KONSEP DASAR KURIKULUM 2004

dokumen-dokumen yang mirip
Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

KURIKULUM Kerangka Dasar

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

KONSEP DASAR KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. H. Erman S. Ar Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI BANDUNG

RENCANA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kompetensi kognitif,

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jalan Dr. Radjiman No. 6 Tlp fax Bandung 40171

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Wajar kalau setiap sekolah mengalami banyak kendala walaupun. persoalannya berbeda-beda tapi substansinya sama yaitu bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN BAB I

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PRO KONTRA UJIAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB II LANDASAN TEORI

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Secara konseptual desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi anak sebagai sosok kekuatan sumber daya manusia yang bermanfaat bagi Negara.

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BEBERAPA ISU PENTING RUU SISDIKNAS UNTUK ORIENTASI PRAKTEK MANAJEMEN PENDIDIKAN/SEKOLAH DI MASA DEPAN

PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

No Profil Lulusan Deskripsi Profil

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DAN MONEV PELAKSANAANNYA. Makalah

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH DASAR (PS S2 PBISD)

ANALISIS KURIKULUM DAN MODEL PEMBELAJARAN GEOGRAFI PERTEMUAN PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah

KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah. Dalam perencanaan kurikulum lembaga pendidikan tahapan pertama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Transkripsi:

1 KONSEP DASAR KURIKULUM 2004 Oleh: Bambang Subali UNY Makalah disampaikan pada Kegiatan Workshop Sosialisasi dan Implementasi Kurikulum 2004 di Madrasah Aliayah Bidang Ilmu Sosial dan Bahasa di PPPG Matematika tanggal 19 24 Januari 2004

2 KONSEP DASAR KURIKULUM 2004 Oleh: Bambang Subali A. Prinsip Pengembangan Kurikulum Suatu program pembelajaran akan dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan apabila direncanakan dengan baik. Ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran, yakni tentang: (a) materi apa yang akan diajarkan, (b) bagaimana cara mengajarkan, dan (c) bagaimana cara mengetahui bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dan sejauh mana siswa berhasil menguasainya. Semua itu harus tersaji di dalam kurikulum sebagai suatu keutuhan program. Kurikulum yang baik harus memuat ketentuan umum yang mudah dipedomani bagi para pelaksana di lapangan. Agar kurikulum mudah diimplementasikan maka, materi dan cara pembelajarannya diwujudkan dalam bentuk silabus, sedangkan cara untuk mengetahui keberlangsung dan keberhasilan proses pembelajaran diwujudkan dalam bentuk sistem penilaiannya. Dalam perkembangannya, menurut Brady (1992) ada beberapa model pengembangan kurikulum. Pertama adalah kurikulum berbasis konten/isi materi. Kurikulum berbasis konten pernah diterapkan di Indonesia sebelum tahun 1975. Dalam hal ini, kurikulum didasarkan pada sejumlah materi yang harus dipelajari siswa, dan kemudian apakah siswa sudah menguasai materi yang dimaksudkan kemudian dilakukan asesmen untuk mengevaluasi keberhasilannya. Kendala utama model ini adalah beban siswa menjadi berat sejalan dengan terus berkembangnya ilmu pengetahuan. Selain itu, apa yang menjadi tujuan dilaksanakan program pembelajaran menjadi tidak ada kejelasan. Pengembangan konten/isi materi bahan ajar Evaluasi program pembelajaran Makalah disampaikan pada Kegiatan Workshop Sosialisasi dan Implementasi Kurikulum 2004 di Madrasah Aliayah Bidang Ilmu Sosial dan Bahasa di PPPG Matematika tanggal 19 24 Januari 2004

3 Model kedua adalah kurikulum berbasis tujuan. Kurikulum 1975, 1984 dan 1994 merupakan contoh kurikulum di Indonesia yang dikembangkan berbasis pada tujuan. Dalam kurikulum berbasis tujuan, mula-mula dirumuskan sejumlah tujuan yang hendak dicapai melalui program pembelajaran yang akan diselenggarakan. Selanjutnya diseleksi pengalaman belajar siswa mana yang paling mendukung untuk pencapaian tujuan tersebut, kemudian pengalaman belajaran tersebut diorganisasi, dan untuk mengevaluasi keberhasilannya dilakukan asesmen terhadap prestasi siswa. Perumusan tujuan pembelajaran Pemilihan pengalaman belajar (konten) Pengorganisasian pengalaman belajar (metode) Evaluasi program pembelajaran Kelemahan dari kurikulum berbasis tujuan adalah dalam merumuskan tujuan pembelajaran lebih berorientasi pada penguasaan aspek kognitif, baik pada rumusan tujuan instruksional/pembelajaran umum (TIU/TPU) maupun pada rumusan instruksional/pembelajaran khusus (TIK). Sebagai contoh dalam menyatakan TIU/TPU menggunakan rumusan siswa memahami. melalui pengamatan, interpretasi, percobaan, dan diskusi. Jadi kemampuan melakukan pengamatan, kemampuan menginterpretasi, kemampuan melakukan percobaan, kemampuan berdiskusi merupakan upaya untuk memahami konsep. Bukan sebagai suatu kompetensi yang harus dicapai atau yang harus dikuasai siswa selama ia belajar. Akibatnya, jika menurut guru untuk pemahaman suatu konsep dapat ditempuh tanpa harus melalui proses pengamatan, interpretasi, percobaan, maka ia tidak perlu menyelenggarakan kegiatan praktikum. Lebih-lebih dengan adanya model asesmen nasional dalam bentuk Ebtanas yang hanya berupa tes tulis yang kurang megembangkan soal-soal yang berbasis kegiatan laboratorium untuk mata pelajaran Sains (dulu disebut IPA). Kurikulum berbasis interaksi merupakan model pengembangan kurikulum yang lebih berorientasi pada realita dan semangat sosiologi sebagai kondisi riil pembelajaran di lapangan. Dalam model ini, kurikulum tidak dikembangkan secara

4 linier, tetapi dikembangkan melalui interaksi aspek tujuan, aspek metode, aspek materi, dan aspek evaluasi. Tujuan pembelajaran Seleksi pengalaman belajar (konten) Evaluasi Program Pembelajaran Organisasi pengalaman belajar (metode) Dalam perkembangannya model interaksi ada yang didahului dengan mempertimbangkan metode pembelajaran yang paling sesuai dengan karakteristik siswa, sehingga diawali dengan memilih berbagai metode yang paling mungkin untuk diselengarakan. Setelah itu dirumuskan tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan metode pembelajaran yang mungkin diselenggarakan. Selajutnya setelah tujuan ditetapkan, dirumuskan metode sesuai dengan rumusan tujuannya, kemudian baru memilih konten/isi materi apa yang paling sesuai, dan akhirnya dikembangkan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan program. Metode Tujuan Metode Materi Evaluasi Dapat pula, mula-mula mempertimbangkan pengalaman belajar siswa yang mana yang paling esensial sebagai materi yang harus dipelajari, kemudian dikembangkan pengorganisasian pengalaman yang paling cocok (metode) dengan materi esensial, baru dikembangkan rumusan tujuannya. Untuk mengetahui apakah rumusan tujuannya sudah tepat juga harus memperhatikan kembali konten (materinya), dan akhirnya dikembangkan evaluasi keberhasilan program pembelajarannya. Materi Metode Tujuan Materi Evaluasi Model yang lain, yaitu kurikulum berbasis sekolah. Dalam model ini, kurikulum dikembangkan dari dua sisi, yakni pertimbangan teoretis dan

5 pertimbangan praktis. Petimbangan teoretis didasarkan pada: a) teori perilaku anak, b) teori belajar dan mengajar, dan c) teori struktur dari ilmu pengetahuan yang dipelajari. Ketiga hal ini sebagai basis untuk menetapkan konten/isi materi pembelajaran. Di sisi lain, kondisi di lapangan, ada faktor-faktor yang harus diperhatikan sebagai penentu keberhasilan pembelajaran yakni sebagai suatu mekanisme seleksi proses pembelajaran yang meliputi faktor: a) situasi fisik, b) perilaku guru, c) perilaku siswa, dan d) pemakaian sumber belajar. Dengan demikian pencapaian tujuan pembelajaran sangat situasional disesuaikan dengan kondisi sekolah. Kelemahan dari model ini adalah tidak ada standar nasional dari pencapaian program pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah. Bagaimana jika perilaku guru tidak profesional. Bagaimana jika situasi fisik tidak mendukung, dan bagaimana pula jika sumber belajar tidak tersedia dengan baik. Teori perilaku anak Teori belajarmengajar (pembelajaran) Teori struktur keilmuan Konten/ isi materi kurikulum Seleksi proses pembelajaran Situasi fisik Perilaku guru Perilaku siswa Pemakaian sumber belajar Perluasan untuk proses pembelajaran di kelas yang sesuai dengan situasi pembelajaran Petunjuk utama Rencana/ Skenario pembeljaran Situasi pembeljran Evaluasi program pembeljran

6 B. Kurikulum 2004 dan Hubungannya dengan Otonomi Daerah Mulai tahun 2004 pemerintah menggulirkan kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum 2004. Berbeda dengan kurikulum-kurikulum yang sebelumnya yang pernah dan sekarang masih berlaku di Indonesia yang bebasis pada tujuan, Kurikulum 2004 merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Hal utama yang mendasar dari kurikulum berbasis kompetensi adalah pada rumusan target yang ingin dicapai. Sesuai dengan namanya, kurikulum kompetensi ditujukan agar siswa sebagai pembelajar harus menguasai sejumlah kompetensi tertentu yang ditargetkan setelah ia dinyatakan lulus dari suatu jenjang pendidikan. Dalam mengembangkan Kurikulum 2004 ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu: 1. Mengembangkan budi pekerti luhur dan nilai-nilai budaya 2. Penguatan integritas nasional 3. Memperhatikan keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika. 4. Kesamaan memperoleh kesempatan. 5. perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi

7 6. Pengembangan kecakapan hidup 7. Menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat 8. Pembelajaran harus berpusat pada anak 9. Pendekatan harus menyeluruh dan kemitraan Dalam melaksanakan pembelajaran, Kurikulum 2004 menuntut diterapkannya prinsip diversifikasi peserta didik, yang dibedakan menjadi kelompok normal, kelompok sedang dan kelompok tinggi. 1. Pembelajaran bagi kelompok normal a. Mengembangkan pemahaman prinsip dan praktikal aplikasi b. Mengembangkan kemampuan praktikal akademik yang berhubungan dengan alam pekerjaan 2. Pembelajaran bagi kelompok sedang a. Mengembangkan kemahiran berkomunikasi, kemahian menggali potensi diri, dan aplikasi praktikal b. Mengembangkan kemahiran akademik dan kemahiran praktikal sehubungan dengan tuntutan dunia kerja ataupun untuk melanjutkan program pendidikan profesional 3. Pembelajaran bagi kelompok tinggi: a. Mengembangkan pemahaman prinsip, teori dan aplikasi b. Mengembangkan kemampuan akademik untuk memasuki pendidikan tinggi Layanan bagi peserta didik dicerminkan oleh diversifikasi kurikulum yang melayani minat peserta didik dan kebutuhan daerah dirancang oleh daerah dan sekolah Melalui Kurikulum 2004, penyelenggaraan sekolah menengah, dalam hal ini SLTP (SMP) dan SMU dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat yang digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan lebih lanjut. Penyelenggaraan sekolah menengah secara khusus bertujuan untuk: 1. Memberikan kemampuan minimal bagi lulusan untuk melanjutkan pendidikan dan hidup di masyarakat 2. Menyiapkan sebagian besar warga negara menuju masyarakat belajar pada masa yang akan datang 3. Menyiapkan lulusan menjadi anggota masyarakat yang memahami dan menginternalisasi perangkat gagasan dan nilai masyarakat beradab dan cerdas

8 Hakekat Kurikulum 2004 sebagai kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang dirancang agar dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan betindak dalam bentuk mampu memecahkan masalah yang dihadapi secara wajar, dan diwujudkan dalam bentuk kecakapan hidup yang meliputi: 1. Kecakapan umum: a. kecakapan personal sebagai cerminan jati diri seseorang melalui keberadaan atau eksistensi diri dan aktualisasi diri, sehingga ia berani hidup dengan mengandalkan pada kepercayaan diri, tidak ragu untuk memutuskan segala sesuatu maupun untuk bertindak, b. kecakapan rasional sebagai kecakapan untuk mampu berpikir untuk mempertimbangkan segala hal sebelum ia bertindak, sehingga dapat mempertanggungjawabkan apa yang akan ia lakukan. c. kecakapan sosial sebagai kecakapan yang menggambarkan kecerdasan emosional saat ia berinteraksi dengan orang lain, sehingga ia mampu secara arif dalam bekerjasama dan saling membantu, dan selalu menghargai dan menunjukkan kepedulian antar sesama, 2. Kecakapan khusus a. kecakapan akademik merupakan kecakapan yang melekat pada basis keilmuan dasar yang dipelajarinya, berupa kecakapan untuk melakukan metode ilmiah berbasis sikap ilmiah untuk menemukan konsep ilmiah, b. kecakapan vokasional merupakan kecakapan yang juga melekat pada basis keilmuan profesional yang dipelajarinya untuk mengembangkan profesi yang digeluti. Sejalan dengan bergulirnya otonomi daerah pemerintah juga mengambil kebijakan bahwa pengelolaan pendidikan yang semula sentralistik digeser menjadi desentralistik dalam arti:

9 1. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan sesuai dengan standar yang ditetapkan 2. Perluasan kesempatan berimprovisasi dan berkreasi dalam meningkatkan mutu pendidikan 3. Penegasan tanggung jawab bersama orang tua, sekolah, masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah pusat dalam meningkatkan mutu pendidikan 4. Peningkatan pertanggunggugatan (akuntabilitas) kinerja penyelenggaraan pendidikan 5. Perwujudan keterbukaan dan kepercayaan dalam pengelolaan pendidikan sesuai otoritas masing-masing yang dapat membangun kesatuan dan persatuan bangsa 6. Penyelesaian masalah pendidikan sesuai dengan karakteristik wilayahyang bersangkutan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000, wewenang pusat adalah merumuskan standar kompetensi dan standar materi pokok. Dalam hal ini diartikan sampai dengan perumusan indikator. Wewenang daerah dan sekolah adalah mengembangkan silabus, sistem penilaian dan sekenario pembelajaran. Selanjutnya Pemerintah pusat dalam hal ini Pusat Kurikulum Balitbang Diknas mengembangkan kurikulum (dengan memperhatikan masukan dari Direktorat), sedangkan Direktorat membuat pedoman-pedoman berupa pedoman pengembangan silabus dan sistem penilaian untuk membantu daerah dan sekolah agar mampu menghasilkan silabus sesuai dengan kondisi sekolahnya tetapi tetap memperhatikan standar minimal yang ditetapkan. Di dalam kurikulum berbasis kompetensi, kedudukan standar kompetensi adalah memayungi seluruh kompetensi dasar. Dengan kata lain harus dapat dijabarkan ke dalam kompetensi dasar. Keterkaitan kompetensi dasar dan materi pokok bahwa materi pokok merupakan materi yang dapat sebagai alat untuk mencapai penguasan kompetensi dasar dan harus dijabarkan menjadi materi yang esensial yang benar-benar sebagai objek belajar. Standar Kompetensi (SK) merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan secara nasional dan diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik. Standar harus dapat diukur dan diamati untuk memudahkan pengambilan keputusan bagi guru, tenaga kependidikan lain, peserta didik, orang tua, dan penentu kebijaksanaan. Standar Kompetensi merupakan hasil jabaran dari Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional. Standar kompetensi terdiri atas: Standar Kompetensi

10 Lintas Kurikulum, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam implenentasi kurikulum berbasis kompetensi dengan paradigma baru yakni: (a) berpusat pada peserta didik, (b) mengembangkan kreatifitas, (c) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, (d) kontekstual, (e) menyediakan pengalaman belajar yang beragam, (f) belajar melalui berbuat. Untuk menilai keberhasilan siswa menguasai kompetensi yang ditargetkan dilakukan penilaian berbasis kelas. Penilaian berbasis kelas dilakukan oleh Guru untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan, bersifat internal, bagian dari pembelajaran, dan sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar. Penilaian berbasis kelas berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan, ketuntasan belajar, dilakukan melalui berbagai cara, antara lain melalui portfolios (kumpulan kerja siswa), products (hasil karya), projects (penugasan), performances (unjuk kerja), dan paper & pencil (tes tulis). Dari uraian di atas, tampak jelas bahwa sekolah diberi kesempatan untuk mengembangkan proses pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi masingmasing sekolah, namun demikian pemerintah pusat berkepentingan untuk menjaga mutu pembelajaran agar tujuan pendidikan nasional tidak terkesampaikan. Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah dilaksanakan dengan: (a) mengacu pada Visi dan Misi Sekolah, (b) melakukan pengembangan perangkat kurikulum (a.l. silabus dan sistem penilaian), (c) bertumpu pada pemberdayaan tenaga kependidikan dan sumber daya lainnya untuk meningkatkan mutu hasil belajar, (d) melaksanakan pemantauan dan penilaian untuk meingkatkan efisiensi, kinerja dan kualitas pelayanan terhadap peserta didik, serta (e) berkolaborasi secara horizontal (sekolah lain, Komite Sekolah, Organisasi Profesi), dan vertikal (Dewan dan Dinas Pendidikan). Penutup Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut. 1. Dalam perkembangannya ada beberapa jenis pengembangan kurikulum yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. 2. Kurikulum 2004 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang memberi peluang kepada sekolah dan guru untuk menunjukkan profesionalitasnya dalam berperan serta mengembangkan kurikulum, dan bukan sekedar pelaksana.

11 3. Implementasi kurikulum sangat tergantung kepada banyak faktor tetapi standar secara nasional tidak dapat ditinggalkan agar kepentingan nasional tidak terkesampingkan. 4. Rumusan standar kompetensi kurikulum tidak dapat lepas dari aspek teori pembelajaran, teori perilaku anak, dan teori stuktur keilmuan dari mata pelajaran yang bersangkutan. Di sisi lain keberhasilan implementasi kurikulum ke dalam pembelajaran di lapangan tidak dapat lepas dari situasi fisik, perilaku guru, perilaku siswa, penggunaan sarana prasarana. DAFTAR PUSTAKA Brady, L. (1992). Curriculum development. (4 th ed.) New York: Prentice-Hall. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004: Kerangka Dasar.