PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I)

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Agronomis Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. tanpa mengurangi tingkat kesuburan tanah atau kelestariannya. Dalam usaha

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

NERACA HARA PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

TINJAUAN PUSTAKA. Amerika Jacquin. Taksonomi dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah:

Transkripsi:

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Oleh M. TAUFIQUR RAHMAN A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN M. TAUFIQUR RAHMAN. Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang (I). (Dibawah bimbingan ADE WACHJAR dan NI MADE ARMINI WIENDI). Percobaan bertujuan untuk mempelajari pengaruh pupuk injeksi batang (PIB) terhadap produksi tandan buah segar (TBS) tanaman kelapa sawit dan untuk memperoleh konsentrasi pupuk injeksi batang (PIB) yang dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang terbaik. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Cikabayan, Darmaga, Bogor, mulai bulan Maret sampai dengan bulan September 2007. Bahan percobaan yang digunakan berupa tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun kesembilan (TM-9) varietas Marihat. Rancangan percobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu kontrol (P 0 ) dengan menggunakan air bersih, pupuk standar kebun (P 1 ), PIB 5.55 % (P 2 ), PIB 8.32 % (P 3 ), PIB 11.10 % (P 4 ), PIB 13.87 % (P 5 ), dan PIB 16.65 % (P 6 ). Terdapat 21 satuan percobaan dengan 3 tanaman contoh tiap satuan percobaan, kecuali pada perlakuan P 0 dan P 1 hanya 2 tanaman, sehingga seluruhnya terdapat 57 tanaman. Pengamatan dilakukan satu bulan sekali selama enam bulan. Adapun peubah yang diamati antara lain: jumlah pelepah daun per tanaman, jumlah tandan bunga (jantan dan betina) per tanaman, komposisi tandan buah segar (TBS) per tanaman berdasarkan umur, jumlah total TBS per tanaman, jumlah TBS yang dipanen per tanaman, bobot per TBS yang dipanen, bobot total TBS yang dipanen per tanaman, dan ketebalan mesokarp (daging buah). Di samping itu, dilakukan pula analisis tanah dan daun pada awal percobaan, serta analisis kadar lemak kasar pada awal dan akhir percobaan. Hasil sidik ragam pada peubah-peubah yang diamati menunjukkan bahwa pemberian PIB dengan konsentrasi yang berbeda hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah pelepah daun pada 4 dan 5 bulan setelah perlakuan (BSP) serta jumlah bunga jantan pada 5 BSP. Akan tetapi terhadap jumlah bunga betina, komposisi TBS berdasarkan umur (umur 1 6 bulan), jumlah total TBS per

tanaman, jumlah TBS yang dipanen per tanaman, bobot per TBS yang dipanen, bobot total TBS yang dipanen per tanaman serta ketebalan mesokarp buah kelapa sawit tidak berpengaruh nyata. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % pada 4 dan 5 BSP memberikan pengaruh yang nyata dalam menghasilkan jumlah pelepah daun terbanyak, yaitu masing-masing dapat meningkatkan jumlah pelepah daun sebesar 17.54 % dan 21.31 % dibandingkan dengan kontrol. Pemberian PIB tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga betina, tetapi berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga jantan pada 5 BSP. Pemberian PIB dengan konsentrasi 8.32 % dan 16.65 % sama-sama memberikan jumlah bunga jantan terbanyak dibandingkan dengan kontrol pada 5 BSP. Pemberian PIB dengan konsentrasi 11.10 % dapat meningkatkan kadar lemak total sebesar 16.78 % dibandingkan dengan sebelum perlakuan, serta memiliki kadar lemak total yang paling tinggi dibandingkan dengan kontrol, yaitu sebesar 51.80 persen.

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh M. Taufiqur Rahman A01400022 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Judul Nama NRP : PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (I) : M. TAUFIQUR RAHMAN : A01400022 Menyetujui, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Dr. Ir. Ade Wachjar, MS. Dr. Ni Made Armini Wiendi NIP. 130 875 718 NIP. 131 694 525 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP. 131 124 019 Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah, pada tanggal 23 April 1982. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari Bapak H. Abd. Rahman Salam, BA. dan Ibu Hj. D. Lutfiyah. Pada tahun 1994 penulis lulus dari SDN 2 Bangsri, Jepara. Selanjutnya pada tahun 1997 penulis menyelesaikan studi di SLTP N 1 Bangsri, Jepara. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan studi di SMU N 1 Bangsri, Jepara. Pada tahun yang sama penulis diterima menjadi mahasiswa di Program Studi Agronomi, Departemen Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan ramat serta hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang (I). Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga, khususnya kepada: 1. Ibu, bapak, nenek, Mbak Ida dan Mas Sigit serta adik-adikku yang tidak henti-hentinya selalu memberi bantuan moral dan material, semangat, arahan, serta cintanya yang tulus kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Ade Wachjar, MS. dan Ibu Dr. Ni Made Armini Wiendi selaku dosen pembimbing skripsi atas segala saran, masukan, bimbingan, dorongan semangat dan kesabarannya yang diberikan kepada penulis selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Bapak Ir. Supijatno, MSi. selaku dosen penguji atas kritik dan saran, serta masukannya untuk perbaikan skripsi ini. 4. Bapak Ir. Is Hidayat Utomo, MS. selaku dosen pembimbing akademik atas segala saran, arahan, dan kesabarannya selama penulis menempuh kuliah. 5. Teknisi laboratorium PAU (Teh Nia, Teh Ara, dan Bapak Asep) yang selalu membantu penulis dalam setiap penyiapan bahan. 6. Bang Emi, Novan, Dimas, Hari, Gunawan, Udi, Iwa, Sugi serta temanteman eks-pioneer 21 lainnya atas bantuan dan semangatnya. 7. Herman, Ghofur, Derry, Wides, Zofy, Arief, dan seluruh Agronomi 37 atas kebersamaannya, serta kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Bogor, Agustus 2008 Penulis

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Tanaman Kelapa Sawit... 4 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit... 7 Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit... 8 Pupuk Organik... 10 Pupuk Anorganik... 10 Aplikasi Pupuk melalui Tanah... 13 Aplikasi Pupuk melalui Daun... 14 Aplikasi Pupuk melalui Batang... 15 BAHAN DAN METODE... 16 Tempat dan Waktu... 16 Bahan dan Alat... 16 Metode Percobaan... 16 Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan... 18 Pengamatan... 19 HASIL DAN PEMBAHASAN... 21 Hasil... 21 Pembahasan... 35 KESIMPULAN DAN SARAN... 39 Kesimpulan... 39 Saran... 39 DAFTAR PUSTAKA... 40 LAMPIRAN... 43

DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Dosis dan Aplikasi Pupuk Injeksi Batang pada Kelapa Sawit... 17 2. Standar Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan... 19 3. Rata-rata Jumlah Pelepah Daun Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 22 4. Rata-rata Jumlah Bunga Betina Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 23 5. Rata-rata Jumlah Bunga Jantan Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 23 6. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 1 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 24 7. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 1 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 24 8. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 2 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 25 9. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 2 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 25 10. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 3 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 26 11. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 3 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 26 12. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 4 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 27 13. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 4 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 27

14. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 5 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 28 15. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 5 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 28 16. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 6 Bulan pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 29 17. Rata-rata Jumlah TBS Kelapa Sawit Umur 6 Bulan Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 29 18. Rata-rata Jumlah Total TBS per Tanaman pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 30 19. Rata-rata Jumlah Total TBS per Tanaman Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 30 20. Rata-rata Jumlah TBS yang Dipanen per Tanaman pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 31 21. Rata-rata Jumlah TBS yang Dipanen per Tanaman Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 31 22. Rata-rata Bobot per TBS yang Dipanen pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 32 23. Rata-rata Bobot per TBS yang Dipanen Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 32 24. Rata-rata Bobot Total TBS per Tanaman pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 33 25. Rata-rata Bobot Total TBS per Tanaman Berdasarkan Jumlah Tanaman yang Berbuah pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 33 26. Rata-rata Ketebalan Mesokarp Buah Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Injeksi Batang dari 1 hingga 5 BSP... 34 27. Hasil Analisis Kadar Lemak Kasar Sebelum dan Setelah Perlakuan... 34

Lampiran 1. Kondisi Iklim Mikro Selama Percobaan Berlangsung... 44 2. Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan... 45 3. Hasil Analisis Daun Sebelum Perlakuan... 45 4. Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun Kelapa Sawit dari Umur 1 hingga 5 BSP... 46 5. Sidik Ragam Jumlah Bunga Betina Kelapa Sawit dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 47 6. Sidik Ragam Jumlah Bunga Jantan Kelapa Sawit dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 48 7. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 1 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 49 8. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 2 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 50 9. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 3 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 51 10. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 4 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 52 11. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 5 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 53 12. Sidik Ragam Jumlah TBS Umur 6 Bulan dari 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 54 13. Sidik Ragam Jumlah Total TBS per Tanaman dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 55 14. Sidik Ragam Jumlah TBS yang Dipanen per Tanaman dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 56 15. Sidik Ragam Bobot per TBS dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 57

16. Sidik Ragam Bobot Total TBS per Tanaman dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 58 17. Sidik Ragam Ketebalan Mesokarp Buah dari Umur 1 hingga 5 BSP (Transformasi ( x + 0.5) )... 59 18. Standar Jumlah dan Berat Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Menurut Umur dan Kelas Lahan... 60

DAFTAR GAMBAR Nomor Lampiran Halaman 1. Denah Percobaan Pemupukan Kelapa Sawit dengan Pupuk Injeksi Batang... 61

PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas unggulan dalam penerimaan devisa di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor utama minyak sawit dunia. Guna memenuhi permintaan pasar terhadap hasil-hasil industri kelapa sawit dilakukan usaha peningkatan di berbagai sektor. Salah satu usaha yang dilakukan saat ini adalah dengan memperluas areal pertanaman. Luas areal pertanaman kelapa sawit setiap tahunnya mengalami peningkatan. Areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2000 seluas 4 158 077 ha, meningkat menjadi 5 597 158 ha pada tahun 2005. Produksi kelapa sawit pun meningkat dari 7 000 508 ton pada tahun 2000 menjadi 12 451 981 ton pada tahun 2005. Volume ekspor kelapa sawit dari tahun 2000 sampai tahun 2004 juga mengalami peningkatan dari 4 110 027 ton menjadi 8 661 647 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Tanaman kelapa sawit memiliki beberapa keunggulan komparatif dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya dalam memenuhi konsumsi dunia. Beberapa keunggulan komparatif dari tanaman kelapa sawit tersebut antara lain biaya produksi yang murah, produktivitas yang tinggi, umur ekonomis yang panjang yaitu antara 25 35 tahun, risiko usaha yang kecil serta penggunaannya yang beraneka ragam. Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan, karena minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai macam hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng, mentega, sabun dan kosmetika, tetapi juga dapat menjadi substitusi bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak yang saat ini banyak digunakan berasal dari minyak bumi yang sumbernya tidak dapat diperbaharui (non renewable). Minyak sawit merupakan sumber bahan minyak nabati yang dapat diperbaharui (renewable), sehingga tidak akan pernah habis selama umat manusia mau membudidayakannya secara komersial. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan dan efisiensi produksi tanaman kelapa sawit, di antaranya yaitu dengan penggunaan bibit

2 unggul, perbaikan teknik budidaya dan penanganan pasca panen yang benar sehingga dapat meningkatkan nilai tambah (value added) pada produk akhir yang dihasilkan. Pemupukan merupakan salah satu aspek kegiatan dalam teknik budidaya yang memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan produksi dan efisiensi dalam proses produksi tanaman kelapa sawit tersebut. Dalam upaya mencapai produksi yang tinggi sesuai dengan potensi genetiknya, maka pemupukan merupakan faktor penentu utama khususnya pada keseimbangan konsentrasi dan jenis pupuk yang digunakan dan bukan pada tingkat konsentrasi yang tinggi (Thong dan Ng, 1978). Menurut Prawiranata, Harran dan Tjondronegoro (1992), keseimbangan konsentrasi pupuk sangat penting dilakukan untuk menghindari adanya efek buruk akibat kekurangan atau kelebihan suatu unsur hara dari pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui cara penambahan unsur hara, baik hara makro maupun mikro yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Leiwakabessy dan Sutandi (1998) menyatakan bahwa pupuk digunakan untuk mengoreksi kekurangan hara tanaman, agar diperoleh nutrisi tanaman pada tingkat kesuburan tanah yang optimum dan meningkatkan kualitas tanaman. Program pemupukan yang baik adalah menyuplai sejumlah hara yang diperlukan oleh tanaman agar keuntungan yang diperoleh menjadi maksimal. Tanaman kelapa sawit dalam usahanya untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, membutuhkan unsur-unsur hara utama, baik hara makro maupun mikro yang biasanya diperoleh melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik. Pupuk anorganik yang lazim digunakan dalam pemupukan tanaman kelapa sawit adalah Urea (45 % N), Rock Phosphate (30 40 % P 2 O 5 ), Murriate of Potash (60 % K 2 O), Kieserite (27 % MgO), dan Borax (11 % B) (PT Socfin Indonesia (Socfindo) Medan, 1985). Soepardi (1983) melaporkan bahwa pupuk anorganik yang diaplikasikan melalui tanah dapat mengalami banyak hambatan untuk diabsorbsi oleh tanaman. Pupuk yang biasa dipergunakan di perkebunan adalah jenis pupuk yang berbentuk butiran yang diberikan melalui tanah dengan cara disebar pada piringan yang

3 mengelilingi tanaman kelapa sawit dengan jarak sekitar 1 1.5 m dari batang tanaman. Salah satu cara untuk mengatasi kendala pada pemupukan tersebut ialah pemupukan dengan cara injeksi batang. Pada pemupukan dengan cara injeksi batang, pupuk diberikan dalam bentuk larutan yang diinjeksikan melalui pipa ke dalam batang tanaman kelapa sawit. Dengan cara demikian pupuk dapat terserap seluruhnya oleh tanaman tersebut serta tidak merusak tanah. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mempelajari pengaruh pupuk injeksi batang (PIB) terhadap produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, dan (2) memperoleh konsentrasi pupuk injeksi batang (PIB) yang dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang terbaik. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Terdapat pengaruh pemberian pupuk injeksi batang terhadap produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. 2. Terdapat konsentrasi pupuk injeksi batang yang optimal terhadap produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (oil palm) termasuk ke dalam: Kingdom: Plantae; Divisi: Tracheophyita; Subdivisi: Pteropsida; Kelas: Angiospermeae; Subkelas: Monocotyledoneae; Ordo: Cocoideaea; Famili: Palmae (Arecaceae); Subfamili: Cocoideae; Genus: Elaeis; dan Spesies: Elaeis guineensis Jacq. (Lubis, 1992). Setyamidjaja (2006) melaporkan bahwa terdapat dua spesies kelapa sawit berdasarkan asalnya yaitu Elaeis guineensis Jacq. (kelapa sawit Afrika) dan Elaeis melanococca atau Corozo oleifera (kelapa sawit Amerika Latin). Tanaman kelapa sawit berasal dari kawasan Nigeria di Afrika Barat. Penyebaran tanaman kelapa sawit dari daerah asalnya secara tidak langsung terkait dengan perdagangan budak dari Afrika pada abad pertengahan. Pembagian tipe atau varietas kelapa sawit pada spesies Elaeis guineensis Jacq. didasarkan pada warna buah (kulit, exocarp) dan ketebalan cangkang (endocarp). Berdasarkan warna buah, kelapa sawit dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albascens, sedangkan berdasarkan ketebalan cangkang terdapat tipe Dura, Psifera, dan Tenera. Tanaman kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut yang sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah sampai batas permukaan air tanah (Fauzi et al., 2005). Pada tanaman kelapa sawit dewasa akar serabut primer berjumlah antara 8 000 10 000 dengan diameter antara 4 10 mm yang tumbuh dari bongkol atau pangkal batang dekat permukaan tanah (Yahya, 1990). Akar sekunder, tersier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah, bahkan akar tersier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung zat hara (Fauzi et al., 2005). Akar-akar sekunder muncul dari akarakar primer dengan diameter antara 2 4 mm dan panjang dapat mencapai 150 cm. Setengah dari akar-akar sekunder tersebut pertumbuhannya mengarah ke atas mendekati permukaan atas tanah. Akar-akar tersier muncul dari akar-akar sekunder dengan diameter antara 1 2 mm dan panjang antara 10 15 cm. Akarakar tersier tersebut tumbuh secara horisontal dekat dengan permukaan tanah.

5 Akar-akar kuarter terletak dekat permukaan tanah bersama-sama dengan akar-akar tersier, dengan diameter 0.5 mm dan panjang 2 cm. Akar-akar kuarter tersebut tersusun secara teratur sehingga tampak semacam lapisan anyaman yang tebal pada ketebalan 10 cm dalam lapisan tanah terbatas (Yahya, 1990). Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang tumbuh tegak lurus ke atas, berbentuk silindris dengan diameter 40 60 cm, serta pada pangkalnya membesar membentuk bonggol batang (bowl). Kecepatan tumbuh meninggi tanaman kelapa sawit berbeda-beda bergantung pada tipe atau varietasnya, tetapi secara umum kecepatan pertumbuhan (pertambahan tinggi) antara 25 40 cm per tahun. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit adalah kondisi di sekitar tanaman seperti keadaan iklim, pemeliharaan (terutama pemupukan), kerapatan tanaman dan umur tanaman (Setyamidjaja, 2006). Menurut Fauzi et al. (2005), daun kelapa sawit membentuk susunan daun yang majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Yahya (1990) menyebutkan keadaan yang demikian disebut dengan daun parapinnate, yaitu daun yang sejajar yang terdapat dalam helai daun. Menurut Lubis (1992), panjang pelepah daun bervariasi bergantung pada tipe varietas dan kesuburan tanah serta dapat mencapai panjang sembilan meter. Jumlah anak daun pada setiap sisi mencapai 125 200 helai dan panjang anak daun tengah mencapai 1.2 m. Fauzi et al. (2005) menambahkan, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Daun yang sehat dan segar berwarna hijau tua. Jumlah pelepah daun pada tanaman dewasa berkisar 40 50 pelepah. Kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga dengan phyllotaxis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun, yaitu dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya setiap kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak delapan buah. Pertumbuhan melingkar duduk daun dapat mengarah ke kanan atau ke kiri yang tersusun menyerupai spiral. Pada tanaman yang normal dapat dilihat dua set spiral

6 berselang delapan daun yang mengarah ke kanan dan berselang tiga belas daun mengarah ke kiri (Fauzi et al., 2005). Hartley (1977) menerangkan bahwa tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman monocious, artinya bunga jantan dan bunga betina terpisah, tetapi masih berada pada pohon yang sama. Bunga tersusun pada mayang (tandan) dan muncul pada setiap ketiak daun. Rangkaian bunga jantan terdiri atas batang poros dan cabang-cabang meruncing yang disebut dengan spikelet. Tiap tandan bunga jantan memiliki 100 250 spikelet yang panjangnya 10 20 cm dan berdiameter 1 1.5 cm. Masing-masing spikelet berisi 700 1 200 bunga jantan yang akan menghasilkan serbuk sari. Tandan bunga jantan dapat menghasilkan serbuk sari sebanyak 25 50 g. Setiap tandan bunga jantan tersusun atas enam helai benang sari dan enam perhiasan bunga. Satu tandan bunga betina memiliki 100 200 spikelet dan tiap spikelet memiliki 15 20 bunga betina. Tidak semua bunga betina tersebut akan berhasil membentuk buah sempurna yang matang, terutama bagian dalam. Bunga betina memiliki tiga putik dan enam perhiasan bunga. Lubis (1992) menambahkan, tandan bunga jantan dan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah jika bunga mekar (anthesis). Fase perkembangan bunga betina dapat diketahui dari perbedaan warna. Pada hari pertama sesudah mekar bunga berwarna putih, selanjutnya pada hari kedua bunga berwarna kuning gading, pada hari ketiga bunga berubah menjadi berwarna agak kemerahan (jingga) dan akhirnya pada hari keempat bunga berwarna merah kehitaman. Selama periode tersebut bunga berbau harum dan mengeluarkan lendir yang menarik serangga penyerbuk. Bunga jantan dalam satu spikelet tidak mekar bersamaan. Pada hari pertama setelah kelopak terbuka, serbuk sari keluar dari ujung spikelet, pada hari kedua di bagian tengah, selanjutnya pada hari ketiga di bagian bawah spikelet, dan pada hari ketiga tersebut bunga jantan mengeluarkan bau yang spesifik (Lubis, 1992). Bunga betina akan menjadi buah masak dalam waktu 4.5 6 bulan setelah terjadi penyerbukan. Ukuran dan bentuk buah beragam menurut posisinya pada tandan. Buah yang terletak di bagian dalam tandan akan lebih kecil ukurannya dan bentuknya kurang sempurna dibandingkan dengan buah yang terletak di bagian

7 luar, karena kondisinya yang terjepit. Berat buah yang sudah matang bergantung pada tipe induknya, yang bervariasi dengan kisaran 13 30 gram dengan panjang mencapai 5 cm (Lubis, 1992). Setyamidjaja (2006) menyatakan bahwa kelapa sawit termasuk buah batu. Pada satu buah terdapat susunan sebagai berikut: 1) Kulit buah (exocarp) yang selama tiga bulan setelah penyerbukan warnanya masih putih kehijau-hijauan, tetapi 3 6 bulan berikutnya warnanya berubah menjadi kuning. 2) Daging buah (pulp, mesocarp) yang pada tiga bulan pertama tersusun dari air, serat, dan klorofil, pada tiga bulan selanjutnya terjadi pembentukan minyak dan karoten. 3) Cangkang (tempurung, shell, endocarp) yang pada tahap awal tipis dan lembut, tetapi setelah berumur tiga bulan bertambah tebal dan keras serta warnanya berubah dari putih menjadi cokelat muda kemudian cokelat. 4) Inti (kernel, endosperm) yang mula-mula cair, kemudian lunak dan pada akhirnya padat serta agak keras. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah antara 12 ºLU 12 ºLS pada ketinggian 0 500 m di atas permukaan laut (dpl) (Hartley, 1967). Menurut Ferwerda (1977), tanaman kelapa sawit menghendaki iklim dengan curah hujan antara 1 800 4 000 mm/th dan merata sepanjang tahun dengan suhu rata-rata 25 ºC. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman dataran rendah, meskipun dapat tumbuh pada ketinggian lebih dari 900 m dpl. Lubis (1992) menyatakan bahwa kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tidak mengalami defisit air (curah hujan di bawah 250 mm/th). Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah tanah yang memiliki ciriciri solum yang dalam (80 cm), ph 4.0 6.0, yang terbaik adalah 5.0 5.5, tekstur ringan (pasir 20 60 %, debu 10 40%, liat 20 50 %).

8 Hartley (1967) menyatakan sifat kimia tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah tanah yang memiliki kandungan hara yang tinggi, nilai rasio C/N mendekati 10, daya tukar Mg 0.4 1.0 me/100 g, K 0.15 0.20 me/100 g. Perbandingan daya tukar Mg dan K berada pada batas normal. Yahya (1990) menyatakan bahwa tanah yang tidak banyak mengandung besi dan berdrainase baik sesuai untuk pertumbuhan kelapa sawit. Tanah pasir dan tanah gambut yang dalam kurang baik, tetapi pada umumnya tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di segala jenis tanah, asal lapisan tanahnya dalam dan memiliki drainase yang baik. Lubis (1992) menyatakan bahwa kelembaban udara yang sesuai untuk tanaman kelapa sawit adalah 80 %, lama penyinaran matahari antara 5 7 jam/hari dan kecepatan angin antara 5 6 km/jam dapat membantu terjadinya penyerbukan. Hartley (1977) mengemukakan beberapa peranan sinar matahari bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit, antara lain: (1) penaungan pada semua umur tanaman kelapa sawit dapat menurunkan pertumbuhan dan tingkat asimilasi tanaman, (2) kelapa sawit dewasa yang ternaungi dapat menurunkan produksi bunga betina, dan (3) pemotongan pelepah daun yang jaraknya terlalu berdekatan pada tanaman kelapa sawit dapat meningkatkan produksi bunga betina. Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1998), pupuk diberikan agar kesuburan tanah tidak menjadi faktor pembatas dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Soepardi (1983) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah cahaya, tunjangan mekanis, suhu, udara, air, dan unsur hara. Terkecuali cahaya, tanah menyediakan seluruhnya atau sebagian dari faktor-faktor tersebut. Pertumbuhan yang baik bergantung pada kombinasi yang berimbang dan menguntungkan antar faktorfaktor tersebut. Bila salah satu faktor tidak seimbang dengan faktor lainnya, faktor tersebut dapat menekan atau kadang-kadang menghentikan pertumbuhan tanaman.

9 Selanjutnya faktor yang paling tidak optimum menentukan tingkat produksi tanaman. Effendi (1996) menambahkan, lahan-lahan yang ditanami baik dengan tanaman semusim maupun tahunan yang terus menerus dalam jangka waktu lama akan dapat memiskinkan tanah, bila unsur hara yang diangkut oleh panen melebihi kecepatan pembebasan hara dari cadangan mineral tanah. Kemunduran kesuburan tanah memerlukan penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk dan bila tidak dilakukan pemupukan maka produksi akan menurun, apalagi bila digunakan varietas-varietas baru yang umumnya memiliki produksi lebih tinggi, akan lebih cepat memiskinkan tanah. Areal tanaman kelapa sawit pada umumnya adalah lahan mineral bereaksi masam dan miskin unsur hara. Di lain pihak, kelapa sawit memerlukan unsur hara dalam jumlah banyak untuk menunjang pertumbuhan dan produksi yang optimal. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang memuaskan, tanaman kelapa sawit harus dipupuk secara teratur dengan jumlah yang cukup sejak di pembibitan hingga tanaman menghasilkan (Siahaan, Suwandi dan Panjaitan, 1990). Jumlah unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman kelapa sawit berbedabeda menurut stadia perkembangannya. Pada stadia bibit dan tanaman belum menghasilkan (TBM), hara yang diserap tanaman seluruhnya digunakan untuk pembentukan bahan vegetatif, yaitu akar, batang dan daun (Siahaan et al., 1990). Sedangkan pada stadia produktif (tanaman menghasilkan), selain untuk pembentukan bahan vegetatif, hara yang diserap juga digunakan untuk pembentukan bahan generatif, yaitu tandan buah dan bunga jantan. Apabila hara tidak cukup tersedia bagi tanaman, maka dapat menyebabkan gejala defisiensi sehingga pertumbuhan, perkembangan dan produksi akan terganggu. Menurut Leiwakabessy (1988), pupuk adalah bahan yang diberikan pada tanaman guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitas sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Selanjutnya Leiwakabessy dan Sutandi (1998) menggolongkan pupuk berdasarkan tipe senyawa yang dikandungnya menjadi dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.

Pupuk Organik 10 Pupuk organik adalah pupuk yang unsur haranya berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, baik berasal dari hewan maupun tumbuhan. Pupuk organik dapat berupa humus, pupuk hijau, atau pun pupuk kandang. Unsur hara yang berasal dari pupuk organik dapat diserap tanaman apabila telah terdekomposisi dengan baik. Pupuk organik yang telah terdekomposisi mempunyai ciri-ciri nisbah C/N berkisar antara 10 12, berwarna gelap, suhu tidak terlalu tinggi dan sudah tidak terlalu berbau (Leiwakabessy, 1988). Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (1998), pupuk organik termasuk pupuk yang cara kerjanya tidak langsung berpengaruh terhadap tanaman dan daya kerjanya lambat (slow acting), sehingga pupuk organik akan berpengaruh efektif pada tanaman setelah terjadi pelapukan di dalam tanah. Dalam pertanian, pupuk organik bersifat multiguna yang bertujuan menyediakan unsur hara bagi tanaman, mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah, mencegah atau meminimalkan pencemaran lingkungan. Selain itu pupuk organik berperan sebagai sumber energi bagi jasad mikro sehingga secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Widayat, 2001). Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik pupuk dengan menambahkan bahan kimia (anorganik) dengan kadar hara tinggi. Pupuk tersebut terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal hara yang dikandung oleh pupuk tersebut hanya satu macam, sedangkan pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang terdiri atas dua atau lebih unsur hara (Lingga, 1999). Menurut Soepardi (1983), terdapat 13 unsur hara esensial yang diperoleh tanaman dari tanah. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan dan fungsinya bagi tanaman, maka unsur hara dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang

11 diperlukan tanaman dalam jumlah banyak (N, P, K, Ca, Mg, S), sedangkan unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit (Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl). Selanjutnya Soepardi (1983) menyatakan, pertumbuhan tanaman akan terhambat bila unsur hara makro dalam tanah kurang, terlalu lambat tersedia, atau tidak diimbangi oleh unsur-unsur lainnya. Nitrogen dan phosphor terdapat dalam jumlah sedikit dalam tanah mineral, juga sebagian besar dari kedua unsur tersebut berada dalam bentuk senyawa yang tidak tersedia bagi tanaman. Unsur hara mikro, kecuali Fe (besi), ditemukan dalam jumlah sedikit dalam tanah dan jumlahnya yang tersedia bagi tanaman sangat rendah. Akibatnya, walaupun tanaman mengambilnya dalam jumlah sedikit setiap musim, efek penanaman bertahun-tahun dengan cepat dapat mengurangi jumlah yang semula tersedia. Pada unsur hara mikro, terdapat tiga keadaan tanah yang kemungkinan besar dapat menyebabkan unsur hara mikro menjadi penghambat, yaitu: (1) tanah berpasir, (2) tanah organik, dan (3) tanah sangat alkalin. Hal tersebut disebabkan jumlahnya yang sangat sedikit pada tanah-tanah berpasir dan organik, dan unsur hara mikro-tersedia yang sedikit dalam keadaan ph tinggi. Menurut Soepardi (1983), dari ketiga unsur hara makro yang digunakan sebagai pupuk (N, P dan K), nitrogen memberikan pengaruh yang paling mencolok dan cepat, terutama untuk merangsang pertumbuhan di atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun. Hampir pada seluruh tanaman, nitrogen merupakan pengatur penggunaan kalium, phosphor dan penyusun lainnya. Corley (1976) menyatakan, nitrogen merupakan pembentuk utama protoplasma sel, protein, asam amino, asam nukleat, amida dan alkaloid, yang berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman. Menurut Lubis (1992), pupuk nitrogen yang diberikan dalam jumlah besar akan mengakibatkan nisbah batang dan akar dari suatu tumbuhan meningkat. Islami dan Utomo (1995) menambahkan, pemupukan nitrogen dapat mempergiat perakaran yang lebih dalam dan lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan luas daun sehingga lebih banyak hasil asimilasi yang dipergunakan untuk pertumbuhan akar. Leiwakabessy (1988) menyatakan bahwa kekurangan

12 unsur nitrogen juga dapat menurunkan aktivitas pertumbuhan tanaman dengan dicirikan oleh daun yang menguning atau kuning kehijauan dan cenderung cepat gugur, sehingga kemampuan berfotosintesis berkurang, tanaman tumbuh kerdil dan sistem perakarannya terbatas. Phosphor (P) berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP, juga berperan dalam pembelahan sel melalui peran nukleoprotein yang ada di dalam inti sel. Unsur ini juga menentukan pertumbuhan akar, mempercepat kematangan dan produksi buah serta biji (Leiwakabessy, 1988). Islami dan Utomo (1995) juga menyebutkan bahwa unsur phosphor dapat memacu pertumbuhan akar. Hal ini didapatkan pada tanaman yang dipupuk dengan phosphor, ternyata mempunyai akar yang lebih banyak dibandingkan dengan tanaman yang tanpa dipupuk. Keadaan ini disebabkan oleh ketersediaan phosphor akan meningkatkan laju fotosintesis yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan akar. Corley (1976) juga menyatakan bahwa phosphor merupakan komponen utama asam nukleat yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat kematangan buah, aktif pada setiap proses fisiologis, baik pertumbuhan maupun aktivitas generatif. Menurut Lubis (1992), kekurangan fosfat secara visual di lapangan sulit untuk dilihat dan cara memantaunya yang terbaik yaitu dengan analisis daun. Kalium (K) merupakan unsur hara yang berperan penting dalam proses metabolisme tanaman, yaitu sebagai katalisator berbagai enzim (Prawiranata et al., 1992). Unsur K juga berpengaruh terhadap terbukanya mulut daun, pengatur dalam proses pembentukan minyak, dan pengangkut hasil asimilasi ke seluruh jaringan tanaman (Corley, 1976). Selain itu, K paling banyak ditransfer ke tandan dibandingkan dengan unsur hara yang lain. Berbeda dengan unsur hara yang lain, K + tidak bersenyawa dengan senyawa-senyawa organik tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1965). Jumlah kalium dalam tanah jauh lebih banyak daripada phosphor. Unsur K merupakan unsur yang mobil di dalam jaringan tanaman (Soepardi, 1983). Kebutuhan tanaman akan kalium cukup tinggi. Kekurangan K akan

13 mengakibatkan produksi tanaman berkurang sekali dan mengurangi resistensi terhadap penyakit (Leiwakabessy, 1988). Pemberian K yang berlangsung terus tanpa diimbangi dengan Mg akan menyebabkan kandungan Mg menurun drastis (Lubis, 1992). Menurut Leiwakabessy (1988), tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan apabila kebutuhan tidak tercukupi. Dalam keadaan demikian maka terjadi translokasi K dari bagian yang tua menuju ke bagian-bagian yang muda. Dengan demikian gejalanya mulai terlihat pada bagian bawah dan bergerak ke ujung tanaman. Tanaman perkebunan atau juga yang disebut dengan tanaman keras termasuk tanaman tahunan (perennial). Aplikasi pupuk pada tanaman perkebunan dapat diberikan melalui beberapa cara, antara lain melalui tanah, daun, dan batang. Aplikasi Pupuk melalui Tanah Pada umumnya, jenis pupuk yang diaplikasikan melalui tanah berupa pupuk padat. Walaupun demikian ada juga pupuk yang berupa cairan yang diberikan langsung pada tanah dengan cara dicampurkan dalam air irigasi. Menurut Soepardi (1983), pupuk harus ditempatkan dalam tanah sedemikian rupa sehingga tanaman memperoleh keuntungan yang maksimal. Hal ini tidak hanya meliputi daerah penempatan, tetapi juga waktu penempatan dari pupuk. Akar merupakan organ tanaman yang bertanggung jawab pada penyerapan pupuk yang diaplikasikan melalui tanah. Menurut Kramer (1977) dalam Islami dan Utomo (1995), akar tanaman berfungsi sebagai: (1) organ yang bertanggung jawab agar tanaman dapat berdiri tegak pada tanah, (2) organ yang melakukan absorbsi hara dan air, (3) melakukan aktivitas metabolisme dan membentuk berbagai persenyawaan yang diperlukan oleh tanaman, dan (4) sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Soepardi (1983) menyatakan bahwa pemupukan melalui akar sering mengalami hambatan, sehingga suplai unsur hara ke dalam tanaman menjadi berkurang. Ketersediaan hara yang tidak mencukupi kebutuhan tanaman dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: (1) ketersediaan unsur hara dalam tanah

14 memang sulit, (2) lingkungan dalam tanah tidak memungkinkan akar untuk dapat menyerap hara yang bersangkutan, (3) angkutan hara dari akar ke bagian atas tanaman tidak lancar, (4) laju pertumbuhan yang terlalu cepat tidak dapat diimbangi oleh laju persediaan hara yang memadai di dalam tanah, dan (5) tindakan manusia yang menyebabkan ketersediaan hara tertentu di dalam tanah menjadi berkurang atau tidak tersedia. Aplikasi Pupuk melalui Daun Pupuk yang diaplikasikan pada tanaman melalui daun disebut pupuk daun. Pupuk daun mengandung unsur hara makro dengan tambahan beberapa unsur hara mikro, tetapi ada pula pupuk daun khusus yang hanya mengandung unsur hara makro atau mikro saja. Pada umumnya, pemupukan melalui daun diberikan sebagai tambahan ataupun diberikan pada waktu-waktu tertentu pada saat penyerapan hara melalui akar kurang efektif. Selain itu, pemupukan melalui daun dapat mengurangi kerusakan akar akibat pemberian pupuk yang kurang merata di daerah perakaran. Menurut Lingga (1999), keuntungan pemberian pupuk melalui daun dibandingkan dengan pemberian pupuk melalui tanah, yaitu: (1) penyerapan pupuk lebih efisien, (2) jumlah pupuk yang diberikan lebih sedikit, (3) tidak menimbulkan kerusakan pada sistem perakaran tanaman, dan (4) memenuhi kebutuhan akan unsur hara mikro. Di samping beberapa keuntungan tersebut, Muhadjir, Darmijati dan Ratna (1989) menyatakan, ada beberapa kelemahan pada pemberian pupuk melalui daun, yaitu: (1) unsur hara yang diberikan terbatas, (2) konsentrasi atau dosis yang tinggi dapat menyebabkan keracunan (fitotoksisitas), dan (3) mudah tercuci oleh air terutama pada musim penghujan. Faktor lingkungan yang penting yaitu penyediaan air ke daun. Stomata yang terbuka akan menyerap air yang mengenainya (Prawiranata et al., 1992). Lingga (1999) menambahkan, jika air tersebut mengandung unsur hara, maka unsur hara akan masuk ke dalam jaringan tanaman bersamaan dengan air tersebut pada saat stomata terbuka.

Aplikasi Pupuk melalui Batang 15 Aplikasi pupuk melalui batang disebut juga dengan injeksi batang. Aplikasi ini dilakukan dengan cara mengebor atau melubangi bagian batang tanaman untuk kemudian sebagai tempat memasukkan pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk cair atau pupuk yang sudah dibuat dalam bentuk larutan. PIB Novelgro Injection adalah salah satu pupuk injeksi batang produksi PT. NOVELVAR. Pupuk injeksi batang ini dirancang khusus untuk tanaman kelapa sawit, dengan target penghematan biaya pemupukan dan perawatan tanaman, sekaligus peningkatan hasil panen kelapa sawit dan peningkatan efisiensi pengolahan pabrik. Dosis yang direkomendasikan oleh perusahaan untuk tanaman kelapa sawit yang berumur 10 18 tahun adalah 1 bungkus (1 kg) pupuk injeksi batang + 9 liter air bersih + 100 cc ph Balancer, yang digunakan untuk kebutuhan 1 ha (135 pokok). Sesuai dengan aplikasinya, pupuk ini dibedakan menjadi tiga, yaitu Injection No. 1 dengan warna hijau, Injection No. 2 dengan warna merah, dan Injection No. 3 dengan warna biru 1). 1) Brosur Pupuk Injeksi Batang Kelapa Sawit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Cikabayan, Darmaga, Bogor, dengan ketinggian tempat ± 220 m di atas permukaan laut (dpl). Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, yaitu dari bulan Maret sampai dengan bulan September 2007. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain tanaman kelapa sawit menghasilkan tahun kesembilan (TM-9) varietas Marihat dengan jarak tanam 9 m x 9 m x 9 m, pupuk (Urea, SP-36, KCl, Kieserite, Boraks, dan Pupuk Injeksi Batang (PIB)), ph Balancer, serta oxytetracycline sebagai antibiotik. Alat-alat yang digunakan antara lain cangkul, plang percobaan, mesin bor lengkap dengan mata bor, pipa injeksi, palu/martil, jerigen, ember, botol air mineral, gelas ukur, egrek, tali, timbangan, kantong plastik serta alat-alat tulis. Metode Percobaan Dalam percobaan ini, rancangan percobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor, yaitu perlakuan konsentrasi pemupukan dengan menggunakan Pupuk Injeksi Batang (PIB). Dalam percobaan ini terdapat tujuh taraf perlakuan, yaitu kontrol (P 0 ), pupuk standar kebun (P 1 ), PIB 5.55 % (P 2 ), PIB 8.32 % (P 3 ), PIB 11.10 % (P 4 ), PIB 13.87 % (P 5 ) dan PIB 16.65 % (P 6 ). PIB dengan konsentrasi 11.10 % merupakan rekomendasi dari perusahaan. Dosis dan aplikasi perlakuan PIB pada tanaman kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Dosis dan Aplikasi Pupuk Injeksi Batang pada Kelapa Sawit 17 Jenis Pupuk P 0 Kontrol P 1 Pupuk Standar Kebun P 2 PIB 5.55 % Perlakuan P 3 PIB 8.32 % P 4 PIB 11.10 % P 5 PIB 13.87 % P 6 PIB 16.65 % Urea (kg/tan/6 bln) - 1.375 - - - - - SP 36 (kg/tan/6 bln) - 1.125 - - - - - KCl (kg/tan/6 bln) - 1.125 - - - - - Kieserite (kg/tan/6 bln) - 0.750 - - - - - Borax (kg/tan/6 bln) - 0.0375 - - - - - PIB (g/9 tan/bln) - - 34.96 52.45 69.93 87.41 104.89 - N (g/tan/6 bln) - - 3.19 4.78 6.37 7.97 9.56 - P (g/tan/6 bln) - - 3.74 5.60 7.47 9.34 11.21 - K (g/tan/6 bln) - - 5.81 8.71 11.61 14.52 17.42 ph Balancer (ml/9 tan/bln) - - 6.30 6.30 6.30 6.30 6.30 Air (ml/9 tan/bln) 420 * - 630 630 630 630 630 Keterangan : * = Untuk 6 tanaman/bulan Pada setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 21 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 3 tanaman, kecuali pada perlakuan P 0 dan P 1 hanya 2 tanaman, sehingga seluruhnya diperlukan 57 tanaman. Gambar denah percobaan tercantum pada Gambar Lampiran 1. Analisis statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan model rancangan acak kelompok sebagai berikut: dimana: Y ij = μ + α i + β j + ε ij Y ij = respon pengamatan kelompok ke-i pada perlakuan konsentrasi PIB ke-j μ = rataan umum

α i β j ε ij 18 = pengaruh kelompok ke-i = pengaruh perlakuan konsentrasi PIB ke-j = pengaruh galat percobaan kelompok ke-i pada perlakuan konsentrasi PIB ke-j i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 Apabila hasil dari sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata pada uji F taraf 5 %, maka uji statistik dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan (DMRT). Persiapan dan Pelaksanaan Percobaan Sebelum percobaan dimulai, terlebih dahulu dilakukan sanitasi kebun. Pelaksanaan percobaan didahului dengan pengeboran pada batang tanaman yang memperoleh perlakuan P 0 (kontrol), P 2, P 3, P 4, P 5, dan P 6, sedangkan tanaman yang memperoleh perlakuan P 1 tidak dilakukan pengeboran karena hanya menggunakan perlakuan pupuk standar kebun. Pengeboran batang tanaman kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan mesin bor berbahan bakar bensin lengkap dengan mata bor (diameter 22 mm dan panjang 33 cm), dengan ketinggian titik pengeboran 90 100 cm dari permukaan tanah, sedalam 9 inci (23 cm) serta sudut kemiringan 45 o. Pipa injeksi yang digunakan berupa pipa PVC tipe AW ½ inci dengan diameter luar 21.8 22 mm dan tebal dinding 2.7 3.3 mm, yang dipotong-potong sepanjang 22 inci (56 cm). Selanjutnya pipa-pipa tersebut dipotong pada titik tengahnya sepanjang 11 inci (28 cm) dengan kemiringan 45 o. Setelah itu, ujung pipa yang runcing dimasukkan ke dalam lubang hasil pengeboran dengan menggunakan palu/martil dengan posisi mulut pipa menghadap ke atas. Perlakuan kontrol (P 0 ) adalah perlakuan hanya dengan menggunakan air bersih, tanpa diberi pupuk standar maupun PIB. Perlakuan pupuk standar (P 1 ) dilakukan dengan menggunakan pupuk anorganik. Pemupukan dilakukan dengan dua kali aplikasi per tahun, sehingga pada percobaan ini pemupukan diberikan setengah dari dosis rekomendasi pemupukan standar kebun. Pupuk-pupuk anorganik tersebut disebar merata pada piringan masing-masing tanaman dengan

jarak 1 m dari batang tanaman. Standar dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Standar Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Kelompok Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon/tahun) Umur (tahun) Urea SP-36 MOP Kieserite 3-8 2.00 1.50 1.50 1.00 9-13 2.75 2.25 2.25 1.50 14-20 2.50 2.00 2.00 1.50 21-25 1.75 1.25 1.25 1.00 Sumber: Buana, Siahaan dan Adiputra (Ed.) (2003) Pupuk injeksi batang (PIB) yang akan diaplikasikan pada tanaman yang memperoleh perlakuan PIB terlebih dahulu dilarutkan dengan air sesuai dengan konsentrasi masing-masing perlakuan, ditambah dengan ph Balancer sebanyak 0.7 ml untuk tiap tanaman. Dosis dari masing-masing perlakuan berturut-turut adalah: 34.96 g PIB/630 ml air (P 2 ), 52.45 g PIB/630 ml air (P 3 ), 69.93 g PIB/630 ml air (P 4 ), 87.41 g PIB/630 ml air (P 5 ), dan 104.89 g PIB/630 ml air (P 6 ), masing-masing untuk sembilan tanaman. Larutan pupuk injeksi batang kemudian dimasukkan ke dalam pipa injeksi sebanyak 65 70 ml tiap tanaman dengan menggunakan botol air mineral yang tutupnya telah dimodifikasi. Pemberian PIB dilakukan satu bulan sekali. 19 Pengamatan Pengamatan dilakukan satu bulan sekali selama enam bulan. Adapun peubah-peubah yang diamati adalah: 1. Jumlah pelepah daun per tanaman. Jumlah pelepah daun dihitung berdasarkan pelepah daun yang telah membuka sempurna. 2. Jumlah tandan bunga (jantan dan betina) per tanaman. 3. Komposisi tandan buah segar (TBS) per tanaman berdasarkan umur. Jumlah TBS dihitung dan dikelompokkan menurut umur TBS, yaitu mulai dari umur 1 bulan hingga 6 bulan.

20 4. Jumlah total TBS per tanaman. 5. Jumlah TBS yang dipanen per tanaman. 6. Bobot per TBS yang dipanen. Bobot TBS diukur dengan menggunakan timbangan gantung. 7. Bobot total TBS yang dipanen per tanaman. 8. Ketebalan mesokarp (daging buah). Ketebalan mesokarp diukur dengan cara menusukkan jangka sorong pada tiga titik yang tempatnya berbeda pada setiap sampel buah. Sampel berjumlah lima buah setiap perlakuan dan dihitung rata-rata. Untuk menunjang percobaan, diperlukan data lain, yaitu: 1. Kadar hara tanah 2. Kadar hara (makro dan mikro) daun 3. Kadar lemak kasar Analisis kadar hara tanah dilakukan pada awal percobaan. Analisis hara (makro dan mikro) daun dilakukan pada awal percobaan dengan contoh daun diambil dari daun kesembilan. Helai anak daun yang diambil berada antara setengah sampai sepertiga dari ujung pelepah, masing-masing terdiri atas satu helai dari bagian kiri dan kanan pelepah. Helai anak daun kemudian dibersihkan dan sepertiga bagian ujung dan pangkalnya dibuang (Lubis, 1992). Analisis kadar hara tanah dan daun dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. Analisis kadar lemak kasar sebelum perlakuan dilakukan di Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB, sedangkan analisis setelah perlakuan dilakukan di Laboratorium Pengujian Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan Lahan yang digunakan untuk percobaan adalah Kebun Percobaan Institut Pertanian Bogor, Cikabayan, Darmaga, Bogor, yang memiliki ketinggian tempat ± 220 m dpl. Kondisi curah hujan bulanan rata-rata dari bulan Agustus 2006 sampai dengan bulan Agustus 2007 adalah sebesar 251.35 mm dengan jumlah hari hujan 18.23 hari, kelembaban udara 81.77 % serta suhu udara minimum 22.2 ºC dan maksimum 31.9 ºC (Tabel Lampiran 1). Selama percobaan berlangsung, gulma pada areal lahan percobaan relatif sedikit sekali. Hal ini diduga karena tanah di lahan percobaan hampir seluruhnya ternaungi oleh kanopi tanaman kelapa sawit yang rimbun, sehingga hanya sedikit sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah. Di lahan percobaan terdapat tiga tanaman kelapa sawit yang menjadi objek percobaan yang mengalami gejala warna daun menguning, yang selanjutnya teridentifikasi sebagai penyakit yang disebabkan oleh serangan cendawan Pestalotia palmarum. Penyakit ini kemudian ditindaklanjuti dengan pemberian antibiotik berupa oxytetracycline sebanyak 3 kapsul yang dilarutkan dalam 10 liter air yang kemudian dimasukkan ke dalam pipa injeksi sebanyak 65 70 ml per tanaman. Hasil analisis tanah sebelum percobaan menunjukkan bahwa kandungan C-organik, N-total, P, Ca, K, Na, dan KB berada di bawah normal, dengan ph tanah 4.80, sedangkan Mg dan KTK tanah normal (Tabel Lampiran 2). Hasil analisis daun sebelum perlakuan menunjukkan bahwa unsur N, K, dan Mg berada di bawah normal, unsur Ca, Cu, dan Zn normal, sedangkan unsur P dan Mn berada di atas status hara normal (Tabel Lampiran 3). Pertumbuhan, Perkembangan dan Produksi Tanaman Perlakuan pemberian PIB (Pupuk Injeksi Batang) dengan konsentrasi yang berbeda pada tanaman kelapa sawit yang diujicobakan hanya menghasilkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah pelepah daun dan jumlah bunga jantan pada bulan-bulan tertentu saja setelah perlakuan. Sedangkan untuk peubah-peubah