BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA (CV.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/ menyebutkan bahwa perusahaan yang go

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

Standar Ketenagakerjaan Internasional tentang Kesetaraan dan Non Diskriminasi

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

2. Konsep dan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

Discrimination and Equality of Employment

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

PERSAMAAN GENDER DALAM PENGEMBANGAN DIRI. Oleh Marmawi 1

Pertanyaan awal : mengapa pembangunan merupakan isu gender?

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ( kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. rumah adalah ayah, namun seiring dengan berkembangnya zaman, tidak

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

KETIMPANGAN GENDER DIBEBERAPA BIDANG PEMBANGUNAN DI BALI Oleh : Ni Luh Arjani

1Konsep dan Teori Gender

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

DEPUTI PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini boleh dibilang nyaris tidak ada jenis profesi yang belum terambah perempuan. Perempuan telah meninggalkan kehidupannya yang khas pada era agraris. Pada era tersebut dia adalah makhluk rumah sejat, mengasuh anak-anaknya dengan setia, dan berperan serta dalam perekonomian keluarga dengan aktivitas di ladang-ladang tradisional sekitar rumahnya. Seiring terjadinya perubahan struktur perekonomian nasional yang mengarah pada industrialisasi, peran perempuan mengalami perubahan. Perempuan pun berbaur dengan laki-laki memasuki dunia publik untuk menjadi pekerja (sebagai faktor produksi). Menurut Tjandraningsih (1999), meskipun di sektor publik adalah domain laki-laki, namun tidak dapat disangkal keterlibatan perempuan di sektor tersebut menunjukkan kecenderungan meningkat meskipun secara absolut tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki, namun secara relatif tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat lebih cepat dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data BPS tahun 2002, selama 2 dekade terakhir partisipasi angkatan kerja perempuan mengalami peningkatan yang cukup mengesankan. Pada tahun 1995 TPAK perempuan sebesar 40,5% dan pada tahun 2002 naik menjadi 44,2%. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa peranan perempuan dalam angkatan kerja menjadi semakin penting. Meningkatnya jumlah perempuan di sektor publik berkaitan erat dengan dibukanya kesempatan kepada perempuan untuk bekerja di sektor publik terutama dengan bekerja sebagai pekerja. Munculnya industrialisasi membuka peluang bagi perempuan, sehingga perempuan dapat turut berperan secara ekonomi bekerja menghasilkan materi (uang) untuk kehidupan dirinya maupun keluarganya.

2 Dengan semakin banyak tenaga kerja perempuan memasuki pasar kerja, maka semakin tinggi kualitas hidup perempuan dan keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya penambahan penghasilan keluarga, dan pemberian jaminan sosial yang diberikan perusahaan, yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, namun dugaan ini masih perlu pembuktian (Widanti, 2005). Beberapa dari hasil penelitian ditemukan bahwa keterlibatan perempuan menjadi tenaga kerja di sektor industri atau pabrik, tak lepas dari berbagai tindakan diskriminatif yang terjadi di lingkungan tempat mereka bekerja. Perempuan masih dianggap sebagai tenaga kerja nomor dua (sekunder) dan upah tenaga kerja perempuan diperlakukan diskriminatif dengan laki-laki, dilihat dari resiko serta beban kerjanya (Suyanto dan Hendrarso, 1996 dalam Safitri, 2006). Kondisi kerja seperti itu menggambarkan kurangnya pemahaman pekerja laki-laki dan perempuan tentang keadilan/kesetaraan gender dalam industri. Gender diartikan sebagai konstruksi sosial budaya yang membedakan karakteristik maskulin dan feminin. Gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Pembedaan laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin hanya menunjuk pada perbedaan biologis semata. Perbedaan secara biologis ini tidak dapat memasukkan dinamika sosial budaya yang sangat bervariasi antar struktur sosial masyarakat. Gender merupakan pembedaan laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang membentuk identitas laki-laki dan perempuan serta pola perilaku dan kegiatan yang menyertainya. Pengertian gender ini memberikan ruang yang sangat dominan terhadap dinamika sosial budaya masyarakat untuk turut mempengaruhi pembedaan peran laki-laki dan perempuan. Seperti yang telah diungkapkan di atas, peningkatan partisipasi kerja perempuan dapat mempengaruhi pasar kerja, dan juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan pekerja itu sendiri, serta kesejahteraan keluarganya. Keinginan meneliti tentang Marginalisasi Perempuan dalam Industri dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Pekerja ini timbul dari adanya fakta berdasarkan penelitian sebelumnya (Rohmah, 2006) yang menggambarkan bahwa keterlibatan perempuan dalam berbagai sektor pembangunan, memiliki manfaat, yaitu sebagai

3 pekerja yang mampu memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri dengan cara mengaktualisasikan diri, dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan keluarga). Menurut Sajogyo (1983), yang menjadi masalah perempuan dalam masyarakat yang sedang berkembang adalah tingginya perbedaan imbalan dan penghargaan yang diterima antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja perempuan masih dipandang hanya sebagai pelengkap dari tenaga kerja laki-laki, dan karena itu imbalan upah yang harus mereka terima menjadi lebih kecil dari upah atau nafkah pekerja laki-laki. Apalagi, jika kenyataan menunjukkan bahwa dalam hal pendidikan dan keterampilan, tenaga kerja perempuan masih sangat terbelakang, meskipun sebenarnya bila diberikan kesempatan yang sama tidak sedikit pekerja perempuan yang mampu berprestasi dengan kaum laki-laki. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan perempuan bekerja di sektor publik tersebut, dan tidak terlepas dari berbagai faktor dan pertimbangan, muncul permasalahan-permasalahan yang dianggap menyudutkan dan merugikan perempuan. Perempuan selalu ditempatkan dan diperlakukan tidak sama dengan laki-laki. Permasalahan yang sudah umum terjadi antara lain adanya terjadinya ketimpangan gender, seperti marginalisasi dalam kesempatan kerja, pembagian kerja, dan pemberian upah kerja yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Seiring dengan perkembangan masalah tersebut, Pemerintah menetapkan UU No 7 tahun 1984 pada tanggal 24 Juli 1984, tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan untuk memberikan perlindungan pada perempuan agar perempuan memiliki akses dan kontrol terhadap berbagai sumber daya dan meningkatkan keterampilan. Hal ini perlu diperhatikan karena peningkatan peranan perempuan di dalam berbagai sektor publik semakin meluas dan agar keterlibatan ini tidak mengakibatkan ketimpangan gender. Jika dilihat dari segi kemanfaatan bagi pekerja perempuan itu sendiri, nilai manfaat dengan hambatan yang harus dihadapi sering tidak seimbang. Bergesernya pembagian kerja secara seksual ke pembagian gender seringkali menjadi lain ketika mereka memasuki dunia publik. Misalnya saja banyak jenis pekerjaan laki-laki yang dapat dikerjakan oleh perempuan, namun karena adanya

4 bias gender, hal tersebut menjadi penghambat perempuan untuk dapat menunjukkan kemampuannya melakukan pekerjaan tersebut. Inilah fenomena masyarakat, yang meskipun semakin berkembang namun pandangan umum tentang perempuan bekerja masih terjadi bias gender dalam memandang dan memperlakukan perempuan. Bias gender tersebut kemudian memunculkan masalah yang berkaitan dengan tingkat partisipasi perempuan bekerja dalam sektor publik. Hal itu merupakan salah satu penyebab terjadinya ketimpangan atau ketidakadilan gender antara pekerja laki-laki dan perempuan yang kemudian akan mempengaruhi kondisi kerja pekerja itu sendiri. Jika sudah terkait dengan kondisi kerja, maka itu juga akan terkait dengan seberapa besar tingkat kesejahteraannya. Sehubungan dengan hal itu, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kondisi kerja pekerja perempuan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan keluarga. 1.2 Perumusan Masalah Untuk memahami realitas dari kondisi ketimpangan gender yang terjadi pada pekerja perempuan maka ada beberapa pertanyaan spesifik, yaitu : 1. Bagaimana kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik Industri? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi kerja tersebut? 3. Bagaimana hubungan kondisi kerja pekerja perempuan terhadap tingkat kesejahteraan keluarganya? 4. Selain kondisi kerja, faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga pekerja CV. Mekar Plastik Industri? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik Industri, mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi kondisi kerja tersebut, menganalisis hubungan kondisi kerja pekerja perempuan tersebut terhadap kesejahteraan keluarga pekerja, dan mendeskripsikan faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan tersebut.

5 1. 4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terkait. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam menentukan perundang-undangan ketenagakerjaan, terutama tentang ketenagakerjaan perempuan yang peka gender untuk upaya pemberdayaan dan peningkatan peran perempuan dalam sektor pembangunan. Bagi kalangan akademis dan peneliti lain, dapat digunakan sebagai alternatif bahan referensi penelitian dan penulisan berikutnya, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan gender dan ketenagakerjaan perempuan. Bagi pabrik, penelitian ini berguna untuk mengetahui sejauhmana kebijakan pabrik memberi dampak terhadap kesejahteraan pekerja. Bagi pekerja, terutama pekerja perempuan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep gender dan isu-isu ketimpangan yang selama ini ada di sekitar mereka, sehingga dengan penelitian ini diharapkan membantu laki-laki dan perempuan untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan.