)

7 ialah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikan sebagai sumber kepuasan kerja. Dissatisfiers (hygiene factors) ialah faktor-faktor dibuktikan sebagai sumber ketidak puasan. 2.3. Faktor-fator yang Mempengaruhi Kepuasan As ad (2004) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerja adalah sebagai berikut: 1. Faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pekerja yang meliputi, minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, keterampilan. 2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama pekerja, dengan atasannya, maupun pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya. 3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik pekerja, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan pekerja, umur dan sebagainya. 4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan pekerja yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan sebagainya.

8 2.4. Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang keselamatan kerja, adapun berbagai macam pengertian keselamatan kerja adalah sebagai berikut ini. 1. Suma mur (1989) menyatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan poses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan ini, 2. Barie (1987) menyatakan bahwa bahaya terhadap keselamatan kerja dalam bidang konstruksi adalah bahaya sedemikian yang selalu mengintai secara mendadak dapat menyebabkan suatu kecelakaan kerja atau kematian pada karyawan, atau kerusakan pada material, peralatan atau suatu konstruksi. 2.5. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak diinginkan dan mangakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan dan kerugian waktu. Biasanya didahului oleh keadaan dan/atau tindakan yang membahayakan. 2.6. Penerapan Program K3 pada Proyek Konstruksi Pada tahap konstruksi, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan terkonsentrasi di tempat atau lokasi yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan

9 yang potensial mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-lain), maka sudah sewajarnya bila pengelola proyek menjadikan Program K3 sebagai prioritas utama. Menurut Soeharto (1995), hal-hal lain yang mendorong keselamatan harus selalu diperhatikan adalah: 1. Rasa peri kemanusiaan Penderitaan yang dialami oleh yang bersangkutan akibat kecelakaan tidak dapat diukur dengan uang, adanya kompensasi hanya membantu meringankan. 2. Pertimbangan ekonomis Hal ini dapat berupa biaya kompensasi, kenaikan premi asuransi, kehilangan waktu kerja. Juga penggantian alat-alat yang mengalami kerusakan akibat terjadinya kerusakan. Menurut Wirahadikusumah (2007), masalah keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek konstruksi memiliki dampak ekonomis yang cukup signifikan. Setiap kecelakaan dapat menimbulkan berbagai macam kerugian. Disamping dapat menyebabkan korban jiwa, biaya-biaya lainnya adalah biaya pengobatan, kompensasi yang harus diberikan kepada pekerja, premi asuransi, dan perbaikan fasilitas kerja. Terdapat biaya-biaya tidak langsung yang merupakan akibat dari suatu kecelakaan kerja yaitu mencakup kerugian waktu kerja (pemberhentian sementara), terganggunya kelancaran pekerjaan (penurunan produktivitas), pengaruh psikologis yang negatif pada pekerja, memburuknya reputasi

10 perusahaan, denda dari pemerintah, serta kemungkinan berkurangnya kesempatan usaha (kehilangan pelanggan pengguna jasa). Pada proyek konstruksi, Program K3 diterapkan dalam berbagai bentuk, yaitu: 1. Memberikan penjelasan mengenai pentingnya penerapan program K3 pada proyek konstruksi. Penjelasan diberikan kepada setiap orang yang terlibat di dalam proses konstruksi. 2. Mengadakan pelatihan program K3 untuk seluruh pekerja. 3. Membuat sebuah sistem yang menerapkan prosedur K3 secara ketat. 4. Menunjuk seorang safety manager, sebagai yang bertanggung jawab pada program K3 di sebuah proyek. 5. Melindungi setiap orang yang terlibat dalam proses konstruksi dengan jaminan Jamsostek. 6. Memasang berbagai rambu peringatan pada proyek konstruksi. 7. Menyimpan material secara rapi pada tempat yang telah disediakan. 8. Membebaskan lokasi proyek konstruksi dari barang-barang berbahaya, tumpukan material dan barang-barang buangan. 9. Menyiapkan alat-alat kerja yang masih dalam keadaan yang baik. 10. Memberikan penerangan yang cukup. 11. Memberikan waktu istirahat yang cukup kepada setiap tenaga kerja. 12. Mewajibkan setiap orang yang terlibat dalam proses konstruksi untuk menggunakan alat-alat perlindungan diri.

11 2.7. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi Keselamatan dan kesehatan kerja kerja (K3) pada Proyek Konstruksi memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menurut Suma mur (1989), tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan. b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja 2. Menurut Barrie (1987), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi kesakitan dan penderitan manusia, baik untuk pekerja itu sendiri maupun bagi keluarganya, yang diakibatkan oleh kecelakaan serta penyakit yang ditimbulkan oleh sifat pekerjaan. 2.8. Kerugian-kerugian Bila Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi Tidak Dikelola dengan Baik Menurut Husen (2008) bila K3 tidak dikelola dengan baik, maka perusahaan akan mendapat kerugian sebagai berikut: 1. Rusaknya harta benda baik yang nyata ataupun tidak 2. Berkurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk kostruksi yang dihasilkan karena banyak terjadi kecelakaan

12 3. Profesionalitas perusahaan diragukan akibat banyak kecelakaan yang terjadi 4. Perusahaan asuransi akan menarik diri dari penjaminannya, jika tidak premi akan dinaikkan 5. Pengeluaran biaya atas kecelakaan yang terjadi 6. Orang yang mengalami kecelakaan kerja tersebut, akan mengalami trauma 7. Kehilangan penghasilan 8. Mengalami cacat tubuh 9. Kehilangan rasa percaya diri 2.9. Alat Perlindungan Diri Menurut Ervianto (2005), semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan perlengkapan alat perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE) untuk semua karyawan yang bekerja, yaitu: 1. Pakaian Kerja Pemakaian pakaian kerja bertujuan untuk melindungi badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. 2. Sepatu Kerja Sepatu kerja (safety shoes) memberikan perlindungan terhadap kaki agar bisa bebas bergerak tanpa terluka oleh benda-benda tajam tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan kotoran dari bawah.

13 3. Kacamata Kerja Kacamata pengaman digunakan untuk melindungi mata dari debu kayu, batu atau serpih besi yang berterbangan di tiup angin. 4. Penutup Telinga Penutup telinga digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. 5. Sarung tangan Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya. 6. Helm Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah merupakam keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakan dengan benar sesuai peraturan pemakaian yang dikeluarkan dari pabrik pembuatnya. 7. Masker Masker digunakan sebagai pelindung bagi pernafasan. 8. Jas Hujan Jas hujan memberikan perlindungan terhadap cuaca terutama hujan bagi pekerja pada saat bekerja. 9. Sabuk Pengaman Fungsi utama tali pengaman adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja pada ketinggian tertantu.

14 10. P3K P3K diperlukan untuk memberikan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja pada proyek konstruksi. Menurut Ridley (2004) ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar alat perlindungan diri dapat befungsi secara efektif, yaitu: 1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi 2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut 3. Memiliki konstruksi yang sangat kuat 4. Tidak meningkatkan resiko terhadap pemakainya Menurut Ridley (2004), alat perlindungan diri yang disediakan harus: 1. Disediakan secara gratis 2. Diberikan satu per orang atau jika tidak, harus dibersihkan 3. Hanya digunakan sesuai peruntukannya 4. Dijaga dalam kondisi baik 5. Diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan 6. Disimpan di tempat yang sesuai ketika tidak digunakan 2.10. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk Seluruh Pekerja Menurut Ridley (2004), seluruh pekerja perlu diberikan pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang bertujuan untuk:

15 1. Menegaskan kembali aturan keselamatan kerja 2. Menyampaikan kemungkinan bahaya yang bakal ditemui ditempat kerja dan cara menghindarinya 3. Memberitahukan alat-alat perlindungan diri dan cara penggunaannya 4. Mengetahui cara memakai dan memelihara alat perlindungan diri 5. Memberitahukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada saat terjadi kecelakaan