Bab 1 PENDAHULUAN. Semenjak merebaknya isu lingkungan dan sosial dewasa ini, perusahaanperusahaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

Bab 2 KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini pelaksanaan Corporate Governance sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) memunculkan kesadaran baru dimana hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada berbagai pihak, diantaranya pihak investor dan kreditor. Investor dan

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek, merupakan media UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemilik modal (kreditur atau investor) saja, sedangkan pihak-pihak diluar itu

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perindustrian (perusahaan), mengambil peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan dan tekhnologi saat ini berdampak pada semakin maju

SKRIPSI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responcibility


BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengeruk keuntungan semata. Kontribusinya terhadap komunitas hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB I PENDAHULUAN. beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan.

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan yang maksimum kepada masyarakat (Ermadiani dan Bambang, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Corporate Social Responsibility merupakan komitmen perusahaan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan perusahaan (stakeholder). Perusahaan seharusnya juga

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bisa hanya berfokus kepada laba saja. Perusahaan dituntut untuk lebih

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu

Bab 3 PENGEMBANGAN HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dunia bisnis yang semakin meluas dan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ditengah perkembangan ekonomi yang semakin meningkat, hampir

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. awam ataupun pihak investor untuk mengetahui dan menilai perkembangan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan oleh akuntansi selama ini hanya berpihak pada shareholder.

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

Sifa Dwiariani 1, Leny Suzan 2, Djusnimar Zultilisna 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

Transkripsi:

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semenjak merebaknya isu lingkungan dan sosial dewasa ini, perusahaanperusahaan semakin menyadari bahwa tujuan perusahaan tidak lagi terbatas pada memaksimalkan laba perusahaan dan memaksimalkan kekayaan pemegang saham, mengingat bahwa dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan harus berinteraksi dengan masyarakat. Sehingga, tidak tertutup kemungkinan akan timbulnya masalahmasalah sosial. Tidak hanya dengan masyarakat, berbagai pihak pun dapat dipengaruhi oleh aktivitas operasional perusahaan, seperti karyawan perusahaan, pemegang saham, pemerintah/regulator, dan pihak-pihak lainnya atau lebih dikenal dengan istilah pemangku kepentingan (stakeholder). Seperti diungkapkan pula oleh Mackey, Mackey, & Barney (2005), bahwa konsentrasi yang terfokus pada memaksimalkan kekayaan pemegang ekuitas dapat menyebabkan manajemen mengabaikan pemangku kepentingan yang cukup penting lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, dan komunitas sosial yang lebih luas. Sebagai contoh, kasus lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo. Dalam kasus tersebut sangat banyak kerugian yang ditimbulkan. Mulai dari kerusakan alam yang ditimbulkan akibat aktivitas perusahaan, sampai kerugian yang harus ditanggung masyarakat yang harus kehilangan tempat tinggal, pendidikan dan pekerjaan karena telah terkubur oleh lumpur yang masih menyembur ke atas bumi Sidoarjo sampai saat 1

ini. Jadi, sudah seharusnyalah perusahaan menyadari bahwa mereka mengemban tanggung jawab atas masalah sosial yang diakibatkan oleh aktivitas operasional perusahaan. Masalah-masalah sosial yang akan dihadapi perusahaan sangatlah luas. Beberapa diantaranya dan seringkali menjadi sorotan publik adalah lingkungan, sumber daya manusia/ketenagakerjaan, energi, community involvement, dan produk. Dan dari penjelasan di atas, maka sudah seharusnya perusahaan melakukan pengungkapan terhadap masalah sosial perusahaan sebagai wujud dari pertanggungjawaban perusahaan, mengingat pentingnya pengungkapan tersebut dan dampaknya bagi para pemangku kepentingan. Akibatnya, timbul suatu konsep yang dikenal dengan istilah tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Lalu, apakah yang didefinisikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan tersebut? Terlebih dahulu akan dibahas tentang pemangku kepentingan sebagai pihak yang dipengaruhi oleh berbagai tindakan tanggung jawab sosial perusahaan. Terminologi pemangku kepentingan atau lebih dikenal dengan istilah "stakeholder" pertama kali didefinisikan oleh Freeman (1984) sebagai berikut: "kelompok pemangku kepentingan utama secara khusus terdiri dari pemegang saham dan investor, karyawan, pelanggan, dan pemasok yang secara bersama-sama atau individu dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan" (Venanzi & Fidanza, 2006). Kemudian Clarkson (1995) memperluas konsep tentang pemangku kepentingan dengan menyertakan kelompok pemangku kepentingan publik yang didefinisikan sebagai: "pemerintah dan komunitas yang menyediakan infrastruktur dan pasar, yang hukum dan regulasinya harus dipatuhi dan kepada siapa pajak dan kewajiban lainnya dibayarkan" (Venanzi & Fidanza, 2006). Jadi, secara umum dapat 2

dikatakan bahwa pemangku kepentingan adalah pihak yang dapat mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan perusahaan dan memiliki kepentingan serta dipengaruhi dalam setiap keputusan perusahaan. Tanggung jawab sosial sendiri memiliki berbagai variasi definisi. Menurut Kotler & Lee (2005), tanggung jawab sosial perusahaan dapat didefinisikan sebagai suatu komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui discretionary business practices dan contribution of corporate resources (Shea, 2006). Sementara, European Commision (2001) mendefinisikan tanggung jawab sosial sebagai suatu konsep dimana perusahaan mengintegrasikan permasalahan sosial dan lingkungan dalam interaksinya dengan pemangku kepentingan secara sukarela (Fiori, Donato, & Izzo, 2007). Dengan kata lain, perusahaan melakukan aktivitas sosialnya secara sukarela dengan tujuan untuk menjalin hubungan dan meningkatkan kesejahteraan para pemangku kepentingan. Seperti diungkapkan pula oleh Gariga & Mele (2004) aktivitas sosial perusahaan lebih dari sekedar cara sederhana untuk mencapai hasil ekonomi, karena melalui aktivitas tersebut perusahaan dapat mengembangkan hubungan yang baik dengan pemangku kepentingan (Freeman, 1984), dan secara tidak langsung menciptakan nilai untuk pemegang saham (Fiori, Donato, & Izzo, 2007). Selain hubungan dan keuntungan yang diberikan kepada pemangku kepentingan, pentingnya aktivitas tanggung jawab sosial juga sepenuhnya didukung oleh pemerintah melalui Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas (PT) yang telah disahkan dan diundang-undangkan pada tanggal 16 Agustus 2007. Dalam undang-undang terbaru tentang PT tersebut terdapat aturan mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Aturan tersebut diatur 3

secara khusus dalam pasal 74 UU No. 40/2007 tentang perseroan terbatas. Ayat 1 pasal 74 ini menyatakan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan /atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. 1 Jika perseroan tersebut tidak mengindahkan undangundang ini, dengan kata lain tidak menjalankan kewajibannya menyangkut tanggung jawab sosial, akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini juga diatur di ayat 3 pasal 74 UU No. 40/2007. Jadi, sudah merupakan keharusan bagi setiap perseroan yang jenis usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam atau berdampak pada sumber daya alam ataupun kedua-duanya untuk melaksanakan tanggung jawab sosial. Serta, tidak ada lagi alasan bagi perseroan tersebut untuk mangkir dari kewajibannya karena ada sanksi yang diberlakukan. Namun, yang menjadi masalah di Indonesia adalah bahwa hingga akhir Desember 2007 belum ada ketentuan akuntansi atau standar akuntansi baik dari pemerintah ataupun IAI yang mengatur pengakuan, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan informasi tanggung jawab sosial perusahaan (Lako, 2008). Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan masih dapat melakukan kewajibannya untuk melakukan pengungkapan sosial perusahaan dengan berpedoman pada PSAK No.1 paragraf 9 yang mengakomodasi pengungkapan sosial secara implisit (Anggraini, 2003). PSAK No.1 paragraf 9 menyatakan: berkait dengan informasi tambahan, perusahaan dapat menyajikan laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), 1 www.legalitas.org 4

khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Dari pedoman tersebut, perusahaan-perusahaan mulai melaporkan dan mengungkapkan tanggung jawab sosialnya secara implisit dalam berbagai jenis laporan, seperti laporan tahunan dan laporan manajemen. Bahkan, beberapa perusahaan memisahkan pelaporan aktivitas sosial dan lingkungannya dalam laporan terpisah. Laporan ini dikenal dengan istilah Laporan Keberlanjutan (sustainability report). Laporan keberlanjutan yang memuat informasi tentang ekonomi, sosial, dan lingkungan merupakan wadah bagi perusahaan untuk mendemonstrasikan bagaimana faktor-faktor non-finansial mempengaruhi aspek keuangan dan bagaimana faktorfaktor tersebut dapat membantu untuk meningkatkan nilai perusahaan (Slater & Gilbert, 2004; Deegan et al, 2006b; Mock, Strohm, & Swartz, 2007). Sehingga laporan kebarlanjutan ini dapat digunakan perusahaan sebagai alat untuk meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan atas aktivitas sosial yang dilaksanakan perusahaan. Telkom pertama kali mengungkapkan informasi ekonomi, sosial dan lingkungannya dalam Laporan Keberlanjutan Telkom 2006. Penyusunan laporan tersebut berpedoman pada Sustainability Reporting Guidelines (G3) yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). 2 GRI merupakan organisasi yang 2 www.telkom.co.id 5

bertujuan untuk mengembangkan standar yang diterima secara umum untuk pelaporan keberlanjutan (Wallage, 2000). Meskipun belum banyak, perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah mulai menggunakan laporan keberlanjutan sebagai wadah untuk mengungkapkan isu-isu sosial, lingkungan, serta ekonomi perusahaan. Dan untuk memacu semangat perusahaan-perusahaan tersebut untuk mengeluarkan laporan keberlanjutannya, Ikatan Akuntan Indonesia, Kompartemen Akuntan Manajemen mengadakan suatu ajang penghargaan yang dikenal dengan Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA). 3 Ajang penghargaan yang telah diadakan semenjak tahun 2005 ini dapat memicu perusahaan dalam meningkatkan daya saingnya secara internasional. 4 Dengan semakin berkembangnya isu tanggung jawab sosial perusahaan beserta pengungkapannya, muncul pula pertanyaan, apakah aktivitas sosial perusahaan berhubungan dengan kinerja perusahaan? Dan apakah resiko beserta ukuran perusahaan berhubungan dengan pengungkapan masalah sosial perusahaan? Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian-penelitian 3 www.iaiglobal.or.id 4 Sambutan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia dalam The 2nd Sustainable Enterprice Performance Conference yang diadakan 6-7 September 2007, dikutip dari www.iaiglobal.or.id 6

tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. 5 Kelompok penelitian pertama yang menemukan hubungan positif antara CSR dan kinerja perusahaan, antara lain: Pava & Krausz (1996) dan Preston & O Bannon (1997) menemukan hubungan yang positif antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan, sementara hubungan yang positif antara kinerja perusahaan dan hubungan stakeholder yang baik ditemukan oleh Stanwick and Stanwick (1998) dan oleh Verschoor (1998). Ruf et al. (2001) menemukan bahwa perubahan pada CSR memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan penjualan dan bahwa return on sales juga memiliki hubungan yang positif dengan CSR untuk 3 periode keuangan. Simpson & Koher (2002) menemukan hubungan yang positif antara kinerja sosial dan keuangan dengan sampel perusahaan perbankan. Sementara itu, kelompok kedua menemukan arah yang tidak signifikan dalam hubungan antara CSR dan kinerja perusahaan baik berbasis akuntansi maupun berbasis pasar saham. Penelitian ini dilakukan oleh Mc William & Siegel (2001), Freedman and Jaggi (1986) and Aupperle, Caroll and Hatfield (1985). Dan kelompok ketiga mengungkapkan hubungan negatif antara CSR dan kinerja perusahaan yang mana konsisten dengan hipotesis opportunisme manajerial. Preston and O Bannon (1997) menyarankan kepada manajer untuk mengurangi pengeluaran pada kinerja sosial untuk meningkatkan profitabilitas jangka pendek dan kompensasi personal mereka, tetapi ketika kinerja keuangan buruk, mereka mengalihkan perhatian pada pengeluaran program sosial. Penelitian lain yang 5 Becchetti, Ciciretti, & Hasan. 2007. Corporate Social Responsibility and Shareholder s Value: An Event Study Analysis 7

mendukung hubungan negatif ini antara lain oleh Freedman and Jaggi (1982), Ingram and Frazier (1983), Waddock and Graves (1997). Selain itu beberapa penelitian juga mencoba untuk memahami faktor-faktor potensial yang mungkin berhubungan dengan tingkat pelaporan keberlanjutan, dan apakah pelaporan keberlanjutan berasosiasi dengan pengukuran kinerja berbasis pasar (market-based measures of performance). 6 Eksperimen yang dilakukan oleh Milne & Patten (2002) menemukan bahwa pelaporan lingkungan tertentu mempengaruhi persepsi investor dengan melegitimasi aktivitas operasi perusahaan. Penelitian yang dilakukan Blacconiere & Patten (1994) melaporkan bahwa perusahaan-perusahaan di industri kimia dengan pengungkapan lingkungan yang ekstensif sebelum bencana Bhopal pada tahun 1994 memperlihatkan reaksi pasar yang negatif yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang kurang mengungkapkan isu lingkungannya. Namun penelitian Murray et al (2006) tentang pengungkapan sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan 100 perusahaan teratas di Inggris tidak dapat mendukung hubungan antara imbal hasil pasar (market returns) dan pelaporan sosial dan lingkungan. Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan leverage dan ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan, antara lain Patten (1992) yang menganalisis hubungan antara 3 determinan, yaitu ukuran perusahaan, industri dan profitabilitas, dengan tingkat pengungkapan CSR (Purushotaman, Tower, Hancock, & Taplin: 2002). Dimana ia menemukan hubungan yang signifikan dengan ukuran perusahaan 6 Jones, Frost, Loftus, & Van Der Laan. 2007. An Empirical Examination of the Market Returns and Financial Performance of Entities Enganged in Sustainability Reporting 8

dan industri, namun tidak untuk profitabilitas. Penelitian Hackston dan Milne (1996) juga konsisten dengan penelitian Patten untuk ukuran perusahaan, industri, dan profitabilitas. Sebagai tambahan, penelitiannya juga menyimpulkan bahwa negara pelaporan tidak mempunyai efek terhadap tingkat pengungkapan (Purushotaman, Tower, Hancock, & Taplin: 2002). Chow & Wong-Boren (1987) and Hossain, Perera & Rahman (1995) menganalisis karakteristik spesifik perusahaan dan tingkat pengungkapan sukarela (Purushotaman, Tower, Hancock, & Taplin: 2002). Mereka menganalisis hubungan antara ukuran perusahaan, leverage, dan assets in place. Sebagai tambahan, studi Hossain, Perera & Rahman (1995) juga menginvestigasi hubungan antara tipe auditor, listing status dan tingkat pengungkapan sukarela. Dan kedua penelitian menemukan hubungan yang positif antara tingkat pengungkapan sukarela dengan ukuran perusahaan. Meskipun penelitian Chow & Wong-Boren (1987) mendeteksi hubungan leverage yang tidak signifikan, tetapi Hossain, Perera & Rahman (1995) menemukan hubungan yang positif. Adapun penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara kinerja perusahaan dengan pengukuran berbasis akuntansi dan pasar saham, resiko, dan ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan, karena penelitian-penelitian sebelumnya belum ada yang melihat hubungan ketika faktor spesifik perusahaan tersebut secara bersama-sama dihubungkan dengan tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan. Selain itu juga akan dilihat hubungan antara tingkat pengungkapan sosial dan karakteristik industri beserta status perusahaan. Tingkat pengungkapan sosial yang dimaksud memiliki dua asumsi. Asumsi pertama adalah pengungkapan sosial sebagai proksi kinerja sosial perusahaan, 9

sehingga diharapkan pada akhirnya tingkat pengungkapan dapat menggambarkan kinerja sosial perusahaan. Dan asumsi kedua adalah pengungkapan sosial bukan merupakan proksi kinerja sosial perusahaan, artinya tingkat pengungkapan sosial bukan merupakan gambaran kinerja sosial perusahaan, hanya menggambarkan pengungkapan aspek sosial perusahaan untuk tujuan pelaporan. Dan untuk tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan, peneliti akan menggunakan nilai content analysis atas pengungkapan aktivitas sosial perusahaan yang terkandung dalam laporan tahunan 2006 dari perusahaan publik yang terdaftar di BEI. 1.2. Permasalahan Dalam penelitian ini, akan dicari jawaban atas beberapa pemasalahan yang terlihat dalam pertanyaan berikut: Apakah terdapat hubungan antara faktor-faktor spesifik perusahaan yaitu kinerja perusahaan berbasis akuntansi, kinerja perusahaan berbasis pasar saham, resiko, ukuran perusahaan, karakteristik industri, beserta status perusahaan dengan tingkat pengungkapan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan? Pertanyaan tersebut akan menjadi dasar dalam melakukan penelitian atas beberapa perusahaan publik yang terdaftar di BEI dan menerbitkan laporan tahunan 2006. 10

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti akan hubungan antara kinerja perusahaan berbasis pasar saham, resiko, dan ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan. Tujuan ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh kinerja perusahaan berbasis akuntansi terhadap tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan. 2. Menganalisis pengaruh kinerja perusahaan berbasis pasar saham terhadap tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan. 3. Menganalisis pengaruh resiko perusahaan terhadap tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan. 4. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan. 5. Menganalisis pengaruh karakteristik industri terhadap tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan. 6. Menganalisis pengaruh status perusahaan terhadap tingkat pengungkapan aktivitas sosial perusahaan. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini terbatas pada pembuktian hubungan antara faktor-faktor kinerja perusahaan berbasis akuntansi dan pasar saham, resiko, ukuran perusahaan, karakteristik industri, dan status perusahaan terhadap tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Kinerja perusahaan berbasis 11

akuntansi akan didefinisikan dengan ROA. Sementara untuk kinerja perusahaan berbasis pasar saham diwakili oleh harga saham pada saat 3 bulan sebelum akhir periode laporan tahunan 2006 dari perusahaan-perusahaan publik yang terdaftar di BEI. Dan yang dimaksud dengan resiko terbatas pada operating leverage. Sedangkan yang dimaksud dengan ukuran perusahaan adalah total aset perusahaan. Karakteristik industri akan memisahkan perusahaan-perusahaan yang akan dijadikan sampel menjadi dua bagian, high profile industry dan low profile industry. Dan status perusahaan pun mengelompokkan perusahaan-perusahaan tersebut menjadi perusahaan berstatus PMA dan non PMA. 1.5. Sistematika Penulisan Penelitian ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang dari topik penulisan, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. BAB II Kerangka Teoritis Bab ini menjelaskan landasan teori mengenai Corporate Social Responsibility dan mencakup sejarah dan perkembangan, definisi, dan konsep pembangunan berkelanjutan. Serta berbagai penelitian terdahulu tentang hubungan CSR dengan pengukuran kinerja keuangan perusahaan baik berbasis 12

akuntansi maupun berbasis pasar saham, dan juga hubungan antara CSR dengan kinerja non-keuangan. BAB III Pengembangan Hipotesis dan Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai hipotesis yang digunakan dan dikembangkan dalam penelitian ini beserta model penelitian yang digunakan, pengambilan sampel, pengoperasian variabel dan pengumpulan data. BAB IV Analisis Hasil Penelitian Bab ini memaparkan hasil pengolahan data dan analisis dari keluaran yang dihasilkan. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian, keterbatasan dari penulisan dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. 13