BAB IV: KONSEP Penerapan Tropical Green Architecture pada bangunan Rumah Sakit Jakarta Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KONSEP PERANCANGAN


BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB IV KONSEP. Langkah-langkah untuk menerapkan Konsep Green Hospital, yaitu :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Pusat Rekreasi Peragaan IPTEK ini terletak di Batu,karena

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Tema Healing Environment tidak hanya diterapkan pada desain bagian luar

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAKARTA SELATAN Arsitektur Tropis

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. PT. BMW Indonesia ini adalah adanya kebutuhan perusahaan untuk memenuhi

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR DIAGRAM DAFTAR LAMPIRAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. menggunakan dinding yang sifatnya masif.

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN KELAS B SATELIT

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

TUGAS AKHIR PERANCANGAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN JATISAMPURNA - BEKASI

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Main Entrance. Pusat Perbelanjaan. Apartemen 1 Unit Kamar Tidur

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III : DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

RUMAH SAKIT PENDIDIKAN NAULI HUSADA SIBOLGA

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. (RSUD) kelas C non pendidikan berbasis low cost ini adalah Low Energy Building

Transkripsi:

BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar 4.1.1. Penerapan Tropical Green Architecture pada bangunan Rumah Sakit Jakarta Selatan 1. Conserving energy Use renewable energy Energi matahari, angin atau air dapat dimanfaatkan untuk memproduksi listrik sebagai pengganti bahan bakar fosil pada ruang-ruang servis, seperti toilet, dapur, linen, ruang jenazah. Penggunaan cross ventilation sebagai tempat masuknya udara alam yang menyejukkan sehingga dapat mengurangi penggunaan AC misalnya pada selasar atau koridor. Memaksimalkan pencahayaan alami dengan memberi bukaan berupa kaca atau bukaan alami seperti courtyard didalam ruang. Conserve water Pengolahan grey water atau air bekas tadahan hujan yang digunakan untuk siram tanaman atau flush toilet Penggunaan green wall system yang dapat digunakan sebagai vegetasi vertical Use natural material Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 1

Penggunaan material alami yang tidak merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan pasien. Penggunaan material seperti low e glass yang sangat efisien dalam pencahayaan alami serta membuang panas. 2. Working with climate Orientasi bangunan ditempatkan sesuai dengan lintasan matahari sehingga RS ini berorientasi ke utara - selatan. Memanfaatkan arah angin kawasan tersebut agar pertukaran udara dalam rumah sakit dapat sejuk. Pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerangan alami seperti penggunaan skylight pada bagian tertentu dan bukaan bukaan. 3. Minimizing new resources Recycle and Reuse materials Pemilihan konstruksi bangunan yang dapat dibongkar kembali tanpa merusaknya. Penggunaan material daur ulang yang dapat dibongkar pasang tanpa merusaknya. Penggunaan kembali bangunan atau ruang yang terlantar dengan merubah penataan ruang dan perabot didalamnya Penerapan skala intim pada ruang ruang tertentu seperti pada ruang rawat inap. 4. Respect for users Penggunaan warna lembut untuk menimbulkan kesan tenang dan nyaman seperti dirumah Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 2

Bentuk bangunan persegi, horizontal untuk mempermudah pencapaian pengguna dan pengaturan ruang Penggunaan sirkulasi linier pada bagian rawat inap untuk kemudahan sirkulasi Penggunaan material yang tidak mengganggu kesehatan pasien 5. Respect for site Tidak merusak kondisi eksisting tapak yang ada, tidak menebang pohon atau penanaman kembali (merelokasi) jika diharuskan Memilih sistem struktur serta konstruksi yang sesuai dengan lingkungan tapak Penggunaan sistem cluster pada penataan blok bangunan sehingga dapat mencerminkan kesatuan didalam tapak Bentuk bangunan mengikuti pola sekitar dengan tetap memelihara unsur biotik dan abiotik Denah sebisa mungkin mengikuti bentuk tapak 6. Holism Memelihara lingkungan sekitar serta sumber sumbernya (udara, tanah, air) serta memperbaiki peredaran alamnya Kesimpulan : Perencanaan, penataan bangunan yang menyesuaikan dengan kondisi tapak, iklim, manusia, serta lingkungan sekitar Dari keenam prinsip diatas, maka kelima unsur diatas dapat diaplikasikan dalam kasus, namun lebih menekankan kepada conserving energy, working with climate, respect for users dan respect for site. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 3

4.2. Konsep Perancangan 4.2.1. Building Massing Pemisahan massa berdasarkan kegiatannya, maka kompleksitas kegiatan RS di dalam satu bangunan saja dapat dihindari. Sesuai dengan tema green architecture, bangunanan harus memperhatikan dengan iklim yang ada (working with climate), baik sinar matahari maupun arah angin, massa bangunan harus dapat memperoleh lebih banyak sinar matahari dan angin yang masuk ke dalam bangunan. Bentuk massa bangunan harus menyesuaikan dengan bentuk massa bangunan di lingkungan sekitarnya agar tercipta keharmonisan dengan lingkungan sekitar. Pola massa majemuk, dengan pola konfigurasi masa cluster. Bentuk dasar segiempat agar sinar matahari dan angin yang masuk pada siang hari dapat masuk ke seluruh ruangan sehingga meminimalisir energi (conserving energy), dengan sisi terpendek di sebelah timur dan barat, dan bukaan terbanyak di sisi utara dan selatan sesuai dengan arah angin, ataupun dengan memberikan innercourt. Pola perletakan blok massa Rumah Sakit menggunakan pola perletakkan secara terpusat 4.2.2. Composition On The Site Peletakkan blok massa yang saling berhubungan agar pelayanannya efisien Peletakkan blok massa yang sesuai dengan kebutuhan dari fungsinya Orientasi menghadap ke arah jalan utama. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 4

Lobby utama di dekat jalan utama, dan rawat inap di sisi belakang, serta servis di paling belakang yang tersamar. 4.2.3. Exterior Space KDB yang rendah menyisakan banyak lahan yang tidak boleh terbangun sehingga banyak ruang terbuka hijau baik untuk penyerapan air maupun taman yang bersifat aktif sebagai salah satu healing environment Menyisakan lahan untuk pengembangan pembangunan di masa mendatang Ruang luar yang berbatasan dengan jalan yang terdapat di dalam tapak dapat dijadikan sebagai buffer polusi dan kebisingan dari luar, juga dapat dimanfaatkan sebagai lahan parkir dan jalur sirkulasi kendaraan dan pejalan dengan memanfaatkan material yang ramah lingkungan Buffer di sepanjang jalan, taman yang bersifat aktif (plaza) sebagai pengikat massa-massa yang terpisah, serta taman pasif sebagai healing environment di dekat setiap massa rawat inap Lahan sisa untuk pengembangan yang dapat digunakan untuk lahan hijau sementara. Ruang luar untuk area parkir dan sirkulasi kendaraan serta pejalan menggunakan material conblock ataupun grassblock yang dapat menyerap air. 4.2.4. Easy Identification Of Entry View utama ke arah jalan utama agar dapat mudah dilihat dan dikenali dari luar Entrance pada tapak harus mudah dilihat dan dikenali Pintu masuk harus menonjol agar mudah dikenali, pintu masuk untuk ambulance (UGD) harus mudah dikenali dan terpisah dari pintu masuk lain Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 5

Orientasi bangunan ke arah jalan TB Simatupang Entrance dengan penanda fisik ataupun gerbang Pintu masuk harus menonjol ke arah luar ataupun diberi penanda fisik 4.2.5. Auto Drive Ways Pemisahan jalur sirkulasi dan entrance untuk menghindari terjadinya crossing serta kebingungan di perjalanan Pengaturan jalur sirkulasi agar tetap mengalir sehingga tidak terjadi kuldesak Jalur sirkulasi lebih baik satu arah, di pisahkan jalur masuk ataupun keluar Jalur sirkulasi dapat di pisahkan dengan memberikan batas fisik berupa vegetasi maupun perbedaan level 4.2.6. Drop Offs Drop off dibuat menonjol agar mudah di kenali, dan dibedakan antara drop off ambulance, drop off publik, drop off staf, dan loading dock untuk servis Drop off dibuat dengan menonjol ke arah luar, di beri canopy dan penanda fisik sebagai pembeda antara drop off UGD, publik, staf dan servis 4.2.7. Parking Parkir dibedakan antara parkir publik, parkir ambulance, parkir staff, dan pakir kendaraan servis agar mudah dijangkau dan tidak tercampur Sirkulasi pada area parkir dibuat seefisien mungkin Parkiran dengan membuat perkerasan yang ramah lingkungan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 6

Parkir publik di dekat zona publik dan semipublik, parkir ambulance di dekat UGD, parkir servis di dekat zona servis dan parkir staff di dekat asrama. Bila di perlukan penggunaan semi basement pada bangunan utama agar tidak terlalu gelap dan penghawaan tetap dapat masuk kedalam Parkiran dengan pola parkir 90 derajat Perkerasan parkiran menggunakan grassblock atau conblock agar tetap dapat menyerap air 4.2.8. Service Dapur, laundry, dan pelayanan servis lainnya pada RS terdapat dalam 1 zona servis agar pelayanannya dapat lebih terpusat dan maksimal, memiliki area parkir dan entrance tersendiri Dapur, laundry, dan pelyanan servis lainnya, terdapat dalam satu zona di belakang tapak sesuai dengan arah drainase tapak yaitu ke arah belakang tapak (ke arah sungai), area servis dibuat tersamar dengan vegetasi 4.2.9. Pedestrian Path Pedestrian path sebagai penghubung antar massa, juga sebagai jalur masuk bagi pejalan kaki sebaiknya harus terhindar dari panas, tidak licin dan aksesibel. Penggunaan material pedestrian path haruslah ramah lingkungan Pedestrian path dapat ditutupi dengan canopy dengan vegetasi di sepanjang sisinya, dan diberikan perbedaan level, kemiringan pedestrian path tidak lebih dari 7 derajat atau dengan perbandingan 1:12 agar dapat dilalui oleh pengguna kursi roda Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 7

Penggunaan conblock ataupun grassblock agar dapat menyerap air 4.2.10. Landscaping RTH dapat dimanfaatkan untuk pengolahan lingkungan hidup agar dapat memberikan kenyamanan dan kerileksasian sehingga membantu proses penyembuhan pasien (healing environment), yang juga dapat menjadi area resapan air. Pengolahan RTH sebagai taman yang bersifat aktif maupun pasif (healing garden) di sekitar massa rawat inap juga sebagai buffer polusi (tanaman puring dan pohon bungur / mahoni yang dapat menyerap timbal) dan kebisingan serta penghubung antar massa. 4.2.11. Circulation Sirkulasi dengan pola dasar linear untuk memudahkan pasien Pemisahan sirkulasi agar mempermudah aktivitas di dalamnya termasuk sirkulasi vertikal dan horizontal Sirkulasi yang sesuai dengan kondisi ibu hamil dan anak-anak serta yang aksesibel yang dapat dilalui kursi roda Penggunaan sirkulasi linear, single loaded pada rawat inap dengan pemisahan antar sirkulasi dengan void yang berupa taman di lantai bawah dan skylight pada atapnya, double loaded di ruang lain. Pemisahan lift pasien dan pengunjung, sirkulasi medis (untuk dokter, pasien dan perawat), non medis (pengunjung), serta sirkulasi servis yang terpisah Lebar koridor minimal 2,35 m, derajat kemiringan 7 derajat atau dengan perbandingan 1:12 Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 8

4.2.12. Flow Penataan ruang-ruang dengan pola dasar sirkulasi linear dengan pengelompokkan ruang-ruang sejenis pada satu jalur sirkulasi agar tidak membingungkan pengunjung di dalam bangunan. Flow yang terarah namun memiliki ruang-ruang transisi pada zona yang semakin privat. Pola flow melewati ruang-ruang dan menembus ruang-ruang, pemisahan alur antar zona dapat menggunakan permainan skala, warna, material dan ruangan dengan luas yang lebar seperti zona pada anak dengan warna ceria dan zona ibu dengan warna hangat. Ruang transisisi antara massa utama dengan massa rawat inap dapat berupa taman aktif. 4.2.13. Entry Jalur masuk utama untuk pengunjung maupun pasien berada pada jalan utama Entry harus terlihat jelas, namun tetap menjaga kegiatan di dalamnya Pintu tidak boleh menyulitkan pengguna RS. Main entrance terletak di jalan TB Simatupang Entry pada lobby harus memberi kesan bentuk ruang masuk yang mengundang karena merupakan akses dari tapak ke dalam bangunan rumah sakit. Pada ruang instalasi, ruang konsultasi, ruanng rawat inap, poli-poli, entry harus memberi kesan tertutup dan memperhatikan karakter yang ada di setiap ruangan. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 9

Pintu utama lebih baik beroperasi secara otomatis, pintu-pintu di ruangan lain harus dapat dijangkau, tidak berat, maupun dapat kembali tertutup sendiri, serta lebih baik pintu geser, lebar daun pintu harus dapat dilalui stretcher maupun kursi roda. 4.2.14. Organization Pengelompokkan ruang-ruang sejenis pada 1 jalur sirkulasi Hubungan ruang harus diperhatikan Menghubungkan ruang-ruang antar zona dengan tetap mengoptimalkan ruang secara aksesibiltas agar pengguna rumah sakit tidak bingung dan tersesat di dalamnya. Memisahkan ruang-ruang yang memerlukan tingkat sterilisasi yang lebih tinggi. 4.2.15. Activity Zoning Pemisahan massa berdasarkan zona dan aktivitasnya dan disesuaikan dengan zoning lingkungan sekitar Massa utama di depan, (lobby, administrasi, pelayananan umum, UGD pada lantai dasar, serta pelayanan rawat jalan dan pelayanan kebidanan dan kandungan, dilengkapi dengan farmasi, radiologi, laboratorium di lantai atasnya, serta fasilitas bedah sentral.), massa pemusalaran jenazah dekat dengan pencapaian ambulance, massa rawat inap di area tengah agar terhindar bising dan dapat berhubungan dengan massa utama, massa asrama di belakang, massa servis di belakang. Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 10

4.2.16. Skala Ruang Skala ruang bergantung pada banyaknya jumlah orang yang beraktifitas di dalamnya Skala ruang berpengaruh pada efek psikologis penggunanya Pada lobby langit-langit dibuat tinggi Pada ruang-ruang rawat jalan ataupun rawat inap langit-langit dibuat lebih rendah agar lebih terkesan hangat dan intim 4.2.17. Pencahayaan Memaksimalkan pencahayaan alami yang masuk ke dalam bangunan pada siang hari tanpa membuat bangunan menjadi lebih panas Pada ruang-ruang tertentu dibutuhkan pencahayaan buatan Skylight dengan void dibawahnya, agar area sirkulasi juga dapat mendapatkan pencahayaan alami, pada lobby dibuat konsep atrium Pada ruang bedah digunakan pencahayaan buatan karna membutuhkan cahaya yang tidak memberikan efek bayangan pada objek bedah 4.2.18. Penghawaan Memaksimalkan penghawaan alami yang juga meminimalisir panas ke dalam bangunan Pada ruang-ruang tertentu dibutuhkan penghawaan buatan Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 11

Penataan ruang hijau di luar bangunan juga dapat memberikan efek sejuk ke dalam bangunan, sistem cross ventilation, green wall atau green roof dapat meminimalisir panas, pembuatan inner court dan elemen air dapat memberikan kesejukan di dalam bangunan Pada ruang sterilisasi, ruang bedah, dan ruang isolasi dibutuhkan penghawaan buatan 4.2.19. Building Form Bentuk dasar persegi panjang agar memaksimalkan pencahayaan dan penghawaan alami Pengolahan bentuk bangunan yang sesuai dengan iklim Permainan bentuk seperti undakan ke luar untuk menghasilkan efek shading di sisi barat, dan undakan ke dalam untuk sky garden pemanfaatan matahari pagi di sisi timur 4.2.20. Aesthethic Design Dinding-dinding tiap ruang diberi warna dan sesuai tema Pembentukkan massa RS yang memberikan kesan yang tidak menakutkan bagi pasien Pada unit rawat diberi warna-warna yang ceria dengan tema yang sesuai dengan karakter warna-warna yang hangat dengan tema lembut Permainan massa yang berundak membuat massa lebih terkesan dinamis dan tidak monoton dengan atrium di tengahnya Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 12

4.2.21. Upper Structure Struktur rangka portal yang modular yang sesuai dengan RS yang membutuhkan banyak ruang Atap dapat berupa green roof dan dinding dapat berupa green wall sehingga dapat meminimalisir panas yang masuk ke dalam bangunan Sistem rangka portal dengan jarak kolom 6 meter Atap dak beton pada massa rawat inap, asrama, pemusalaran jenazah, dan servis Penggunaan green roof pada atap massa utama 4.2.22. Sub Structure Penggunaan pondasi yang sesuai dengan keadaan tanak keras dan sesuai dengan ketinggian bangunan Pondasi tiang pancang pada massa utama, massa rawat inap, pada massa servis dan pemusalaran jenazah 4.2.23. Use Of Material Material yang digunakan ramah lingkungan, meminimalisir penggunaan SDA, menggunakan material yang dapat digunakan kembali Penggunaan sistem kebakaran aktif dan pasif Menghindari penggunanaan material kayu, penggunaan grass block atau conblock pada ruang luar agar tetap dapat menyerap air Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 13

Penggunaan material yang tahan api pada unit pelayanan intensif 4.2.24. Environmental Control System Limbah RS dibedakan antara limbah medis dan non medis, karena limbah medis tidak dapat langsung dibuang ke pembuangan kota Meminimalisir penggunaan SDA (air) RTH dapat dimanfaatkan untuk penyerapan air dan dapat menghindari banjir Pembedaan warna pipa antara limbah medis dan non medis Pengolahan air kotor cair yang berasal dari wastafel, floor drain untuk sprinkler tanaman, pengolahan air hujan untuk sprinkler kebakaran atau sprinkler tanaman Banyaknya air yang dapat diserap dapat dimanfaatkan sebagai air sumur dan meminimalisir pasokan air dari pam Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 14