PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

BADAN PUSAT STATISTIK

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPSPROVINSI JAWATIMUR

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

Transkripsi:

BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 SEBANYAK 153,21 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 0,50 persen poin dari 12,40 persen pada Maret 2015 menjadi 11,90 persen pada September 2015. Penduduk miskin Sulawesi Barat pada September 2015 sebanyak 153,21 ribu jiwa atau berkurang 7,27 ribu jiwa dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2015. Selama satu semester (Maret 2015 - September 2015), persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sebesar 1,83 persen poin dan secara absolut jumlah penduduk miskin perkotaan mengalami penurunan sebesar 4,88 ribu jiwa. Sementara itu, di daerah perdesaan jumlah dan persentase penduduk miskin juga mengalami penurunan sebesar 2,39 ribu jiwa (0,17 persen poin). Garis Kemiskinan (GK) Sulawesi Barat sebesar Rp. 277.479,- per kapita per bulan atau meningkat 5,96 persen bila dibandingkan Maret 2015. Kontribusi Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2015 sebesar 79,11 persen. Terdapat 5 komoditi makanan di bulan September 2015 yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan yaitu beras, rokok kretek filter, tongkol/tuna/cakalang, gula pasir dan minyak kelapa. Untuk komoditi bukan makanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan yaitu biaya perumahan dan pendidikan. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) Sulawesi Barat sebesar 1,54 atau menurun 0,39 poin bila dibandingkan Maret 2015, sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) Sulawesi Barat sebesar 0,31 atau menurun 0,15 poin bila dibandingkan Maret 2015. Hal tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin itu sendiri semakin mendekati (cenderung homogen). Persentase penduduk menurut status kemiskinan pada September 2015, yaitu: Sangat Miskin (SM) 2,59 persen; Miskin (M) 9,31 persen; dan Tidak Miskin (TM) 88,10 persen 1 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016

1. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan September 2015 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan September 2015. Jumlah sampel sebesar ± 75.000 rumah tangga dimaksudkan supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. 2. Perkembangan Garis Kemiskinan Maret 2015 September 2015 Garis Kemiskinan merupakan ukuran penentu yang dipergunakan dalam menentukan miskin atau tidaknya seseorang. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 1. Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah, September 2014 September 2015 Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) Perkotaan September 2014 196.282 49.667 245.959 Maret 2015 204.476 52.529 257.004 September 2015 212.226 56.854 269.080 Perdesaan September 2014 197.261 49.074 246.695 Maret 2015 209.873 53.237 263.110 September 2015 221.332 58.262 279.594 Kota+Desa September 2014 197.309 49.214 246.524 Maret 2015 208.787 53.095 261.881 September 2015 219.500 57.979 277.479 Sumber: BPS, Diolah dari data Susenas September 2014 - September 2015 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016

Garis Kemiskinan September 2015 sebesar Rp. 277.479,- per kapita per bulan atau meningkat sebesar 12,56 persen dibandingkan September 2014 dan meningkat 5,96 persen dibandingkan Maret 2015. Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Pada tabel 1, terlihat bahwa kontribusi komoditi makanan masih lebih besar dibandingkan kontribusi komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2015 kontribusi GKM terhadap GK sebesar 79,11 persen atau mengalami penurunan sebesar 0,62 persen poin dibandingkan Maret 2015. Baik daerah perkotaan maupun perdesaan, 5 komoditi makanan yang memberi kontribusi terbesar Garis Kemiskinan Makanan pada September 2015 yaitu beras, rokok kretek filter, tongkol/tuna/cakalang, gula pasir dan minyak kelapa. Sementara itu, perumahan, pendidikan, bensin dan listrik merupakan komoditi bukan makanan yang masuk 5 besar memberikan kontribusi terbesar terhadap Garis Kemiskinan Non Makanan baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2015 Komoditi Kota Komoditi Desa (1) (2) (3) (4) Makanan Beras 44,55 Beras 46,47 Rokok kretek filter 13,57 Rokok kretek filter 10,25 Tongkol/tuna/cakalang 9,29 Tongkol/tuna/cakalang 8,74 Gula pasir 5,63 Gula pasir 4,83 Minyak kelapa 2,88 Minyak kelapa 2,83 Mie instan 2,74 Bandeng 2,78 Telur ayam ras 2,56 Mie instan 2,26 Bukan Makanan Perumahan 29,82 Perumahan 36,20 Pendidikan 13,97 Pendidikan 10,44 Listrik 9,95 Bensin 8,65 Bensin 8,71 Kayu bakar 5,97 Perlengkapan mandi 5,16 Listrik 5,63 Kayu bakar 3,41 Perlengkapan mandi 4,32 Angkutan 3,07 Sabun cuci 3,50 Sumber: Diolah dari data Susenas September 2015 3. Perkembangan Kemiskinan Maret 2015 September 2015 Persentase penduduk miskin di Provinsi Sulawesi Barat pada September 2015 sebesar 11,90 persen atau menurun 0,15 persen poin dibandingkan September 2014 dan menurun 0,50 persen poin dibandingkan Maret 2015. Secara absolute jumlah penduduk miskin Provinsi Sulawesi Barat pada bulan September 2015 mengalami penurunan bila dibandingkan September 2014 maupun Maret 2015, masing-masing terjadi penurunan sebesar 1,48 ribu jiwa dan 7,27 ribu jiwa. Penurunan absolute jumlah penduduk miskin pada September 2015 terutama terjadi di daerah perkotaan, penurunan jumlah penduduk miskin tersebut sebesar 7,36 ribu jiwa bila dibandingkan September 2014 dan 4,88 ribu jiwa bila dibandingkan Maret 2015. Sementara itu, di daerah perdesaan pada September 2015 terjadi penurunan absolute jumlah penduduk miskin sebesar 2,39 ribu jiwa bila dibandingkan Maret 2015, dan terjadi peningkatan absolute jumlah penduduk miskin sebesar 5,88 ribu jiwa bila dibandingkan September 2014. 3 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016

Tabel 3. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, September 2014 September 2015 Daerah/Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Persentase Penduduk Miskin (1) (2) (3) Perkotaan September 2014 29,87 9,99 Maret 2015 27,39 10,52 September 2015 22,51 8,69 Perdesaan September 2014 124,82 12,67 Maret 2015 133,09 12,87 September 2015 130,70 12,70 Kota+Desa September 2014 154,69 12,05 Maret 2015 160,48 12,40 September 2015 153,21 11,90 Sumber: BPS, Diolah dari data Susenas September 2014 - September 2015 Gambaran penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan selama Maret 2015-September 2015 diduga disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: a. Selama periode Maret September 2015 pertumbuhan Garis Kemiskinan lebih tinggi dibandingkan Inflasi, yaitu 5,96 persen berbanding 3,13 persen. b. Beras yang merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, khususnya Sulawesi Barat mengalami penurunan harga pada September 2015, yaitu sebesar 0,25 persen bila dibandingkan Maret 2015. c. Upah buruh bangunan mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada September 2015, yaitu sebesar 30,56 persen bila dibandingkan Maret 2015. d. Selama kurun waktu Maret September 2015, Sulawesi Barat mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 10,18 persen. 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Prespektif kemiskinan tidak cukup berhenti pada berapa jumlah dan persentase penduduk miskin saja. Akan tetapi, pembahasan tersebut menyangkut tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan, agar permasalahan kemiskinan secara holistik dapat diketahui. Strategi penanggulangan kemiskinan tidak hanya menekankan pada pengurangan penduduk miskin, akan tetapi juga bagaimana memperkecil kedalaman dan keparahan kemiskinan yang terjadi di suatu wilayah. Tingkat kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan mengalami penurunan pada September 2015. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) September 2015 sebesar 1,54 atau menurun 0,30 poin dibandingkan September 2014 dan menurun 0,29 poin dibandingkan Maret 2015. Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) September 2015 sebesar 0,31 atau menurun 0,21 poin dibandingkan September 2014 dan menurun 0,15 poin dibandigkan Maret 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis Kemiskinan, sedangkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin itu sendiri semakin kecil. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016

Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) Menurut Daerah, September 2014 September 2015 Tahun Kota Desa Kota + Desa (1) (2) (3) (4) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) September 2014 2,21 1,86 1,94 Maret 2015 1,49 2,04 1,93 September 2015 0,90 1,70 1,54 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) September 2014 0,76 0,44 0,52 Maret 2015 0,36 0,49 0,46 September 2015 0,13 0,35 0,31 Sumber: BPS, Diolah dari data Susenas September 2014 - September 2015 Perubahan P1 (September 2014 September 2015) di daerah perdesaan sebesar -0,16 poin, sedangkan di daerah perkotaan sebesar -1,31 poin. Sementara itu, perubahan P2 (September 2014 September 2015) di daerah perdesaan sebesar -0,09 poin, sedangkan di daerah perkotaan sebesar -0,63 poin. Bila dibandingkan selama periode 6 bulan (Maret 2015 September 2015) di daerah perkotaan juga mengalami penurunan P1 dan P2 masing-masing sebesar -0,59 poin dan -0,23 poin, sedangkan di daerah perdesaan juga mengalami penurunan P1 dan P2 masing-masing -0,34 poin dan -0,14 poin. Berdasarkan kedua indikasi diatas menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perkotaan masih lebih baik daripada daerah perdesaan pada September 2015. 5. Perkembangan Penduduk Menurut Status Kemiskinan Status kemiskinan penduduk terbagi kedalam 3 kategori berdasarkan perhitungan Garis Kemiskinan (GK), antara lain: a. Sangat Miskin (SM), yaitu apabila pendapatan per kapita per bulan lebih kecil daripada 0,8 Garis Kemiskinan. b. Miskin (M), yaitu apabila pendapatan per kapita per bulan berada diantara 0,8 Garis Kemiskinan hingga 1,0 Garis Kemiskinan. c. Tidak Miskin (TM), yaitu apabila pendapatan per kapita per bulan lebih besar daripada 1,0 Garis Kemiskinan. Persentase penduduk dengan status SM pada September 2015 sebesar 2,59 persen atau menurun 1,17 persen poin dibandingkan Maret 2015, sedangkan persentase penduduk dengan status M pada September 2015 sebesar 9,31 persen atau meningkat 0,67 persen poin dibandingkan Maret 2015. Sementara itu, persentase penduduk dengan status TM pada September 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,50 persen poin dibandingkan Maret 2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5. 5 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016

Tabel 5. Persentase Penduduk Menurut Status Kemiskinan, Maret September 2015 Tahun Kota Desa Kota + Desa (1) (2) (3) (4) Sangat Miskin (SM) Maret 2015 2,72 4,02 3,76 September 2015 0,61 3,09 2,59 Miskin (M) Maret 2015 7,79 8,85 8,64 September 2015 8,08 9,62 9,31 Tidak Miskin (TM) Maret 2015 89,48 87,13 87,60 September 2015 91,31 87,30 88,10 Sumber: BPS, Diolah dari data Susenas Maret - September 2015 6. Perkembangan Kemiskinan Tahun 2006 2014 Selama tahun 2006 sampai dengan Maret 2015, persentase penduduk miskin cenderung mengalami penurunan, hanya pada Maret 2011 yang sedikit mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pada September 2013, penurunan persentase penduduk miskin tidak diikuti dengan penurunan jumlah penduduk miskinnya. Fenomena ini diduga disebabkan terjadinya pertumbuhan penduduk di daerah perdesaan sebagai dampak kelahiran di Kabupaten Majene, Mamasa dan Mamuju. Berdasarkan angka Susenas menunjukkan dari 10.000 penduduk yang diamati di perdesaan terdapat 88 jiwa diantaranya penduduk yang baru dilahirkan. Begitu pula September 2014, penurunan persentase penduduk miskin juga tidak sejalan dengan jumlah penduduk miskinnya, hal ini diduga karena terjadi peningkatan jumlah penduduk akibat faktor kelahiran di Kabupaten Pemekaran, yaitu Mamuju Tengah. Maret 2015 persentase dan jumlah penduduk miskin sejalan mengalami peningkatan, hal ini di duga karena terjadinya inflasi yang cukup tinggi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan serta meningkatnya harga beras pada periode September 2014 Maret 2015. Sementara itu pada September 2015 persentase dan jumlah penduduk miskin sejalan mengalami penurunan, hal ini di duga karena pertumbuhan Garis Kemiskinan (5,96 persen) pada kurun waktu Maret September 2015 lebih tinggi dibandingkan inflasi (3,13 persen) serta menurunnya harga beras dan meningkatnya upah buruh bangunan pada kurun waktu yang sama. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016

Gambar 1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Sulawesi Barat, 2006 September 2015 205.21 189.90 171.10 158.23 141.33 164.10 162.80 159.50 158.20 151.10 151.70 153.90 154.69 160.48 153.21 20.74 19.03 16.73 15.29 13.58 13.89 13.64 13.24 13.01 12.30 12.23 12.27 12.05 12.40 11.90 2006 2007 2008 2009 2010 Mar 2011 Sept 2011 Mar 2012 Sept 2012 Mar 2013 Sept 2013 Mar 2014 Sept 2014 Mar 2015 Sep 2015 Jumlah penduduk miskin (ribu jiwa) Persentase penduduk miskin Sumber: BPS, Diolah dari data Susenas 2006 September 2015 7. Perbandingan Kemiskinan di Pulau Sulawesi Persentase penduduk miskin pada September 2015 di Pulau Sulawesi menunjukkan kecenderungan meningkat atau menurun yang sama, 3 provinsi mengalami peningkatan, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dengan peningkatan tertinggi sebesar 0,84 persen poin di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penurunan persentase penduduk miskin juga terjadi di 3 provinsi, yaitu Sulawesi Tangah, Gorontalo dan Sulawesi Barat dengan penurunan tertinggi sebesar 0,59 persen poin di Provinsi Sulawesi Tengah. Jika ditinjau menurut persentase penduduk miskin terendah maka Sulawesi Barat masih berada pada posisi ke-3 setelah Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Tabel 6. Persentase Penduduk Miskin Antar Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun 2006 September 2015 Tahun Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sulawesi Gorontalo Utara Tengah Selatan Tenggara Barat (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 2006 11,54 23,63 14,57 23,37 29,13 20,74 2007 11,42 22,42 14,11 21,33 27,35 19,03 2008 10,10 20,75 13,34 19,53 24,88 16,73 2009 9,79 18,98 12,31 18,93 25,01 15,29 2010 9,10 18,07 11,60 17,05 23,19 13,58 Maret 2011 8,51 15,83 10,29 14,56 18,75 13,89 September 2011 8,46 16,04 10,27 14,61 18,02 13,64 Maret 2012 8,18 15,40 10,11 13,71 17,33 13,24 September 2012 7,64 14,94 9,82 13,06 17,22 13,01 Maret 2013 7,88 14,67 9,54 12,83 17,51 12,30 September 2013 8,50 14,32 10,32 13,73 18,01 12,23 Maret 2014 8,75 13,93 10,28 14,05 17,44 12,27 September 2014 8,26 13,61 9,54 12,77 17,41 12,05 Maret 2015 8,65 14,66 9,39 12,90 18,32 12,40 September 2015 8,98 14,07 10,12 13,74 18,16 11,90 Sumber: Diolah dari data Susenas 2006 September 2015 7 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016

Lampiran Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Tiap Provinsi dan Indonesia, Maret - September 2015 Maret 2015 September 2015 No Provinsi Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan) Persentase Penduduk Miskin (%) Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan) Persentase Penduduk Miskin (%) 1. Aceh 851,59 17,08 859,41 17,11 2. Sumatera Utara 1.463,67 10,53 1.508,14 10,79 3. Sumatera Barat 379,61 7,31 349,53 6,71 4. Riau 531,39 8,42 562,92 8,82 5. Jambi 300,71 8,86 311,56 9,12 6. Sumatera Selatan 1.145,63 14,25 1.112,53 13,77 7. Bengkulu 334,07 17,88 322,83 17,16 8. Lampung 1.163,49 14,35 1.100,68 13,53 9. Bangka Belitung 74,09 5,40 66,62 4,83 10. Kepulauan Riau 122,40 6,24 114,83 5,78 11. DKI Jakarta 398,92 3,93 368,67 3,61 12. Jawa Barat 4.435,70 9,53 4.485,65 9,57 13. Jawa Tengah 4.577,04 13,58 4.505,78 13,32 14. DI Yogyakarta 550,23 14,91 485,56 13,16 15. Jawa Timur 4.789,12 12,34 4.775,97 12,28 16. Banten 702,40 5,90 690,67 5,75 17. Bali 196,71 4,74 218,79 5,25 18. Nusa Tenggara Barat 823,89 17,10 802,29 16,54 19. Nusa Tenggara Timur 1.159,84 22,61 1.160,53 22,58 20. Kalimantan Barat 383,70 8,03 405,51 8,44 21. Kalimantan Tengah 147,70 5,94 148,13 5,91 22. Kalimantan Selatan 198,44 4,99 189,16 4,72 23 Kalimantan Timur 212,89 6,23 209,99 6,10 24. Kalimantan Utara 39,69 6,24 40,93 6,32 25. Sulawesi Utara 208,54 8,65 217,15 8,98 26. Sulawesi Tengah 421,63 14,66 406,34 14,07 27. Sulawesi Selatan 797,72 9,39 864,51 10,12 28. Sulawesi Tenggara 321,88 12,90 345,02 13,74 29. Gorontalo 206,84 18,32 206,51 18,16 30. Sulawesi Barat 160,48 12,40 153,21 11,90 31. Maluku 328,41 19,51 327,78 19,36 32. Maluku Utara 79,90 6,84 72,65 6,22 33. Papua Barat 225,36 25,82 225,54 25,73 34. Papua 859,15 28,17 898,21 28,40 INDONESIA 28.592,79 11,22 28.513,57 11,13 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret September 2015 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016

BPS PROVINSI SULBAR Informasi lebih lanjut hubungi: Soman Wisnu Darma Kepala Bidang Statistik Sosial 9 Berita Resmi Statistik Provinsi Sulawesi Barat No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016