BAB I PENDAHULUAN. Berita merupakan suatu narasi (Eriyanto, 2013: 5). Narasi selama ini selalu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Berita adalah proses simbolis di mana realitas diproduksi, diubah, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sebuah perantara atau penyalur pesan secara serentak yang menjangkau masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB V PENUTUP. a. Reality TV Pemberian Misterius Sebuah Teks Narasi. naratif secara ideal memiliki tiga kriteria karakteristik yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. pemberitaannya tidak hanya dalam bentuk berita lugas atau hard news. pembuka dalam buku Narrative and Media. Betapa kuatnya narasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB IV GAMBARAN UMUM MAJALAH TEMPO DAN GOENAWAN MOHAMAD

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kita melihat dari sisi pandang seorang penikmat sastra tulis. Cerpen ataupun

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Indonesia untuk memilih bekerja sebagai TKI di luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Joko Widodo melantik Luhut Binsar Panjaitan sebagai Kepala Staf


BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

Analisis: penyelidikan thd suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemilu 2014 merupakan kali ketiga rakyat Indonesia memilih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Produksi Berita TELEVISI (MK 41034)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

ISSN : e-proceeding of Management : Vol.3, No.3 December 2016 Page 3892

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Oleh : Dwi Hastuti Puspitasari, SKom, MMSI

BAB I PENDAHULUAN. politik yang dimediasikan media telah masuk keberbagai tempat dan kalangan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

Advokasi Kreatif Melalui Media (Sosial) Oleh: Rofiuddin AJI Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Pria Tegap Pembunuh Sukardi layaknya sebuah drama tragedi. Melalui hasil


BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Pesatnya perkembangan media massa juga ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. negara hingga saat ini masih menjadi permasalahan utama pemerintah Indonesia.

KONSTRUKSI BERITA PERKOSAAN OLEH SITOK SRENGENGE DI MEDIA ONLINE TEMPO DAN REPUBLIKA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan penelitian adalah terjemahan

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KONSTRUKSI KONFLIK DALAM LAPORAN JURNALISME SASTRAWI

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film sudah

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN PENANGKAPAN WAKIL KETUA KPK BAMBANG WIDJOJANTO (Studi di Majalah Berita Mingguan Tempo Edisi Februari 2015)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sudah memasuki era informasi dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

III. METODE PENELITIAN. didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris dan sistematis. 1 Metode

SKRIPSI PEMBERITAAN DUGAAN KORUPSI DANA HAJI (Analisis framing pada majalah TEMPO dan GATRA edisi November- Desember 2010) S K R I P S I

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil dari kebudayaan. Kelahiran sebuah karya sastra

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berita merupakan suatu narasi (Eriyanto, 2013: 5). Narasi selama ini selalu dikaitkan dengan dongeng, cerita rakyat, atau cerita fiksi lainnya (novel, prosa, puisi, dan drama). Berbagai definisi narasi banyak dipahami orang berkaitan dengan cerita-cerita fiksi, padahal tidak semua narasi adalah fiksi, sebuah berita juga merupakan suatu narasi. Allan Bell, Michael Toolan, Elizabeth Bird dan Robert W. Dardenne dan sejumlah ahli komunikasi dan media menyatakan bahwa struktur berita tidak ubahnya seperti narasi, di dalam berita terdapat tokoh, karakter, peristiwa, konflik, drama dan sebagainya. James Carey mengatakan di dalam dua bukunya Media, Myths and Narratives: Television and the Press dan Source: Notable Selections in Mass Media, bahwa berita tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga sebuah drama. Berita adalah suatu proses simbolis dimana realitas diproduksi, diubah, dan dipelihara. Carey menolak pandangan yang melihat berita dan produk komunikasi lainnya semata sebagai suatu informasi yang statis. Berita dan komunikasi sebaliknya harus dilihat sebagai narasi yang mengacu kepada nilai dan makna tertentu (Eriyanto, 2013: 6) Menempatkan berita sebagai suatu narasi berarti melihat berita tidak ubahnya seperti novel, komik, cerita rakyat dan cerita fiksi. Bedanya adalah berita 1

2 merupakan kejadian fakta sedangkan fiksi tidak berdasarkan fakta. Berita juga sebisa mungkin harus bersifat obyektif sedangkan fiksi bersifat subyektif. Walter Fisher dalam Paradigma Naratif (Narrative Paradigm) menyatakan manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita dan esensi dari sifat dasar manusia adalah menceritakan kisah, dengan kata lain, kita lebih dapat terbujuk oleh sebuah cerita yang bagus dibandingkan oleh sebuah argumen yang baik. Jurnalis mempunyai kemampuan bercerita. Berita yang dibuat bercerita lebih menarik dibandingkan berita statis. Cara bercerita ini diharapkan pembaca mengikuti alur isi berita, memahaminya, sehingga pembaca tidak bosan layaknya membaca drama dalam sebuah novel. Masyarakat Indonesia tentu saja masih ingat dengan berita mengenai kasus korupsi yang melibatkan petinggi Partai Demokrat, Nazaruddin atau peristiwa penangkapan John Kei yang terlibat dalam pembunuhan Direktur PT. Sanex Steel Indonesia, Ayung. Melihat berita-berita tersebut di majalah Tempo dan beberapa channel televisi, kita bagaikan disajikan sebuah drama, penuh intrik, persaingan, mafia dan pengkhianatan. Peristiwa besar ini juga banyak diberitakan media massa cetak maupun televisi secara naratif, kronologi bagaikan drama cerita. Gaya naratif ini banyak dijumpai pada berita-berita di majalah sekaliber Tempo atau Gatra, Detik serta National Geographic. Belakangan banyak media-media cetak koran yang sudah mengadaptasi gaya naratif ini walau tidak semua rubrik menggunakannya, tidak

3 terkecuali juga media televisi yang mengangkat tayangan investigasi sampai reality dan variety show-nya dengan narasi. Anne Dunn, seorang pengajar senior di Departemen Media dan Komunikasi University of Sydney dalam buku Narrative and Media karya Helen Fulton meyakinkan betapa bergunanya narasi dalam sebuah berita terutama berita televisi. Menurutnya berita bukan merupakan sebuah kenyataan atau realitas sesungguhnya. Berita menjadi suatu konstruksi atas realitas melalui sebuah proses seleksi editorial dengan melibatkan elemen-elemen audio visual. Hari ini berita bukan lagi sekedar pertimbangan ideologis namun juga terkait dengan teknis penceritaan. Saat tragedi penyerangan Israel ke Palestina, meskipun antara televisi Al- Jazeera dan stasiun televisi di dunia barat berbeda setting dan kepentingan ideologis, namun masing-masing stasiun menyajikan berita layaknya sebuah kisah. Ada plot dan alur di dalamnya. Disinilah pentingnya narasi dalam mengupas berita di televisi dan cetak. Gaya bercerita dalam berita dengan gaya bernarasi ini dikenal sebagai jurnalisme naratif atau lebih dikenal dengan jurnalisme sastrawi oleh Andreas Harsono. Banyak orang yang memperdebatkan apakah jurnalisme naratif sama dengan jurnalisme sastrawi. Ada sebagian orang yang menganggap berbeda, dan ada sebagian orang yang menganggap sama saja. Tetapi menurut Profesor dari Universitas Goerge Washington USA, Janet Stelle ia lebih suka menyebutnya jurnalisme naratif sebab jika menyebut kata sastrawi mahasiswa akan langsung berpikir novel dan cerpen, bahkan esay seperti tulisan Goenawan Mohamad.

4 Genre ini merupakan turunan dari new journalism yang dipopulerkan pada tahun 1960 oleh Tom Wolfe, seorang jurnalis kelahiran Perancis yang menghabiskan masa tuanya di Herald Tribune. Jurnalisme naratif merupakan genre tentang penelitian berita dengan gaya cerita atau mendekati sastra. Menurut Janet Steele dalam kuliah umumnya di acara Jurnalistik Fair, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, membuat berita dengan metode jurnalisme naratif, peneliti bisa mengadopsi skenario film ataupun model penelitian cerita pendek untuk media cetak (www.bandungoke.com diakses Desember 2013). Melalui pemaparan masalah ini peneliti tidak akan berpanjang lebar membahas mengenai jurnalisme naratif atau jurnalisme sastrawi. Peneliti hanya akan berfokus kepada analisis teks berita menggunakan analisis naratif. Walaupun orang masih awam dengan analisis ini dan buku referensi juga belum terlalu banyak. Peneliti akan memperkenalkan dan memaparkan lebih dalam lagi tentang analisis naratif. Analisis naratif pada dasarnya adalah analisis mengenai cara dan struktur bercerita tertentu. Analisis ini sudah banyak dibahas di luar negeri, dan banyak pula buku mengenai analisis naratif yang dipublikasikan. Analisis naratif semula dipakai untuk mengkaji struktur cerita fiksi, tetapi seiring perkembangan zaman analisis naratif juga bisa digunakan untuk mengkaji teks media, berita. Menggunakan analisis naratif berarti menempatkan teks sebagai sebuah cerita (narasi) sesuai dengan karakteristik narasi. Teks dilihat

5 sebagai rangkaian peristiwa, logika, dan tata urutan peristiwa, bagian dari peristiwa yang dipilih dan dibuang (Eriyanto, 2013: 9) Banyak mahasiswa komunikasi yang sering menggunakan metode analisis teks berita menggunakan analisis isi kuantitatif, analisis wacana, analisis framing, analisis hermeneutik untuk penelitiannya. Padahal masih ada metode teks media lainnya yaitu analisis naratif. Jarang sekali ditemui penelitian yang membahas analisis naratif. Analisis naratif dapat membantu kita menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dan laten dari suatu teks media. Peristiwa disajikan dalam bentuk cerita, dan dalam cerita tersebut sebenarnya terdapat nilai-nilai dan ideologi yang ingin ditonjolkan oleh pembuat berita. Pilihan peristiwa, penggambaran atas karakter, pilihan mana yang ditempatkan sebagai musuh dan pahlawan, dan nilainilai mana yang didukung memperlihatkan makna tersembunyi yang ingin ditekankan oleh pembuat berita. Lewat analisis naratif kita akan mengerti narasi yang dibuat jurnalis melalui cerita dan plot, struktur narasi, fungsi dan karakter narasi, posisi narator (jurnalis) dan oposisi biner (Eriyanto, 2013). Laporan utama pada setiap media cetak merupakan rubrik andalan termasuk majalah Tempo yang didalamnya mengulas tentang berita-berita yang sedang terjadi saat ini dan biasanya berita dalam laporan utama dibahas secara mendalam. Hampir semua media menyajikan berita terbaiknya dalam laporan utama, dimana majalah Tempo merupakan kajian ilmiah yang menarik dilihat dari aspek sejarah dan perkembangan media massa di Indonesia.

6 Berita dalam media cetak Indonesia tidak semua bergaya naratif. Gaya ini tidak diadaptasi oleh media cetak harian seperti koran, karena keterbatasan space dan selalu terbentur deadline. Berbeda dengan majalah mingguan, dwi mingguan atau bulanan. Kesempatan untuk menggunakan gaya naratif ini besar sehingga peneliti memilih majalah Tempo sebagai bahan penelitian. Tempo sendiri adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya meliput berita politik dan diterbitkan oleh PT. Tempo Inti Media Tbk. Majalah ini merupakan majalah pertama yang tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah dan mempunyai sejarah panjang dengan Orde Baru dimana Tempo berulang kali dibredel akibat pemberitaan-pemberitaannya. Sempat mengalami konflik internal, plagiat dan wartawan eksodus dalam perjalanannya. Pasca Orde Baru tumbang, Tempo kembali mengepakkan sayapnya dan konsisten dengan gayanya yang lentur dalam menyampaikan informasi. Tahun demi tahun Tempo semakin menunjukkan kemajuan dan berhasil meningkatkan oplah di setiap tahunnya. Peneliti dalam hal ini ingin melakukan penelitian analisis naratif dalam sebuah laporan utama media cetak yaitu majalah Tempo edisi 17-23 Februari. Peneliti tertarik dengan laporan utama yang bertema #SaveRisma. Risma, Walikota Surabaya sedang menjadi sorotan media dan masyarakat karena keputusannya yang sempat ingin mengundurkan diri dari Balai Kota. Risma yang memang seorang birokrat tidak mau ditekan oleh kepentingan-kepentingan politik partai pengusungnya. Disinyalir masalah juga berakar dari pemilihan Wakil Walikota Surabaya yang tidak sesuai prosedur, ia dipasangkan dengan pasangan

7 dari partai banteng tanpa melalui persetujuannya, bukan hanya tak cocok, ada kepentingan bisnis dibalik itu semua. Selain itu, persoalan mengenai pembangunan jalan tol tengah kota yang mengundang banyak kecaman para pengusaha. Risma dikecam dari pelbagai penjuru. B. Rumusan Masalah Metode analisis teks berita menggunakan analisis isi kuantitatif, analisis wacana, analisis framing, analisis hermeneutik untuk penelitian sudah banyak digunakan. Analisis naratif adalah alternatif baru untuk penelitian teks berita bergaya naratif. Teks dilihat sebagai rangkaian peristiwa, logika, dan tata urutan peristiwa, bagian dari peristiwa yang dipilih dan dibuang. Narasi pada dasarnya adalah penggabungan berbagai peristiwa menjadi satu jalinan cerita. Karena itu, titik sentral dalam analisis naratif adalah mengetahui bagaimana peristiwa disusun dan dijalin antara peristiwa yang satu dengan yang lain-misalnya mengapa peristiwa itu ditampilkan diawal atau diakhir. Untuk itu peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana narasi berita disusun dan dijalin oleh jurnalis dalam laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014 melalui analisis naratif? 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dalam penelitian ini akan terangkum dalam pertanyaan penelitian seperti di bawah ini: a. Bagaimana plot narasi dalam laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014?

8 b. Bagaimana struktur narasi dalam laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014? c. Bagaimana karakter dalam narasi laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014? d. Bagaimana posisi narator dalam setiap narasi laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014? e. Bagaimana oposisi biner yang muncul dalam setiap narasi laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014? C. Tujuan Penelitian a. Mengetahui plot narasi dalam laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014 b. Mengetahui struktur narasi dalam laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014 c. Mengetahui karakter dalam narasi laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014 d. Mengetahui posisi narator dalam setiap narasi laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014 e. Mengetahui oposisi biner yang muncul dalam setiap narasi laporan utama majalah Tempo edisi 17-23 Februari 2014

9 D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Pengembangan Ilmu Diharapkan menjadi perangsang bagi penelitian lebih lanjut dan lebih sempurna dalam upaya mengkaji, mendalami dan mengembangkan analisis naratif di bidang kejurnalistikan. Lewat penelitian ini diharapkan akan banyak studi dan referensi mengenai analisis naratif untuk teks berita media bukan hanya cerita fiksi saja. 2. Secara Terapan Ilmu Penelitian diharapkan akan melahirkan diskusi-diskusi kecil yang akan mencerahkan bagi para mahasiswa Ilmu Komunikasi khususnya Jurnalistik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi proses kejurnalistikan secara praktis di kalangan mahasiswa jurnalistik khususnya dan masyarakat umum serta insan pers. E. Kerangka Pemikiran Penelitian ini berawal dari ketertarikan peneliti terhadap narasi. Narasi selama ini telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari manusia, sudah berabad-abad lamanya narasi dikenal. Narasi berkaitan dengan cerita rakyat dan mitos, digunakan sebagai panduan hidup, memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, dan memahami realitas sehari-hari. Hal ini tidak jauh berbeda dengan berita, berita juga kerap dikonstruksi secara sosial dan disajikan dalam

10 bentuk narasi. Lewat berita juga mayarakat memahami nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Fakta disajikan dengan cara bercerita kepada khalayak agar lebih mudah dipahami. Walter Fisher dalam teorinya yang disebut Paradigma Naratif (Narrative Paradigm) mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Dengan kata lain, kita lebih dapat terbujuk oleh sebuah cerita yang bagus dibandingkan oleh sebuah argumen yang baik. Fisher menyatakan bahwa esensi dari sifat dasar manusia adalah menceritakan kisah. Jurnalis merupakan seorang pencerita. Jurnalis menggunakan kemampuan bercerita untuk menyajikan peristiwa kepada khalayak. Pada dasarnya jurnalis ingin berita yang disajikan dipahami dan diikuti khalayak, oleh sebab itu, jurnalis memberitakan peristiwa tersebut dengan cara yang dikenal oleh khalayak, yaitu bernarasi. Semua narasi mengandung berbagai macam unsur dan karakteristik, untuk itu peran analisis naratif sangat penting untuk memahami isi dan maksud teks. Peneliti dalam hal ini meneliti sebuah laporan utama majalah Tempo. Laporan utama dalam majalah sering disebut sebagai cover story. Artinya, cerita sampul, karena cerita atau berita itulah yang dijual kepada pembacanya. Majalah Tempo dengan frekuensi terbit mingguan serta satu kali edisi khusus dalam satu tahun mempunyai rubrik yang diberi nama Laporan Utama berisi berita-berita hangat yang terjadi selama satu bulan di seluruh Indonesia. Karena berita adalah sesuatu yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat

11 kabar atau majalah (Djuroto, 2002: 7). Menurut Junaedhie berita utama atau laporan utama yang biasanya lebih populer disebut headline news adalah berita yang dianggap sangat layak dipasang di halaman depan, dengan judul yang merangsang perhatian menggunakan tipe huruf relatif besar pendeknya berita istimewa (Junaedhie, 1991: 25). Oleh karena itu pada tiap penerbitan ada satu tema dalam rubrik laporan utama yang sekitarnya layak ditampilkan dan dianalisa oleh tim redaksi majalah Tempo. Akumulasi dari latar belakang dan konsep-konsep yang dikemukakan sebelumnya menjadi dasar peneliti untuk membedah narasi dalam laporan utama majalah Tempo menggunakan analisis naratif Eriyanto yang terpengaruh beberapa pemikiran tokoh penting. Dalam analisis naratif, peneliti akan menganalisis plot, struktur narasi Tzvetan Todorov, karakter Vladimir Propp, posisi narator (Jurnalis), dan oposisi biner Levi Strauss. Bagian penting dalam analisis naratif adalah cerita (story) atau alur cerita (plot). Kedua aspek ini penting dalam memahami suatu narasi, bagaimana narasi bekerja, bagian mana dari suatu peristiwa yang ditampilkan dalam narasi, dan bagian mana yang tidak ditampilkan. Cerita dan plot berbeda. Plot adalah apa yang ditampilkan secara eksplisit dalam sebuah teks. Sementara cerita adalah urutan kronologis dari suatu peristiwa, dimana peristiwa tersebut bisa ditampilkan dalam teks bisa juga tidak ditampilkan dalam teks. Sedangkan untuk struktur narasi, peneliti menggunakan model Tzvetan Todorov. Menurut Todorov suatu narasi mempunyai struktur dari awal hingga akhir. Narasi dimulai dari adanya keseimbangan kemudian kekacauan dan diakhiri

12 dengan keseimbangan lagi. Namun seiring perkembangan narasi, sejumlah ahli memodifikasi struktur narasi Todorov salah satunya adalah Nick Lacey dan Gillespie. Jika digambarkan struktur narasi Todorov sebagai berikut: Ekuilibrium (keseimbangan) Gangguan (kekacauan) Ekulibrium (keseimbangan) Gambar 1 : Struktur Narasi Tzvetan Todorov Sumber: Eriyanto, Kencana Prenada Media Group: 2013 Pola ini tanpa disadari juga diadaptasi oleh pembuat berita. Lacey juga berpendapat berita media mengikuti kaidah struktur narasi. Gangguan dalam berita sering disebut sebagai news value (nilai berita). Disebut sebagai nilai berita karena mengandung konflik. Hanya saja berbeda dengan narasi fiksi, dalam teks berita umumnya tidak terdapat penyelesaian. Setiap narasi pasti memiliki struktur. Struktur dapat berupa struktur luar dan struktur dalam. Struktur luar kemungkinan sudah direncanakan oleh pembuat teks berita, bagian apa yang ditempatkan di awal dan bagian mana yang ditempatkan di akhir. Struktur dalam umumnya tidak disadari oleh pembuat teks. Salah satu cara untuk mengetahui struktur dalam dari narasi adalah pemikiran penting Claude Levi-Strauss tentang oposisi biner (binnary opposition). Bagian penting lainnya dalam narasi adalah karakter. Dalam membedah karakter dalam narasi, peneliti menggunakan pemikiran Vladimir Propp. Analisis naratif merupakan sebuah cara yang kuat dan bermanfaat untuk menjelajahi teksteks media, dan dahulunya cukup diabaikan. Satu pendekatan kunci pada analisis

13 naratif bersumber dari karya Vladimir Propp, Morphology of Folk Tale (1968). Propp seorang antropolog yang mempelajari sejarah dongeng lokal (folk tale) di Rusia pada akhir abad 19 dan awal abad 20, menemukan kesamaan-kesamaan yang menonjol dalam struktur serangkaian kisah. Propp mengeksplorasi unsurunsur pokok dalam dongeng-dongeng setempat dan menemukan begitu banyak kesamaan diantara mereka. Semua dongeng, menurut Propp, memiliki unsurunsur yang sama, yang dilabelinya dalam narasi, dan dapat didefinisikan sesuai peranan ini. Bagian penting lainnya, yakni posisi narator (jurnalis) sendiri terbagi menjadi dua, narator dramatis (dramatized narrator) dan narator tidak dramatis (undramatized narrator). Dalam teks berita narator adalah jurnalis. Tetapi seperti halnya dalam narasi fiksi, jurnalis bisa menghadirkan dirinya sebagai orang pertama, orang yang melihat suatu peristiwa dan melaporkannya kepada khalayak. Tetapi bisa jadi narator yang menempatkan dirinya sebagai orang ketiga, memberikan kesempatan kepada narasumber yang diwawancarai untuk melaporkan peristiwa.

14 Narasi sudah dikenal sejak berabadabad tahun dan narasi selalu dikaitkan dengan cerita mitos atau cerita rakyat. Orang lebih tertarik terhadap narasi cerita ketimbang argumen yang baik. Berita yang disajikan dengan cara narasi lebih menarik ketimbang berita 5W+1H yang statis. Berita merupakan sebuah narasi Majalah Tempo Laporan Utama Analisis Naratif 1. Plot 2. Struktur Narasi 3. Karakter 4. Posisi Narator (Jurnalis) 5. Oposisi Biner Narasi dalam Laporan Utama Majalah Tempo Gambar 2: Alur Kerangka Pemikiran Rekayasa Peneliti, 2014

15 F. Langkah-Langkah Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah. Setiap metode penelitian disusun berdasarkan dan dipengaruhi oleh asumsi filosofis penelitian yang dianut oleh sang peneliti. Metode penelitian yang berbeda mensyaratkan penguasaan kemampuan dan alat yang berbeda (Sarosa, Samiaji, 2012: 36). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis naratif. Peneliti memilih analisis naratif karena hendak memahami isi serta maksud sebuah narasi laporan utama majalah Tempo dan lebih jauh lagi tentang keberpihakan dan ideologi sebuah media. Menurut Webster dan Metrova dalam Using Narrative Inquiry as a Research Method, narasi (narrative) adalah suatu metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari. Setiap narasi memiliki struktur dan urutan (Riessman,1993). Narasi mencerminkan cara pandang dan penekanan unik si narator, dalam hal ini jurnalis, pada cerita yang disampaikannya. Analisis naratif bisa digunakan untuk mengkaji teks media, berita. Menggunakan analisis naratif berarti menempatkan teks sebagai sebuah cerita (narasi) sesuai dengan karakteristik narasi. Teks dilihat sebagai rangkaian peristiwa, logika, dan tata urutan peristiwa, bagian dari peristiwa yang dipilih dan dibuang..

16 2. Obyek Penelitian ( Sumber Data Primer dan Sekunder) Objek penelitian adalah narasi berita laporan utama majalah mingguan Tempo edisi 17-23 Februari 2014 bertema #SaveRisma, laporan utama tersebut juga merupakan sumber data primer. Peneliti meneliti satu majalah Tempo, dalam satu majalah terdiri dari empat berita laporan utama yang saling terkait beritanya. Selain data primer, data sekunder yang digunakan adalah buku-buku literatur, data-data rujukan dari internet dan beberapa blog. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah telaah dokumen. Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia (Esterberg, 2002). Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik hardcopy maupun softcopy, dalam hal ini berupa laporan utama majalah Tempo. Biasanya telaah dokumen digunakan jika peneliti ingin mendapatkan informasi mengenai suatu peristiwa tetapi mengalami kesulitan untuk mewawancarai langsung para pelaku atau pelaku sudah meninggal dunia. Tetapi dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan pelaku (responden) untuk menggali data karena penelitian ini bersifat analisis. Peneliti hanya akan membaca dokumen-dokumen yang ada. Proses membaca ini bukanlah pasif. Peneliti bisa melakukan interpretasi atas dokumen, kritik, membedah struktur atau maksud penelitian dokumen laporan utama surat kabar tersebut.

17 4. Analisis Data Penelitian kualitatif cenderung menghasilkan jumlah data yang banyak dan kurang terstruktur dibandingkan penelitian kuantitatif. Jumlah data yang banyak tersebut jelas membutuhkan perencanaan dan strategi yang tepat untuk mengolah dan menganalisis. Empat teknik analisis yang umum digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu coding, hermeneutics, semiotics dan narrative analysis (Myers, 2009). Peneliti menggunakan analisis naratif untuk menganalisis data. Peneliti tertarik dengan analisis ini karena jarang digunakan mahasiswa komunikasi dalam menganalisis teks berita media, dengan membedah cerita dan plot, struktur luar dan dalam, fungsi dan karakter serta posisi narator (jurnalis). Analisis naratif dapat membantu kita menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dan laten dari suatu teks media. Peristiwa disajikan dalam bentuk cerita, dan dalam cerita tersebut sebenarnya terdapat nilai-nilai dan ideologi yang ingin ditonjolkan oleh jurnalis. Pilihan peristiwa, penggambaran atas karakter, pilihan mana yang ditempatkan sebagai musuh dan pahlawan, dan nilai-nilai mana yang didukung memperlihatkan makna tersembunyi yang ingin ditekankan oleh pembuat berita. Lewat analisis naratif kita akan mengerti narasi yang dibuat oleh jurnalis dan lebih jauh lagi tentang keberpihakan dan ideologi dari jurnalis tersebut melalui susunan peristiwa, karakter, dan unsur-unsur narasi kita bisa memahami makna yang ingin dikemukakan.