Kebijakan Tarif Telekomunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
Diskusi MASTEL : Kebijakan Tarif Telekomunikasi dan Pengaruhnya Terhadap Iklim Usaha Telekomunikasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis, baik jasa maupun

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TENTANG

Tanggapan BRTI terhadap masukan dan saran terhadap RPM Interkoneksi

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Interkoneksi Dan Dampaknya Terhadap Bisnis Telekomunikasi

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : PM. TAHUN 2005 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) EXECUTIVE SUMMARY

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. 08/Per/M.KOMINF/02/2006 TENTANG INTERKONEKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) PT. Telekomunikasi Selular EXECUTIVE SUMMARY

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 279/DIRJEN/ 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Studi

7. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/04/05 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Komunikasi dan Informatika;

8. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 8/P./M.Kominfo/2/2006 tentang Interkoneksi;

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 33 TAHUN 2004 TENTANG

TATACARA PELAKSANAAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN TERHADAP PENERAPAN TARIF PUNGUT LAYANAN JASA TELEKOMUNIKASI MELALUI JARINGAN BERGERAK SELULER

BAB IV ANALISIS JUMLAH OPERATOR SELULAR INDONESIA DENGAN CHAOS TEORI

TENTANG TATACARA PENETAPAN TARIF JASA TELEPONI DASAR YANG DISALURKAN MELALUI JARINGAN TETAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISA PENERAPAN ENUM DI INDONESIA

BAB 4 ANALISIS 5 FORCES PORTER DAN STRATEGI SWOT

KEBIJAKAN TARIF TELEKOMUNIKASI TERHADAP IKLIM USAHA WARTEL DI INDONESIA. Jakarta, 15 Juni 2007

Peluang dan Hambatan Bisnis Industri Telekomunikasi di Era Konvergensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG

BAB 4 ANALISA ASPEK PASAR DAN ASPEK KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbandingan antara NGN dengan PSTN dan Internet [ 1] Analisa penerapan enum, Nurmaladewi, FT UI, Gunawan Wibisono

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dengan melihat kembali tujuan penelitian ini di awal penulisan, penulis dapat

RANCANGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : TAHUN 2002 T E N T A N G BIAYA INTERKONEKSI ANTAR PENYELENGGARA JARINGAN TELEKOMUNIKASI

Tariff Regulation Benefit for Indonesia Market or Industry? Mastel Forum Jakarta - June 14 th 2007

BAB I PENDAHULUAN. Analisis daya saing..., 1 Rani Nur'aini, FT UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antara perusahaan sejenis pada umumnya merupakan kekuatan terbesar

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengatur telekomunikasi di Indonesia dengan Undang-undang

SKRIPSI PENERAPAN TARIF INTERKONEKSI BERBASIS BIAYA (COST BASED) PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK. Oleh : : POVI IRAWAN NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2007 TENTANG

PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 73/ DIRJEN/ 2006 TENTANG

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Pangsa pasar industri telekomunikasi seluler Indonesia 2011

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa arus..., Andrie Surya, FE UI, 2010.

RINGKASAN HASIL KAJIAN PLATFORM KOMPETISI PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Kata kunci : akuntansi pertanggungjawaban, evaluasi kinerja

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI

Persaingan Usaha dan Konsolidasi Industri. Oleh : Agus Priyanto, M.Kom

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia usaha pada saat ini berkembang dengan pesat sehingga mempunyai

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kompetisi pada industri telekomunikasi selular di Indonesia saat ini telah

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

BAB 2 COST BASED INTERKONEKSI

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, dalam bentuk informasi maupun komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Selama jangka waktu empat tahun terhitung sejak tahun 2006 hingga tahun

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB 4 ANALISA KASUS PERMASALAHAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PERKARA KEBERATAN DI PENGADILAN NEGERI TERHADAP PUTUSAN KPPU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Saat ini, kemajuan teknologi merupakan kebutuhan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang digunakan saat ini adalah telepon rumah. dibawa kemanapun kita pergi. Lambat laun telepon rumah mulai ditinggalkan

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : /PER/M.KOMINFO/ /2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Kementerian Komunikasi dan Informatika (KEMKOMINFO)

BAB 2 INTERKONEKSI ANTAR PENYELENGGARA JARINGAN

BAB 1 BAB 1. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan zaman. Selain itu

Oleh : Ida Ayu Wedha Arisanthi Ida Ayu Sukihana A.A. Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Pendekatan Untuk Pemeringkatan Perusahaan Telepon Seluler*

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN. dan saat ini menjadi industri yang paling berkembang dalam 10 tahun terakhir di

BAB 2 STUDI KELAYAKAN BISNIS DAN BISNIS SLJJ

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis manajemen..., Lestari Pragusvita, FT UI, 2010.

Lampiran III : Peraturan Menteri Komunikasi dan nformatika Nomor : 09/PER/M.KOMINFO/ 04/2008 Tanggal : 7 April 2008

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi pada saat sekarang ini sangat pesat.

2017, No b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika te

BERITA NEGARA. No.1388, 2013 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan Jelajah. Roaming. Internasional. Jaringan Bergerak Seluler.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA INTERNET TELEPONI UNTUK KEPERLUAN PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan berbagai strategi untuk keberlangsungan perusahaan. Ditengah

BAB I PENDAHULUAN. Perluasan coverage atau jangkauan dari suatu operator seluler dapat

BAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I : PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini. Tercatat ada 8operator yang bermain dalam industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 ANALISA ASPEK REGULASI DAN ASPEK TEKNIS

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

Kebijakan Tarif Telekomunikasi oleh Hery Nugroho hery@brti.or.id Jakarta, 15 Juni 2007

1. Fair 2. Toward Cost Prinsip Dasar Regulasi tarif 3. Attract Investment 4. Rules by International Organizations 5. Not be unreasonable

Interkoneksi (1) Fokus regulasi interkoneksi eksisting pada pengaturan biaya, sementara permasalahan lebih didominasi penyediaan interkoneksi secara teknis di lapangan Pengaturan biaya interkoneksi sebelum PM. 8/2006 menggunakan skema bagi hasil dari tarif pungut (revenue sharing) ternyata banyak kelemahan.

Interkoneksi (2) PM. 08/2006 tentang Interkoneksi mengatur secara lengkap: Aspek teknis penyediaan interkoneksi dan perhitungan biaya interkoneksi (cost based). Kerangka penyelesaiaan perselisihan interkoneksi.

Interkoneksi (3) Dampak implementasi cost based interconnection seharusnya tidak akan menaikkan tarif pungut telekomunikasi, karena: Konsolidasi antara on-net net dan off-net trafik, hasil perhitungan dalam skala industri tidak menaikkan tarif ritel. Sejak tanggal 1 Januari 2007, seluruh penyelenggara telekomunikasi telah melakukan interkoneksi berdasarkan Dokumen Penawaran Interkoneksi (DPI) milik masing- masing penyelenggara.

Interkoneksi (4) Dengan implementasi regulasi interkoneksi berbasis biaya akan mendorong transparansi kepada masyarakat. Trafik PSTN ke seluler tidak lagi mengenal terminologi airtime dalam tagihan pelanggan PSTN, komponen biaya interkoneksi masuk ke dalam komponen tarif pungut.

Tarif Ketentuan dalam UU No. 36/1999 dan PP No. 52/2000, ditetapkan bahwa pemerintah menetapkan formula perhitungan tarif telekomuniasi, sedangkan besaran tarifnya ditetapkan oleh penyelenggara berdasarkan formula.

Tarif PSTN (1) PM. 09/2006 tentang Tatacara Penetapan Tarif Awal dan Penetapan Tarif Perubahan Jasa Teleponi Dasar melalui Jaringan Tetap mengamanatkan: Formula tarif awal dengan metode LRIC Formula tarif perubahan dengan metode Price Cap SMP Operators harus menghitung ulang tarif pungutnya berdasarkan formula tarif awal. Hasil perhitungan tersebut harus/wajib mendapat persetujuan dari BRTI.

Tarif PSTN (2) Bersadarkan kerangka waktu implementasi regulasi interkoneksi, maka pada tahun 2007 tidak ada kenaikan tarif telepon tetap. Dari hasil evaluasi sementara justru diperoleh kecenderungan kuat untuk menurunkan tarif karena: Komposisi: : PSTN = 9 jutaan,, FWA (Flexi) = 5 jutaan. Perbandingan biaya investasi PSTN dengan FWA, yaitu PSTN: US$ 700, FWA: US$ 70. Jumlah pelanggan selular 48 jutaan sebagai terminator trafik ke jaringan telepon tetap (revenue interconnect)

Tarif STBS (1) PM. 12/2006 tentang Tatacara Penetapan Tarif Perubahan Jasa Teleponi Dasar melalui Jaringan Bergerak Seluler. Formula tarif perubahan dilakukan dengan menggunakan biaya interkoneksi sebagai floor price dari tarif perubahan telepon seluler untuk operator SMP (pangsa( pasar 25% atau lebih).

Tarif STBS (2) Formula perhitungan tarif seluler dilakukan dengan menggunakan batas bawah (floor price). Hal tersebut dilatarbelakangi mengingat pada industri selular yang sudah kompetitif, regulasi tarif ditujukan untuk mendukung kompetisi dengan mencegah praktik predatory pricing, cross subsidy, dan dumping. Kenaikan tarif oleh satu operator seluler akan menjadi kebijakan tersendiri oleh operator tersebut dan tidak akan berdampak pada masyarakat akibat adanya kebebasan bagi masyarakat untuk memilih operator.

Tarif STBS (3) Pengaturan saat ini merupakan pengaturan transisi. Saat ini sedang digodok pengaturan baru yang terintegrasi dengan pengaturan tarif on-net net dari penyelenggara STBS.

Konklusi (1) Dengan implementasi regulasi interkoneksi berbasis biaya akan mendorong trasparansi kepada masyarakat, di mana setiap penyelenggara wajib mengumumkan tentang beban tarif yang harus dibayar untuk setiap jenis panggilan, termasuk panggilan interkoneksi (biaya interkoneksi yang ditanggungnya dalam menyalurkan panggilan kepada operator lain sudah termasuk di dalamnya) Data tarif telepon tetap di negara ASEAN menunjukkan bahwa Indonesia belum berada pada posisi tarif termahal. Perbandingan ini dilakukan dengan membandingkan pola pentarifan yang berpadanan (apple to apple).

Konklusi (2) Meskipun pemerintah tidak dapat mengintervensi penetapan tarif yang telah dibuat oleh operator, namun karena dalam industri telekomunikasi telah terjadi kompetisi, maka dengan sendirinya pengguna layanan telekomunikasi akan memilih operator yang dianggap paling murah dan menguntungkan. Perlu disadari bahwa sesuai dengan ketentuan dalam UU No. 36/1999 dan PP No. 52/2000, pemerintah hanya dapat menetapkan formula perhitungan tarif telekomunikasi, sedangkan kewenangan penetapan tarif pungut kepada pelanggan berada pada para operator telekomunikasi.

Terima Kasih