Policy Paper PENINGKATAN DAYA-SAING INDONESIA Oleh Herry Darwanto 1. PENGANTAR Beberapa waktu yang lalu World Economic Forum (WEF) kembali mempublikasikan laporan tahunan mengenai daya-saing global, yaitu The Global Competitiveness Report-2012 1. Laporan ini disusun pada saat ekonomi dunia mengalami berbagai tantangan. Krisis ekonomi dunia memang sudah menunjukkan penurunan di beberapa negara, namun ada beberapa negara yang berada pada puncak krisisnya seperti Yunani dan beberapa negara Eropa lain. AS juga sedang mengalami pertumbuhan yang menurun dengan tingkat pengangguran yang tinggi, demikian juga Jepang, yang pada beberapa bulan lalu mengalami bencana alam yang dahsyat. Negara-negara berkembang pada umumnya lebih bernasib baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (sekitar 6%/tahun), bahkan beberapa negara perekonomiannya mengalami kepanasan. WEF berharap agar dokumen yang rutin dipublikasikan setiap tahun sejak 30 tahun yang lalu ini mempermudah penilaian potensi produktivitas di setiap negara. Dengan menyajikan berbagai faktor kunci pendorong pertumbuhan ekonomi, diharapkan dapat dipahami mengapa suatu negara dapat lebih berhasil dibandingkan negara lain dalam meningkatkan pendapatannya. Dengan kata lain, laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menyusun rencana kebijakan ekonomi nasional suatu negara. Laporan tahun ini menghimpun data-data ekonomi dari 142 negara. 2 Data-data ekonomi tersebut diolah untuk menghasilkan peringkat daya-saing negara-negara. Daya saing didefinisikan sebagai kondisi institusi, kebijakan, dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas ekonomi suatu negara. Produktivitas yang tinggi mencerminkan daya-saing yang tinggi, dan daya-saing yang tinggi berpotensi memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Ada banyak determinan pendorong produktivitas, yang oleh WEF dikelompokkan ke dalam 12 pilar daya-saing, yaitu: institusi, infrastruktur, makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pasar keuangan, kesiapan teknologi, besaran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi. Selanjutnya ke 12 pilar itu dikelompokkan ke dalam 3 kelompok pilar, yaitu: kelompok persyaratan dasar, kelompok penopang efisiensi, dan kelompok inovasi dan kecanggihan bisnis (Gambar 1). 1 www.weforum.org 2 Sebelumnya WEF menerbitkan The Indonesia Competitiveness Report, yang menganalisis dayasaing Indonesia tahun 2010.
Gambar 1. Struktur Faktor Daya Saing Dalam memperkirakan tingkat daya-saing negara, setiap pilar mendapat bobot yang berbeda, tergantung pada kemajuan ekonomi negara tersebut, dengan pertimbangan bahwa indikator yang sama mempunyai pengaruh berbeda pada negara-negara dengan tahapan kemajuan ekonomi yang berbeda (Gambar 2). Tahapan ekonomi yang dimaksud adalah: pada tahap awal ekonomi lebih didorong oleh faktor-faktor alam (seperti sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terampil), kemudian pada tahap selanjutnya oleh faktor efisiensi, dan pada tahap akhir oleh faktor inovasi. Gambar 2. Bobot Subindeks menurut Tahapan Pembangunan Ke 12 pilar tersebut dibangun dari 103 indikator, yang dihitung dari data statistik dan survei persepsi para eksekutif. Pada laporan tahun ini ada empat negara yang ditambahkan, yaitu Belize, Haiti, Yemen dan Suriname. Selain itu, Lybia tidak disertakan dalam laporan tahun ini karena tidak adanya data survei sehubungan dengan terjadinya pergolakan domestik. Data-data untuk mengukur peringkat daya-saing ini memang sebagian besar berasal dari survei opini kalangan pebisnis di setiap negara, hanya sepertiganya yang berdasar pada angkaangka statistik, yang umumnya diolah dari World Economic Outlook (WEO) dari IMF. Data WEO tentunya berasal dari lembaga statistik setiap negara. 2. GAMBARAN UMUMDAYA-SAINGTAHUN a. Peringkat Global Tahun ini peringkat daya-saing dunia dalam urutan 10 teratas tetap didominasi oleh negara-negara Eropa. Swiss adalah negara paling kompetitif di dunia, disusul oleh Singapura, Swedia, Finlandia, dll. Lihat Tabel 1. Jepang adalah negara Asia ke 2 yang menempati posisi sepuluh besar. AS berada pada posisi ke 5 dan Inggris pada posisi ke 10. Pada tahun ini, Indonesia menempati posisi ke 46, turun dua tingkat dari tahun 2010. Penurunan ini
disebabkan oleh naiknya peringkat daya-saingitalia (43), Lithuania (44) dan Portugal (45), serta turunnya peringkat Siprus (dari 40 menjadi 57). TABEL 1. SEPULUH NEGARA BERDAYA-SAING TERTINGGI NEGARA PERINGKAT Swiss 1 Singapura 2 Swedia 3 Finlandia 4 AS 5 Jerman 6 Belanda 7 Denmark 8 Jepang 9 Inggris 10 Sumber: WEF () b. Peringkat Negara-negara ASEAN Diantara negara-negara ASEAN, setelah Singapura, Malaysia menempati posisi teratas (peringkat ke 21), disusul oleh Thailand (39). Lihat Tabel 2. Vietnam dan Filipina berada di belakang Indonesia, pada peringkat ke 65 dan 75 bertururt-turut. Cukup mengejutkan adalah Filipina, yang naik 10 tingkat dari peringkat ke 85 tahun lalu. Kinerja daya-saing Indonesia lebih buruk daripada Thailand, yang hanya turun satu tingkat, kendati Thailand mengalami gejolak politik cukup lama. Malaysia mengalami kenaikan peringkat yang sangat besar (5 tingkat), melampaui posisi Korea Selatan (24). TABEL 2. PERINGKAT DAYA-SAING BEBERAPA NEGARA ASEAN NEGARA PERINGKAT SKOR PERINGKAT 2010 PERUBAHAN Singapura 2 5.63 3 1 Malaysia 21 5.08 26 5 Thailand 39 4.52 38-1 Indonesia 46 4.38 44-2 Vietnam 65 4.24 59-6 Filipina 75 4.08 85 10 c. Peringkat Negara-negara Setingkat BRICS Dibandingkan dengan negara-negara setingkat BRICS, tingkat daya-saing Indonesia lebih baik daripada Afrika Selatan (50), Brazil (53), India (56), Meksiko (58), Turki (59) dan Rusia (66). Namun Indonesia berada di bawah tingkat daya-saing Korea Selatan (24) dan China (26). Lihat Tabel 3. TABEL 3. PERINGKAT DAYA-SAING NEGARA-NEGARA BRICS DAN SETINGKAT NEGARA PERINGKAT SKOR Korea Selatan 24 5.02
China 26 4.90 Indonesia 46 4.38 Afrika Selatan 50 4.34 Brazil 53 4.32 India 56 4.30 Meksiko 58 4.29 Turki 59 4.28 Rusia 66 4.21 Sumber: WEF () d. Peringkat Negara-negara Pesaing Terdekat Indonesia Tabel 4 menunjukkan peringkat daya-saing negara-negara yang menjadi daya-saing Indonesia. Negara-negara yang peringkat daya-saingnya berada tepat di atas Indonesia adalah: Polandia, Barbados, Italia, Lithuania dan Portugal. Sedangkan negara-negara yang tepat berada di bawah peringkat Indonesia adalah Siprus, Hongaria, Panama, Afrika Selatan, dan Malta. Negara-negara ini tentunya akan berusaha menyusul Indonesia dalam peringkat dayasaing di tahun-tahun mendatang. TABEL 4. NEGARA-NEGARA PESAING TERDEKAT INDONESIA NEGARA PERINGKAT Polandia 41 Barbados 42 Italia 43 Lithuania 44 Portugal 45 Indonesia 46 Siprus 47 Hongary 48 Panama 49 Afrika Selatan 50 Malta 51 Sumber: WEF () 3. PERKEMBANGAN DAYA-SAING 2006- a. Perubahan Rata-rata per Tahun Ada 59 negara yang selama kurun waktu lima tahun terakhir (2006-) mengalami penurunan tingkat dayasaing. Lihat Tabel 5. Hanya 9 negara yang mengalami kenaikan daya-saing lebih dari 3 peringkat per tahun, sedangkan yang mengalami kenaikan 2 peringkat per tahun ada 19 negara, dan yang mengalami kenaikan 1 peringkat per tahun ada sebanyak 22 negara. TABEL 5. JUMLAH NEGARA MENURUT KENAIKAN PERINGKAT
RATA2 PERUBAHAN 2006-11 JUMLAH NEGARA >3 9 1-3 19 0-1 22 <0 59 b. Perubahan Peringkat Negara-Negara ASEAN Vietnam adalah negara yang paling tinggi kenaikan daya-saingnya selama 2006-, yaitu 3,6 per tahun. Lompatan peringkat daya-saing terjadi pada tahun 2006-2007 dan 2009-2010. Indonesia berada pada urutan berikutnya, yaitu 1,6 per tahun, dengan lompatan peringkat terjadi pada tahun 2009-2010, yaitu 9 peringkat. Baik Vietnam maupun Indonesia mengalami penurunan peringkat pada tahun, yaitu masing-masing 5 dan 2 peringkat. Lihat Tabel 6. Sebagai perbandingan, Sri Lanka mengalami kenaikan daya-saing yang jauh lebih besar, yaitu rata-rata 6,2 peringkat per tahun, dengan lompatan daya-saing terjadi ada tahun 2006-2007, 2009-2010 dan 2010-. TABEL 6. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING NEGARA-NEGARA ASEAN 2006- NEGARA 2006-07 2007-08 2008-09 2009-10 2010-11 2006- Vietnam 13-1 -5 16-5 3.6 Indonesia -1 0 1 10-2 1.6 Malaysia 5 0-3 -1 5 1.2 Filipina 4 1-16 4 10 0.6 Singapura -2 2 2 0 1 0.6 Thailand 6-5 -1-1 0-0.2 Sri Lanka 13-6 -2 17 9 6.2 4. FAKTOR PENENTU PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA a. Analisis menurut Kelompok Pilar Analisis berikut ini didasarkan pada data-data peringkat daya-saing antara tahun 2008 hingga. 3 Di antara 3 kelompokpilar daya-saing, yaitu Kelompok Persyaratan Dasar, Kelompok Penopang Efisiensi, dan Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis, hanya Kelompok Persyaratan Dasar yang mengalami kenaikan peringkat, yaitu naik 7 tingkat (dari ke 60 tahun 2010 menjadi ke 53 tahun ). Lihat Tabel 7. Dua kelompok lain, yaitu Kelompok Penopang Efisiensi dan Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis, mengalami penurunan peringkat yang cukup besar, yaitu masing-masing -5 dan -4. TABEL 7. PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT KELOMPOK PILAR 2010 DAN 3 Untuk menghilangkan pengaruh perubahan jumlah negara dalam pemeringkatan, maka negara-negara yang masuk maupun keluar dari peringkat daya saing tidak diperhitungkan, sehingga hanya 139 negara yang dianalisis dalam bagian ini.
KELOMPOK PILAR PERINGKAT PERUBAHAN 2010 Peringkat keseluruhan 46 44-2 Kelompok Persyaratan Dasar 53 60 7 Kelompok Penopang Efisiensi 56 51-5 Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis 41 37-4 Dalam perspektif waktu lebih lama, antara tahun 2008 hingga, terjadi kenaikan besar dalam kelompok persyaratan dasar, yaitu 23 peringkat. Sebaliknya kelompok penopang efisiensi mengalami penurunan 7 peringkat. Lihat Tabel 8. TABEL 8. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT KELOMPOK PILAR 2008- KELOMPOK PILAR 2008-2009 2009-2010 2010-2008- Peringkat keseluruhan 1 10-2 9 Kelompok Persyaratan Dasar 6 10 7 23 Kelompok Penopang Efisiensi -1-1 -5-7 Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis 5 3-4 4 b. Analisis menurut Pilar Analisis berikutnya akan membandingkan kinerja dari setiap pilar daya-saing dibandingkan dengan pilar daya-saing lain dalam kelompok yang sama maupun terhadap pilar-pilar lainnya. Kelompok Persyaratan Dasar dibangun dari pilar-pilar Institusi, Infrastruktur, Makroekonomi, dan Kesehatan Dan Pendidikan Dasar. Kelompok Penopang Efisiensi dibangun dari pilar-pilar Pendidikan Tinggi, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Keuangan, Kesiapan Teknologi, dan Besaran Pasar. Sedangkan Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis dibangun dari pilar-pilar Kecanggihan Bisnis dan Inovasi. Tabel 9 menunjukkan bahwa kenaikan 23 tingkat antara tahun 2008- pada Kelompok Persyaratan Dasar didukung oleh kenaikan peringkat pilar Makroekonomi (49) dan Pendidikan &Kesehatan Dasar (23). Sedangkan penurunan peringkat pada Kelompok Penopang Efisiensi disebabkan oleh penurunan peringkat semua pilar di dalamnya, kecuali pilar Besar Pasar dan pilar Pendidikan Tinggi yang mengalami kenaikan 2 tingkat. Sedangkan kenaikan peringkat pada Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis disebabkan oleh kenaikan peringkat pada pilar Inovasi (11), walaupun pilar Kecanggihan Bisnis mengalami penurunan peringkat sebesar 6 tingkat. TABEL 9. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT PILAR 2008- Kelompok Indikator 2008-2009 2009-2010 2010-2008- Peringkat Keseluruhan 1 10-2 9 Kelompok Persyaratan Dasar 6 10 7 23 Makroekonomi 20 17 12 49 Kesehatan dan Pendidikan Dasar 5 20-2 23 Infrastruktur 2 2 6 10 Institusi 10-3 -10-3
Kelompok Penopang Efisiensi -1-1 -5-7 Pendidikan Tinggi 2 3-3 2 BesarPasar 1 1 0 2 Kesiapan Teknologi 0-3 -3-6 Pasar Keuangan -4-1 -7-12 Efisiensi Pasar Barang -4-8 -18-30 Efisiensi Pasar Tenaga Kerja -32-9 -10-51 Kelompok Inovasi Dan 5 3-4 4 Kecanggihan Bisnis Inovasi 8 3 0 11 Kecanggihan Bisnis -1 3-8 -6 Dari ke 12 pilar daya-saing tersebut, yang mengalami penurunan selama tiga atau empat tahun berturut-turut adalah Kesiapan Teknologi, Kecanggihan Bisnis, Pasar Keuangan, Efisiensi Pasar Barang dan Efisiensi Pasar Tenaga Kerja. c. Analisis menurut Indikator Analisis lebih lanjut ditujukan untuk mengetahui perubahan peringkat daya-saing menurut indikator pada setiap pilar. Pada pilar Instiitusi, misalnya, indikator Efisiensi Hukum dalam Penyelesaian Sengketa mengalami perubahan peringkat yang terbesar, yaitu 52 tingkat. Di pihak lain, indikator Perilaku Etis Perusahaan mengalami penurunan peringkat yang paling besar, yaitu 80 tingkat. Tabel L1 hingga Tabel L12pada Lampiran menunjukkan perubahan peringkat daya saing untuk setiap indikator pada setiap pilar. d. Indikator Terbaik dan Terburuk Dari 103 indikator, 13 diantaranya termasuk peringkat 30 terbesar dunia, diantaranya: PDB (PPP), Kemudahan Akses Pinjaman, Indeks Besar Pasar Domestik, Keberadaan Modal Ventura, Keberadaan Pesawat Terbang (Tempat Duduk Kilometer), dll. Lihat Tabel 10. Sedang indikator terburuk dalam daya-saing Indonesia adalah Biaya Redundansi, Waktu utk Memulai Bisnis, Impor / PDB, Pengguna Internet, dll. Lihat Tabel 11. TABEL 10. PERINGKAT INDIKATOR TERBAIK INDONESIA NO INDIKATOR PERINGKAT 1 PDB (PPP) 15 2 Kemudahan Akses Pinjaman 16 3 Indeks Besar Pasar Domestik 16 4 Keberadaan Modal Ventura 17 5 Keberadaan Pesawat Terbang (Tempat 20 Duduk Kilometer) 6 Tabungan Nasional Bruto 21 7 Cakupan dan Pengaruh Pajak 23 8 Indeks Besar Pasar Luar Negeri 23 9 Pembiayaan melalui Pasar Modal Lokal 25
10 Pembayaran dan Produktivitas 28 11 Panjang Rantai Nilai 29 12 Neraca Anggaran Pemerintah 30 13 Kapasitas Inovasi 30 Sumber: WEF () TABEL 11. PERINGKAT INDIKATOR TERBURUK INDONESIA INDIKATOR PERINGKAT 1 Dampak Bisnis Malaria 112 2 Dampak Bisnis HIV/AIDS 112 3 Kesehatan Perbankan 112 4 Fleksibilitas Penentuan Upah 113 5 Biaya Bisnis Terorisme 114 6 Dampak Bisnis TBC 116 7 Pengguna Internet 117 8 Waktu utk Memulai Bisnis 121 9 Impor / PDB 130 10 Biaya Redundansi 131 Sumber: WEF () 4. PENGHAMBAT DAYA-SAING Beberapa faktor umum yang menghambat peningkatan daya-saing ditunjukkan dalam Tabel 12. Lima masalah utama penghambat daya-saing bisnisadalahkorupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, infrastruktur yang tidak memadai, ketidakstabilan politik dan akses pada pembiayaan. Ke tiga masalah pertama selalu muncul dalam daftar penghambat terbesar daya-saing Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Faktor korupsi dipersepsi semakin memburuk dan menempati urutan teratas dalam tingkat intensitas masalah. Lihat Tabel 13. TABEL 12. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAYA-SAING NO FAKTOR PENGHAMBAT INTENSITAS MASALAH 1 Korupsi 15.4 2 Birokrasi pemerintah yang tidak efisien 14.3 3 Infrastruktur yang tidak memadai 9.5 4 Ketidakstabilan politik 7.4 5 Akses pada pembiayaan 7.2 6 Tenaga kerja terdidik yang memadai 6.3 7 Etika kerja yang buruk 6.2 8 Ketidakstabilan pemerintah 6.1 9 Inflasi 6.1 10 Peraturan pajak 6.0 11 Tingkat pajak 4.2 12 Peraturan buruh yang membatasi 3.6
13 Kriminalitas dan pencurian 2.7 14 Kesehatan umum yang buruk 2.5 15 Peraturan mata uang asing 2.3 Sumber: WEF () TABEL 13. LIMA FAKTOR PENGHAMBAT UTAMA DAYA-SAING INDONESIA 2008-1 2008 2009 2010 Birokrasi pemerintah Birokrasi pemerintah Birokrasi pemerintah Infrastruktur Infrastruktur Korupsi 2 Ketidakstabilan Korupsi Infrastruktur 3 politik Peraturan Akses Korupsi 4 buruh pembiayaan Akses Inflasi Inflasi 5 pembiayaan Korupsi Birokrasi pemerintah Infrastruktur Ketidakstabilan politik Akses pembiayaan 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI a. Kesimpulan Indeks Daya-saing Global (Global Competitiveness Index, GCI) yang dipublikasikan secara reguler oleh WEF merupakan informasi yang berguna bagi pemerintah setiap negara karena dapat digunakan sebagai benchmarking dengan negara lain dalam hal daya-saing ekonomi. Laporan Daya-saing Global tahun menunjukkan bahwa daya-saing Indonesia mengalami penurunan dua tingkat, setelah pada tahun sebelumnya mengalami lompatan yang sangat signifikan. Penurunan peringkat daya-saing pada tahun ini disebabkan oleh penurunan peringkat yang besar dari pilar Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Efisiensi Pasar Barang dan Kecanggihan Bisnis. Secara lebih rinci lagi, penurunan peringkat daya-saing Indonesia disebabkan oleh penurunan yang signifikan dari indikator Perilaku Etis Perusahaan, Kualitas Pasokan Listrik, Indeks Hak Hukum, dan Kepemilikan Investor Asing. Faktor penghambat daya-saing bisnisyang utamaadalahkorupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, dan infrastruktur. GCI melengkapi pemeringkatan kemajuan setiap negara dibandingkan dengan negara lain dalam banyak aspek yang semakin banyak dilakukan, seperti Corruption Perceptions Index (Transparency International), Doing Business Indicator (Bank Dunia), Human Development Index (UNDP), The Climate Competitiveness Index (PBB), dll. Untuk daya-saing sendiri, GCI bukan satu-satunya pemeringkatan daya-saing, adapula World Competitiveness Yearbook yang dikembangkan oleh IMD. 4 b. Rekomendasi Untuk keperluan perencanaan pembangunan, Bappenas perlu mencermati indikator daya-saing yang berperingkat rendah dan yang mengalami penurunan, kemudian menyusun kebijakan/program/kegiatan peningkatan kinerja pada indikator-indikator ini. Peringkat daya-saing Indonesia yang mengalami penurunan tersebut menuntut perlunya dilakukan kaji ulang terhadap kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Bappenas juga perlu merumuskan kebijakan/program/kegiatan untuk mempertahankan indikator yang meningkat dan yang berperingkat tinggi. 4 www.imd.org
Dalam merumuskan kebijakan/program/kegiatan tersebut, Bappenas dapat belajar dari negara-negara lain, khususnya yang telah menunjukkan lompatan peringkat secara konsisten. Kementerian dan lembaga yang membidangi setiap pilar dan indikator yang mengalami penurunan peringkat perlu bekerja lebih dari biasa untuk menaikkan peringkat pada masing-masing indikator dan pilar daya-saing tersebut. Bappenas perlu pula melengkapi indikator daya-saing ini dengan berbagai pemeringkatan pada aspek-aspek lain seperti indeks pembangunan manusia, indeks persepsi korupsi, indeks kemudahan bisnis, dll. sehingga didapat peringkat kemajuan pembangunan negara-negara secara lebih holistik. Kemajuan pembangunan Indonesia dapat dipantau dengan mengukur indeks komposit ini untuk kemudian dirumuskan berbagai kebijakan/program/kegiatan yang tepat. --o0o-- Referensi: WEF, The Global Competitiveness Report,beberapa tahun terakhir
LAMPIRAN TABEL L1. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR INSTITUSI 2008-1 Efisiensi Hukum dlm Penyelesaian Sengketa 69-8 -9 52 2 Perlindungan HAKI 35 9-4 40 3 Hak Cipta 36-3 0 33 4 Beban Regulasi Pemerintah 7 23-8 22 5 Efiensi Hukum dlm Penegakan Peraturan -6 32-6 20 6 Kebocoran Anggaran 22-7 -4 11 7 Kolusi Pejabat 17 0-8 9 8 Kepercayaan thd Politisi 7 1-5 3 9 Penyimpangan Dana Pemerintah 9-1 -6 2 10 Kekuatan Perlindungan Investor -3-3 11 Ongkos Bisnis dari Kejahatan Dan Kekerasan 4 6-20 -10 12 Kriminalitas Terorganisasi 18-19 -11-12 13 Kehandalan Polisi -27 22-8 -13 14 Perlindungan Kepentingan Pemegang Saham Minoritas - - -18-18 15 Praktek Penyuapan 14-29 -8-23 16 Kemampuan Dewan Direksi -6-19 -25 17 Transparansi Pemerintah -42-2 4-40 18 Kebebasan Peradilan -13-31 -9-53 19 Ongkos Bisnis dari Terorisme -1-39 -13-53 20 Kekuatan Standar Akuntansi dan Pelaporan 2-46 -16-60 21 Perilaku Etis Perusahaan -49-23 -8-80 TABEL L2. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR INFRASTRUKTUR 2008-1 Kualitas Infrastruktur Transportasi Udara 24 0 1 25 2 Kualitas Jalan 8 10 1 19 3 Pelanggan Telpon Gerak 16 16 4 Kualitas Infrastruktur Kereta Api 8 4 4 16 5 Kualitas Infrastruktur Umum 0 6 8 14 6 Keberadaan Pesawat Terbang (Tempat Duduk 12-1 -11 0 Kilometer) 7 Sambungan Telpon Tetap -34-3 3-34
8 Kualitas Infrastruktur Pelabuhan -36-1 -7-44 9 Kualitas Pasokan Listrik -73-1 -1-75 TABEL L3. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR MAKROEKONOMI 2008-1 Neraca Anggaran dan Belanja Pemerintah 10 33 11 54 2 Hutang Pemerintah 7 5 14 26 3 Tingkat Tabungan Nasional 0 24-5 19 4 Peringkat Kredit Negara 13 13 5 Sebaran Suku Bunga 14-6 -18-10 6 Inflasi -1-12 -4-17 TABEL L4. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR KESEHATAN & PENDIDIKAN DASAR 2008-1 Tingkat Partisipasi Pendidikan Dasar -8 4 7 3 2 Kejadian TBC 1 3-3 1 3 Harapan Hidup -3 1 0-2 4 Kualitas Pendidikan Dasar -7 3 1-3 5 Persebaran HIV -4-1 0-5 6 Kematian Bayi 3-12 -3-12 7 Kejadian Malaria -9-6 1-14 8 Dampak Bisnis Malaria -4-9 -6-19 9 Dampak Bisnis TBC -6-10 -14-30 10 Dampak Bisnis HIV/AIDS -10-7 -17-34 TABEL L5. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR PENDIDIKAN TINGGI 2008-1 Tingkat Partisipasi Pendidikan Menengah 9-2 4 11 2 Akses Internet di Sekolah -1 9 1 9 3 Tingkat Partisipasi Pendidikan Tinggi 1 1 2 4 4 Kualitas Sistem Pendidikan -5 4-4 -5 5 Kualitas Pendidikan Matematika dan Keilmuan -4 4-7 -7
6 Keberadaan Pendidikan Dan Riset Khusus -5-4 -9-18 7 Kualitas Sekolah Manajemen -3-4 -13-20 8 Pelatihan utk Karyawan -2-3 -16-21 TABEL L6. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR EFISIENSI PASAR BARANG 2008-1 Beban Prosedur Kepabeanan 12-6 4 10 2 Jumlah Prosedur utk Memulai Bisnis 4 11-6 9 3 Tarif Perdagangan -5 23-15 3 4 Waktu utk Memulai Bisnis 2 0 0 2 5 Keluasan dan Efek Perpajakan -6 5-6 -7 6 Impor/PDB 4-10 -6-12 7 Tingkat Pajak Total -8-6 -1-15 8 Efektivitas Kebijakan Anti Monopoli -1-5 -18-24 9 Keluasan Dominasi Pasar -6-8 -11-25 10 Ongkos Kebijakan Pertanian -7 0-19 -26 11 Kepuasan Pembeli -5-5 -16-26 12 Tingkat Orientasi Konsumen -8-6 -14-28 13 Dampak Bisnis Peraturan PMA 1-8 -29-36 14 Keberadaan Hambatan Perdagangan -4-20 -20-44 15 Intensitas Kompetisi Lokal -3-7 -35-45 16 Kepemilikan Investor Asing -17-13 -20-50 TABEL L7. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR EFISIENSI PASAR TENAGA KERJA 2008-1 Partisipasi Perempuan dlm Ketenagakerjaan -2-5 1-6 2 Pembayaran dan Produktivitas -11 9-8 -10 3 Biaya Redundansi -2-8 -4-14 4 Kekakuan Lapangan Kerja 5-18 -4-17 5 Perpindahan Keluar Negeri Tenaga Terdidik -6-2 -10-18 6 Kebergantungan pada Manajemen Profesional -8-2 -13-23 7 Praktek Penerimaan dan Pemutusan Kerja -15-4 -13-32 8 Fleksibilitas Penentuan Upah -13-6 -15-34 9 Kerjasama Hubungan Karyawan-Pengusaha -23-5 -21-49
TABEL L8. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR PASAR KEUANGAN 2008-1 Kemudahan Akses Pinjaman 44 7-2 49 2 Keberadaan Modal Ventura 26 6-8 24 3 Keberadaan Jasa Keuangan 16-3 2 15 4 Kesehatan Bank 25 4-20 9 5 Kemampuan Membayar Jasa Keuangan 5 5 6 Pembiayaan Melalui Pasar Saham Lokal 6 0-12 -6 7 Peraturan Perdagangan Saham -8-4 -7-19 8 Indeks Hak Hukum -46-5 -2-53 TABEL L9. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR KESIAPAN TEKNOLOGI 2008-1 Penyerapan Teknologi Perusahaan 0 0 11 11 2 Pelanggan Internet Pita Lebar -1 2-4 -3 3 Pita Lebar Internet -6-6 4 Pengguna Internet 20-20 -10-10 5 Keberadaan Teknologi Terbaru -11-5 3-13 6 PMA dan Transfer Teknologi -25-5 -10-40 TABEL L10. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR BESAR PASAR 2008-1 Indeks Besar Pasar Domestik 0 1-1 0 2 Indeks Besar Pasar Luar Negeri 1 0 0 1 3 PDB (PPP) 0 1 0 1 4 Ekspor/PDB -1-10 -7-18
TABEL L11. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR KESCANGGIHAN BISNIS 2008-1 Kecanggihan Proses Produksi 12 8-4 16 2 Panjang Rantai Nilai 1 9-3 7 3 Sifat Keunggulan Daya Saing 4 1-8 -3 4 Keluasan Pemasaran -1 0-5 -6 5 Kuantitas Pemasok Lokal 0 7-14 -7 6 Pengendalian Distribusi Internasional -4 6-10 -8 7 Kualitas Pemasok Lokal -1-3 -7-11 8 Perkembangan Klaster -6 0-9 -15 9 Kesediaan Mendelegasikan Kewenangan 2-6 -24-28 TABEL L12. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR INOVASI 2008-1 Lelang Pemerintah Utk Produk Teknologi Maju 53 4-4 53 2 Kapasitas Inovasi 9 14 0 23 3 Kerjasama Universitas-Industri Dalam Riset 11 5-3 13 4 Belanja Riset Perusahaan 6 2-5 3 5 Paten Per Sejuta Penduduk -3-2 3-2 6 Keberadaan Ilmuwan Dan Insinyur 0 0-14 -14 7 Kualitas Lembaga Riset Keilmuan -4-1 -11-16