BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis, baik jasa maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 279/DIRJEN/ 2006 TENTANG

Kebijakan Tarif Telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. dan saat ini menjadi industri yang paling berkembang dalam 10 tahun terakhir di

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu perusahaan memberikan konstribusi yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia usaha pada saat ini berkembang dengan pesat sehingga mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 73/ DIRJEN/ 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antara perusahaan sejenis pada umumnya merupakan kekuatan terbesar

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini cukup ketat dan kompleks. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu mengerti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak menghadapi masalah masalah dalam menjual produk khususnya. masa depan cerah dimasa mendatang sebagai zamannya komunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI PERIODE PUTRI EKA AYU AKUNTANSI PEMBIMBING : Erny Pratiwi, SE.

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan berbagai strategi untuk keberlangsungan perusahaan. Ditengah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan baik skala kecil maupun besar senantiasa berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin maju dan berkembang. Hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pemilik korporasi, maka secara alami tujuan keuangan suatu

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2008 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. suatu hal yang sangat berhubungan. Tingkat kesehatan perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri telekomunikasi seluler membuat persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat cepat seiring

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang yang menganut sistem ekonomi pasar. Keberadaan

Diskusi MASTEL : Kebijakan Tarif Telekomunikasi dan Pengaruhnya Terhadap Iklim Usaha Telekomunikasi di Indonesia

KEBIJAKAN TARIF TELEKOMUNIKASI TERHADAP IKLIM USAHA WARTEL DI INDONESIA. Jakarta, 15 Juni 2007

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh. Ujian Sidang pada Prodi Akuntansi. Disusun oleh: Mayang Aprillia M.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa arus..., Andrie Surya, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kompetisi pada industri telekomunikasi selular di Indonesia saat ini telah

SKRIPSI PENERAPAN TARIF INTERKONEKSI BERBASIS BIAYA (COST BASED) PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK. Oleh : : POVI IRAWAN NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 116/DIRJEN/2007 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 33 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk inovatif dan melakukan penyesuaian terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan, termasuk sektor ekonomi bisnis di dunia. Perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN PELANGGAN LAYANAN. 50,000 34,900 24,270 PT Telkom, Tbk data 25,000 16,700 14,500 15,000 9,528 6,978

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : /DIRJEN/ 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hingga saat ini, tercatat 10 operator telepon di Indonesia. Telkom (PT

BERITA NEGARA. No.1388, 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan Jelajah. Roaming. Internasional. Jaringan Bergerak Seluler.

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa mempercepat informasi yang perlu disampaikan baik yang sifatnya broadcast

BAB I PENDAHULUAN. PT Industri Telekomunikasi Indonesia ( INTI ) sebagai Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. Selama jangka waktu empat tahun terhitung sejak tahun 2006 hingga tahun

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Pangsa pasar industri telekomunikasi seluler Indonesia 2011

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka anggap menjanjikan dan mampu memberikan nilai lebih terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi seluler di Indonesia sekarang ini sangatlah pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. industri telekomunikasi yang menjadi cermin dari ketat dan tingginya

KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 29 /KEP/M.KOMINFO/03/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis di bidang jasa telekomunikasi saat ini telah menjamur di Indonesia,

percaturan bisnis telekomunikasi berkembang menjadi lebih baik, serta

BAB I PENDAHULUAN. cukup penting didalam kegiatan perekonomian, bahkan pasar modal juga dapat

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika;

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan lancar. Perusahaan tentu tidak hanya mengharapkan dana dari

Interkoneksi Dan Dampaknya Terhadap Bisnis Telekomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. (2007:2) menyatakan bahwa An Investment is the current commitment of money

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

Gugatan terhadap Peraturan Menteri Komunikasi dan informasi No: 01 PER/M.KOMINFO/01/2009 tentang SMS/MMS Premium

Kata kunci: Analisis Kinerja Keuangan, Economic Value Added (EVA), Perusahaan Telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: 2012) (sumber: 2013)

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis kebijakan pajak..., Wiwiet Septiana Rosario, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan yang baik harus bisa dihubungkan dengan kekuatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan analisi eksternal yang dihadapi oleh perusahaan. yang baik, dapat membantu meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di Bursa Efek Indonesia juga mengalami kenaikan yang signifikan. Hal ini. perekonomian Indonesia menjadi lebih kuat.

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik

TENTANG TATACARA PENETAPAN TARIF JASA TELEPONI DASAR YANG DISALURKAN MELALUI JARINGAN TETAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Industri telekomunikasi merupakan salah satu jenis industri yang. berkomunikasi tanpa harus melakukan tatap muka.

Peluang dan Hambatan Bisnis Industri Telekomunikasi di Era Konvergensi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi apapun, yang terlihat dari kemampuannya dalam memenuhi

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) EXECUTIVE SUMMARY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan di Indonesia selalu memiliki masalah yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengatur telekomunikasi di Indonesia dengan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan yang dibentuk atau didirikan sudah tentu mempunyai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan terhadap Obyek Studi

BAB I PENDAHULUAN. bergantung pada penggunaan teknologi dan informasi. Saat ini, semua lapisan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis, baik jasa maupun dagang, bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba usaha sebesarbesarnya. Laba merupakan sumber utama perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidupnya, hal ini sesuai dengan konsep going concern yang beranggapan perusahaan didirikan untuk hidup terus-menerus dan seolah-olah tidak akan berhenti. Setiap tahunnya, laba usaha yang dihasilkan perusahaan, diharapkan bisa terus meningkat. Laba usaha menurut Soemarso (2005:220) adalah selisih lebih dari pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangannya baik dari intern perusahaan sendiri maupun dari ekstern perusahaan seperti kondisi perekonomian, politik, budaya, dan sebagainya. Begitu pula dengan kebijakan Pemerintah pada tahun 2007 terhadap industri telekomunikasi di Indonesia, kemungkinan dapat juga mempengaruhi laba usaha yang dihasilkan perusahaan. Dalam rangka mendorong tumbuhnya industri telekomunikasi di Indonesia, Pemerintah, melalui Permen No. 8 Tahun 2006 tentang Interkoneksi, telah menetapkan kebijakan penyelenggaraan telekomunikasi dari yang sebelumnya bersifat monopoli menjadi mengarah kepada iklim kompetisi yang fair dengan 1

2 membuka peluang bagi penyelenggara baru untuk menjadi pemain dalam penyelenggaraan bisnis telekomunikasi di Indonesia. Dengan adanya iklim kompetisi tersebut, ketersambungan antar pengguna tidak lagi hanya sebatas internal satu jaringan akan tetapi merupakan hubungan pengguna jaringan penyelenggara yang berbeda atau yang disebut dengan interkoneksi. Menurut UU RI No. 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, Interkoneksi adalah keterhubungan antar jaringan telekomunikasi dan penyelenggara jaringan telekomunikasi yang berbeda. Interkoneksi inilah yang memungkinkan pelanggan satu operator berkomunikasi dengan pelanggan operator lainnya. Sebelum penerapan basis biaya tahun 2007, pendapatan interkoneksi yang dihasilkan oleh perusahaan telekomunikasi, dihitung berdasarkan skema bagi hasil (revenue sharing) kemudian setelah tahun 2007, berdasarkan Keputusan Menkominfo No. 32 Tahun 2004 yang dilanjutkan dengan Permen No. 8 Tahun 2006 tentang Interkoneksi, skema tersebut diubah menjadi basis biaya (cost based) oleh Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi yang ditindaklanjuti oleh Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Skema revenue sharing yang dilakukan dengan membagi tarif pungut berdasarkan persentase tertentu yang berdasarkan komponen jaringan yang terlibat dalam penyaluran panggilan interkoneksi, menurut Dirjen Postel, sudah tidak diterapkan lagi oleh negara-negara yang telah membuka kompetisi. Hal ini disebabkan skema tersebut merupakan barrier-to-entry bagi penyelenggara baru yang menjadi competitor dari penyelenggara yang sudah ada. Padahal pembukaan

3 kompetisi atau kehadiran penyelenggara baru diharapkan dapat memberikan diversifikasi layanan yang kompetitif baik dari segi harga dan kualitas. Oleh karena itu, pemerintah sebagai regulator dalam bidang telekomunikasi melakukan perubahan skema interkoneksi dari revenue sharing yang dirasa tidak mencerminkan biaya yang sebenarnya, menjadi cost based dengan perhitungan sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 8 Tahun 2006 Tentang Interkoneksi. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk., PT. Indosat, Tbk., dan PT. XL Axiata, Tbk. (sebelumnya PT. Excelcomindo Pratama, Tbk.), jika dilihat dari jumlah pelanggannya, merupakan tiga perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan telekomunikasinya pun, perusahaan-perusahaan tersebut selalu memberikan kualitas layanan telekomunikasi yang terbaik. Terlebih dengan munculnya operator-operator baru, mengakibatkan layanan yang ditawarkan dan tarif pun semakin bersaing. Bagi operator telekomunikasi, khususnya bagi ketiga perusahaan tersebut, pendapatan usaha yang berasal dari layanan interkoneksi merupakan pendapatan yang cukup signifikan. Dengan adanya kebijakan Pemerintah mengenai perubahan skema interkoneksi dari revenue sharing menjadi cost based, ketiga perusahaan tersebut pun merubah skema interkoneksinya, sehingga mempengaruhi pendapatan interkoneksi bersih (interconnection income) yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan, pendapatan interkoneksi yang diperoleh tidak selalu berbanding lurus dengan beban interkoneksi yang dikeluarkan, akibat

4 perbedaan tarif antar operator, sehingga pendapatan interkoneksi bersih dapat digunakan sebagai ukuran dari layanan interkoneksi yang dimaksimalkan oleh perusahaan telekomunikasi. Pendapatan interkoneksi bersih pada PT. TELKOM, PT. INDOSAT, dan PT. XL AXIATA pada periode sebelum penerapan cost based adalah sebagai berikut pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Pendapatan Interkoneksi Bersih Periode Sebelum Cost Based Tahun Triwulan PT. TELKOM PT. INDOSAT PT. XL AXIATA Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta) 2004 1 1.335.802 182.497 99.207 2 1.414.876 165.373 98.501 3 1.563.553 196.255 112.651 4 1.873.750 163.419 98.271 2005 1 1.848.186 179.973 102.813 2 1.678.052 195.185 104.184 3 1.939.794 223.644 91.117 4 2.276.052 147.953 69.889 2006 1 2.044.258 218.057 83.250 2 2.072.431 140.541 85.773 3 2.249.764 164.618 94.456 4 2.315.008 174.049 85.464 Sedangkan pendapatan interkoneksi bersih pada periode sesudah penerapan cost based adalah sebagai berikut pada tabel 1.2.

5 Tabel 1.2 Pendapatan Interkoneksi Bersih Periode Sesudah Cost Based Tahun Triwulan PT. TELKOM PT. INDOSAT PT. XL AXIATA Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta) 2007 1 2.128.915 79.866 102.858 2 2.392.077 99.295 88.852 3 2.599.872 54.265 70.365 4 2.530.443 95.933 1.220 2008 1 2.259.739 117.319 (32.345) 2 2.141.804 (45.010) (67.597) 3 2.237.694 33.800 17.574 4 2.151.517 29.441 64.401 2009 1 1.915.513 13.523 64.163 2 1.937.569 4.458 59.557 3 1.887.009 288.236 34.336 4 1.881.854 (263.380) (10.992) Pendapatan interkoneksi bersih PT. TELKOM, PT. INDOSAT, dan PT. XL AXIATA sebelum dan sesudah penerapan cost based dapat digambarkan perkembangannya pada gambar 1.1, gambar 1.2, dan gambar 1.3 berikut: 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000 1.000.000 500.000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 1.1 Pendapatan Interkoneksi Bersih PT. TELKOM 2004-2009

6 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 1.2 Pendapatan Interkoneksi Bersih PT. INDOSAT 2004-2009 150.000 100.000 50.000 0-50.000 2004 2005 2006 2007 2008 2009-100.000 Gambar 1.3 Pendapatan Interkoneksi Bersih PT. XL AXIATA 2004-2009 Berdasarkan gambar 1.1 dapat dilihat bahwa pendapatan interkoneksi bersih PT. TELKOM, meningkat pada tahun 2007, yaitu pada saat penerapan cost based. Begitu pula dengan PT. INDOSAT, gambar 1.2, yang mengalami peningkatan pada tahun 2007. Berbeda dengan PT. XL AXIATA, gambar 1.3 yang menunjukkan adanya penurunan pada saat cost based diterapkan. Dengan adanya perubahan perkembangan pendapatan interkoneksi bersih yang merupakan bagian dari pendapatan usaha, besaran laba usaha yang

7 dihasilkan perusahaan pun kemungkinan dapat dipengaruhi perkembangannya. Berikut tabel 1.3, laba usaha di tiga perusahaan, sebelum penerapan cost based: Tabel 1.3 Laba Usaha Periode Sebelum Cost Based Tahun Triwulan PT. TELKOM PT. INDOSAT PT. XL AXIATA Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta) 2004 1 3.217.354 780.224 198.693 2 3.490.625 952.361 194.538 3 3.986.853 944.979 124.363 4 3.893.048 520.502 144.805 2005 1 3.694.655 855.212 173.500 2 4.286.329 1.061.178 145.718 3 4.813.767 943.284 155.369 4 4.375.999 792.243 95.472 2006 1 5.577.496 848.437 234.209 2 5.234.224 719.347 267.056 3 6.371.164 879.173 295.855 4 4.410.357 951.702 230.741 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (data diolah) Sedangkan laba usaha pada periode sesudah penerapan cost based, adalah sebagai berikut pada tabel 1.4. Tabel 1.4 Laba Usaha Periode Sesudah Cost Based Tahun Triwulan PT. TELKOM PT. INDOSAT PT. XL AXIATA Rp (Juta) Rp (Juta) Rp (Juta) 2007 1 6.170.760 1.041.767 347.906 2 6.870.057 986.246 370.569 3 6.855.752 1.176.398 383.857 4 6.576.139 1.315.193 657.450 2008 1 6.542.488 1.047.085 496.448 2 5.925.473 1.049.360 785.023 3 4.710.707 1.236.629 769.674 4 5.128.807 1.400.205 (298.156) 2009 1 5.288.198 1.056.090 225.279 2 6.288.899 863.312 523.987 3 6.377.194 672.869 744.642 4 4.648.850 620.744 969.936 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan (data diolah)

8 Laba usaha PT. TELKOM, PT. INDOSAT, dan PT. XL AXIATA sebelum dan sesudah penerapan cost based dapat digambarkan perkembangannya pada gambar 1.4, gambar 1.5, dan gambar 1.6 berikut: 8.000.000 7.000.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 1.4 Laba Usaha PT. TELKOM Periode 2004-2009 1.600.000 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 1.5 Laba Usaha PT. INDOSAT Periode 2004-2009

9 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 0-200.000-400.000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gambar 1.6 Laba Usaha PT. XL AXIATA Periode 2004-2009 Berdasarkan gambar 1.4 dapat dilihat bahwa laba usaha PT. TELKOM terus meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan PT. INDOSAT, yang dapat dilihat pada gambar 1.5, laba usaha pada periode sebelum cost based cukup fluktuatif, lalu mulai meningkat pada tahun 2007 hingga menurun tajam di tahun 2009. Untuk PT. XL AXIATA, yang digambarkan pada gambar 1.6, perkembangan laba usaha terus meningkat, meskipun sempat turun tajam hingga rugi di tahun 2008, namun meningkat kembali di tahun 2009. Menurut Povi Irawan (2009), dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Tarif Interkoneksi Berbasis Biaya Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk., tarif interkoneksi berbasis biaya (cost based) yang diharapkan mampu menambah laba perusahaan melalui penurunan tarif agar jumlah pelanggan dan jumlah panggilan meningkat, malah mengurangi laba perusahaan, karena walaupun pelanggan dan jumlah panggilan meningkat, namun tidak dapat mengimbangi dari kerugian akibat penurunan tarif yang terlalu rendah oleh BRTI.

10 Adapun perbedaan dari penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis antara lain, penelitian tersebut dilakukan secara kualitatif dan obyek penelitian hanya satu perusahaan, sehingga belum dapat dikatakan bahwa pendapatan interkoneksi bersih berpengaruh terhadap laba baik sebelum maupun sesudah penerapan interkoneksi basis biaya bagi perusahaan telekomunikasi di Indonesia, khususnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai perbedaan pendapatan interkoneksi bersih (interconnection income) dan pengaruhnya secara statistik terhadap laba usaha dengan obyek peneltian yang lebih banyak daripada penelitian sebelumnya yaitu pada BEI dengan judul : Analisis Perbedaan Pendapatan Interkoneksi Bersih Sebelum Dan Sesudah Penerapan Basis Biaya Serta Pengaruhnya Terhadap Laba Usaha (Studi Pada Perusahaan Telekomunikasi Go Public di BEI). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Adakah perbedaan yang signifikan dari pendapatan interkoneksi bersih (interconnection income) sebelum dan sesudah penerapan interkoneksi berbasis biaya. 2. Bagaimana pengaruh dari pendapatan interkoneksi bersih (interconnection income) terhadap laba usaha sebelum penerapan interkoneksi berbasis biaya.

11 3. Bagaimana pengaruh dari pendapatan interkoneksi bersih (interconnection income) terhadap laba usaha sesudah penerapan interkoneksi berbasis biaya. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Adapun maksud penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menganalisis perbedaan pendapatan interkoneksi bersih sebelum dan sesudah penerapan interkoneksi berbasis biaya serta pengaruhnya terhadap laba usaha. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui ada atau tidak nya perbedaan yang signifikan dari pendapatan interkoneksi bersih sebelum dan sesudah penerapan interkoneksi berbasis biaya. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pendapatan interkoneksi bersih (interconnection income) terhadap laba usaha sebelum penerapan interkoneksi berbasis biaya. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pendapatan interkoneksi bersih (interconnection income) terhadap laba usaha sesudah penerapan interkoneksi berbasis biaya.

12 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan pemikiran dalam hal akuntansi khususnya perbedaan pendapatan interkoneksi bersih sebelum dan sesudah penerapan interkoneksi berbasis biaya serta pengaruhnya terhadap laba usaha. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan yang berguna dalam menerapkan kebijakan perusahaan di bidang keuangan khususnya dalam menganalisis laporan keuangan. 3. Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi khususnya akuntansi.