HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

Ririh Citra Kumalasari 1. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip *)Penulis korespondensi:

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Setiap penyedia jasa penyelanggara makanan seperti rumah

ELYSA YUTIK HIDAYATI J

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk manusia melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda-benda yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 1: Perilaku penjaja PJAS tentang gizi dan keamanan pangan di lingkungan sekolah dasar Kota dan Kabupaten Bogor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

METODE PENELITIAN. Kota (n=20) Kabupaten (n=27) Purposive. Gambar 2 Cara Penarikan Contoh Penelitian. SDN Akreditasi A Penjaja (n=11)

(jenis kelamin), faktor lingkungan (jumlah anggota keluarga), faktor sosial ekonomi

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal diselenggarakan. makanan dan minuman (UU RI No.

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan mental. Pertumbuhan serta perkembangan fisik memiliki. hubungan yang erat dengan status gizi anak dan konsumsi makanan

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. sedang istirahat di sekolah. Hal tersebut terjadi karena jarangnya orang tua

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini merupakan indikator kualitas air karena keberadaannya menunjukan bahwa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang Undang

BAB III METODE PENELITIAN

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. saing manusia akan meningkat yang berpengaruh terhadap kelanjutan serta kemajuan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU HIGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA SISWA SD NEGERI 01 TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jangka pendek maupun jangka panjang (Februhartanty dan Iswaranti, 2004).

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI MASYARAKAT DESA MARANNU KECAMATAN PITUMPANUA KABUPATEN WAJO YURIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fokus terhadap peraturan teman, namun orangtua masih berpengaruh dalam. memberikan arahan untuk anak (Santrock, 2008; Wong, 2009).

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara maju. Di Indonesia sejak tahun 1950 sudah terdapat

RIWAYAT HIDUP PENULIS

berturut-turut sebesar 10,7 persen dan 7,7 persen.

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI DENGAN KONTAMINASI ESCHERICHIA COLI PADA JAJANAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEKOLAH DASAR KELURAHAN PENDRIKAN LOR, SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyakit yang sangat umum dijumpai di negara

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Disusun oleh ANDRIYANA RUCHIYAT 05/184256/EKU/00158 PROGRAM STUDI S- 1 GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2007

INTISARI Hubungan antara higiene perorangan, frekuensi konsumsi dan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN.Babakan Sentral Kota Bandung, Andriyana Ruchiyat 1, Agus Suwarni, SKM, M.Kes 2, Dra. Noor Tifauzah, M.Kes 3. Latar Belakang: Asupan makanan anak usia sekolah didapat dengan mengkonsumsi makanan utama dan makanan jajanan. Makanan jajanan adalah pangan tertentu yang rawan terhadap kontaminasi bibit penyakit akibat rendahnya kualitas makanan dan tingkat kebersihan penjamah makanan. Murid sekolah dasar belum dapat memilih makanan jajanan yang sehat dan bersih, selain itu juga mereka belum terbiasa mencuci tangan sebelum menjamah makanan. Penyakit yang sering ditimbulkan oleh makanan yang tidak aman ini salah satunya adalah diare. Diare merupakan gejala umum dari penyakit bawaan makanan yang mudah dikenali. Prevalensi kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 di SDN. Babakan Sentral Kota Bandung adalah 34,9%. Tujuan Penelitian: Memperoleh informasi tentang hubungan antara higiene perorangan, frekuensi konsumsi dan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN. Babakan Sentral Kota Bandung. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan data dilakukan bulan Juli-Agustus 2006. Jumlah responden yang diambil sebanyak 84 responden secara Proporsional Sistematik Random Sampling. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan adalah uji Chi- Square dengan tingkat kepercayaan 95% apabila pada perhitungan Chi-Square ditemukan frekuensi harapan < 5 sebanyak 20% jumlah sel maka dilakukan perhitungan dengan uji Fisher Exact. Hasil Penelitian: Berdasarkan hasil penelitian dari 84 responden terdapat 31 siswa (36,9%) dengan higiene perorangan kurang, dan 53 siswa (63,1%) dengan higiene perorangan baik, sedangkan untuk frekuensi konsumsi makanan jajanan terdapat 40 siswa (47,6%) dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan jarang, dan 44 siswa (52,4%) dengan frekuensi konsumsi makanan sering. Sebagian besar responden (88,1%) sering membeli makanan jajanan dari pedagang di luar sekolah. Uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p=0,027 pada frekuensi konsumsi makanan jajanan hubungannya dengan kejadian diare. Simpulan: Ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan kejadian diare, dan tidak ada hubungan antara higiene perorangan dan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare. Kata Kunci: Higiene Perorangan, Makanan Jajanan, Diare 1. Program Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM

2. Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan 3. Politeknik Kesehatan Yogyakarta Jurusan Gizi NASKAH PUBLIKASI PENDAHULUAN Murid sekolah dasar (SD) adalah sumber daya manusia yang kelak akan menjadi generasi penerus perjuangan bangsa. Mereka seharusnya dipertahankan dan ditingkatkan kualitas sumber daya manusianya dari segi kesehatan dan intelektual (1). Pada golongan usia sekolah khususnya usia sekolah dasar (SD), sejak bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur di malam hari, waktu yang dimiliki anak lebih banyak dihabiskan di luar rumah baik di sekolah maupun tempat bermain. Hal ini mempengaruhi kebiasaan waktu makan mereka yaitu pada umumnya ketika lapar anak lebih suka jajan (2). Menurut Sampurno (2004), jajanan adalah pangan tertentu yang beresiko tinggi terhadap kualitas sumber daya manusia dalam jangka panjang karena selain berhubungan dengan zat gizinya juga rawan terhadap kontaminasi bibit penyakit, akibat rendahnya kualitas makanan dan tingkat kebersihan penjamah makanan (3). Hasil penelitian Irawati, dkk (1998), menunjukkan bahwa murid SD masih belum dapat memilih makanan jajanan yang sehat dan bersih, hal tersebut tercermin dari makanan jajanan yang dikonsumsi murid SD di sekolah masih banyak yang mengandung pewarna sintetik, logam berat, bakteri patogen dan lain-lain. Selain itu murid SD juga belum terbiasa mencuci tangan sebelum menjamah makanan (4). Penyakit yang sering ditimbulkan oleh makanan yang tidak aman ini salah satunya adalah diare. Menurut Judhiastuty dan Iswarawanti (2004) diare merupakan gejala umum dari penyakit bawaan makanan yang mudah dikenali (5). Diare sampai saat ini masih menempati urutan atas sebagai penyebab kematian di Indonesia. Diare atau mencret terlihat seperti penyakit ringan, namun sebenarnya sangat berbahaya karena penderita terus menerus mengeluarkan cairan dari tubuhnya dan jika berlanjut akan menyebabkan kematian (6). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, jumlah kasus diare di Propinsi Jawa Barat yang dilaporkan tahun 2001 yaitu 980.807 penderita dengan kematian 109 orang CFR (%) 0,00011 (7). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada bulan Juli 2006 di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Babakan Sentral Kota

Bandung diketahui bahwa kejadian diare dalam tiga bulan terakhir pada siswa kelas 4, 5 dan 6 sekitar 34,9%. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis bermaksud untuk mengetahui apakah ada hubungan antara higiene perorangan, frekuensi konsumsi dan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN. Babakan Sentral Kota Bandung. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk memperoleh informasi tentang hubungan antara higiene perorangan, frekuensi konsumsi dan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN. Babakan Sentral Kota Bandung. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SDN. Babakan Sentral Kota Bandung Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2006. Dalam penelitian ini populasi penelitian yang diambil adalah seluruh siswa kelas 4, 5, dan 6 SD Negeri Babakan Sentral Kota Bandung Jawa Barat baik laki-laki maupun perempuan. Besar sampel minimal dalam penelitian ini sebanyak 67 responden. Untuk mengatasi kemungkingan responden terpilih tidak hadir pada waktu penelitian maka dilakukan koreksi terhadap besar sampel yang dihitung sebesar 25%. Jadi besar sampel seluruhnya adalah 84 responden. Penetapan sampel penelitian yang disebut dengan responden menggunakan teknik Proporsional Sistematik Random Sampling yaitu ada stratifikasi kelas 4, 5, dan 6. Sampel diambil secara proporsional dari masing-masing kelas sesuai jumlah siswa pada setiap kelas, kemudian sampel diambil dari setiap kelas secara random. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari identitas responden yang diperoleh dengan alat bantu angket, data higiene perorangan yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, data frekuensi konsumsi makanan jajanan dan sumber makanan jajanan yang diperoleh dengan menggunakan lembar food frequency (FFQ) semi kuantitatif dan data kejadian diare yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder meliputi gambaran umum sekolah, jumlah siswa yang ada, serta data administrasi lainnya yang menunjang penelitian ini. Data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan analitik dengan menggunakan uji Chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95%, apabila pada perhitungan Chi-square ditemukan frekuensi harapan < 5 sebanyak 20% jumlah sel maka dilakukan perhitungan dengan uji Fisher Exact dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden adalah siswa kelas 4, 5 dan 6 yang diambil dari populasi secara Proporsional Sistematik Random Sampling. Jumlah keseluruhan responden adalah 84 siswa, sedangkan jumlah populasi 409 siswa. Jumlah responden yang berasal dari kelas 4 yaitu sebanyak 31 siswa (36,9%), kelas 5 sebanyak 29 siswa (34,5%) dan kelas 6 sebanyak 24 siswa (28,6%). Jumlah responden terbanyak dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 47 siswa (59,6%), sedangkan umur terbanyak antara umur 10-12 tahun yaitu sebanyak 67 siswa (79,8%) (Tabel 1). Tabel I. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristiknya No Karakteristik Responden Jumlah % 1 Kelas a. Kelas 4 b. Kelas 5 c. Kelas 6 31 29 24 36,9 34,5 28,6 2 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 3 Umur a. 7-9 tahun b. 10-12 tahun c. 13-15 tahun Jumlah 84 100 37 44,0 47 56,0 Jumlah 84 100 15 67 2 17,9 79,8 2,3 Jumlah 84 100 Dari data yang dikumpulkan diperoleh informasi bahwa tingkat pendidikan orang tua responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu pendidikan dasar untuk SD dan SMP, pendidikan menengah untuk SMA serta pendidikan tinggi untuk Perguruan tinggi. Orang tua responden sebagian besar (50,0%) berpendidikan menengah, sedangkan jenis pekerjaan orang tua responden yang paling banyak adalah karyawan swasta yaitu sebanyak 50 siswa (59,5%).

Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Distribusi frekuensi responden berdasarkan higiene perorangan dengan kejadian diare dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Hubungan antara Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare Kejadian Diare Total Higiene Perorangan Diare Tidak Diare Jumlah % Jumlah % Jumlah % Kurang (<median) Baik ( median) 13 27 32,5 67,5 18 26 40,9 59,1 31 53 36,9 63,1 Total 40 100 44 100 84 100 X 2 = 0,636 df = 1 p = 0,425 Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari 31 responden dengan higiene perorangan kurang, terdapat 13 responden (32,5%) diantaranya mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Sedangkan 53 responden dengan higiene perorangan baik, terdapat 27 responden (67,5%) diantaranya mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan chi-square diperoleh nilai p=0,425, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara higiene perorangan dengan kejadian diare. Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara higiene perorangan dengan kejadian diare dilakukan uji korelasi dan diperoleh hasil bahwa hubungan higiene perorangan dengan kejadian diare menunjukkan hubungan yang sangat lemah (r = 0.025). Menurut Martin Adams (2004), menyebutkan bahwa di banyak tempat pendidikan sekolah yang ada tentang keamanan makanan masih terbatas pada ajaran untuk meningkatkan higiene perorangan dan penyimpanan air yang aman. Meskipun penting, anjuran tersebut tidak selalu cukup untuk mencegah foodborne illness yang salah satunya adalah diare yang lebih sering diakibatkan oleh pemasakan yang tidak tepat, penyimpanan makanan yang tidak benar, penggunaan ulang makanan sisa, tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan faktor-faktor lain yang mendukung kontaminasi, daya hidup dan multiplikasi patogen atau produksi toksin dalam makanan (8).

Menurut Noerhajati Soeripto (1989), masih belum jelas diketahui bagaimana hubungan antara higiene perorangan dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian diare. Untuk mengurangi kejadian diare tersebut dilakukan upaya dengan cara peningkatan sumber air bersih, higiene perorangan dan sanitasi lingkungan disertai pendidikan kesehatan (9). Secara korelasional hubungan higiene perorangan dengan kejadian diare memiliki hubungan sangat lemah. Artinya higiene perorangan berpengaruh kecil terhadap kejadian diare. Dalam penelitian ini higiene perorangan mempunyai pengaruh yang sangat lemah terhadap kejadian diare, karena selain faktor higiene perorangan masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi kejadian diare diantaranya sanitasi lingkungan, konsumsi makanan jajanan, status ekonomi dan imunitas tubuh. Hubungan Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan dengan Kejadian Diare Distribusi frekuensi sampel berdasarkan frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan kejadian diare dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini : Tabel 3. Hubungan antara Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan dengan Kejadian Diare Kejadian Diare Jumlah Frekuensi Konsumsi Makanan Jajanan Diare Tidak Diare Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jarang (<median) Sering ( median) 14 26 35 65 26 18 59,1 40,9 40 44 47,6 52,4 Total 40 100 44 100 84 100 X 2 = 4,875 df = 1 p = 0,027 Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 40 responden dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan jarang, terdapat 14 responden (35,0%) diantaranya mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Sedangkan 44 responden dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan sering, terdapat 26 responden (65,0%) diantaranya mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Dari hasil penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan kejadian diare, yang ditandai dengan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji chi square dimana nilai p = 0,027 atau p < α. Artinya frekuensi konsumsi makanan jajanan dapat menjadi penyebab terjadinya diare.

Hal ini disebabkan karena makanan jajanan rentan akan mikroorganisme berbahaya penyebab diare seperti Shigella, Salmonella, E.coli dan Staphylococcus aureus. Hasil uji yang dilakukan oleh Badan POM pada makanan jajanan anak di sekolah di 195 sekolah dasar di 18 propinsi menunjukkan bahwa 39,95% (344 contoh) makanan jajanan tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Es sirup atau buah (48,19%) dan minuman ringan (62,50%) juga mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri patogen. Jenis lain yang tidak memenuhi syarat adalah saus dan sambal (61,54%). Hasil analisis dengan parameter uji cemaran mikroba menunjukkan, sebagian sampel tercemar mikroba melebihi persyaratan. Sejumlah sampel juga tercemar bakteri E.coli, Salmonella, Staphylococcus dan Vibrio cholerae. Bakteri patogen tersebut dapat menyebabkan keracunan, diare, mencret dan panas (10). Hubungan Sumber Makanan Jajanan dengan Kejadian Diare Distribusi frekuensi responden berdasarkan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini : Tabel 4. Hubungan antara Sumber Makanan Jajanan dengan Kejadian Diare Kejadian Diare Jumlah Sumber Makanan Jajanan Diare Tidak Diare Jumlah % Jumlah % Jumlah % Kantin Luar sekolah 4 36 10 90 6 38 13,6 86,4 10 74 11,9 88,1 Total 40 100 44 100 84 100 p = 0,741 Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 10 responden yang paling sering membeli makanan jajanan dari kantin, terdapat 4 responden (10,0%) yang mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Sedangkan dari 74 responden yang paling sering membeli makanan jajanan dari pedagang di depan sekolah, terdapat 36 responden (90,0%) yang mengalami diare dalam tiga bulan terakhir. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan fisher s exact (karena frekuensi harapan <5 sebanyak 20% jumlah sel) diperoleh bahwa nilai p=0,741, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber makanan jajanan dengan kejadian diare. Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara sumber makanan jajanan dengan kejadian diare

dilakukan uji korelasi dan diperoleh hasil bahwa hubungan sumber makanan jajanan dengan kejadian diare menunjukkan hubungan yang sangat lemah (r = 0.000). Walaupun demikan dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa makanan jajanan yang dijajakan atau disajikan baik di kantin maupun pada pedagang di luar sekolah samasama rentan terhadap kontaminasi dari bakteri patogen, dan lalat. Makanan jajanan yang disajikan tidak ditutup menggunakan penutup makanan tetapi dibiarkan terbuka, sehingga sangat riskan sekali terkena debu ataupun kotoran lain. Selain itu pula pengambilan makanan tidak menggunakan sendok, garpu atau alat lain yang bersih melainkan menggunakan tangan yang kemungkinan kotor. Menurut Misnadiarly (1995), berbagai lokasi yang tidak higienis seperti tempattempat makan dan makanan yang kurang bersih adalah sumber penyebab diare seperti makanan yang dijajakan atau disajikan di jalanan, lapangan dan kafetaria sekolah. Kejadian diare di negara maju ada hubungannya dengan perbedaan asal jenis makanan yang dimakan, bervariasi antara restoran lokal, kafetaria sekolah dan rumah sendiri (11). SIMPULAN 1. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara higiene perorangan dengan kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN. Babakan Sentral Kota Bandung pada tingkat kemaknaan 0,05 (α = 0,05 ). 2. Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi makanan jajanan dengan kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN. Babakan Sentral Kota Bandung pada tingkat kemaknaan 0,05 (α=0,05). 3. Berdasarkan hasil uji statistik Fisher Exact menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sumber makanan jajanan dengan kejadian diare pada siswa kelas 4, 5 dan 6 SDN. Babakan Sentral Kota Bandung pada tingkat kemaknaan 0,05 (α= 0,05). SARAN 1. Pihak sekolah disarankan untuk membuat tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun kesehatan dan lap tangan yang bersih bagi siswa di tempat yang mudah dijangkau, sehingga para siswa dapat mencuci tangan sewaktu-waktu.

2. Pembinaan bagi penjual makanan baik dari aspek kualitas makanan maupun higiene perorangan. RUJUKAN 1. Hidayat S, Hermina, Luciasari E, Dharmawan A dan Susanto Djoko. 1998. Pengaruh Penanggulangan Penyakit Cacingan Terhadap Status Gizi dan Daya Terima Pelajaran Murid Sekolah Dasar. Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 21. Depkes. Bogor. 2. Sihadi. 2004. Makanan Jajanan Bagi Anak Sekolah. Jurnal Kedokteran YARSI 12(2). 3. Sampurno. 2004. Kegiatan 2003. Diakses dari : http://www.depkes.go.id. 4. Irawati A, Tjukarni dan Santi D. 1998. Penelitian Pemberian Tambahan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Pada Murid Sekolah Dasar. Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 21. Depkes. Bogor. 5. Februhartanty, Judhiastuty & Iswarawanti, D.N. 2004. Amankah Makanan Jajanan Anak Sekolah di Indonesia?. Diakses dari: http://www.gizi.net. 6. Anominous. 1998. Kejadian Diare. Warta Posyandu. Bandung. 7. Dinkes Jabar. 2001. Profil Kesehatan Jawa Barat. Bandung. 8. Adams, M & Motarjemi, M. 2004. Dasar-dasar Keamanan Makanan Untuk Petugas Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 9. Soeripto, Noerhajati. 1989. Simposium Vaksinasi dan Kesehatan Lingkungan Dalam Usaha Pencegahan Diare. IDAI. Yogyakarta. 10. Sampurno. 2005. Waspadai Jajanan Anak di Sekolah. Diakses dari : http://www.depkes.go.id. 11. Misnadiarly. 1995. Etiologi Diare Pada Turis dan Anak-anak Sekolah di Beberapa Negara di Dunia. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia XXIII (2).