BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai pemilik (investor) serta sebagai pimpinan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan (Kieso et al, 2011). Menurut Healy dan Wahlen (1999), laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial yang umum bagi investor, pelanggan, dan pihak stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. yakni tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB II. Rerangka Teori dan Hipotesis. Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemegang saham dan calon investor untuk mengambil keputusan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sebab terjadinya asimetri informasi (ketidakseimbangan penguasaan informasi)

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan bisnis perusahaan. CSR merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban sosial

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka di dunia bisnis atau perusahaan. Corporate social responsiblity

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar besarnya, masalah sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. yang berkelanjutan (suistainable development) maksudnya adalah suatu upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) memunculkan kesadaran baru dimana hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang. suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mencurahkan perhatian terhadap CG. Skandal-skandal korporasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kelola perusahaan yang baik dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu badan usaha yang berdiri di tengah-tengah masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam periode beberapa tahun belakangan banyak terjadi masalah-masalah

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

17 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak-pihak pengelola dan konsumennya. Fact Book Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. semakin majunya perindustrian (perusahaan), mengambil peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini, akuntansi konvensional hanya menyediakan informasi bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dipercayakan kepada manajemen. Pengguna ingin menilai apa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB). Setelah Produk Domestik Bruto dapat dipakai

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai. 1. Mekanisme Corporate Governance, secara parsial mempunyai pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab perusahaan kepada

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi keuangannya. Di samping itu laporan keuangan juga

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dilihat dari harga

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi tersebut berisikan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. bahkan perusahaan yang melakukan penghindaran pajak (tax avoidance).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pesatnya perkembangan dunia bisnis menyebabkan perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam pembukaan Undang Undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemilik perusahaan skala kecil seperti perusahaan perseorangan biasanya memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai pemilik (investor) serta sebagai pimpinan dan pengelola perusahaan. Hal ini praktis tidak menimbulkan adanya masalah mengenai penyusunan laporan keuangan yang dalam hal ini adalah untuk kepentingannya sendiri, karena pemilik mengetahui secara langsung apa yang terjadi di dalam perusahaannya. Perusahaan perseorangan yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi sebuah badan usaha (corporate) biasanya akan terjadi pemisahan secara tegas antara fungsi pemilik dan fungsi pengelolaan. Tidak hanya fungsinya saja yang terpisah, tetapi juga orang-orangnya, sehingga timbul kelompok pemilik (investor) dan kelompok pengelola (management). Pemisahan fungsi tersebut secara teknis dapat dipahami mengingat ketika perusahaan semakin besar, maka pemilik tidak lagi mampu untuk secara langsung menangani perusahaan karena keterbatasan kemampuan pemilik dalam mengelola perusahaan, sehingga harus menyerahkan wewenangnya kepada sekelompok profesional untuk melaksanakan fungsi manajemen dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan. Hal tersebut memunculkan agency problem yaitu saat manajer mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka disamping kewajiban mereka untuk mensejahterakan pemilik perusahaan (Setiarini, 2015). Perbedaan kepentingan tersebut mungkin saja terjadi mengingat bahwa investor dan manajer adalah kelompok yang benar- 1

2 benar terpisah. Perbedaan kepentingan yang timbul akibat adanya pemisahan fungsi dalam pengelolaan perusahaan tersebut menyebabkan suatu kondisi dimana manajer mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak lain (manager expropriation). Salah satu tindakan yang dilakukan manajer untuk mencari keuntungan sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak lain adalah dengan melakukan earning management (manajemen laba). Healy and Wahlen (1999) dalam Sari dan Utama (2014) menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan saat melakukan pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan sebagai ringkasan informasi mengenai kinerja perusahaan dengan tujuan untuk menyesatkan pemilik atau pemegang saham (shareholders) atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada angka-angka pada pelaporan akuntansi yang dilakukan. Selain memberi dampak pada pemilik perusahaan ataupun pemegang saham, praktik manajemen laba juga berdampak pada stakeholders. Konsekuensi manajer ketika melakukan sebuah praktik manajemen laba adalah manajer dapat kehilangan kepercayaannya dari shareholders serta dapat membahayakan karir dan pekerjaannya. Sedangkan konsekuensi bagi perusahaan adanya ancaman tindakan yang tidak menyenangkan dari karyawan, kesalahpahaman dari pelanggan, tekanan dari investor, pemutusan hubungan dari rekan kerja perusahaan, tuntutan hukum dari aparat, boikot dari aktivis, pandangan sinis dari masyarakat, dan pengungkapan dari media yang pada akhirnya akan menghancurkan reputasi perusahaan (Zahra et al, 2005 dalam Sari dan Utama, 2014).

3 Manajer memliki kebijakan untuk ditujukan pada stakeholders melalui praktek Corporate Social Responsibility sebagai cara untuk menghidari kecurigaan dari stakeholders yang dapat mengancam karir manajer dan merusak citra baik perusahaan (Prior et al, 2008). Corporate Social Responsibility berhubungan dengan pertanggungjawaban moral dan etika yang terkait dengan kegiatan internal dan eksternal perusahaan seperti perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja, hubungan dengan pemasok dan pelanggan, decision making, manajemen sumberdaya manusia, pelestarian lingkungan, dan hubungan dengan komunitas lokal (Castelo and Lima, 2006 dalam Marhamah, 2013). Pelaksanaan aktivitas dan pengungkapan Corporate Social Responsibility di Indonesia telah bergeser dari voluntary ke mandatory. Corporate Social Responsibility kini telah menjadi isu sentral yang semakin populer dan bahkan ditempatkan pada posisi penting. Hal tersebut ditandai dengan telah disahkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menjelaskan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumberdaya alam dan setiap penanam modal wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan apabila melanggarnya akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, dalam Undang Undang Nomor 40 Tahun 2007 pasal 66 ayat (2) poin c disebutkan bahwa perusahaan berkewajiban untuk memuat informasi mengenai kegiatan Corporate Social Responsibility di dalam laporan tahunannya. Dalam laporan tahunan perusahaan, untuk dapat meningkatkan labanya, perusahaan salah satunya

4 menggunakan strategi bisnis dengan memanfaatkan kegiatan Corporate Social Responsibility, karena salah satu indikator yang digunakan investor dalam pengambilan keputusan adalah dengan melihat laba yang diperoleh oleh perusahaan melalui informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan (Arief dan Ardiyanto, 2014). Meskipun aturan pelaksanaan Corporate Social Responsibility tersebut sudah jelas, namun pengawasan atas pelaksanaannya belum ada, hal ini menjadikan keberagaman bentuk dan intensitas pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada perusahaan-perusahaan di Indonesia menjadi bervariasi. Corporate Social Responsibility memberikan paradigma kepada masyarakat bahwa setiap perusahaan yang melakukan kegiatan CSR adalah perusahaan yang memiliki etika dan moral serta memiliki kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut menjadikan perusahaan saling berlomba melaksanakan CSR agar perusahaan mendapatkan citra positif di mata stakeholder (Sari dan Utama, 2014). Namun citra positif yang dibangun belum menjamin bahwa perusahaan tidak melakukan kegiatan yang melanggar moral dan tidak beretika dalam pelaporan keuangannya. Penelitian yang dilakukan oleh Prior et al (2008) menunjukkan pada 26 negara di dunia, terdapat sedikitnya 593 perusahaan yang melakukan kegiatan CSR dengan motif untuk menutupi manajemen labanya. Sikka (2010) dalam Sari dan Utama (2014) juga menemukan bahwa banyak perusahaan yang menjadi tersangka atas kasus penggelapan pajak melakukan kegiatan CSR yang bagus. Sejalan dengan dua penelitian tersebut, Grougiou et al (2014) juga membenarkan

5 bahwa pengungkapan CSR lebih pro aktif digunakan oleh manajer yang melakukan manajemen laba. CSR digunakan oleh manajer bank untuk mengalihkan perhatian stakeholders akan manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Dikeluarkannya Undang-Undang tersebut juga menyebabkan perseroan yang mempunyai beban tambahan dalam setiap kegiatan Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh perusahaan yang membuat kas perusahaan menjadi berkurang karena adanya kegiatan Corporate Social Responsibility. Manajemen tentunya tidak menginginkan hal itu, namun adanya Undang-Undang tersebut membuat perusahaan wajib untuk melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility. Manajemen laba menjadi jalan bagi perusahaan untuk meminimumkan beban pengeluaran dari kegiatan Corporate Social Responsibility (Krisna dan Wirasedana, 2015), manajemen laba yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini adalah dengan bentuk income minimization, yaitu meminimumkan laba perusahaan dari jumlah yang sebenarnya dengan tujuan untuk meminimumkan pengeluaran dalam kegiatan Corporate Social Responsibility yang harus dilakukan perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Utama (2014) menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Utama (2014), hasil positif dan signifikan juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Setiarini (2015). Namun berbeda dengan Krisna dan Wirasedana (2015), keduannya menemukan pengaruh negatif dan signifikan

6 antara hubungan manajemen laba dengan CSR. Selain penelitian oleh Krisna dan Wirasedana (2015), pengaruh negatif dan signifikan juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Marhamah (2013). Perusahaan dengan entitas anak yang semakin banyak, akan membuat struktur organisasi perusahaan menjadi semakin kompleks, karena memerlukan konsolidasi laporan keuangan antara entitas induk dan anak perusahaan. Hal tersebut mengakibatkan proses pelaporan keuangan oleh entitas induk juga semakin kompleks. (Wulandari dan Lastanti, 2015). Kompleksitas organisasi tersebut kemudian meningkatkan lemahnya hubungan antara manajer dan investor, hal tersebut dapat membuka peluang manajer dalam melakukan manajemen laba karena investor mungkin tidak memiliki kemampuan dan akses yang cukup untuk memantau tindakan manajer (Warfield et al, 1995 dalam Sari dan Utama, 2014). Peningkatan penerapan kompleksitas akuntansi menjadikan perusahaan cenderung untuk mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan karena stakeholders mengalami kesulitan untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Dalam penelitiannya, Sari dan utama (2014) menemukan bahwa kompleksitas akuntansi memperlemah pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Peran dari efektivitas komite audit juga akan diteliti dalam penelitian ini. Motif perusahaan dalam pengungkapan CSR untuk menutupi manajemen laba diharapkan akan berkurang seiring dengan adanya komite audit yang efektif dalam perusahaan (Sari dan Utama, 2014).

7 Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol seperti, Konsentrasi Kepemilikan (OWNC), Ukuran Perusahaan (SIZE), Tingkat Hutang (LEV), serta Profitabilitas (EBIT). Konsentrasi kepemilikan sangat berkaitan dengan CSR. CSR dianggap sebagai beban perusahaan yang dapat menyebabkan laba perusahaan menjadi kecil sehingga pemegang saham yang besar akan cenderung mengurangi kegiatan CSRnya untuk mengurangi pengeluaran perusahaan (Sari dan Utama, 2014). Menurut Sari dan Utama (2014), Perusahaan yang semakin berkembang dan semakin besar diharapkan akan lebih banyak memberikan kontribusi pada masyarakat sekitar melalui kegiatan CSR karena kemampuan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan besar tersebut memungkinkan perusahaan tersebut untuk melakukan dan mengungkapkan kegiatan corporate social responsibility. Ullmann s (1985) dalam Sari dan Utama (2014) berpendapat jika intensitas pelaksanaan dan pengungkapan CSR dipertahankan oleh perusahaan yang melakukan pendanaan dari hutang untuk mempertahankan reputasi dan kredibilitas yang dimilikinya di mata kreditur. Sehingga kegiatan pelaksanaan dan pengungkapan CSR diharapkan akan semakin besar seiring dengan semakin besarnya perusahaan memperoleh pendanaan dari hutang (Sari dan Utama, 2014). Variabel kontrol lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas. Sari dan Utama (2014) berpendapat bahwa kemungkinan perusahaan meningkatkan kegiatan pelaksanaan dan pengungkapan CSR akan semakin tinggi seiring dengan semakin tingginya profitabilitas perusahaan.

8 Penelitian ini akan mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Utama (2014) dengan perbedaan sampel data yang diambil yang pada penelitian sebelumnya mengambil data sampel pada perusahaan manufaktur dan pada penelitian ini akan mengambil sampel data pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perbedaan kedua adalah pada tahun penelitian yaitu tahun 2011 sampai 2014 dimana penelitian sebelumnya menggunakan data tahun 2011 dan 2012. Perbedaan selanjutnya pada penelitian ini adalah dengan melakukan penambahan analisis terhadap pengaruh Corporate social responsibility dengan manajemen laba. 1.2 Perumusan Masalah Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan karena pengungkapan CSR dapat membentuk citra positif bagi perusahaan yang dapat berguna bagi kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Adanya pengungkapan CSR yang tercantum dalam laporan tahunan dalam suatu perusahaan mampu memberikan kepuasan tersendiri bagi pemilik dan para pemegang saham serta mampu memberikan reputasi positif perusahaan pada pemerintah dan masyarakat sekitar. Tetapi, citra positif tersebut tidak menjamin kalau perusahaan tidak melakukan manajemen laba. Adanya konflik kepentingan dan asimetri informasi antara pemilik perusahaan dan manajer membuat manajer cenderung melakukan praktik manajemen laba. Pengungkapan CSR seringkali digunakan oleh manajer untuk menutupi praktik manajemen laba yang telah dilakukannya. Di sisi lain, adanya pengungkapan CSR dinilai akan memberikan informasi mengenai laporan keuangan menjadi lebih

9 transparan. Transparansi ini akan membuat pihak manajemen membatasi praktik manajemen labanya. Pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR ini sangat menarik untuk diteliti karena berkaitan dengan kualitas laba dan kelangsungan perusahaan itu sendiri. Masih adanya research gap dalam penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kesimpulan akan penelitian mengenai pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR belum dapat memberikan hasil yang pasti sehingga penelitian ini dilakukan untuk menemukan kesimpulan yang pasti dari pengaruh Manajemen laba terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini mengacu pada penelitian Sari dan Utama (2014) dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Apakah manajemen laba berpengaruh terhadap pengungkapan CSR? 2) Apakah pengungkapan CSR berpengaruh terhadap manajemen laba? 3) Apakah kompleksitas akuntansi yang ada dapat memperkuat/memperlemah pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR? 4) Apakah efektifitas komite audit dalam perusahaan dapat memperkuat/memperlemah pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menemukan bukti secara empiris mengenai: 1) Pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR. 2) Pengaruh pengungkapan CSR terhadap manajemen laba

10 3) Kompleksitas akuntansi memperlemah pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR 4) Efektifitas komite audit memperlemah pengaruh manajemen laba terhadap pengungkapan CSR 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat dalam aspek teoritis maupun aspek praktis. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1) Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi dalam pengembangan teori berkaitan dengan manajemen laba dan pengungkapan CSR serta menjadi tambahan referensi untuk penelitian berikutnya. 2) Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perusahaan agar lebih berhati-hati berkenaan dengan praktek manajemen laba dan CSR karena keduanya secara tidak langsung menentukan kelangsungan usaha suatu perusahaan. 3) Bagi pengguna laporan keuangan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan.