1 + 2 + 3 + 4 + + 97 + 98 + 99 + 100



dokumen-dokumen yang mirip
Bagaimana Mengintegrasikan Kegiatan Eksplorasi di Kelas? Belajar dari Olimpiade Matematika SD

Eksplorasi Matematika di SD/MI: Contohnya, Pengertiannya, dan Keunggulannya

Untuk Apa Belajar Matematika? Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika &

Ayo Belajar Memecahkan Masalah Logika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp:

Memupuk Kemandirian Sebagai Strategi Pengembangan Kepribadian

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN OLIMPIADE MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR?

PENTINGNYA PEMECAHAN MASALAH Fadjar Shadiq, M.App.Sc (Widyaiswara PPPPTK Matematika)

Sistem Pembinaan dan Karakteristik Soal Olimpiade Matematika

Pentingnya Pengetahuan Prasyarat dalam Memecahkan Masalah

Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika?

INVESTIGASI ATAU PENYELIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Fadjar Shadiq (Widyaiswara Madya PPPPTK Matematika)

JAWABAN. Ujian Uraian, 10 Agustus 2008

MEMUPUK KEMANDIRIAN SEBAGAI STRATEGI PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN INDIVIDU SISWA DALAM BELAJAR

Belajar Memecahkan Masalah Matematika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR SISWA Oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc. (WI PPPPTK Matematika)

Bagaimana Cara Guru Memanfaatkan Faktor Sikap dalam Pembelajaran Matematika? Fadjar Shadiq &

BENARKAH GURU MATEMATIKA SEBAIKNYA MENGAJAR SECARA INDUKTIF DAN BUKAN SECARA DEDUKTIF? Fadjar Shadiq, M.App.Sc

BELAJAR MEMECAHKAN MASALAH YUK Fadjar Shadiq, M.App.Sc ( & fadjar_p3g.yahoo.com)

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU MATEMATIKA SMK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MENGACU PADA PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006

Dicetak oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika Tahun 2008

03/02/2010. Mari kita renungkan bersama sama!!!

PENTINGYA STRATEGI PEMODELAN PADA PROSES PEMECAHAN MASALAH

MEMANFAATKAN ALFAMETIKA DAN CRYPTARITHMS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA Fadjar Shadiq

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, pesatnya kemajuan teknologi

Bagaimana Cara Guru Matematika Memfasilitasi Siswanya agar dapat Membangun Sendiri Pengetahuan Mereka?

BELAJAR BERMAKNA DAVID P. AUSUBEL DI SD/MI. Nur Rahmah (Dosen Pendidikan Matematika IAIN Palopo)

MENGAPA TIDAK MENGGUNAKAN PENBELAJARAN REALISTIK PADA PENBELAJARAN PENJUMLAHAN DUA BILANGAN BULAT?

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

Apa dan Mengapa Matematika Begitu Penting? Oleh: Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara PPPPTK Matematika Yogyakarta

Apa dan Mengapa Guru Matematika Harus Menggunakan Teknik Bertanya?

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MATEMATIKA.

PEMBELAJARAN MATEMATIKA; Cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan Strategi Pemodelan dengan Diagram di Sekolah Dasar

HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA. Oleh: Nur Rahmah Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo

PERAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR ANALITIS SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

S K R I P S I untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

Strategi Pemodelan Pada Pemecahan Masalah Matematika, oleh Fadjar Shadiq, M.App.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

Bagaimana Cara Guru Matematika Membantu Siswanya Mempelajari Pernyataan Berkuantor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

BILAMANA PROSES PEMBELAJARAN MENJADI BERMAKNA BAGI SISWA? SUATU TEORI BELAJAR DARI DAVID P. AUSUBEL. Fadjar Shadiq (WI PPPPTK Matematika)

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

Bagaimana Mengajar Pembuktian?

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

BAB I PENDAHULUAN. studi matematika, kemampuan-kemampuan matematis yang diharapkan dapat

PELATIHAN MENGHADAPI OSN MATEMATIKA BAGI GURU DAN SISWA PILIHAN DARI SEKOLAH- SEKOLAH DI BAWAH YAYASAN BINA INSANI


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB I PENDAHULUAN. atau prinsip menuju suatu kesimpulan dan sangat erat kaitannya dengan materi

المفتوح العضوية المفتوح العضوية

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

KEEFEKTIFAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN STRUKTUR ALJABAR TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MAHASISWA

PERANAN PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN KUALITAS OLIMPIADE SAINS NASIONAL TINGKAT SEKOLAH DASAR

INTERPRETASI DAN ANALISIS HASIL JAWABAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 LHOKSEUMAWE PADA MATERI BANGUN DATAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Penalaran dengan Analogi? Pengertiannya dan Mengapa Penting?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

BAB II LANDASAN TEORI

Peran Penting Guru Matematika dalam Mencerdaskan Siswanya

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4. Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo

PENALARAN MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NEGERI 1 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

Pembuktian Tidak Langsung

PENGEMBANGAN WORKBOOK

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

STRATEGI SOLUSI DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PONTIANAK. Nurmaningsih. Abstrak. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan.

Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematik dan Percaya Diri Siswa Kelas X Melalui Model Discovery Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

matematis siswa SMPN 1 Karangrejo Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017 yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada menggunakan mode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

Tiga Hal yang Sering Ditanyakan Guru. Fadjar Shadiq, M.App.Sc & fadjarp3g.wordpress.com) Widyaiswara PPPPTK Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

Transkripsi:

Tipe Soal atau Masalah pada OSN Bidang Matematika SD Fadjar Shadiq, M.App.Sc Widyaiswara Madya PPPPTK Matematika Olimpiade Sains Nasional (OSN) pertama dilaksanakan di PPPPTK Matematika (waktu itu masih bernama PPPG Matematika) Yogyakarta pada September 2002. Pada tahun tersebut yang dilombakan hanya untuk jenjang SMA. OSN kedua di tahun 2003 diselenggarakan di Balikpapan untuk para siswa SD, SMP, dan SMA. OSN tahun 2010 ini rencananya akan dilaksanakan di Medan (Sumatera Utara) pada 1 7 Agustus 2010. Tulisan ini disusun dengan maksud untuk menunjukkan pentingnya belajar memecahkan masalah; diikuti dengan membahas tiga tipe soal pada OSN bidang matematika, dan akan diakhiri dengan membahas antisipasi yang dapat dilakukan untuk menyukseskan OSN sebagai lokomotif penggerak peningkatan mutu pelajaran matematika di Indonesia. Pentingnya Pemecahan Masalah Gauss (1777-1855) dikenal sebagai salah satu dari lima matematikawan terbaik dunia. Ketika ia duduk di bangku Sekolah Dasar, ia dan teman-temannya dihukum untuk menentukan hasil dari penjumlahan berikut. 1 + 2 + 3 + 4 + + 97 + 98 + 99 + 100 Mungkin yang muncul dalam pikiran si Gauss kecil adalah kapan selesainya menentukan hasil penjumlahan itu. Gauss kecil lalu berusaha untuk berkelit dan berpikir keras untuk mencari jalan atau cara lain yang lebih cepat dan mudah. Diceriterakan bahwa dalam waktu yang sangat cepat, Gauss dapat memecahkan masalah tersebut dengan benar. Alangkah hebat kemampuan berpikir Gauss. Kita menduga, yang dilakukan Gauss dapat ditunjukkan dengan diagram berikut: 101 1 + 2 + 3 + 4 + + 97 + 98 + 99 + 100 101 101 Jalan pikiran Gauss kecil adalah sebagai berikut. o Setiap bilangan memiliki pasangan yang jumlahnya 101. o Karena terdapat 100 bilangan yang akan dijumlahkan, maka akan ada 50 pasang bilangan yang jumlahnya 101. o Jadi, jumlah 100 bilangan asli pertama (1 + 2 + 3 + 4 + + 97 + 98 + 99 + 100) adalah 50 101 = 5050. 1

Jelaslah sekarang bahwa belajar matematika, terutama ketika mereka belajar memecahkan masalah seperti yang dilakukan Gauss adalah berlatih untuk menggunakan akal atau otak kita. Itulah sebabnya; Marquis de Condorcet seperti dikutip Fitzgerald dan James (2007: ix) menyatakan: Mathematics, is the best training for our abilities, as it develops both the power and the precision of our thinking. Artinya: Matematika adalah cara terbaik untuk melatih kemampuan berpikir kita, karena matematika dapat mengembangkan kekuatan berpikir dan ketepatan berpikir kita. Sejalan dengan itu, National Research Council dari Amerika Serikat (NRC, 1989:1) menyatakan: Communication has created a world economy in which working smarter is more important than merely working harder.... require worker who are mentally fit workers who are prepared to absorb new ideas, to adapt to change, to cope with ambiguity, to perceive patterns, and to solve unconventional problems. Menurutnya, komunikasi telah menciptakan ekonomi dunia yang lebih membutuhkan pekerja cerdas (smarter) daripada pekerja keras (harder). Dibutuhkkan para pekerja yang telah disiapkan untuk mampu mencerna ide-ide baru (absorb new ideas), mampu menyesuaikan terhadap perubahan (to adapt to change), mampu menangani ketidakpastian (cope with ambiguity), mampu menemukan keteraturan (perceive patterns), dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim (solve unconventional problems). Di Indonesia, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (Depdiknas, 2006) menyatakan: Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Di samping itu, Permendiknas Nomor 22 (Depdiknas, 2006) menyatakan juga bahwa tujuan nomor 3 pelajaran matematika di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD dan MI) adalah agar para siswa dapat: Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan: (a) memahami masalah, (b) merancang model matematika, (c) menyelesaikan model dan (d) menafsirkan solusi yang diperoleh. Empat tujuan lainnya adalah berkait dengan pengetahuan, penalaran, komunikasi, dan sikap menghargai kegunaan matematika. Pada dasarnya, soal-soal OSN dirancang agar menjadi atau terkategori sebagai masalah bagi setiap pesertanya; sehingga para peserta OSN ditantang untuk belajar berpikir, bernalar, dan memecahkan masalah. Tentang perbedaan antara soal latihan atau soal rutin dengan masalah, Andreescu & Gelca (2009: xv) menyatakan: The problems are definitely not exercises. Our definition of an exercise is that you look at it and you know immediately how to complete it. It is just a question of doing the work. Whereas by a problem, we mean a more intricate question for which at first one has probably no clue to how to approach it, but by perseverance and inspired effort, one can transform it into a sequence of exercises. Artinya, masalah jelas berbeda dengan soal latihan. Soal latihan dapat didefinisikan sebagai ketika Anda melihatnya maka Anda dapat dengan cepat menyelesaikannya. Hal itu hanyalah pertanyaan untuk melakukan pekerjaan (yang rutin). Sedangkan yang dimaksud dengan masalah adalah pertanyaan yang lebih ruwet di mana si pelaku belum memiliki petunjuk sama sekali untuk menyelesaikannya, akan tetapi dengan ketekunan, kekerasan hati, dan usaha keras, maka seseorang dapat mengubah masalah tersebut menjadi soal latihan atau soal rutin. Di saat Anda diminta untuk menentukan hasil 4,5 4,7; maka yang dibutuhkan hanyalah kemampuan mengingat yang dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah (low order thinking skills). 2

Tiga Tipe Soal OSN Soal yang digunakan pada OSN ada tiga bentuk atau tiga format seperti dijelaskan pada tabel di bawah ini. Bentuk Soal Banyak Soal Skor per Total Waktu (Jam) Soal Skor Isian Singkat 25 1 25 1 Uraian 13 3 39 1,5 Eksplorasi 6 6 36 2 Total 44-100 4,5 Bentuk soal isian singkat dan uraian diujikan pada hari pertama, sedangkan bentuk soal eksplorasi diujikan pada hari kedua. Berikut ini adalah contoh soal bentuk isian singkat. Fahmi diminta mencari bilangan 6-angka yang memenuhi persyaratan berikut: i. Empat angka yang terletak di tengah adalah 2009. ii. Angka terdepannya (angka ratus-ribuannya) merupakan bilangan genap. iii. Bilangan dimaksud harus habis dibagi 8 dan juga habis dibagi 3. Bilangan yang memenuhi ketiga persyaratan di atas adalah.... [Soal Isian Singkat No 13, OSN 2009, Matematika Tingkat SD/MI] Untuk soal isian singkat di atas, jawabannya adalah 420096, tidak lebih dan tidak kurang dari itu. Bentuk soal isian singkat biasanya sudah diketahui dan dikenal para siswa dan guru SD. Pada tipe soal bentuk isian singkat ini, peserta hanya diminta memberikan jawaban akhir saja. Namun untuk sampai ke kesimpulan seperti itu alternatif langkahnya adalah tidak sesederhana itu. Pada soal di atas, bilangan yang akan dicari harus habis dibagi 8; dengan demikian, sesuai persyaratan suatu bilangan habis dibagi 8, maka dua bilangan terakhirnya adalah 96. Selanjutnya, persyaratan suatu bilangan habis dibagi 3 adalah jumlah angka-angkanya harus habis dibagi 3. Jumlah angka-angka pada bilangan 20096 (lima angka) adalah 17; sehingga angka paling depan yang mungkin adalah 1, 4 atau 7. Karena angka terdepannya merupakan bilangan genap sehingga bilangan dimaksud adalah 420096. Bilangan 420096 mesti habis dibagi 8 karena dua angka terakhirnya, yaitu 96 yang habis dibagi 8. Bilangan tersebut juga mesti habis dibagi 3 karena jumlah angka-angka pada bilangan 420096, yaitu 4 + 2 + 0 + 0 + 9 + 6 = 21 yang juga habis dibagi 3. Secara umum, bentuk soal isian singkat belum dapat menggambarkan dan menunjukkan bagaimana peserta memanfaatkan pengetahuan dan kompetensi matematikanya untuk memecahkan masalahnya. Namun jika peserta hanya menebak saja, maka kemungkinan besar tebakannya akan salah. Perhatikan sekarang contoh di bawah ini yang merupakan contoh soal bentuk uraian berbahasa Inggris yang merupakan nomor terakhir pada soal bentuk uraian. Seperti halnya bentuk isian singkat, bentuk (format) soal uraian sudah diketahui dan dikenal para guru dan siswa SD. Pada soal bentuk uraian, peserta dituntut untuk menjelaskan dan memberikan argumentasi terhadap jawaban yang telah ditemukannya. Secara umum, soal uraian dapat dijadikan bentuk isian singkat dengan cara tidak meminta alasan bagi para peserta. 3

On January 29, the standing of Group B in the 2008 Africa Cup was shown in the following table. At that time, every team had played two games. Team Game Win Draw Lost Goal For-Against Ivory Coast 2 2 0 0 5-1 Mali 2 1 1 0 1-0 Nigeria 2 0 1 1 0-1 Benin 2 0 0 2 1-5 Reading the table, what is the score of the game between Ivory Coast and Benin? (Soal/Tes Bentuk Uraian Nomor 13 pada Olimpiade Sain Nasional 2008, 10 Agustus 2008 di Makassar). Jawaban soal di atas adalah skor pertandingan antara Pantai Gading melawan Benin adalah 4-1. Aternatif alasan atau argumentasinya, Pantai Gading (Ivory Coast) menang 2 kali. Negara yang pernah kalah hanya Nigeria dan Benin. Dengan demikian, Pantai Gading menang dari Nigeria dan Benin. Mali harus bermain seri dengan Nigeria. Akibat selanjutnya, Mali harus menang dari Benin. Perhatikan selisih gol yang didapat Mali, yaitu 1-0. Dengan demikian, Mali menang dari Benin dengan skor 1-0 (agar menang), dan seri lawan Nigeria dengan skor 0-0 (agar seri). Karena Nigeria seri melawan Mali dengan skor 0-0; maka Pantai Gading menang dari Nigeria dengan skor 1-0. Terakhir dapat disimpulkan hasil pertandingan Pantai Gading melawan Benin adalah 4-1. Bentuk atau format soal isian ini menekankan pada penjelasan dan pembenaran terhadap jawaban yang diperoleh, namun bukan dalam bentuk argumentasi yang formal dan ketat sebagaimana yang dituntut dalam matematika lanjut. Perhatikan tiga gambar persegi-panjang di bawah ini. Kita dapat menyimpulkan bahwa: i. Dengan menggambar satu garis akan didapatkan dua daerah. ii. Dengan menggambar dua garis paling banyak akan didapatkan empat daerah. iii. Dengan menggambar tiga garis paling banyak akan didapatkan tujuh daerah. Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 a. Dengan menggambar empat garis, paling banyak ada berapa daerah yang didapat? b. Dengan menggambar tujuh garis, paling banyak ada berapa daerah yang didapat? c. Dengan menggambar duapuluh garis, paling banyak ada berapa daerah yang didapat? (Soal/Ujian Eksplorasi Nomor 2 pada Olimpiade Sain Nasional 2008, 10 Agustus 2008 di Makassar). Soal di atas adalah soal bentuk eksplorasi. Berhentilah membaca naskah ini untuk beberapa saat. Cobalah untuk menyelesaikan soal di bawah ini terlebih dahulu. Bentuk (format) eksplorasi, mungkin masih merupakan istilah baru atau asing bagi sebagian guru SD. Istilah eksplorasi merupakan kata yang sering muncul di bidang 4

pertambangan, yaitu suatu kegiatan penyelidikan (investigasi) sebelum kegiatan eksploitasi dilaksanakan. Pada soal bentuk ini, peserta hanya diminta untuk menuliskan jawabannya saja. Namun sebelum ia menemukan jawabannya, maka setiap peserta dituntut untuk melakukan kegiatan mencoba-coba. Sebagai hasil mencoba-coba, para peserta diharapkan dapat menemukan suatu pola (keteraturan) dan memberikan pendapat yang bersifat umum tentang pola tersebut. Salah satu alternatif penyelesaian soal eksplorasi di atas adalah dengan menyusun tabel yang menunjukkan hubungan antara banyaknya garis dengan banyaknya daerah seperti ditunjukkan tabel berikut. Banyaknya Garis Banyaknya Daerah 0 1 1 2 2 4 3 7 Perhatikan keteraturan (pola) pada penambahan satu garis pada setiap keadaan. Pada Gambar 1, banyaknya daerah yang pada awalnya 1 menjadi 2. Artinya, ada penambahan 1 daerah. Pada Gambar 2, banyaknya daerah yang pada awalnya 2 (pada Gambar 1) menjadi 4. Artinya, ada penambahan 2 daerah. Daerah mana saja yang bertambah? Mengapa bertambah 2? Pada Gambar 3, banyaknya daerah yang pada awalnya 4 (pada Gambar 2) menjadi 7. Artinya, ada penambahan 3 daerah. Daerah mana saja yang bertambah? Mengapa bertambah 3? Hasil eksplorasi tersebut dapat digunakan untuk memanipulasi banyaknya daerah; sehingga didapat tabel baru hasil manipulasi seperti di bawah ini. Banyaknya Banyaknya Manipulasi Banyaknya Daerah Garis Daerah 0 1 1 = 1 1 2 1 + 1 = 2 2 4 1 + 1 + 2 = 1 + 3 3 7 1 + 1 + 2 + 3 = 1 + 6 Berdasarkan pola (keteraturan) yang ada. Dapatlah diduga bahwa jawaban a pada soal di atas adalah 1 + 1 + 2 + 3 + 4 = 1 + 10 = 11 daerah. Cara cepat untuk menentukan 1 4 5 + 2 + 3 + 4 adalah = 10. Jawaban tersebut adalah benar jika kita cek dengan 2 membuat garis ke 4. Seperti ditunjukkan gambar di bawah ini. Gambar 3 Gambar 4 Perhatikan garis putus-putus pada Gambar 4 yang menunjukkan adanya penambahan 4 daerah baru. Bersama-sama dengan gambar sebelumnya, para siswa diharapkan dapat menentukan jawaban soal b dan c, yaitu: b. Untuk 10 garis, daerah yang didapat sebanyak: 1 + 1 + 2 + 3 + 4 +... + 10 = 1 + 55 = 56 5

c. Untuk 50 garis akan didapat daerah sebanyak: 1 + 1 + 2 + 3 + 4 +... + 50 = 1 + 1275 = 1276 Meskipun pada soal bentuk eksplorasi ini, para peserta hanya diminta untuk menuliskan jawabannya saja. Namun setiap peserta dituntut untuk melakukan kegiatan mencoba-coba terlebih dahulu, lalu mereka diharapkan dapat menemukan pola (keteraturan) dan memberikan pendapat yang bersifat umum tentang pola tersebut. Jika ada peserta yang salah dalam melakukan kegiatan mencoba-coba atau keliru dalam menemukan pola (pattern) maka hasil yang didapat akan salah juga. Sesuai dengan teori kemungkinan (probabilitas), maka sangatlah kecil kemungkinannya bagi seorang peserta untuk melakukan dugaan yang benar dalam menjawab soal eksplorasi tersebut. Mengingat pendeknya waktu dan banyaknya peserta selama OSN, diasumsikan bahwa jika proses eksplorasinya dilakukan dengan benar, maka diharapkan jawabannya akan benar juga. Begitu juga sebaliknya, jika hasil akhirnya benar; maka para peserta diasumsikan secara profesional telah melaksanakan proses eksplorasi dengan benar. Antisipasi Menyukseskan OSN Selama kegiatan olimpiade, bukan hasil akhirnya saja yang dipentingkan, namun yang jauh lebih penting lagi adalah proses berpikir dan bernalarnya. Untuk mendapatkan hasil yang benar, para siswa dituntut untuk melakukan langkah-langkah yang benar. Karenanya, jika Bruner (pada Cooney dkk, 1975) berpendapat bahwa belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan ( learning by discovery is learning to discover ); maka penulis dapat menyatakan di sini bahwa selama proses pemecahan masalah, yang dilakukan para peserta selama olimpiade matematika berlangsung dan selama pembinaan di daerah adalah untuk melakukan dan berlatih memecahkan masalah non-rutin secara benar. Artinya, para siswa calon peserta OSN dilatih untuk mampu memecahkan masalah. Contohnya, ketika mendapat soal, para siswa dituntut untuk memahami soalnya, lalu mengingat soal-soal yang sejenis dengan soal itu, diikuti dengan merancang penyelesaiannya. Jadi, para peserta tidak dilatih cara dan langkah tertentu ketika mengerjakan soal tertentu. Di samping itu, selama proses pemecahan masalah; dan terutama selama proses bereksplorasi, para siswa dilatih untuk tidak hanya menerima sesuatu yang sudah jadi seperti layaknya hanya diberi seekor ikan yang dapat langsung dimakan selama sehari saja, namun, mereka dilatih seperti layaknya belajar cara menangkap ikan sehingga ia bisa makan ikan untuk seumur hidupnya. Untuk itu, para siswa harus mempelajari cara-cara menemukan teori sederhana selama duduk di bangku sekolah, termasuk di bangku SD yang akan sangat berguna di kelak kemudian hari, ketika mereka duduk di jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun di tempat kerjanya. Itulah sebabnya, berkait dengan dua istilah tentang konten dan proses, ada kecenderungan di antara para pakar pendidikan matematika di dunia untuk lebih menekankan pada pencapaian tujuan proses daripada kontennya, sebagaimana dinyatakan Bastow, Hughes, Kissane, dan Mortlock (1986:1) berikut: Among many mathematics educators there is a growing recognition of the need in school mathematics to increase the emphasis placed on process objectives. Sebagaimana sudah disampaikan tadi, kegiatan pemecahan masalah ini kaya dengan pencapaian tujuan proses tanpa menafikan pencapaian kontennya. Pada akhirnya, dengan kegiatan OSN ini, sangatlah diharapkan pencapaian tujuan pendidikan nasional akan lebih cepat terwujud. Seberbakat bagaimanapun seorang pemain bola, ia tidak akan pernah menjadi pemain besar tanpa berlatih bermain bola. Analoginya, sehebat bagaimanapun seorang siswa dan guru, ia tidak akan pernah menjadi pemecah masalah yang tangguh tanpa belajar memecahkan masalah. Agar para siswa berhasil pada olimpiade matematika; maka selama pemilihan calon peserta olimpiade maupun selama pembinaan di daerah para peserta yang dipilih adalah para siswa yang ditengarai memiliki potensi pemecahan 6

masalah dan mereka dibina dan difasilitasi untuk berlatih memecahkan masalah nonrutin secara benar. Mudah-mudahan usaha Kemdiknas untuk mencerdaskan bangsa dapat berhasil, sehingga pada akhirnya akan muncul pemecah masalah tangguh dan penemu hebat dari bumi persada Indonesia. Insya Allah. Daftar Pustaka Andreescu, T. & Gelca, R. (2009) Mathematical Olympiad Challenges. Boston: Birkhäuser. Bastow, B. Hughes, J. Kissane, B. & Randall, R. (1986). Another 20 Mathematical Investigational Work. Perth: The Mathematical Association of Western Australia (MAWA). Cooney, T.J., Davis, E.J., Henderson, K.B. (1975). Dynamics of Teaching Secondary School Mathematics. Boston: Houghton Mifflin Company. NRC (1989). Everybody Counts. A Report to the Nation on the Future of Mathematics Education. Washington DC: National Academy Press Fitzgerald, M. and James, I. (2007). The Mind of the Mathematician. Baltimore: The Johns Hopkins University Press. 7