BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH LABELISASI HALAL MUI PADA PRODUK MAKANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MAHASISWA EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan ajaran agama dalam kehidupan. Al-Qur an menegaskan kepada

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB V PEMBAHASAN. usaha oleh seseorang penngusaha atau suatu perusahaan.bagi pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup lainnya, seperti kebutuhan sandang dan papan. Secara etimologi

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB I PENDAHULUAN. manusia saja hewan serta tumbuhanpun juga memerlukan makanan, sebab makanan

BAB IV. A. Legitimasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Sebagai bagian dari perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 18

Kuesioner Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Masyarakat. Kecamatan Perbaungan Dalam Pembelian Produk Makanan Dalam Kemasan.

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK TANPA LABEL HALAL DI ANEKA JAYA NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

BAB V PENUTUP. Minuman Olahan yang Belum Bersertifikat Halal (Studi Kasus Pada IKM di

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

BAB VII PENUTUP. A.1. Bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam. hukum Islam dan sertifikasi halal MUI diwujudkan melalui:

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara yang mendapat perhatian yang lebih besar. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, karena kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting yang. satu faktor dalam memenangkan persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan,

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

BAB I PENDAHULUAN. yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia, merupakan makhluk yang paling. sempurna, dengan dikarunia akal pikiran, paling disempurnakan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena dengan makanan itulah manusia akan dapat melakukan

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN MENGENAI LABELISASI HALAL PADA PRODUK MAKANAN (STUDI KASUS KOTA LANGSA)

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

BAB IV. A. Analisis Terhadap Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Dalam Mas}lahah

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 326 jiwa. Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau

BAB I PENDAHULUAN. Agroindustri semakin berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. CV. Semar yang merupakan salah satu produsen pembuat bakso di Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

PERUBAHAN KEWENANGAN LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERWENANG DALAM PROSES SERTIFIKASI HALAL

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat melalui cara-cara yang damai. Selama ini banyak

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian uji t pada variabel advertising atau periklanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang sebagian besar dari penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

Jurnal EduTech Vol. 3 No.2 September 2017 ISSN: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

BAB IV ANALISIS STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL DAN URGENSINYA. A. Analisis Terhadap Standar dan Prosedur Sertifikasi Penyembelihan Halal

BAB I PENDAHULUAN. atau yang biasa disebut bodycare juga digunakan para wanita untuk merawat tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Populasi muslim di Indonesia yang terus bertambah, ditambah dengan

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN YURIDIS TENTANG LABEL HALAL PADA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)

BAB I PENDAHULUAN. beragam menyangkut apa yang mereka konsumsi, menyangkut apa yang dilarang

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal-hal yang besar hingga bagian terkecil dalam kehidupan. Batasan antara halal dan haram dalam kehidupan manusia, diterangkan secara jelas oleh Al-Quran dan As-Sunnah sebagai bentuk penjagaan Allah SWT bagi manusia, untuk menjaga kesucian diri mereka dari hal hal yg diharamkan dalam syariat. Karena itu pula Allah tidak akan menghalalkan sesuatu kecuali yang baik dan tidak akan mengharamkan sesuatu kecuali yang jelek. 1 Mengkonsumsi produk halal khususnya makanan halal adalah syarat yang ditetapkan dalam syariat Islam seperti ditegaskan dalam Al-Quran. Atas dasar itu, umat Islam sejalan dengan ajaran Islam, menghendaki agar produk produk yang akan dikonsumsi dijamin kehalalan dan kesuciannya. Disamping itu produsen dituntut untuk memproduksi produk-produk halal yang akan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam sebagai tanggung jawab keagamaannya. 2 xxxvii. 1 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam (Solo:Intermedia,2000), hlm. 11 2 Tim Penyusun, Himpunan Fatwa MUI Bidang Ibadah (Jakarta: Erlangga, 2015), hlm. 1

2 Selain itu kejelasan antara makanan halal dan haram tentunya akan membuat konsumen khususnya muslim akan semakin tenang dalam mengkonsumsinya, karena dapat memilih makanan halal tanpa khawatir terdapat kandungan yang haram didalamnya. Dari segi lain, bahwa halal dan haram beredar menurut perputaran perundang-undangan Islam secara umum, yaitu suatu perundang-undangan yang berdiri diatas landasan demi mewujudkan kebaikan untuk umat manusia dan menghilangkan beban yang berat serta mempermudah umat manusia. 3 Khusus di Indonesia terdapat sebuah lembaga khusus yang berwenang dalam menyeleksi serta mengaudit produk produk makanan yang dikonsumsi oleh umat muslim untuk menjamin kehalalannya. Lembaga ini adalah Lembaga Pengawasan dan Peredaran Obat dan Makanan-Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI). 4 Lembaga ini adalah lembaga yang mengawasi peredaran makanan yang ada di masyarakat dan secara khusus memiliki wewenang untuk memberikan Sertifikasi Halal pada produk dalam kemasan. Serifikasi Halal adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari'at Islam. 5 Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk dari Majelis Ulama 3 Yusuf Qardhawi, Halal. hlm. 7 4 Departemen Agama RI, Panduan Umum Sitem Jaminan Halal LPPOM-MUI (Jakarta: Depag RI,2003) hlm. 9 5 Departemen Agama RI, Panduan Sertifikasi Halal (Jakarta: Depag RI, 2003), hlm. 2.

3 Indonesia. 6 Produsen yang telah mendaftarkan produk makanannya ke lembaga ini serta lulus uji kehalalannya maka diperbolehkan untuk memakai label halal dalam produk kemasan tersebut. 7 Artinya proses serta zat yang terkandung didalam makanan tersebut telah terhindar dari hal hal yang dilarang oleh syariat, sehingga dapat dikonsumsi dengan baik oleh umat muslim. Apabila terdapat suatu produk kemasan yang belum terdapat labelisasi kehalalan, secara otomatis diragukan kehalalannya dan umat Islam dapat berhati hati dalam memutuskan untuk membeli produk tersebut. Universitas Muhammadiyah Surakarta merupakan salah satu Instansi pendidikan Islam yang menanmkan nilai nilai keislaman di dalam kurikulum perkuliahannya. Tentunya dalam menjalankan segala operasional serta muamalah yang terdapat didalamnya tidak lepas dari nilai-nilai syariat Islam. Fakultas Ekonomi & Bisnis adalah salah satunya, yang bisa dijadikan salah satu perwakilan dari semua kalangan mahasiswa yang tentunya telah dibekali materi keislaman dan kemuhammadiyahan serta pemahaman etika dan strategi bisnis dalam pemasaran. Selain itu dilandasi alasan bahwa mahasiswa dikalangan Ekonomi & Bisnis tentunya cenderung merupakan orang orang yang mahir dalam melakukan bisnis dengan dibekali berbagai macam teori serta keilmuaan di dalam metode perkuliahannya. Serta peneliti melihat bahwa tingkat 6 Sri Suryati, Halalkah Makanan Anda? Awas Produk Haram Mengepung Kita! (Solo: Aqwamdika) hlm.155. 7 Derpartemen Agama, Panduan. hlm. 3.

4 pengkonsumsian mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis terhadap suatu produk makanan, termasuk dalam kalangan konsumen dengan daya beli tinggi dibanding dengan Fakultas lain. Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, penulis akan melakukan penelitian ini dengan mengangkat judul " Pengaruh Labelisasi Halal MUI pada Produk Makanan Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta 2016" B. Rumusan Masalah Berdasarkan berbagai pemaparan diatas, maka rumusan masalah dapat dirumuskan berupa pertanyaan berikut : 1. Bagaimana Pemahaman Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Tentang Produk Makanan Halal? 2. Apakah Labelisasi Halal Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta? C. Tujuan & Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian : a. Untuk mengetahui seberapa besar Pemahaman Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Terhadap Produk Makanan Halal. b. Untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh Labelisasi MUI Terhadap Pembelian Produk Makanan pada Mahasiswa Ekonomi & Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.

5 2. Manfaat Penelitian : a. Manfaat Teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi perbendaharaan serta memperkaya khāzanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang bisnis dan pemasaran serta memahami pentingnya pengaplikasian nilai nilai Islam dalam seluruh kehidupan manusia. b. Manfaat Praktis : 1) Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam memberikan informasi bagi masyarakat pada umumnya dan kepada seluruh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta tentang pentingnya memahami labelisasi halal. 2) Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangsih ilmu pengetahuan yang nantinya akan dikembangkan oleh peneliti sejenis untuk selanjutnya dijadikan sebagai referensi dalam mendapatkan informasi.