PENGGANDAAN SKALA BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menggandakan skala bioproses dengan menggunakan salah satu metoda

dokumen-dokumen yang mirip
11/23/2007 MATERI KULIAH 7 REKAYASA BIOPROSES

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-8 Penggandaan Skala (Scale up) Bioproses. Penggandaan skala bioproses:

VI. DASAR PERANCANGAN BIOREAKTOR. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat membuat dasar rancangan bioproses skala laboratorium

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-2. Prinsip Bioreaktor & Sistem Batch

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Strategi Perancangan Bioreaktor: Pertemuan Ke-6 Dasar Perancangan Bioreaktor

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-4 Dasar Perancangan Bioreaktor

IV. BIOREAKTOR SISTEM BATCH. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses batch dalam bioreaktor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangan bioproses. By: KUSNADI,MSI.

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bioreaktor sistem batch: Bioreaktor Sistem Batch. Sistem Bioreaktor ideal:

Peningkatan Skala (scalingup) Bioreaktor. Djumali Mangunwidjaja Bagian Bioindustri Dept Teknologi Industri Pertanian,IPB

PERANCANGAN MIXER MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB RYN MATERI KULIAH KALKULUS TEP FTP UB

Matematika Terapan dan Pemodelan (RK 1441): Konsep Dasar Pemodelan

VIII. PENGENDALIAN BIOPROSES. Kompetensi: Setelah kuliah mahasiswa dapat menetapkan kendali bioproses pada rancangan bioproses

V. BIOREAKTOR SISTEM KONTINYU. Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menyusun alur proses kontinyu dalam bioreaktor

Bioreaktor Sistem Fedbatch & Kontinyu

PENGENDALIAN BIOPROSES

Pokok Bahasan V RANCANG BANGUN BIOREAKTOR

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Rekayasa Bioproses. Pertemuan Ke-3. Bioreaktor Sistem Kontinyu

Rekayasa Bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-5 Bioreaktor Sistem Kontinyu. Bioreaktor sistem kontinyu:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN HIDRODINAMIKA DAN TRANSFER MASSA PROSES ABSORBSI PADA VALVE TRAY DENGAN MENINJAU PENGARUH VISKOSITAS CAIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.1.

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rekayasa Bioproses. Prinsip pengendalian bioproses. Deskripsi. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Pertemuan Ke-9 Pengendalian Bioproses

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

SATUAN OPERASI FOOD INDUSTRY

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR CAMPURAN BLACK LIQOUR-UDARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.3.Manfaat Percobaan 1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh variabel laju alir gas terhadap hold up gas (ε).

FENOMENA PERPINDAHAN LANJUT

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Penentuan parameter..., Nita Anggreani, FT UI, 2009

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

PRARANCANGAN PABRIK NATRIUM DIFOSFAT HEPTAHIDRAT DARI NATRIUM KLORIDA DAN ASAM FOSFAT KAPASITAS TON / TAHUN

PHENOMENA PENCAMPURAN BALIK DIDALAM REAKTOR PLUG FLOW. ZUKRINA MASYITOH, ST Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

Pemodelan Matematika dan Metode Numerik

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

TIN 330 (2 3) DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN 2010

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

Scale-Up of Food Process

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR (FFE) DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA DITINJAU DARI PENGARUH ARAH ALIRAN UDARA

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemodelan Numerik Reaksi Enzimatik Imobilisasi

KIMIA FISIKA I TC Dr. Ifa Puspasari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Kajian Pola Aliran Berayun dalam Kolom Bersekat

Fisika Panas 2 SKS. Adhi Harmoko S

LEMBAR PENGESAHAN. : Prak. Teknologi Kimia Industri

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:

PENGELOMPOKAN DAN PEMILIHAN MESIN PENGERING

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir.

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

c. Suhu atau Temperatur

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

Aliran Fluida. Konsep Dasar

VI. Teori Kinetika Gas

Teknologi pengeringan bed fluidasi (fluidized Bed)

LAPORAN SKRIPSI ANALISA DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA CAMPURAN GAS CH 4 -CO 2 DIDALAM DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER DENGAN METODE CONTROLLED FREEZE OUT-AREA

Dokumen Kurikulum Program Studi Teknik Kimia. Lampiran II

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

SKRIPSI. IMPLEMENTASI FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK MENGATUR ph NUTRISI PADA SISTEM HIDROPONIK NUTRIENT FILM TECHNIQUE (NFT)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

RENCANA PEMBELAJARAN (RP) / GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) E-LEARNING MATA KULIAH FENOMENA TRANSPORT

Dr. Ir. Susinggih Wijana, MS. Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

II. Pertumbuhan dan aktivitas makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

Kata kunci: fluida, impeller, pengadukan, sekat, vorteks.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 DATA PENGAMATAN. mol NaCl

BIODATA MAHASISWA. Nama :. NIM :. Tempat/Tanggal Lahir:. Alamat Cilegon :.. . No. Handphone :.

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER DAN BAHAN AJAR FISIKA HAYATI. Oleh : Tri Sudyastuti

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D

BAB 7 SUHU DAN KALOR

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Transkripsi:

VII. PENGGANDAAN SKALA BIOREAKTOR Kompetensi: Setelah mengikuti kuliah mahasiswa dapat menggandakan skala bioproses dengan menggunakan salah satu metoda A. Pengembangan Bioproses Bioreaktor dapat digunakan sebagai bejana reaksi dalam berbagai ukuran yang digunakan untuk kuantifikasi fenomena bioproses, mulai dari skala laboratorium sampai skala pilot plant dan skala industri. Pengalihan data proses dari skala laboratorium sampai ke skala produksi komersial umumnya berlangsung dalam 3 tahapan. Tahap pertama merupakan pencarian atau pemilihan jenis-jenis sel makhluk hidup yang mempunyai sifat unggul. Tahap ke dua diuji pada kondisi media atau lingkungan untuk menyesuaikan dengan kondisi produksi. Pada tahap ini diperoleh perilaku secara kuantitatif maupun semi kuantitatif dalam sistem bioproses yang digunakan. Pada skala pilot plant sudah diuji dengan kondisi teknis yang diterapkan pada skala industri. Peningkatan proses dari skala laboratorium ke pilot-plant dan selanjutnya ke skala industri umumnya sangat bersifat empirik, dapat dibantu dengan model. Berdasar hasil penelitian yang diperoleh di laboratorium, dapat diprediksi suatu strategi optimal untuk mengoperasikan bioreaktor pada skala industri berdasarkan model yang berkaitan dengan fisiologi sel makhluk hidup, pengaliran, atau perpindahan massa. Pengembangan proses berdasar pendekatan empiris-pragmatis Pada pengembangan proses menggunakan pendekatan empiris pragmatis, dilakukan setelah evaluasi ekonomis untuk suatu proses produksi. Kajian bioreaktor skala pilot plant dilakukan untuk memperoleh hasil yang secara ekonomis menentukan mutu produk. Biasanya kriteria yang digunakan adalah konsumsi tenaga (P/V), serta kemampuan perpindahan massa dan panas. Sebagai contoh perpindahan oksigen 43

44 dinyatakan dalam OTR. Pada waktu yang sama dipilih kriteria yang secara pragmatis dapat digunakan untuk meningkatkan unit produksi ke skala industri. Misalnya pada kondisi P/V tetap dan OTR tetap. Skema pengembangan proses berdasar pendekatan empiris-pragmatis dapat digambarkan sebagai berikut: Pengembangan proses berdasar pendekatan empiris-sistematis (pemodelan matematik) Bioreaktor yang mempunyai proses kompleks, tidak dapat menggunakan pendekatan sederhana seperti pendekatan empiris-pragmatis. Pendekatan yang lebih sistematis dapat menggunakan model matematik. Dengan pendekatan matematik, maka hasil uji dalam setiap tahap merupakan masukan bagi tahap berikutnya. Pada tahap pertama hasil penelitian laboratorium dianalisis untuk memperoleh kinetika bioproses yang terjadi. Besaran kuantitatif bioreaktor dikaji berdasarkan ciri perpindahan fisik, seperti OTR dan waktu pencampuran. Analisis kinetika bioproses dikerjakan menggunakan bantuan model matematik. Berdasar

45 pendekatan ini, pada skala pilot plant mempunyai arti lebih penting daripada model bioproses yang diperoleh dari skala laboratorium. Pilot Plant digunakan untuk memverifikasi kinerja model bioreaktor dan bioreaktor ideal. Skema pendekatan ini dapat dilihat pada gambar berikut: Fenomena Rancangbangun Bioreaktor Dalam rancangbangun bioreaktor, terdapat tiga fenomena penting yang diperhatikan dalam perancangan, yaitu: Fenomena termodinamik (tidak tergantung pada skala) Fenomena mikrokinetik (tidak tergantung pada skala) Fenomena perpindahan (tergantung pada skala) Fenomena termodinamik, misalnya kelarutan oksigen tidak tergantung pada ukuran bioreaktor. Fenomena mikrokinetik, misal perilaku intrinsik makhluk hidup yang mekanisme pengaturannya ada di dalam sel makhluk hidup tersebut. Sedangkan fenomena perpindahan, misal unsur hara atau nutrien atau substrat yang dikonsumsi

46 makhluk hidup dipasok melalui perpindahan massa, makhluk hidup juga merupakan subyek fenomena geser yg merupakan perpindahan momentum. Proses perpindahan sangat tergantung pada skala. Perpindahan massa dapat terjadi dari media ke dalam sel makhluk hidup. Proses perpindahan dalam bioreaktor terjadi menurut dua mekanisme perpindahan, yaitu pengaliran (konveksi) dan difusi (konduksi). Proses perpindahan yang sangat tergantung pada ukuran atau skala, dapat ditulis sebagai: Tetapan waktu perpindahan untuk pengaliran : tr = L/V Untuk bejana berpengaduk: V = NxL maka kebutuhan tenaga per satuan volume (P/V) pada peningkatan skala: tr = L2/3 Tetapan waktu perpindahan secara difusi : td = L2/D Waktu perpindahan (tr dan td ) dapat meningkat selama peningkatan skala, sedang waktu konversi (tc) relatif tetap Fenomena yang berkaitan erat dengan pengaliran dan difusi adalah: Gaya geser Pencampuran Perpindahan massa Perpindahan panas Kinetika makro (perpaduan kinetika mikro dengan difusi) Fenomena yang berkaitan dengan pengaliran dan difusi dapat digambarkan berikut:

47 Metoda untuk meningkatkan skala (scale-up) bioreaktor, yaitu: Metoda dasar Metoda semi dasar Analisis dimensional Kaidah ibu jari (rules of thumb) Coba-coba (trial and error)

48 Cara lain untuk memperkecil perbedaan skala lab dan lapangan adalah dengan teknik pengecilan ukuran (Scale down) pada kondisi sama (OTR, waktu pencampuran, gaya geser, dan substratatau nutrien) dengan kondisi dalam skala penuh. Skala penuh Rancangan awal Bioreaktor skala penuh Penerapan pada skala penuh Skala kecil Simulasi skala kecil Kondisi lingkungan sama Dengan skala penuh Pemilihan galur optimasi kondisi lingkungan B. Metoda Dasar Pada metoda ini menggunakan pemecahan neraca mikro untuk perpindahan momentum, massa, dan panas. Akan tetapi ini menjadi rumit karena: Harus menggunakan komponen perpindahan dalam 3 arah. Neraca bersifat ganda, pemecahan neraca momentum menghasilkan komponen alir yang harus digunakan dalam neraca massa dan panas. Neraca momentum umumnya digunakan untuk zat alir homogen, yang sangat tidak realistik untuk skala yang lebih besar. Metoda dasar ini hanya dapat digunakan untuk: Sistem sederhana Kondisi aliran jelas (misal aliran laminar) Tidak ada aliran (sel makhluk hidup yang diam) C. Metoda semi dasar Pada metoda ini menggunakan pemecahan neraca yang disederhanakan. Pemecahan neraca didasarkan pada penggunaan persamaan aliran yang disederhanakan. Model aliran yang banyak digunakan adalah: Aliran curah (bulk flow)

49 Aliran piston (plug flow) Aliran piston dengan dispersi Aliran tercampur baik ( dalam 1 tangki atau seri beberapa tangki) Neraca massa untuk aliran piston satu arah secara dispersi dapat dirumuskan: (-v(dc/dx 2 ))+(De(d 2 c/dx 2 ))-r=0 Neraca massa untuk seri beberapa tangki (tangki no. n+1) dirumuskan sebagai: Q v (C n -C n+1 )=V n+1 r n+1 Neraca tersebut dapat dianalisis menggunakan metoda numerik atau analitik. Pengukuran distribusi waktu tinggal (RTD = Residence Time Distribution) penting untuk mempelajari perilaku aliran dalam bioreaktor. Metoda semi dasar ini yang digabung dengan kaidah ibu jari merupakan metoda yang paling luas penggunaannya untuk rancang bangun bioreaktor. D. Analisis dimensional Metoda analisis dimensional merupakan teknik yang menggunakan gugus nirmatra (tidak berdimensi) sebagai parameter dalam rancang bangun bioreaktor yang dijaga tetap selama peningkatan skala. Arti fisik gugus nirmatra itu adalah tetapan waktu untuk mekanisme yang berbeda. Apabila pada keadaan awal neraca momentum, massa, panas, dan batasnya ditulis dalam bentuk nismatra, maka sejumlah bilangan nirmatra akan muncul dengan sendirinya.

50 Contoh bilangan yang termasuk Nirmatra yang digunakan untuk scale-up bioreaktor Momentum Reynolds Gaya dakhil / Gaya viskositas Re=QvD(Re b =QND 2 ) π π Massa Fourier Waktu proses / Waktu difusi Fo=Dt/D 2 Panas Nusselt Perpindahan panas total / perpindahan panas konduksi Reaksi Kimia Damkohler I Laju reaksi kimia / perpindahan massa secara konveksi Nu=α.aD/λ Da 1 =rl 2 /vc E. Kaidah ibu jari (rules of thumb) Metode ini menggunakan patokan perpindahan oksigen (po 2 ) adalah fungsi dari K la yang merupakan fungsi dari P/V. Persentase industri yang menggunakan patokan untuk peningkatan skala adalah menggunakan tetapan P/V (30%), tetapan K la (30%), tetapan V ip (20%), tetapan po 2 (20%). Pada bejana berpengaduk persamaan K la adalah: Kla = e(pg/v)a.(vs)b Peningkatan skala menyebabkan nilai a dan b mendekati sistem koalesensi, pengaruh ukuran bioreaktor pada nilai eksponen a dan b dapat dilihat pada tabel berikut:

51 Ukuran bejana/m3 a b 0,005 0,5 1,0 0,002-2,6 0,95 0,6-0,7 0,4-0,5 0,4 0,67 0,67 0,50 0,50 F. Coba-coba (trial and error) Metoda coba-coba merupakan cara lama yang sudah jarang digunakan dalam peningkatan skala, karena banyak kelemahan. Metoda ini diterapkan secara bertahap pada sejumlah bioreaktor yang ukurannya meningkat. Kondisi proses ditentukan, misal laju pengadukan, susunan media/nutrisi, dan kondisi lingkungan lain. Walaupun jarang digunakan untuk peningkatan skala bioproses, tetapi metoda ini masih banyak digunakan untuk optimasi proses