I. TINJAUAN PUSTAKA A. Domba Lokal B. Pakan Ruminansia 1. Rumput Gajah

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Artiodactyla, famili : Bovidae, genus : Ovis, spesies : Ovis aries (Blackely dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipelihara dengan tujuan menghasilkan susu. Ciri-ciri sapi FH yang baik antara

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi terhadap kondisi alam setempat (Sumardianto et al., 2013). Selain itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

Semua perlakuan tidak menyebabkan keadaan ekstrim menghasilkan NH 3 diluar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3. protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara peningkatan pemberian kualitas pakan ternak. Kebutuhan pokok bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Ubi Kayu menjadi Tepung Tapioka Industri Rakyat Sumber : Halid (1991)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Jantan

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daging dan kulit. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

TINJAUAN PUSTAKA. Domba sudah sejak lama diternakkan orang. Semua jenis domba memiliki

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN M0 9,10 MJ 6,92 MIL 7,31 MILT 12,95 SEM 1.37

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan nama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia.

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PENDAHULUAN. menyusutnya luas lahan pertanian karena sudah beralih hngsi menjadi kawasan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Pakan ternak. Dibutuhkan oleh ternak untuk : 1. Hidup pokok 2. Pertumbuhan 3. Produksi 4. Mengganti sel yang rusak pada jaringan

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan peternak (Anggraeni, 2012). Produksi susu sapi perah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang

SISTEM PENCERNAAN. Perlu dipelajari. Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna. diserap. Hidup pokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu (Bligon) merupakan kambing hasil persilangan antara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine,

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

Transkripsi:

I. TINJAUAN PUSTAKA A. Domba Lokal Ternak ruminansia adalah kelompok ternak yang memiliki tulang belakang, mempunyai rahang dan pada bagian alat reproduksinya mempunyai plasenta, memiliki kuku berkaki genap dan tanduk yang strukturnya berlubang,menyusui anak anaknya, dan mempunyai system pencernaan pakan yaitu memamah biak (Kartadisastra 1997) Domba berasal dari Asia. Dikenal sebanyak tujuh jenis domba liar yang di bagi menjadi 40 jenis. Dari Asia,domba menyebar ke arah barat menuju Eropa dan Afrika, dan ke arah timur ke daerah sub-continent india,asia tenggara dan oceania. Domba Jawa Ekor Kurus dan Domba Jawa Ekor Gemuk merupakan jenis domba asli Indonesia yang mempunyai kekhususan kesuburan tinggi (Wodzicka-Tomaszewsk et al.,1993). Domba ini memiliki keunggulan dalam beradaptasi pada kondisi iklim tropis serta memiliki sifat seasonal polyestrus sehingga dapat kawin sepanjang tahun (Marniati, 1989). Domba yag di kenal saat ini berasal dari domba liar, yaitu Mouflon atau Ovis Amman di asia tengah, Urial atau Ovis Vignie di asia dan Ovis Arkel di Timur Laut dari Laut Kapsi. Salah satu domba yang berasal dari Indonesia yaitu domba lokal. Tubuhnya kecil dan bulu badan berwarna putih. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu warna pada seekor domba seperti belang belang hitam di sekitar mata (Sumoprastowo, 1993). Domba di bandingkan dengan ternak lain lebih menyenangi bermacam macam jenis rumput, dan apabila di lepas di padang rumput akan cenderung memilih tunas rumput yang tumbuhnya pendek (Mulyono 1998). Ternak domba juga memiliki daya adaptasi yang baik terhadap berbagai keadaan lingkungan sehingga dapat diternakkan dimana saja dan dapat berkembang biak sepanjang tahun. Karena alasan itulah sehingga ternak domba dipilih sebagian masyarakat untuk diternakkan. B. Pakan Ruminansia 1. Rumput Gajah Rumput gajah merupakan tanaman tahunan, berumpun, secara alami terdapat di sungai dan aliaran-aliran air, serta tersebar di seluruh Afrika Utara. Tingginya dapat mencapai 4,5 m. Rumput gajah merupakan bahan sumber serat yang masih memiliki kandungan nilai nutrisi cukup tinggi. Disamping itu rumput gajah merupakan jenis rerumputan parenial yang ketersediannya melimpah pada musim hujan. Kandungan protein kasar rumput gajah di daerah tropis 9,2% pada saat umur 43-56 hari akan tetapi

pada daerah temperate protein kasarnya bisa mencapai 20%. Hal ini dikarenakan rumput tropis mempunyai kandungan serat kasar lebih tinggi (Wisnu, 2009). Rumput ini disukai oleh ternak, tahan kering, dan produksinya tinggi. Di daerah lembab atau dengan irigasi produksinya dapat mencapai lebih dari 290 ton rumput segar/ ha/ tahun (McIlroy, 1976). Rumput gajah mempunyai kadar nutrien yang lebih baik dari jenis rumput lainnya. Rumput gajah dapat mengandung 9,2% - 13,4% abu, 1-2%, lemak kasar, 36,6-38,8% serat kasar, 40,3 42,4% bahan ektrak tanpa nitrogen (BETN), dan 5,5-10,7% protein kasar (Batubara dan Manurung, 1990; Hartadi et al., 1986) 2. Konsentrat Konsentrat adalah pakan yang mengandung nutrisi tinggi dengan kadar serat kasar yang rendah. Pakan konsentrat meliputi susunan bahan pakan yang terdiri dari bijibijian dan beberapa limbah hasil proses industri bahan pakan biji-bijian seperti jagung giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa tetes dan umbi. Peranan pakan konsentrat adalah untuk menigkatkan nilai nutrisi yang rendah agar memenuhi kebutuhan normal untuk tumbuh dan berkembang secara sehat (Akoso, 1996). Konsentrat adalah pakan yang berkonsentrasi tinggi dengan kadar serat kasar yang relatif rendah dan mudah dicerna. Fungsi konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya nutrien pada bahan pakan yang nutriennya rendah. Sapi yang sedang tumbuh atau sedang dalam periode penggemukan harus diberikan pakan penguat yang cukup (Sugeng, 2003). Konsentrat berdasarkan sifat karakteristik fisik dan kimianya, serta penggunaannya dapat digolongkan ke dalam kelas empat dan lima. Kelas empat adalah konsentrat sumber energi sedangkan kelas lima adalah sumber protein. Konsentrat sumber energi adalah bahan pakan dengan kandungan serat kasar kurang dari 18% atau protein kasar kurang dari 20%. Konsentrat sumber protein adalah bahan pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18% atau protein kasar lebih besar dari 20% (Kamal, 1998). 3. Menir Kedelai Kedelai merupakan bahan pakan yang memiliki tingkat degradasi relatif tinggi di dalam rumen. Tingkat degradasi protein kedelai dalam rumen relatif tinggi di banding dengan sumber protein berkualitas baik lainnya dapat mencapai 75% (Parakkasi, 1999) Menir kedelai juga termasuk pakan konsentrat yang merupakan kulit biji kedelai yang diperoleh dari proses pengelupasan biji kedelai dan polongnya kemudian kulit dikeringkan diperoleh menir kedelai berbentuk pecahan kedelai. Menir kedelai berturutturut memiliki komposisi asam laurat 0,02%, myristat 0,09%, palmitoleat 0,14%,

palmitat 12,42%, oleat 78,72%, stearat 4,75%, linoleat 0,29%, dan linolenat 0,10% (Riyanto et al., 2010). Kedelai dapat diberikan kepada ternak dalam berbagai bentuk, baik hijauan maupun polongnya. Biji kedelai dapat diberikan dalam bentuk tepung atau bungkil, dan dapat pula diberikan setelah mengalami proses. Kandungan protein kedelai yang sudah mengalami proses jauh lebih tinggi dan mudah dicerna dibandingkan yang tidak diproses (Sarwono dan Arianto, 2003). Kandungan asam amino pada menir kedelai yaitu Arginin 3,11 %; Sistin 0,61%; Methionin 0,60%; Glysin 2,22%; Histidin 1,1%; Isoleusin 2,42%; Leusin 3,44%; Lisin 2,67%; Fenialanin 2,33%, Tirosin; 1,01%; Treonin 1,88%; dan Valin 2,24% (Hartadi et al., 1990). C. Sistem Pencernaan dan Metabolisme Berdasarkan kondisi fisiologis dan sistem pencernaan makanannya, Domba digolongkan sebagai ruminansia, karena pencernaan makanannya di dalam rumen. Pencernaan makanan pada ruminansia bersifat khas. Hal ini disebabkan terdapat tiga proses yang jarang dijumpai pada hewan lain, yakni pencernaan mekanis di dalam mulut dengan bantuan saliva (air ludah), pencernaan fermentative di dalam rumen dengan bantuan mikroba rumen, dan pencernaan enzimatis pascarumen. Pencernaan di dalam rumen pada sapi memiliki kelebihan dan kekurangan (Abidin, 2002). Lambung ruminansia dibagi menjadi 4 bagian yang terdiri dari Rumen, Retikulum, Omasum dan Abomasum. Ternak ruminansia mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar serta mampu mencerna bahan pakan yang terkandung serat kasar tinggi. Ternak ruminansia pakan pokoknya adalah hijauan, sedang kebutuhan pakan penguat sekedar pakan tambahan saja (Rismunandar, 1989). Tillman et al. 1989 menjelaskan bahwa protein ransum masuk ke dalam organ pencernaan ruminansia melalui mulut kemudian melewati esofagus dan masuk ke dalam rumen. Ditambahkan oleh Soebarinoto et al. (1991), protein kasar yang masuk ke dalam retukulo rumen berasal dari ransum dan saliva. Protein kasar tersebut dapat berupa protein murni dan Nitrogen Non Protein (NPN). Kamal (1994) menjelaskan bahwa sebagian protein akan dihidrolisis menjadi peptida dan asam amino. Sebagian dari asam amino mengalami degradasi lebih lanjut menjadi asam alfa keto dan amonia. Amonia

diabsorpsi lewat dinding rumen masuk ke peredaran darah dan dibawa ke hati yang kemudian diubah menjadi urea. Sebagian urea masuk kembali ke dalam rumen melalui saliva dan juga dapat langsung melalui dinding rumen, sedangkan sebagiannya lagi dikeluarkan lewat urin. Protein yang tidak terdegradasi di dalam rumen akan mengalami pencernaan di dalam usus kecil. Kamal (1994), menyatakan bahwa mikroba di dalam rumen dapat membentuk protein tubuhnya dari peptida, asam amino ataupun senyawa N sederhana yang berupa amonia atau NPN yang lain. Proses pembentukan protein tubuh oleh mikroba di dalam rumen membutuhkan sumber energi terutama yang berupa karbohidrat yang mudah dicerna yaitu pati atau gula. Widyobroto et al. (2007) menjelaskan bahwa sintesis protein mikroba di dalam rumen sangat dipengaruhi oleh ketersediaan prekursor NH3 dan ketersediaan energi hasil fermentasi.berikut ini adalah gambar metabolisme senyawa nitrogen dalam rumen (Tillman et al., 1989) Gambar 1. Metabolisme Senyawa Nitrogen dalam Rumen Rumen merupakan bagian perut yang paling depan dengan kapasitas paling besar. Rumen berfungsi sebagai tempat penampungan pakan yang dikonsumsi untuk sementara waktu. Didalam rumen pakan bercampur dengan cairan berlendir yang disebut saliva. Didalam rumen tidak diproduksi enzim pencernaan, demikian pula saliva yang dikeluarkan tersebut tidak mengandung enzim pencernaan. Setelah beberapa saat ditampung, pakan dikembalikan lagi kedalam mulut untuk dikunyah. Proses ini berlangsung beberapa kali, terutama bagi jenis pakan yang mempunyai konsentrasi serat kasar tinggi (Kartadisastra, 1997). Pengunyahan kembali pakan yang berasal dari rumen dilakukan ternak ketika mereka beristirahat dan sering kali dilakukan dengan kondisi

berbaring. Didalam rumen terkandung berjuta-juta mikrobia (bakteri dan protozoa) yang menggunakan campuran pakan dan air sebagai media hidupnya. Bakteri tersebut memproduksi enzim pencerna serat kasar dan protein, serta mensintesis vitamin B yang digunakan untuk berkembang biak dan membentuk sel-sel baru. Sel-sel inilah yang akhirnya dicerna oleh induk semang sebagai protein hewani yang dikenal dengan sebutan protein mikrobia. Disamping itu, hasil pemecahan pakan oleh bakteria yang berupa asam-asam lemak volatile, mineral, air, ammonia, dan glukosa langsung diserap ternak melalui dinding rumen. Retikulum merupakan bagian perut yang mempunyai bentuk permukaan menyerupai sarang tawon dengan struktur yang halus dan licin serta berhubungan langsung dengan rumen. Pakan yang dikonsumsi ternak juga mengalami fermentasi ketika berada di dalam retikulum ini. Omasum adalah bagian perut setelah retikulum yang mempunyai bentuk permukaan berlipat-lipat dengan struktur yang kasar. Bentuk fisik ini dengan gerakan peristaltik berfungsi sebagai penggiling pakan yang melewatinya, dan juga berperan menyerap sebagian besar air. Abomasum adalah bagian lambung yang terakhir, tempat hasil pencernaan diserap tubuh. Sebetulnya bagian inilah yang sebenarnya merupakan lambung sejati ternak ruminansia (Kartadisastra, 1997). Abomasum merupakan tempat pertama terjadinya pencernaan pakan secara kimia karena adanya sekresi getah lambung. Arora (1989) menyatakan bahwa usus halus dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Usus halus mengatur aliran ingesta ke dalam usus besar dengan gerakan peristaltik. Caecum adalah kantong buntu yang berhubungan dengan colon. Colon dapat menunda aliran bahan yang tidak dapat dicerna dan selanjutnya menjadi tempat fermentasi mikroba. D. Formaldehid Beberapa zat kimia dapat membantu ikatan silang dengan grup asam amino dan amida dari ikatan protein yang dapat menurunkan kelarutan protein dan ph rumen. Reaksi tersebut bolak balik. Ikatan tersebut dapat dirusak dalam suasana asam abomasum sehingga dapat digunakan dengan baik dalam usus. Zat kimia tersebut antara lain: aldehid, tanin, polimerasi asam karbon silik tak jenuh, halotriasin, sulfonil halide, akroselon asetal dan mungkin banyak lagi. Akan tetapi hasil penelitian banyak dengan formaldehid (Parakkasi, 1999) Perlakuan formaldehid untuk melindungi protein bungkil kedelai dapat menurunkan kelarutan protein dalam rumen sehingga dapat mengurangi hidrolisis protein olehh mikroba. Menurut Anggraeny et al.,(2005) prinsip dasar dari perlakuan

protein dengan formaldehid adalah membentuk ikatan kimia dengan protein yang bersifat stabil pada ph netral seperti ph rumen, tetapi menjadi labil pada ph asam seperti pada ph abomasum. Ditambahkan oleh Parakkasi et al.,(2004) bahwa pada suasana tingkat keasaman yang rendah seperti di rumen (ph sekitar 6), formalin akan lebih tahan terhadap degradasi mikroba rumen. selanjutnya pada saat di abomasum yang berph rendah (sekitar 3) akibat sekresi HCl, ikatan ini akan terlepas dan protein dapat dicerna oleh abomasum. E. Kecernaan Kecernaan suatu bahan pakan dapat didefinisikan sebagai nutrien bahan pakan yang tidak lagi terdapat dalam feses (Tillman et. al., 1991). Namun menuru Van Soest (1994) kecernaan merupakan cara yang digunakan untuk menilai kualitas pakan. Biasanya dinyatakan dalam dasar bahan kering dan apabila dinyatakan dalam persentase maka disebut koefisien cerna (Tillman et al., 1998). Koefisien cerna merupakan selisih antara nutrien yang terkandung dalam pakan yang dikonsumsi dengan nutrien yang terkandung dalam feses, sedangkan nutrien yang terkandung dalam feses adalah jumlah yang tertinggal dalam tubuh hewan atau jumlah dari nutrien yang dapat dicerna (Anggorodi, 1994). Tingkat kecernaan nutrien dipengaruhi oleh spesies ternak, bentuk fisik ransum, jumlah bahan makanan yang diberikan, komposisi ransum, dan perbandingan nutrien lainnya (Maynard dan Loosli, 1956). Menurut Ranjhan dan Pathak (1979). faktor yang mempengaruhi kecernaan pakan adalah umur ternak, jumlah pakan, pengolahan pakan, komposisi pakan, dan rasio komposisi. Selain itu menurut Mackie et al. (2002), adanya aktivitas mikroba dalam saluran pencernaan sangat mempengaruhi kecernaan. F. Proses Pencernaan Nutrien 1. Proses Pencernaan Karbohidrat Pakan untuk ternak ruminansia kurang lebih 60% - 75% terdiri dari karbohidrat dengan komponen utama berupa polisakarida (Soebarinoto, 1991). Proses pencernaan karbohidrat di dalam rumen ternak ruminansia akan menghasilkan energi berupa asamasam lemak atsiri antara lain yang utama yaitu asetat, propionat, butirat, valerat dan format dengan perbandingan di dalam rumen berkisar pada 50% - 70% asetat, 17% -21% propionat, 14% -20% butirat, valerat dan format hanya terbentuk dalam jumlah kecil (Arora, 1995). Ditambahkan oleh Tillman et al. (1998) bahwa, Unsur-unsur yang terkandung pada VFA berfungsi sebagai sumber energi bagi mikroba rumen dan

merupakan sumber kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba. Kisaran produksi total VFA cairan rumen yang mendukung pertumbuhan mikroba yaitu 70 sampai 160 mm. Lebih lanjut dijelaskan Hartati (1998) bahwa, Peningkatan jumlah VFA menunjukkan mudah atau tidaknya pakan tersebut didegradasi oleh mikroba rumen. Komposisi VFA di dalam rumen berubah dengan adanya perbedaan bentuk fisik, komposisi pakan, taraf dan frekuensi pemberian pakan, serta pengolahan. Proses metabolisme di dalam rumen, polisakarida dihidrolisa menjadi monosakarida oleh enzim-enzim mikroba rumen. Kemudian monosakarida tersebut, seperti glukosa difermentasi menjadi VFA (Volatile Fatty Acid) berupa asetat, propionat, butirat dan gas CH 4 serta CO 2.Berikut ini adalah gambar perubahan karbohidrat menjadi piruvat di dalam rumen dan perubahan asam piruvat menjadi asam lemak atsiri (volatil) di dalam rumen (Tillman et al., 1989) Gambar 2. Perubahan Karbohidrat menjadi Piruvat di dalam Rumen

Gambar 3. Perubahan Asam Piruvat menjadi Asam Lemak Atsiri (Volatil) di dalam Rumen 2. Proses Pencernaan Protein Secara kuantitatif protein mikrobia mempunyai peranan penting karena 47% - 77% dari N yang ada di dalam rumen berada dalam bentuk protein mikrobia. Mikrobia rumen menyediakan sebagian besar dari protein yang dibutuhkan oleh induk semang. Protein di dalam rumen mengalami hidrolisis menjadi peptida oleh enzim proteolisis yang dihasilkan mikrobia. Sebagian peptida digunakan untuk membentuk protein tubuh mikrobia dan sebagian lagi dihidrolisis menjadi asam-asam amino. Kurang lebih 82% mikrobia rumen akan merombak asam-asam amino menjadi amonia selanjutnya digunakan menyusun protein tubuhnya (Soebarinoto et al., 1991). Amonia merupakan sumber nitrogen utama dan penting untuk sintesis protein mikroba. Sumbangan NH3 pada ternak ruminansia sangat penting mengingat bahwa prekusor protein mikroba adalah amonia dan senyawa sumber karbon, makin tinggi kadar NH3di dalam rumen maka kemungkinan makin banyak protein mikroba yang terbentuk sebagai sumber protein tubuh. Amonia hasil fermentasi tidak semuanya disintesis menjadi protein mikroba, sebagian akan diserap ke dalam darah. Ditambahkan oleh Sutardi (1979) bahwa, amonia yang tidak terpakai dalam rumen akan dibawa ke hati diubah menjadi urea, sebagian dikeluarkan melalui urine dan yang lainnya dibawa ke kelenjar saliva.

Mikroorganisme di dalam rumen dan retikulum ternak ruminansia dapat mensintesis asam-asam amino esensial untuk kebutuhannya. Untuk memenuhi hal itu, dibutuhkan protein makanan yang berkualitas baik namun juga terdapat kelemahan dimana protein yang masuk akan dirombak oleh mikroba rumen menjadi amonia untuk sintesis protein tubuhnya. Gambar 4. Proses metabolisme protein dalam rumen ternak ruminansia (McDonald et al., 2002). 3. Proses Pencernaan Lemak Ternak memperoleh lemak dari tiga sumber, yaitu dari metabolisme lemak, protein dan karbohidrat. Karbohidrat dan protein yang sudah dicerna dan diserap, sebagian akan diubah menjadi lemak. Sedangkan lemak dari pakan dapat diubah menjadi pati dan gula, yang kemudian bisa digunakan untuk energi dan sebagian disimpan dalam jaringan sel sebagai lemak cadangan (Sugeng, 2003). Konsentrasi asam lemak bebas yang tinggi menghambat pencernaan serat kasar dan sebagai akibatnya menghasilkan proporsi asam asetat yang lebih sedikit, pada saat yang bersamaan jumlah substrat yang terfermentasi menurun (Soebarinoto et al., 1991). Sebagian besar energi yang tersedia bagi ruminansia diserap dalam usus depan. Ternak domba yang memakan hijauan segar sebagian besar 60% - 80% energi tercerna

total terserap dibagian ini. Rumen sanggup menyerap 3 asam lemak rantai pendek yaitu butirat, asam propionat, dan asam asetat. Penurunan ph isi rumen tidak hanya meningkatkan laju absorpsi tetapi juga memperluas perbedaan dalam laju masing-masing asam tersebut (Soebarinoto, et al., 1991).