KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015

dokumen-dokumen yang mirip
KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2015

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2016

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER, 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

BADAN PUSAT STATISTIK

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT SEPTEMBER 2011 RINGKASAN

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

Transkripsi:

KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA SEPTEMBER 2015 No. 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 28,40 PERSEN Persentase, penduduk Miskin di Papua selama enam bulan terakhir mengalami kenaikan sebesar 0,23 persen poin yaitu dari 28,17 persen pada Maret 2015 menjadi 28,40 persen pada September 2015. Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin terkonsentrasi di daerah persesaan, pada September 2015 sebanyak 37,34 persen penduduk miskin hidup di perdesaan sedangkan di perkotaan hanya sebesar 3,61 persen. Garis Kemiskinan (GK) di perkotaan pada September 2015 sebesar Rp445.057,- lebih tinggi dari GK perdesaan yang mencapai Rp392.446. Hal ini berarti, biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan. Peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan), yaitu 75,19 persen berbanding 24,81 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap GK di perkotaan adalah beras, rokok kretek, kua basah, telur ayam ras, tongkol/tuna/cakalang dan kembung. Sedangkan komoditi yang berpengaruh besar terhadap GK di perdesaan adalah ketela rambat, beras, rokok kretek, daging babi dan gula pasir. Pada periode Maret 2015 September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin meenjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin besar. 1 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2009 Maret 2015 Selama lima belas tahun terakhir (1999-2015) kondisi kesejahteraan masyarakat Papua kian membaik. Tercatat persentase penduduk miskin pada periode tersebut menurun secara signifikan sebesar 26,34 persen, yaitu dari 54,75 persen pada Maret 1999 menjadi 28,40 pada September 2015. Pada lima tahun pertama Otonomi Khusus (Otsus) Papua berjalan (2001-2005) persentase penduduk miskin menurun sebesar 0,97 persen, yaitu dari 41,80 persen menjadi 40,83 persen. Sedangkan pada lima tahun kedua pelaksanaan Otsus (2006-2010) persentase penduduk miskin menurun sebesar 4,72 persen. Penurunan persentase penduduk miskin terbesar terjadi pada periode Maret 2010 - Maret 2011 di mana terdapat 4,82 persen penduduk yang pada tahun 2010 penghasilannya di bawah garis kemiskinan kini bergeser di atas garis kemiskinan sehingga menjadi tidak miskin. Gambar 1. Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Papua Tahun 1999-2015 54,75 41,52 38,69 46,35 37,08 36,80 41,8 41,8 40,83 40,78 39,03 31,24 31,52 30,66 37,53 31,98 31,11 31,13 30,05 27,8 28,17 28,40 % Miskin Ket : - Data sebelum tahun 2006 masih gabung dengan Papua Barat Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016 2

2. Tingkat Kemiskinan menurut Tipe Daerah Dilihat menurut tipe daerahnya, penduduk miskin di Papua terkonsentrasi di daerah perdesaan, di mana pada September 2015 terdapat 37,34 persen penduduk miskin tinggal di perdesaan, sedangkan di perkotaan hanya 3,61 persen. Jika dibandingkan dengan kondisi pada periode sebelumnya (Maret2015), terdapat kenaikan persentase penduduk miskin di daerah perdesaan sebesar 0,68 persen. Namun hal sebaliknya terjadi di daerah perkotaan, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 1 persen. Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Papua menurut Daerah, 2001-2015 Tahun Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa 1 2 3 4 2001 9,23 53,14 41,80 2002 9,76 51,21 41,80 2003 8,32 49,75 39,03 2004 7,71 49,28 38,69 2005 9,23 50,16 40,83 2006 8,71 51,31 41,52 2007 7,97 50,47 40,78 2008 7,02 45,96 37,08 2009 6,10 46,81 37,53 2010 5,55 46,02 36,80 Mar-11 4,60 41,58 31,98 Sep-11 4,75 40,53 31,24 Mar-12 4,24 40,55 31,11 Sep-12 5,81 39,39 30,66 Mar-13 6,11 39,92 31,13 Sep-13 5,22 40,71 31,52 Mar-14 4,47 38,92 30,05 Sep-14 4,46 35,87 27,80 Mar-15 4,61 36,66 28,17 Sep-15 3,61 37,34 28,40 Ket : - Data sebelum tahun 2006 masih gabung dengan Papua Barat 3 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016

3. Tingkat Kemiskinan menurut Provinsi Gambar 2 menunjukkan persentase penduduk miskin menurut provinsi se-indonesia berdasarkan data Susenas September 2015. Dari gambar tersebut tampak bahwa tiga provinsi di Kawasan Timur Indonesia yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah dengan persentase penduduk miskin terbesar yaitu berturut-turut 28,40 persen; 25,73 persen; dan 22,58 persen. Dari 34 provinsi, 22 provinsi diantaranya mengalami penurunan persentase penduduk miskin, dengan penurunan terbesar terjadi di Provinsi DI Yogyakarta, yang mencapai 1,75 persen. Sementara 12 provinsi lainnya mengalami kenaiakan dengan kenaikan terbesar terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara, yang mencapai 0,84 persen. Gambar 2. Persentase Penduduk Miskin Maret 2014 dan Perubahan Persentase Penduduk Miskin Periode Maret 2015 September 2015 menurut Provinsi Papua Papua Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Gorontalo Bengkulu Aceh Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Sumatera Selatan Sulawesi Tenggara Lampung Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Sulawesi Barat INDONESIA Sumatera Utara Sulawesi Selatan Jawa Barat Jambi Sulawesi Utara Riau Kalimantan Barat Sumatera Barat Kalimantan Utara Maluku Utara Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Banten Bali Bangka Belitung Kalimantan Selatan DKI Jakarta -0,09-0,03-0,15-0,16-0,72-0,56-0,59-0,48-0,82-0,26-1,75-0,06-0,50-0,09-0,60-0,62-0,13-0,03-0,46-0,15-0,57-0,27-0,32 0,23 0,03 0,84 0,26 0,73 0,04 0,26 0,33 0,40 0,41 0,08 0,51 19,36 18,16 17,16 17,11 16,54 14,07 13,77 13,74 13,53 13,32 13,16 12,28 11,90 11,13 10,79 10,12 9,57 9,12 8,98 8,82 8,44 6,71 6,32 6,22 6,10 5,91 5,78 5,75 5,25 4,83 4,72 3,61 22,58 25,73-5 0 5 10 15 20 25 30 Perubahan Mar -15 s.d. Sep - 15 % Miskin 28,40 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016 4

4. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2015 September 2015 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Seiring dengan kenaikan harga (inflasi) yang terjadi dari tahun ke tahun, besarnya GK juga mengalami peningkatan. Selama Maret 2015 September 2015 terjadi kenaikan GK sebesar Rp4,354,- atau sebesar 1,08 persen. Ditinjau menurut tipe daerahnya, GK daerah perkotaan pada Maret 2015 sebesar Rp440.697,- lebih tinggi dibanding GK perdesaan yang mencapai Rp388.095,-. Hal ini berarti, biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada di perdesaan. Tabel 2. Garis Kemiskinan Provinsi Papua menurut Daerah 2010 September 2015 Garis Kemiskinan Tahun (Per Kapita Per Bulan) Kota Desa K+D 1 2 3 4 2010 298.285 247.563 259.128 Mar-11 314.606 262.626 276.116 Sep-11 320.321 266.271 280.302 Mar-12 321.228 271.431 284.388 Sep-12 344.415 281.022 297.502 Mar-13 362.401 298.395 315.025 Sep-13 387.789 322.079 339.096 Mar-14 404.944 338.206 355.380 Gambar 3. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan, 2010 September 2015 68.151 64.674 194.454 207.965 68.88670.079 211.416 214.309 74.162 223.340 86.624 89.772 77.372 237.652 252.472 265.608 91.417 266786 99.224 302807 100.806 305579 Sep-14 408.419 340.846 358.204 Mar-14 440.697 388.095 402.031 Sep-15 445.057 392.446 406.385 Makanan Non Makanan Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan 5 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016

makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan September 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 75,19 persen (Rp305.579/kapita/bulan), dan GKBM hanya menyumbang 24,81 persen (Rp100.806/kapita/bulan) dari total GK Provinsi Papua. Komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK berbeda jenisnya antara daerah perkotaan dan perdesaan. Lima komoditi terbesar yang memberi pengaruh terhadap kenaikan GK di perkotaan adalah beras (16,60 persen), rokok kretek filter (6,08 persen), tongkol/tuna/cakalang (5,13 persen), Daging ayam ras (3,71 persen), dan Gula Pasir (2,62 persen). Sedangkan lima jenis komoditi yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan GK di perdesaan adalah ketela rambat/ubi (18,21 persen), beras (13,20 persen), ketela pohon/singkong (4,52 persen), rokok kretek filter (4,09 persen), dan gula passir (3,90 persen). Tabel 3. Daftar Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2015 No Kota Komoditi Share Thd GK (%) Desa Komoditi Share Thd GK (%) 1 Beras 16.60 Ketela rambat/ubi 18.21 2 Rokok kretek filter 6.08 Beras 13.20 3 Tongkol/tuna/cakalang 5.13 Ketela pohon/singkong 4.52 4 Daging Ayam Ras 3.71 Rokok kretek filter 4.09 5 Gula Pasir 2.62 Gula pasir 3.90 6 Kue Basah 2.22 Pisang 3.06 7 Telur Ayam Ras 1.96 Daging ayam ras 2.64 8 Tahu 1.93 Mie instan 2.51 9 Kembung 1.83 Daging babi 2.44 10 Mie Instan 1.76 Bayam 2.39 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016 6

5. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Sisi lain dari kemiskinan, selain jumlah dan persentase penduduk miskin yang juga perlu mendapat perhatian adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan terkait kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selama periode 2007 2015 indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan Indeks keparahan kemiskinan (P2) di Papua umumnya memiliki kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,84 pada Maret 2007 menjadi 9,25 pada September 2015. Namun tidak demikian dengan Indeks Keparahan Kemiskinan yang justru mengalami kenaikan dari 3,88 menjadi 3,78 pada periode yang sama (Tabel 4). Penurunan nilai indeks kedalaman mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan kenaikan indeks keparahan menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin justru semakin besar. Namun jika dilihat pada periode Maret 2015 September 2015, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan Provinsi Papua mengalami kenaikan yang cukup besar. Tercatat P1 naik 0,43 poin, sementara itu P2 naik sebesar 1,6 poin. Kondisi ini menunjukkan rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Provinsi Papua semakin menjauh dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin semakin besar. Tahun Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menurut Daerah, Maret 2007 September 2015 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Desa K+D Kota Desa K+D 1 2 3 4 5 6 7 2007 1,25 13,67 10,84 0,29 4,94 3,88 2008 1,73 13,60 10,89 0,54 5,04 4,01 2009 0,80 11,51 9,07 0,17 3,81 2,98 2010 0,78 11,89 9,36 0,17 4,32 3,37 Mar-11 0,70 10,37 7,86 0,15 3,74 2,80 Sep-11 0,84 10,41 7,93 0,24 3,65 2,76 Mar-12 0,65 10,47 7,91 0,14 3,72 2,79 Sep-12 1,27 9,49 7,35 0,48 3,13 2,44 Mar-13 1,11 8,92 6,89 0,29 2,88 2,21 Sep-13 0,48 8,69 6,56 0,10 2,67 2,01 Mar-14 0,72 8,96 6,84 0,17 3,04 2,30 Sept-14 0,48 8,48 6,40 0,10 2,91 2,19 Mar-15 0,79 11,72 8,82 0,21 5,07 3,78 Sep-15 0,35 12,46 9,25 0,05 7,31 5,39 Sumber: Diolah dari data Susenas 2007-2015 7 Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di daerah perdesaan jauh lebih tinggi daripada perkotaan. Pada bulan Maret 2015, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 0,35 sementara di daerah perdesaan mencapai 12,46. Demikian juga untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di mana nilai Indeks untuk perkotaan hanya 0,05 sementara di daerah perdesaan mencapai 7,31. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan jauh lebih parah daripada daerah perkotaan karena dari semua segi (jumlah, persentase, kedalaman maupun keparahan kemiskinan) daerah perdesaan jauh lebih memprihatinkan dibanding daerah perkotaan. 6. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Pendekatan yang digunakan ada dua macam yaitu pendekatan mikro dan pendekatan makro. b. Pendekatan mikro diperoleh dari pendataan secara lengkap (sensus), sehingga didapatkan data mengenai penduduk miskin hingga ke individu. Misalnya PSE05 (Pendataan Sosial Ekonomi Tahun 2005) dan PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) tahun 2008 dan 2011 yang menghasilkan database penduduk miskin yang dijadikan dasar pemberian BLT atau BLSM. Karena besarnya biaya yang diperlukan, pendekatan ini tidak dapat dilakukan setiap tahun. c. Pendekatan makro diperoleh melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yaitu dengan mengambil sebagian sampel dari populasi yang ada kemudian digunakan sebagai dasar estimasi untuk menggambarkan keadaan wilayah tersebut, dengan demikian data yang dihasilkan adalah data agregat. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index (persentase penduduk miskin terhadap total penduduk), Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Kelebihan dari pendekatan ini adalah biayanya relatif lebih murah dan waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data lebih singkat, sehingga dapat dilakukan tiap tahun dan dapat digunakan untuk memantau perkembangan kemiskinan sampai tingkat kabupaten/kota. d. Terhitung mulai tahun 2011, Susenas dilakukan secara triwulanan yang berarti dalam satu tahun terdapat empat kali pendataan lapangan yaitu pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Data kemiskinan yang dirilis pada tahun 2014 sebanyak dua kali yaitu kondisi kemiskinan pada triwulan pertama (Maret) dan kemiskinan pada triwulan ketiga (September). e. Penduduk miskin adalah penduduk yang pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan (GK). GK terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 04/ 01/ 94/ Th.VIII, 4 Januari 2016 8

f. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). g. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar nonmakanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. h. Garis Kemiskinan (GK) adalah representasi dari jumlah rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilo kalori per kapita per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Gedung Pelni Lantai III Jl. Argapura No. 15 Jayapura-Papua 9 Berita Resmi Statistik Telp. Provinsi (0967) Papua 534519, Nomor 533028 04/ 01/ (Hunting), 94/ Th.VIII, 4 Fax. Januari (0967) 2016536490 E-mail: bps9400@bps.go.id Homepage: http://papua.bps.go.id