BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia, terutama pada bayi dan balita. Di Amerika, pneumonia menempati peringkat ke-6 dari semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi. Di Spanyol angka kematian akibat pneumonia mencapai 25%, sedangkan di Inggris dan Amerika sekitar 12% atau 25-30 per 100.000 penduduk, sedangkan untuk angka kematian akibat ISPA dan Pneumonia pada tahun 1999 untuk negara Jepang yaitu 10%, Singapura sebesar 10,6%, Thailand sebesar 4,1%, Brunei sebesar 3,2% dan Philipina tahun 1995 sebesar 11,1%. ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1 bulan sampai tahun. Hal ini berarti dari seluruh jumlah anak umur 1 bulan sampai 4 tahun yang meninggal, lebih dari sepertiganya meninggal karena ISPA atau diantara 10 kematian 4 diantaranya meninggal disebabkan oleh ISPA. Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35% kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan

2 bahwa 2-5 juta bayi dan balita di berbagai negara setiap tahun mati karena ISPA (WHO, 1986). Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun). Diperkirakan kejadian ISPA pada balita di Indonesia yaitu sebesar 10-20%. Berdasarkan hasil SKRT, penyakit ISPA pada tahun 1986 berada di urutan ke-4 (12,4%) sebagai penyebab kematian bayi, sedangkan pada tahun 1992 dan 1995 menjadi penyebab kematian bayi yang utama yaitu 37,7% dan 33,5% (Depkes RI, 2001). Hasil SKRT pada tahun 1998 juga menunjukkan bahwa penyakit ISPA merupakan penyebab kematian utama pada bayi (36%). Dan hasil SKRT pada tahun 2001 menunjukkan bahwa prevalensi tinggi ISPA yaitu sebesar 39% pada bayi dan 42% pada balita (Depkes RI, 2001). Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada baduta (>35%), ISPA cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga yang rendah. Di Jawa Barat kejadian ISPA berada di angka 24,73%, untuk daerah Jawa Tengah sebesar 29,08. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40% sampai 70% anak yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA (Depkes, 1985). Sebanyak 40-60% kunjungan pasien ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke bagian rawat

3 jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI, 2000).Selama satu Tahun frekuensi kejadian ISPA 3-6 kali. Menurut Dinkes provinsi Banten bahwa sejak Januari-September 2011 total jumlah penyakit ISPA di Provinsi Banten mencapai 103.640 kasus. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993), faktor risiko yang menyebabkan ISPA pada balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orang tua), status gizi, status imunisasi tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara). Sedangkan Depkes (2002) menyebutkan bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah berat badan bayi rendah (BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap, kepadatan tempat tinggal dan sanitasi fisik rumah seperti ventilasi, pencahayaan, kelembaban yang tidak sesuai dengan syarat rumah sehat. Status gizi buruk akan mempengaruhi kesehatan balita. Gizi yang baik akanmembuat daya tahan tubuh balita kuat sehingga tidak rentan terhadap penyakit. Penyakit infeksi sangat mudah terkena pada balita, karena status kekebalan tubuh balita yang masih rendah.imunisasi sangat penting dilakukan pada balita karena imunisasi membantu mempertahankan daya tahan tubuh melawan penyakit.pendidikan orang tua akan mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga. Pendidikan yang baik akan menunjang pola pengasuhan yang baik pula pada anak.

4 Salah satu faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya ISPA adalah lingkungan perumahan.lingkungan perumahan yang buruk akanberdampak terhadap kesehatan anggotanya. Kualitas rumah dapat dilihat dari jenis konstruksi atap apakah terbuat dari genteng/asbes, jenis lantai apakah terbuat dari semen, ubin atau tanah.jenis dinding permanen atau tidak permanen, kepadatan hunian dan jenis bahan bakar untuk kegiatan memasak yang dipakai oleh rumah tangga tersebut (Depkes RI, 2003). Penelitian Sumargono (1989) di Jakarta membuktikan bahwa pendidikan ibu, gizi balita, imunisasi, umur balita dan pendapatan keluarga mempengaruhi terhadap terjadinya kejadian ISPA ringan, sedangkan kepadatan hunian berpengaruh terhadap terjadinya ISPA sedang. Hasil penelitian Riswandri (2002) membuktikan bahwa bapak-bapak dengan kebiasaan membuka jendela rumah, jumlah anggota keluarga dan letak ternak kandang berhubungan dengan kejadian ISPA di Kecamatan Parung- Jawa Barat. Desmon (2002) di Sumatera Baratmembuktikan bahwa jenis atap dan kepadatan hunian berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita. Tempat pembuangan akhir (TPA) Kedaung Wetan terletak terletak di di kelurahan Kedaung Wetan Kecamatan Neglasari Tangerang- Banten.Perkampungan Kedaung Wetan merupakan perkampungan padat penduduk sebesar 29.918.118 jiwa, yang sebagian besar masyarakatnya adalah masyarakat dengan status ekonomi rendah.di TPA tersebut terdapat pemulung yang berjumlah hingga dua ratus orang, yang terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak.

5 Hasil observasi awal di Kp. Kedaung WetanRT 004 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan Kecamatan Neglasari Kota Tangerang Provinsi Banten padabulan Januari 2012, masih ditemukannya rumah penduduk dengan karakteristik yang sama yaitu jenis rumah permanen berdiri tetapi tidak sesuai dengan syarat rumah sehat.syarat rumah sehat diantaranya ventilasi rumah harusnya 10% dari luas bangunan lantai. Hasil observasi di Kp. Kedaung Wetan RT 004/04 bahwa ventilasi rumah penduduk kurang dari 10% luas bangunan.ventilasi yang kurang 10% dari luas bangunan memungkinkan cahaya yang masuk didalam rumah sedikit.pencahayaan yang kurang meningkatkan perkembangbiakan bakteri patogen didalam rumah salah satunya adalah bakteri penyebab ISPA. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik mengangkat masalah tersebut sebagai bahan penelitian. Hal ini didukung dari angka jumlah kasus ISPA di Puskesmas Kedaung Wetan pada Tahun 2009 yaitu sebanyak 5572 kasus dimana ISPA berada diposisi paling atas dari jenis penyakit lain. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, diketahui bahwa kejadian ISPA di Puskesmas Kp. Kedaung Wetan merupakan jenis penyakit dengan angka tertinggi dari jenis penyakit lain. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap ISPA membuat angka penyakit ini cenderung meningkat.

6 ISPA disebabkan oleh beberapa faktor seperti kualitas udara yang buruk (asap rokok, ventilasi yang sedikit), status imunisasi, status gizi, penghasilan dan pendidikan (IPB, 2011). Sanitasi rumah yang buruk akan mempengaruhi derajat kesehatan anggota keluarga. Ventilasi yang sedikit akan mempengaruhi sirkulasi udara dan pencahayaan didalam rumah. Pencahayaan yang kurang akan meningkatkan kelembaban didalam rumah, sehingga kuman penyebab penyakit akan berkembangbiak. Mayoritas rumah yang berdiri di Kp. Kedaung wetan tidak sesuai dengan syarat rumah sehat.hasil observasi menunjukan masih terdapat rumah yang tidak permanen, ventilasi rumah sedikit (kurang dari 10% dari luas bangunan), rumah terlihat gelap. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui identifikasi penyakit ISPA adalah : a. Jumlah penyakit ISPA pada Balita di Kp. Kedaung Wetan b. Sanitasi fisik rumah yang buruk mencakup ventilasi, kelembaban, pencahayaan, dinding, lantai dan atap. Sehingga dapat dilihat hubungan antara lingkungan fisik rumah tinggal dengan kasus ISPA pada BALITA di Kampung Wetan RT 004/Rw 04, Kelurahan Kedaung Wetan Kecamatan Neglasari Banten.

7 1.3. Pembatasan Masalah Terdapat beberapa faktor masalah yang disebabkan oleh lingkungan fisik yang tidak sehat, salah satunya adalah ISPA.Penyakit ISPA sangat cepat terpapar kepada anak Balita.Untuk itu, penelitian ini berfokus pada penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) pada Balita di kampung kedaung wetan RT 004/Rw 04, Kelurahan Kedaung Wetan Kecamatan Neglasari Banten sebagai objek penelitian. 1.4. Rumusan Masalah Bertitik tolak pada uraian latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini yaitu apakah ada hubungan antara lingkungan rumah fisik rumah tinggal dengan penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) di Kampung Kedaung Wetan RT 004/RW 04, Kelurahan Kedaung Wetan Kecamatan Neglasari Kota Tangerang Provinsi Banten? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus 1.5.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan sanitasi fisik rumah tinggal dengan penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) di Kampung Kedaung Wetan RT 004/RW 04, Kelurahan Kedaung Wetan Kecamatan Neglasari Kota Tangerang Provinsi Banten.

8 1.5.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik jenis kelamin umur, status gizi, dan imunisasibalita di Kp. Kedaung Wetan. 2. Mengidentifikasi karakteristik pendidikan dan penghasilan orang tua balita di Kp. Kedaung Wetan. 3. Mengindetifikasi karakteristik sanitasi fisik rumah tinggal responden di Kp. Kedaung Wetan. 4. Mengidentifikasi kejadianpenyakit ISPA pada balita di Kp. Kedaung Wetan. 5. Menganalisis hubungan antarasanitasi fisik rumah tinggal dengan penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) pada BALITA di kampung kedaung wetan RT 004 RW 04 Kelurahan Kedaung Wetan Kecamatan Neglasari Kota Tangerang Provinsi Banten. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Bagi Peneliti 1. Memperoleh pengetahuan tentang hubungan lingkungan fisik rumah dengan penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). 2. Meningkatkan komunikasi kepada masyarakat sebagai bekal di masa mendatang.

9 3. Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan khususnya terhadap penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). 1.6.2. Bagi Institusi Pendidikan 1. Terbinanya suatu jaringan dari institusi dengan lahan penelitian dalam upaya meningkatkan keterkaitan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan SDM dalam pembangunan kesehatan. 2. Menambah referensi kepustakaan Universitas Esa Unggul, sehingga bisa bermanfaat bagi semua pihak. 3. Mampu menghasilkan mahasiswa dan mahasiswi yang mempunyai daya saing sehingga meningkatkan citra fakultas dan Universitas pada umumnya. 1.6.3. Bagi Masyarakat 1. Memberikan wacana pengetahuan tentang syarat-syarat rumah sehat 2. Memberikan informasi tentang penyakit ISPA

10 1.6.4. Bagi Puskesmas 1. Mengembangkan kemitraan antara fakultas dengan institusi lain yang terlibat dalam kegiatan penelitian 2. Merupakan bahan masukan bagi PUSKESMAS, Kelurahan dan Kecamatan tentang penanggulangan ISPA dan peningkatan pengaplikasian syarat rumah sehat di masyarakat.