I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN A.

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN III/2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BERITA RESMI STATISTIK

Statistik KATA PENGANTAR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BERITA RESMI STATISTIK

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri pengolahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN KEGIATAN AGRIBISNIS DI KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh : NURUL KAMILIA L2D

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang terkenal dengan sumberdaya alamnya yang melimpah. Hal tersebut didukung dengan adanya sebagian besar penduduk Indonesia yang memiliki mata pencaharian dalam sektor pertanian. Sektor pertanian dalam arti luas terbagi menjadi lima subsektor, yaitu meliputi tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Pertanian menjadi salah satu sektor penting yang berperan dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia (Soekartawi, 1999). Bahkan sektor pertanian menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap total perekonomian Indonesia setelah sektor industri pengolahan. Hal tersebut dapat diketahui dari tabel dibawah. Tabel 1. Distribusi PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2013 (%) No Lapangan Usaha Distribusi (%) 2009 2010 2011 2012 2013 1 Pertanian, Peternakan, Perkebunan, 15,29 15,29 14,71 14,50 14,43 Kehutanan, dan Perikanan 2 Pertambangan dan 10,56 11,16 11,82 11,80 11,24 Penggalian 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77 Bersih 5 Konstruksi 9,90 10,25 10,16 10,26 9,99 6 Perdagangan, Hotel, 13,28 13,69 13,80 13,96 14,33 dan Restoran 7 Pengangkutan dan 6,31 6,57 6,62 6,67 7,01 Komunikasi 8 Keuangan, Real 7,23 7,24 7,21 7,27 7,52 Estate, dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 10,24 10,24 10,58 10,81 11,02 PDB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 PDB Tanpa Migas 91,71 92,17 91,60 92,21 92,65 Sumber: BPS, 2014 1

2 Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa distribusi PDB (Produk Domestik Bruto) terbesar adalah dari sektor Industri pengolahan dengan persentase antara 23%-26% pada tahun 2009 sampai dengan 2013, yang kemudian disusul di urutan kedua adalah sektor pertanian dengan persentase kisaran 14%-15%. Setelahnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor-sektor yang lain. Dalam laporan tahunan Kementan (2014) menyebutkan bahwa distribusi PDB menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara, sehingga berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa peran sektor pertanian sangat besar dalam perkembangan di Indonesia. Banyak komoditas potensial yang dihasilkan di Indonesia, salah satunya komoditas rotan. Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia, ± 80% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sedangkan yang 20% dihasilkan oleh negara lain, seperti Philippina, Vietnam dan negara-negara Asia lainnya (Kemenperin, 2014). Rotan merupakan salah satu produk hasil dari sektor pertanian yakni subsektor kehutanan. Rotan termasuk dalam hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang menjadi komoditas yang sedang dikembangkan oleh Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Berikut adalah data produksi rotan di Indonesia tahun 2011-2013. Tabel 2. Produksi Rotan di Indonesia Tahun 2011-2013 (ton) No Tahun Rotan (ton) 1 2011 81690 2 2012 6950 3 2013 26854,27 Sumber: Rekap Data Statistik Kehutanan (Kementrian Kehutanan Republik Indonesia), 2014 Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa terjadi penurunan terhadap produksi rotan mentah di Indonesia, sehingga rotan tergolong dalam komoditas yang sedang dikembangkan di negara. Kekayaan alam yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke membuat sektor pertanian di Indonesia menjadi penopang bagi sektor-sektor lainnya, misalnya sektor

3 Industri. Hal ini merupakan bukti bahwa betapa pentingnya sektor pertanian serta produk yang dihasilkannya, sehingga tanpa adanya sektor pertanian maka berbagai sektor yang lain akan terhambat perkembangannya. Sektor industri juga tidak kalah pentingnya untuk dikembangkan pada negara sedang berkembang seperti Indonesia, sektor industri membuat produk hasil pertanian dapat lebih dimanfaatkan dan menghasilkan nilai tambah atau nilai jual yang lebih tinggi, serta berperan besar terhadap pertumbuhan perekonomian negara. Industri rotan telah banyak berkembang di berbagai provinsi di Indonesia setelah berakhirnya krisis rotan mentah dari hutan Indonesia yang merupakan akibat dari adanya kebebasan ekspor rotan mentah. Kabupaten sukoharjo merupakan salah satu daerah yang berada di Provinsi Jawa Tengah yang menjadi daerah sentra produksi kerajinan dan furniture yang terbuat dari bahan baku rotan (BPS, 2010). Adapun tabel data jumlah Industri rotan yang ada di Kabupaten Sukoharjo menurut Kecamatan adalah sebagai berikut : Tabel 3. Jumlah Industri Rotan Menurut Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo No Kecamatan Besar Menengah Kecil 1 Gatak 3 10 52 2 Grogol - 2 3 3 Kartasura 2 1-4 Baki - 1 2 5 Sukoharjo - - 1 Jumlah 5 14 58 Sumber: Disperindag Kabupaten Sukoharjo, 2014 Kabupaten Sukoharjo memiliki 12 Kecamatan, akan tetapi berdasarkan data di atas hanya 5 (lima) Kecamatan yang terdapat Industri mebel rotan. Sesuai tabel tersebut, Kecamatan Gatak merupakan kecamatan yang memiliki jumlah Industri rotan paling banyak di Kabupaten Sukoharjo. Jumlah Industri rotan pada tersebut merupakan jumlah Industri rotan yang sudah memiliki surat ijin mendirikan usaha dan sudah mendaftarkan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Gatak terdiri dari 14 desa, namun Industri rotan hanya ada dan berkembang di 3 desa, seperti yang terlihat pada tabel berikut:

4 Tabel 4. Jumlah Industri Mebel/Furniture Rotan di Kecamatan Gatak No Desa Jumlah 1 Trangsan 118 2 Trosemi 2 3 Luwang 14 Total 134 Sumber: Rekap Data Forum Rembug Klaster Rotan, 2014 Berdasarkan Tabel 4 Desa Trangsan memiliki jumlah Industri mebel/furniture berbahan rotan yaitu sebanyak 118. Terdapat perbedaan jumlah antara data pada Tabel 3 dengan Tabel 4, hal ini disebabkan karena banyak industri rotan di Kecamatan Gatak yang belum memiliki surat ijin mendirikan usaha dan belum mendaftarkan kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo, sehingga belum tercatat dan tidak masuk dalam daftar Industri di Kabupaten Sukoharjo. Desa trangsan merupakan salah satu Desa di Kecamatan Gatak yang banyak terdapat industri mebel rotan. Agung Rejeki Furniture merupakan salah satu Industri rotan berskala kecil yang berada di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo. Agung Rejeki Furniture ini menjadikan rotan sebagai bahan baku dalam proses produksinya. Kondisi persediaan bahan baku rotan pada industri Agung Rejeki Furniture selama ini tidak tetap. Hal tersebut diketahui karena pernah terjadi beberapa kali kekurangan bahan baku yang kemudian proses produksi terhenti, dan juga terkadang terjadi penumpukan bahan baku rotan yang terlalu banyak. Untuk dapat menjaga kelancaran proses produksi agar selalu dapat memenuhi permintaan para pelanggannya maka perusahaan tersebut harus dapat memanajemen terhadap persediaan bahan bakunya. Salah satu metode persediaan adalah EOQ (Economic Order Quantity), dengan metode ini maka perusahaan dapat mengetahui berapa jumlah bahan baku yang optimal untuk persediaan agar tidak terjadi kekurangan maupun terlalu memiliki kelebihan bahan baku. Assauri (1998) menjelaskan bahwa setiap perusahaan akan mempunyai tingkat persediaan yang berbeda-beda. Tingkat persediaan yang

5 diperlukan oleh masing-masing perusahaan akan bergantung pada volume produksi, jenis perusahaan, serta proses produksinya. Yuliana dan Octavia (2001) menambahkan bahwa persediaan bahan baku harus dapat memenuhi kebutuhan rencana produksi, karena jika persediaan bahan baku tidak dapat dipenuhi, akan menghambat proses produksi, sedangkan jika persediaan bahan baku berlebihan dapat meningkatkan biaya penyimpanan, kerusakan, dan kehilangan bahan baku. B. Rumusan Masalah Agung Rejeki Furniture merupakan salah satu Industri rotan di Desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo yang menggunakan rotan sebagai bahan baku proses produksinya. Permintaan yang fluktuatif membuat perusahaan eksportir tersebut harus fokus terhadap persediaan untuk dapat memperlancar proses produksi. Persediaan menjadi bagian yang sangat penting dalam suatu kegiatan bisnis. Bagi perusahaan Agung Rejeki Furniture, persediaan juga menjadi suatu hal penting yang harus diperhatikan. Perusahaan yang memiliki persediaan yang terlalu besar akan mengakibatkan tingginya biaya investasi perusahaan. Namun, perusahaan yang tidak memiliki persediaan ataupun terlalu sedikit memiliki persediaan juga mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan seperti tidak terpenuhinya permintaan pelanggan yang disebabkan karena terhambatnya proses produksi akibat dari kekurangan bahan. Proses produksi pada perusahaan Agung Rejeki Furniture pernah terhambat atau terganggu kelancaran proses produksinya, hal ini disebabkan karena sistem pengendalian persediaan bahan baku pada perusahaan tersebut belum optimal. Terkadang persediaan bahan baku yang dimiliki sangat minim dan terkadang juga begitu banyak. Ketika persediaan sangat sedikit, hal ini akan memicu terjadinya kekurangan bahan baku pada proses produksinya. Ketika terjadi kekurangan atau kehabisan dan melakukan pemesanan bahan baku terjadi keterlambatan kedatangan bahan baku selama beberapa hari sehingga proses produksi terganggu dan pengiriman produk jadi berupa furniture ataupun kerajinan kepada pelanggan juga terlambat.

6 Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu metode pengendalian yang dapat membantu mengetahui jumlah optimal persediaan pada perusahaan untuk memperlancar proses produksi serta mengefisienkan modal perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang dapat dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Berapa jumlah pembelian bahan baku rotan yang optimal pada Industri Agung Rejeki Furniture? 2. Berapa jumlah persediaan pengaman (safety stock) bahan baku rotan yang optimal pada Industri Agung Rejeki Furniture? 3. Berapa pemesanan kembali (reorder point) bahan baku rotan pada Industri Agung Rejeki Furniture? 4. Berapa total biaya persediaan bahan baku rotan yang optimal pada Industri Agung Rejeki Furniture? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui jumlah pembelian bahan baku rotan yang optimal pada Agung Rejeki Furniture. 2. Mengetahui jumlah persedian pengaman (safety stock) bahan baku rotan yang optimal pada Agung Rejeki Furniture. 3. Mengetahui waktu pemesanan kembali (reorder point) bahan baku rotan pada Agung Rejeki Furniture. 4. Mengetahui total biaya persediaan bahan baku rotan yang optimal pada Agung Rejeki Furniture. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan. b. Penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7 2. Bagi Industri, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta sumbangan pemikiran dalam menyusun dan menerapkan strategi yang baik untuk mengelola persediaan bahan baku rotan. 3. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka dan informasi maupun referensi untuk permasalahan yang sama pada masa yang akan datang.