BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tanggung jawab dan peranan di universitas. Stres yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, UN PGRI Kediri.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UMY berdasarkan nilai kecerdasan emosional Nilai Kecerdasan Emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SEBELUM MENGHADAPI PRAKTIK KLINIK DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi bangsa Indonesia, pendidikan adalah hal yang sangat penting. Cita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. membuatnya depresi. Depresi menjadi masalah kesehatan jiwa yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa program studi lain di sektor non-medis (Navas, 2012), dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kecemasan bisa muncul sebagai respon terhadap stres, di mana stres

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB III METODE PENELITIAN. eksprimental yaitu deskriptif korelasional yaitu hubungan antara dua variabel

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

seseorang. Setiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk Kozier(2008) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di Jl. Wates Km. 5,5 Gamping, Sleman, Daerah Istimewa. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademisnya,

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang mahasiswa

STRESSOR DAN KOPING MAHASISWA PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari seorang anak menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik artinya orang tersebut memiliki kecerdasan emosional. Bar-On (1992,

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir hingga meninggal secara mandiri. Contoh konkretnya. sendiri melainkan harus ditunjang dan dibantu oleh sang ibu

BAB IV HASIL PENELITIDAN DAN PEMBAHASAN. yang sedang mengerjakan Skripsi. Kuesioner yang disebar sebanyak 80

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif (Sudaryanto, 2008).

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada individu seperti dampak fisik, sosial, intelektual, psikologis dan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Spiritualitas merupakan bagian inti dari individu (core of individuals)

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah seseorang yang berada pada usia perkembangan dari masa remaja akhir sampai dewasa awal (dewasa madya), yang dimulai dari usia 18 sampai 25 tahun (Yusuf, 2011). Masa ini merupakan masa pencarian, kemantapan, dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru (Hurlock, 2014). Mahasiswa sebutan yang diberikan kepada individu yang sedang menuntut ilmu diperguruan tinggi (Paususeke, et al., 2015). Masa transisi siswa dari Sekolah Menengah Atas (SMA) menuju Perguruan Tinggi (PT) merupakan masa transisi sekolah yang lebih kompleks dibandingkan masa transisi sekolah sebelumnya karena masa transisi siswa dari SMA menuju Perguruan Tinggi seringkali mengakibatkan perubahan dan terjadinya stres (Santrock, 2007). Tingkat stres pada mahasiswa tingkat awal lebih tinggi dibandingkan tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir. Pada mahasiswa tingkat awal mengalami masa adaptasi dari lingkungan sekolah ke lingkungan universitas, terkait dengan jadwal perkuliahan seperti tugas, kuliah, tutorial dan clinical skill lab yang padat dan baru dirasakan pertama kali setelah memasuki dunia perkuliahan, sedangkan pada 1

2 mahsiswa tingkat akhir sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan dan kegiatan perkuliahan sehingga membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran (Augesti, et al., 2015). Hasil survei yang dilakukan oleh American College Health Association (ACHA) pada tahun 2013 di Amerika, menjelaskan salah satu masalah besar yang dihadapi mahasiswa dalam dunia perkulihan adalah stres. Sebanyak 27,9 % dari total 32.964 mahasiswa mengakui bahwa stres menjadi penghalang bagi performa akademik mereka. Berdasarkan hasil penelitian Abdulghani (2011) di Saudi Arabia, diketahui bahwa prevalensi stres pada mahasiswa tahun pertama sebanyak 78,7%. Hasil ini merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan angkatan tahun-tahun di atasnya. Penelitian Augesti, G, et al., (2015) menunjukkan bahwa dari 142 mahasiswa angkatan awal terdapat 39 responden (27,5%) mengalami stres ringan, 84 responden (59,2%) mengalami stres sedang dan 19 responden (13,4%) mengalami stres berat. Stres merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau di luar batas kemampuan mereka untuk memenuhi tututan tersebut (Nasir & Muhith, 2011). Penyebab terbanyak kejadian stres pada mahasiswa baru tahun pertama adalah stres terkait dengan akademik (Sharif, et al., 2007). Stresor terkait dengan akademik dan hubungan belajar-mengajar juga merupakan penyebab terbanyak kejadian stres pada mahasiswa baru Fakultas Kedokteran (Wahyudi, et al., 2015).

3 Adanya kejadian stres yang tinggi pada mahasiswa kedokteran dapat merugikan dalam hal prestasi akademik, kompetensi, profesionalitas, kesehatan dan dapat mempengaruhi perkembangan gejala penyakit dan kesehatan Prasetyo dan Wurjaningrum (2008). Respon individu terhadap stres bergantung pada cara mereka memandang dan mengevaluasi dampak dari stresor, dukungan saat mengalami stres, dan mekanisme koping yang digunakan (Potter dan Perry, 2010). Koping adalah usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi stres psikologis (Potter & Perry 2010). Faktor yang terpenting dalam menyelesaikan gejala stres adalah penggunaan mekanisme koping adaptif. Individu yang memiliki mekanisme koping positif (adaptif) dan efektif maka dapat meredakan atau menghilangkan stres, sebaliknya jika mekanisme koping yang negatif (maladaptif) dan tidak efektif akan memperburuk kesehatan dan memperbesar potensi terjadinya sakit (Sholeh, 2006). Menurut Stuart (2009) mengatakan bahwa biasanya individu menghadapi stres menggunakan mekanisme koping yang berfokus pada masalah, mekanisme koping berfokus pada kognitif, dan mekanisme koping berfokus pada emosi. Berdasarkann penelitian Al- Dubai, et al., (2011) mahasiswa yang sedang mempelajari ilmu kesehatan menggunakan berbagai strategi koping, yaitu strategi koping yang positif seperti, koping keagamaan (religious) 15%, aktif koping 13%, dan penerimaan 13%, selebihnya menggunakan strategi pengingkaran seperti, penolakan 15%, mencela diri

4 sendiri (16%), merokok (14%), dan konsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang (14%). Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan koping adaptif seseorang. Salah satunya adalah karakteristik psikologis yang dimiliki oleh seseorang, termasuk di dalamnya kemampuan keseimbangan emosi (Sholeh, 2006). Individu yang mempunyai pengendalian diri yang baik, maka akan dapat mengelola emosi yang dirasakan dengan baik. Seseorang yang memiliki emosi baik, akan mengambil tindakan cukup simpatik ketika dihadapkan pada situasi yang menegangkan, sehingga ketika menghadapi masalah seseorang dapat mengendalikan emosi dengan menggunakan mekanisme koping yang efektif (Goleman, 2009). Kemampuan koping adaptif seseorang dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, karena dengan kecerdasan emosional seseorang mampu untuk mengendalikan diri, bertahan ketika menghadapi suatu masalah, mampu mengendalikan impuls, mampu memotivasi diri, mampu mengatur suasana hati (kegembiraan, kesedihan, dan kemarahan), kemampuan berempati, dan membina hubungan dengan orang lain (Goleman 2009). Berdasarkan penelitian (Sugiarto, 2012) ditemukan hasil adanya hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan daya tahan mahasiswa terhadap stres, jika kecerdasan emosi meningkat maka daya tahan terhadap stres mahasiswa akan mengalami peningkatan dan jika kecerdasan emosi menurun maka daya tahan terhadap stres menurun. Pada mahasiswa tahun

5 pertama paling banyak memiliki kecerdasan emosional pada kategori sedang dan paling sedikit pada kategori rendah (Oktovia et al., 2012). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara wawancara kepada 10 orang mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) tahun pertama angkatan 2015 menyatakan bahwa mereka mengalami stress terkait dengan perbedaan sistem akademik antara SMA dengan sistem perkuliahan. Mahasiswa pada saat kuliah mereka dituntut untuk lebih mandiri dalam mencari informasi seputar topik kuliah, tugas yang lebih banyak dan lebih sulit, ujian Objektif Structure Clinical Examination (OSCE), ujian Multiple Choice Question (MCQ), tutorial, dan sulit beradaptasi di lingkungan yang baru. Respon mahasiswa ketika menghadapi masalah yaitu pusing, mengeluh, sulit tidur (mudah terbangun), emosional. Koping yang banyak digunakan mahasiswa dengan cara mendengarkan musik, bercerita dengan orang tua, berkumpul dengan teman, bermain gadget dan nonton film. Peneliti juga mewawancarai 5 mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) angkatan tahun kedua, mahasiswa menyatakan bahwa mereka mengalami stres yang lebih besar ditahun pertama perkuliahan dibandingkan tahun kedua. Respon stres dari setiap mahasiswa berbeda- beda, respon tersebut tergantung pada kondisi kesehatan, kepribadian, pengalaman sebelumnya terhadap stres, mekanisme koping, jenis kelamin, usia, besarnya stresor, dan kemampuan pengelolaan emosi dari masing-masing individu ( Potter

6 dan Perry, 2005). Mahasiswa yang memiliki emosi baik, akan mengambil tindakan cukup bijak ketika menghadapi suatu tegangan, sehingga ketika terjadi suatu maslah, mahasiswa mampu mengendalikan emosi dengan menggunakan mekanisme koping yang efektif. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan kecerdasan emosional dengan mekanisme koping pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Adakah hubungan kecerdasan emosional dengan mekanisme koping pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan mekanisme koping mahasiswa tahun pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran tingkat kecerdasan emosional pada mahasiswa tahun pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7 b. Untuk mengetahui gambaran mekanisme koping mahasiswa tahun pertama Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini merupakan aplikasi dari konsep stres adaptasi Hans Sely. Apabila kita dapat memahami konsep ini maka seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap stres terutama stres psikologis dan secara otimatis akan memberikan respon yang adaptif. 2. Manfaat praktis a. Manfaat langsung Mahasiswa mampu untuk mengatasi stres dengan kecerdasan emosional yang sudah dimiliki. b. Manfaat tidak langsung Menjadi wacana bagi pihak akademik untuk merencanakan program adaptasi perubahan pola pembelajaran dari Sekolah Menengah Atas ke Perguruan Tinggi.

8 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Penelitian terkait No Judul Peneliti Hasil Persamaan Peneliti 1. Hubungan Sugiarto Adanya hubungan Pendekatan Kecerdasan (2012) positif yang signifikan cross sectional, Emosional dengan antara kecerdasan Variabel Daya Tahan Stres emosional dengan daya independen Mahasiswa UIN tahan terhadap stres yaitu kecerdasan Sunan Kalijangga emosional, cara Yogyakarta pengambilan sampel dengan stratified random 2 Hubungan antara Tingkat stres dengan Mekanisme Koping pada Mahasiswa Keperawatan Menghadapi Praktek Belajar Lapangangan di Rumah Sakit. 3 Hubungan kecerdasan emosional dengan tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama di Mahasiswa Kedokteran Universitas Riau Suminars is & Sudaryan to, 2009 Oktovia, dkk (2012). Adanya hubungan antara tingkat stres mahasiswa dengan mekanisme koping pada mahasiswa UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan di rumah sakit. Semakin tinggi tingkat stres mahasiswa, semakin mekanisme koping mahasiswa UMS yang sedang melaksanakan praktik belajar lapangan di rumah sakit cenderung ke maladaptif. Adanya hubungan keceerdasan emosional dengan tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama fakultas kedokteran universitas Riau, semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin rendah tingkat stres mahasiswa. sampling Metode penelitian descriptive correlative dengan pendekatan cross sectional, variabel dependen mekanisme koping, cara pengambilan sampel stratified random sampling pendekatan cross sectional, variabel independen yaitu Kecerdasan Emosional. Perbedaan Peneliti Variabel dependen yaitu mekanisme koping, populasi yang digunakan yaitu mahasiswa tahun pertama program studi Ilmu Keperawatan UMY. Variabel independen yaitu kecerdasan emosional, populasi yaitu mahasiswa tahun pertama program studi ilmu keperawatan UMY. Variabel dependen yaitu Mekanisme Koping, cara pengambilan sampel stratified random sampling, populasi yaitu mahasiswa tahun pertama program studi ilmu keperawatan UMY.