Module Asuransi Kredit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

A. SURAT BERHARGA PASAR UANG (SBPU) YANG DIPERDAGANGKAN ADALAH:

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab 11 Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-28 /PM/2003 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA,

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 182

BAB I. KETENTUAN UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda sejak pertengahan tahun menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PENERBITAN DAN PELAPORAN EFEK BERAGUN ASET BERBENTUK SURAT PARTISIPASI DAL

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK UMUM DIREKSI BANK INDONESIA,

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PAKPAK BHARAT

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG

Ringkasan Informasi Produk

PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA UNIVERSITAS MATARAM DENGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. Nomor : MDC.DPS/PKS. /2013

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/7/PBI/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

Persyaratan dan Ketentuan Pasal 1. DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. antara pemilik dana dan pengguna dana. Bank merupakan lembaga yang

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

a. nama dan/atau logo Bank; dan b. pernyataan bahwa Bank terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 6

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /POJK.03/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM

No. 18/33/DKSP Jakarta, 2 Desember 2016 S U R A T E D A R A N

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KERANGKA PEMIKIRAN III.

Awal/Kepala Akta Perjanjian Kredit

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: MARINA RUMONDANG P. TAMPUBOLON NPM :

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

I. PENDAHULUAN. pemberian kredit serta berupaya untuk menggali pendapatan dari sisi fee based

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.04/2014 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 12 ayat (1) dan (2)

A. JENIS KREDIT YANG DIBERIKAN

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN : KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transkripsi:

Module Asuransi Kredit Asuransi Kredit Penutupan pertanggungan atas resiko tidak diterimanya pelunasan kredit dari debitur terhadap kredit yang diberikan oleh bank. Manfaat Asuransi Kredit Bank akan lebih terlindungi karena sebagian resiko kredit telah dialihkan ke ASEI, dan likuiditas bank lebih terjaga. Bank dapat menurunkan suku bunga kreditnya karena premi asuransi ASEI lebih rendah dari risk premium bank. Bank akan memperoleh CAR yang lebih tinggi karena untuk setiap kredit yang ditanggung ATMR-nya diperhitungkan 50 %, sesuai dengan SE BI No. 26/ I/BPPP tahun 1993. Jenis Kredit Yang Dapat Memperoleh Pertanggungan Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja untuk membiayai produksi dan / atau pemasokan barang yang diberikan Bank selaku tertanggung diwilayah Indonesia kepada debitur. Kredit Modal Kerja Ekspor Kredit odal Kerja untuk membiayai ekspor dan / atau pemasokan barang ekspor non migas yang diberikan bank selaku tertanggung di Wilayah Indonesia. Resiko yang tertanggung Kerugian bank selaku tertanggung yang disebabkan oleh tidak diterimanya pelunasan kredit dari debitur, sepanjang bank melaksanakan seluruh ketentuan serta kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian Asuransi Kredit. Besarnya Ganti Rugi Besarnya ganti rugi ASEI yang dibayarkan oleh ASEI selaku penanggung adalah 70 % dari kerugian Bank. Kerugian Bank dihitung berdasarkan posisi Baki Debet pada saat kredit dinyatakan macet, maksimum sebesar plafon kredit. Hak Menuntut Ganti Rugi Bank selaku tertanggung berhak mengajukan tuntutan ganti rugi segera setelah kredit dinyatakan macet (Kolektibilitas 5). Pengajuan surat tuntutan ganti rugi kepada ASEI selambat-lambatnya 60 hari sejak timbulnya hak untuk menuntut ganti rugi. Pembayaran Ganti Rugi Asuransi Ekspor Indonesia selaku penanggung akan memberikan keputusan penyelesaian ganti rugi atas tuntutan ganti rugi yang diajukan

oleh tertanggung selambat lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah seluruh dokumen diterima secara lengkap. Pemulihan Kerugian Dengan dibayarnya ganti rugi dari ASEI kepada bank tidak menghilangkan kewajiban pembayaran Debitur terhadap Bank. Setiap pembayaran Debitur dibagi secara proposional antara ASEI dan Bank sesuai dengan besarnya Share ganti rugi ASEI. Asuransi Ekspor Besar Ganti Rugi ASEI akan membayar ganti rugi sebesar 85 % dari kerugian, sedang sisanya sebesar 15% ditanggung oleh eksportir. Limit Pertanggungan ASEI menetapkan ketentuan limit pertanggungan untuk setiap importer yaitu jumlah nilai maksimal tagihan ekspor dan terms dan of payment yang dapat digunakan eksportir kepada setiap importer. Limit Pertanggungan ditetapkan oleh ASEI berdasarkan kredibilitas importir, pengalaman dagang eksportir dengan importer, terms of payment yang digunakan kelas Negara importer. Terms Of Payment ASEi dapat menutup pertanggungan atas transaksi ekspor yang digunakan terms of payment yang dijamin L/C (sight L/C dan Usance L/C) ataupun yang tidak dijamin L/C (Documentary Collection seperti D/A, D/P CAD serta O/A). Pemulihan Kerugian Dengan dibayarnya ganti rugi dari ASEI kepada eksportir tidak menghilangkan kewajiban pembayaran importer terhadap eksportir. Setiap pembayar importer dibagi secara proposional antara ASEI dan eksportir sesuai dengan besarnya Share ganti rugi ASEI. Pelimpahan Hak Ganti Rugi Asuransi ekspor dapat digunakan sebagai jaminan tambahan dari eksportir kepada Bank atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka diskonto wesel ekspor. Untuk itu eksportir wajib menandatangani surat pelimpahan hak ganti rugi kepada Bank. Sebagai BUMN yang ditugaskan oleh pemerintah untuk mendorong dan mengembangkan ekspor non migas, maka PT. (Persero ) Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) menawarkan satu jenis produk asuransi yang dapat digunakan oleh eksportir yaitu Asuransi ekspor. Asuransi ekspor adalah jenis asuransi yang memberikan perlindungan kepada eksportir terhadap kemungkinan kerugian akibat tidak menerima pelunasan pembayaran dari importer atau bank pembuka L/C.

Manfaaat Bagi Eksportir a. Memberikan perasaan aman kepada eksportir dengan biaya premi yang sangat murah b. Eksportir dapat memenuihi keingginan importer untuk menggunanakan Term of Payment yang tidak dijamin L/C yang relative memiliki risiko pembayaran lebih tinggi. c. Eksportir dapat memnuhi permintaan pasar yang berasal dari importer di Negara dengan tingkat country risk yang relative tinggi. d. Eksportir dapat menggunakan asuransi ekspor sebagai jaminan tambahan kepada bank dalam rangka pendiskontoan wesel ekspor. Manfaat untuk Bank : Bank yangmemperoleh pelimpahan hak ganti rugi dari Eksportir akan memperoleh manfaat dalam bentuk adanya nilai tambah terhadap wesel ekspor yang didiskonto oleh bank telah diasuransikan thd risiko pembayaran dari importer. Risiko yang ditanggung Risiko Komersial : 1. Importir pailit (bangkrut) 2. Importir tidak membayar (cidera janji) 3. Importir menolak menerima barang. Risiko politik : 1. Larangan transfer 2. Pembatasan quota impor 3. Pencabutan izin usaha impor 4. Perang atau tindakan permusuhan lainnya. Tarif premi Tarif premi Asuransi Ekspor ditetapkan berdasarkan Term of Payment, Kelas Negara Importir dan jangka waktu pembayaran. Besar ganti rugi ASEI akan membayar ganti rugi sebesar 85% dari kerugian, sedang sisanya 15% ditanggung oleh Eksportir. Limit Pertanggungan Yaitu jumlah nilai maksimal tagihan ekspor dan term of payment yang dapat digunakan eksportir kepada setiap importer. Term of payment ASEI dapat menutup pertanggungan atas transaksi ekspor yang menggunakan term of payment yang dijamin L/C (Sight L/C dan Usance L/C) ataupun yang tidak dijamin L/C (Documentary Collection seperti D/A, D/P,CAD serta O/A)

Asuransi Kredit Soal-Jawaban Q1. Apakah definisi asuransi kredit? A1. Asuransi kredit adalah proteksi yang diberikan oleh Asuransi kepada BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan atas risiko kegagalan Debitur di dalam melunasi fasilitas kredit atau pinjaman tunai (cash loan) seperti kredit modal kerja, kredit perdagangan dan lain-lain yang diberikan oleh BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan. Q2. Siapakah yang menjadi tertanggung dalam asuransi kredit? A2. Pada asuransi kredit yang menjadi tertanggung adalah BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan yang mengajukan permintaan asuransi kredit bukan debitur yang meminjam dana dari BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan tersebut. Dengan demikian asuransi kredit adalah merupakan bi-party agreement dimana hanya ada dua pihak yang terlibat yaitu perusahaan asuransi sebagai penanggung dan bank umum atau lembaga pembiayaan sebagai tertanggung. Q3. Apakah yang menjadi objek pertanggungan asuransi kredit? A3. Objek pertanggungan pada asuransi kredit adalah resiko timbulnya kerugian yang dialami oleh BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan karena adanya kredit macet dari debitur. Q4. Asuransi yang bagaimanakah yang dapat melakukan penjaminan pada asuransi kredit? A4. Asuransi yang dapat melakukan penjaminan adalah asuransi yang mempunyai izin untuk melakukan penjaminan asuransi kredit dari Departemen Keuangan. Q5. Bagaimanakah kriteria kredit yang dapat dijamin pada asuransi kredit? A5. Kriteria kredit yang dapat dijamin pada asuransi kredit adalah kredit yang diberikan : 1. Berdasarkan norma-norma perkreditan yang sehat, wajar dan berlaku umum 2. Sesuai dengan Manual Pemberian Kredit yang sesuai SE Bank Indonesia 3. Ke debitur yang memiliki izin usaha yang ditentukan oleh pihak yang berwenang dan tidak bertentangan dengan hukum. 4. Ke debitur yang tidak sedang dalam proses kepailitan atau telah dinyatakan pailit atau bubar demi hukum 5. Ke debitur yang tidak memiliki tunggakan kredit yang digolongkan kualitas kredit diragukan. Dalam hal kredit massal (berkelompok), kriteria kredit yang dapat dijamin adalah kredit yang : 1. Mempunyai sektor ekonomi sama 2. Ditinjau dari aspek manajemen, pemasaran, pembelanjaan dan aspek teknis, usaha tersebut memerlukan pengelolaan yang terkait satu dengan lainnya. Q6. Dokumen apa saja yang harus dipenuhi oleh calon tertanggung dalam pengajuan asuransi kredit?

A6. BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan yang mengajukan asuransi kredit harus menyerahkan dokumen-dokumen berikut ke calon penanggung: 1. Perjanjian Kerja Sama atau Surat Kesepakatan Bersama antara Perusahaan Asuransi sebagai penanggung dan BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan sebagai tertanggung. 2. Manual Pemberian Kredit yang diterbitkan oleh BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan tersebut 3. Akte perusahaan debitur, company profile debitur, laporan keuangan debitur 3 tahun terakhir 4. Copy/tembusan permohonan kredit dari debitur ke bank umum/lembaga pembiayaan, memorandum persetujuan kredit dari bank umum/lembaga pembiayaan ke debitur Q7. Apakah resiko yang dapat dijamin pada asuransi kredit? A7. Resiko yang dapat dijamin pada asuransi kredit adalah resiko yang timbul karena: 1. Debitur tidak melunasi kredit pada saat kredit yang bersangkutan jatuh tempo dengan ketentuan usaha debitur sudah tidak ada / tidak berjalan lagi. 2. Debitur dinyatakan dalam keadaan insolvent dan untuk itu harus memenuhi salah satu dari hal-hal berikut : o Debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri yang berwenang o Debitur dikenakan likuidasi berdasarkan keputusan Pengadilan yang berwenang dan untuk itu telah di tunjuk likuidatur. o Debitur, sepanjang bukan Badan Hukum ditempatkan dibawah pengampunan. 3. Debitur melarikan diri/menghilang/tidak lagi diketahui alamatnya 4. Terjadinya penarikan kembali kredit sebelum jangka waktu kredit berakhir yaitu khusus untuk kredit dengan jangka waktu lebih dari 2 (dua) tahun, dengan syarat bahwa penarikan kembali kredit tersebut memenuhi salah satu ketentuan berikut: o Dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerugian yang lebih besar apabila kredit tersebut dilanjutkan o Disebabkan karena adanya ketidaksesuaian atau penyimpangan yang dilakukan debitur atas ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kredit. 5. Resiko lain-lain yang disepakati antara tertanggung dan penanggung yang dituangkan dalam Perjanjian Kerja Sama atau Surat Kesepakatan Bersama Q8. Apakah resiko yang tidak dapat dijamin pada asuransi kredit? A8. Resiko yang tidak dijamin pada asuransi kredit adalah resiko yang timbul karena : 1. Reaksi nuklir, sentuhan radio aktif, radiasi dan reaksi inti atom yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dan mengakibatkan kegagalan usaha Debitur Bank tanpa memandang bagaimana dan dimana terjadinya 2. Kerugian yang diderita Debitur yang disebabkan oleh resiko-resiko yang wajib ditutup pertanggungannya dalam Asuransi Kerugian dengan nilai penuh (fully insured) atau minimal sama dengan pokok kreditnya. 3. Terjadinya salah satu risiko politik yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dan mengakibatkan kegagalan usaha Debitur untuk melunasi Kreditnya 4. Tindakan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap Debitur dan atau usaha Debitur yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dan mengakibatkan Debitur Bank tidak dapat/mampu melunasi kreditnya.

5. Bencana alam (Act of God) 6. Akibat kesalahan/kelalaian yang dilakukan oleh Bank/Lembaga Pembiayaan Keuangan Q9. Berapakah plafond untuk asuransi kredit? A9. Plafond untuk asuransi kredit sebagai berikut: 1. Kredit Usaha Mikro ( maks. s/d Rp. 50 Juta) 2. Kredit Usaha Kecil ( > Rp. 50 Juta s/d Rp. 500 Juta) 3. Kredit Usaha Menengah ( > Rp. 500 Juta s/d Rp. 5 Miliar) 4. Kredit Massal (berkelompok) jumlah debitur/plafond harus memenuhi kriteria sbb : 5. Untuk sektor Pertanian dalam arti luas adalah kredit yang diberikan kepada lebih dari 100 debitur atau plafond kredit keseluruhan lebih dari Rp. 500 Juta 6. Untuk bidang non pertanian adalah kredit yang diberikan kepada lebih dari 50 debitur atau plafond kredit keseluruhan lebih dari Rp. 1 M Q10. Bagaimanakah prosedur timbulnya hak klaim dari tertanggung? A10. Hak klaim dari tertanggung muncul : 1. Setelah 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal jatuh tempo Kredit 2. Debitur telah dilaporkan menunggak pada periode Laporan Debitur Menunggak, minimal 3 (tiga) bulan sebelum timbulnya hak klaim 3. Khusus untuk pengajuan klaim sebelum jatuh tempo, klaim mulai timbul pada saat setelah kredit dikategorikan Macet sebagaimana ketentuan SE Bank Indonesia Q11. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan hak subrogasi oleh penanggung? A11. Dalam hal pelaksanaan hak subrogasi, setelah penanggung membayar klaim ke tertanggung, penanggung akan bekerja sama dengan tertanggung untuk menyelesaikan penjualan asset-aset milik debitur yang menjadi jaminan kredit. Penanggung memperoleh hasil penjualan jaminan sebesar nilai klaim yang dibayarkannya ke tertanggung.