I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

PENDAHULUAN. Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kacang buncis mempunyai potensi penting dalam rangka pemenuhan gizi,

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman Jagung. Kulit. Grit Tepung Pati. Pakan Kompos Industri Rokok. Pakan Pangan Bahan Baku Industri

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

I. PENDAHULUAN. commit to user

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kedelai (Gycine max (L) Merrill) merupakan komoditas pangan utama bagi

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu tanaman pangan yang sudah lama dikenal oleh

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija penting di Indonesia.

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman jagung termasuk keluarga (famili) gramineae, seperti

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20% (Adisarwanto, 2000). Indonesia dengan luas areal bervariasi (Rukmana, 2012).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

Pedoman Umum. PTT Jagung

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan seperti pembuatan pupuk kompos, kayu bakar, turus (lanjaran), bahan kertas dan sayuran (Anonim, 2007) bahan dasar/bahan olahan untuk minyak goreng, tepung maizena, ethanol, dextrin, aseton, gliserol, perekat, tekstil dan asam organik bahan bakar nabati (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2008). Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional, khususnya untuk mendukung perekonomian Sumatera Utara, karena merupakan sumber karbohidrat sebagai bahan baku industri pangan, pakan ternak unggas dan ikan. Disamping bijinya, biomassa hijauan jagung juga diperlukan dalam pengembangan ternak sapi (Ditjen Tanaman Pangan, 2006). Kebutuhan jagung dalam negeri untuk pakan ternak mencapai 4,90 juta ton dan bahkan masih mengimpor jagung 1.80 juta ton tahun 2005 dan diprediksi menjadi 6,60 juta ton dan diperkirakan akan mengimpor jagung mencapai 2.20 juta ton tahun 2010, kalau produksi nasional tidak dipacu (Ditjen Tanaman Pangan, 2006., Balai Penelitian Tanaman Serealia, 2007 a ). Sumatera Utara merupakan salah satu daerah potensial untuk pengembangan jagung di Indonesia. Selama Pelita VI produktivitas jagung pipilan kering di Sumatera Utara tergolong yaitu 3,7 t/ha/panen dan pada tiga tahun Pelita VI menurun menjadi 3,2 ton/ha/panen (Haloho, Gurning dan Sembiring, 2004) dan sejak tahun 1991-2000 permintaan jagung setiap tahunnya meningkat sebesar 6,4%, sementara peningkatan laju produksi masih dibawah permintaan yaitu 5,6%.

Produksi jagung Sumatera Utara tahun 2007 sebesar 804.850 ton, naik sebesar 122.808 ton dibandingkan produksi jagung tahun 2006 dan tahun 2008 mengalami kenaikan produksi 198.013 ton atau 18.01% dengan luas lahan 238. 168 hektar atau rata-rata produksi 4.3 ton/ha/panen (Sidabalok, 2008 dan BPS, 2008). Hasil kajian perkembangan jagung di Sumatera Utara oleh Haloho dkk (2004) produktivitas jagung tertinggi pernah mencapai 8.0 ton/ha/panen. Dengan demikian terdapat kesenjangan yang cukup besar antara produksi riil dengan produksi potensial. Rendahnya produksi jagung di tingkat petani dapat mempengaruhi produksi secara Nasional. Hal ini dimungkinkan ada kaitannya dengan pengunaan varietas, pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman jagung, dan keragaman produktivitas tersebut diduga disebabkan adanya perbedaan penggunaan benih bersertifikat, teknologi budidaya kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai, ketidaktersediaan air dan kondisi sosial ekonomi petani (Supriono, 2006). Selanjutnya Haloho dkk (2004) terjadinya fluktuasi produksi jagung di Sumatera Utara disebabkan faktor penggunaan varietas lokal dan penggunaan turunan hibrida yang berpotensi hasil rendah, sehingga peranan varietas unggul komposit atau bersari bebas diharapkan dapat menonjol dalam potensi hasil per satuan luas. Lebih lanjut Suwarno (2008) menyatakan negara berkembang lahan pertanaman jagung masih ditanami varietas bersari bebas sekitar 61%. Hal ini dimungkinkan karena varietas bersari bebas lebih mampu beradaptasi pada kondisi lahan marginal. Manshuri (2007) mengatakan penggunaan varietas bersari bebas merupakan alternatif bagi peningkatan produksi jagung serta mampu mewujudkan keunggulan hasil pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu. Biasanya keberadaan varietas lokal ditingkat petani dapat bertahan lama dan petani belum mau mengganti varietas lokalnya sebelum yakin dengan varietas

baru lebih unggul dan menguntungkan (Anonim, 2007) dan salah satu alternatifnya menggunakan varietas unggul komposit dan harganya jauh lebih murah dari varietas hibrida, sehingga harga benih dapat dijangkau oleh petani. Varietas lokal Pulut, Srikandi Putih I dan Srikandi Kuning I kemungkinan dapat dikembangkan di sentra-sentra pertanian palawija di Sumatera Utara. Azrai (2004) mengatakan varietas tersebut dapat beradaptasi pada semua lingkungan tumbuh. Varietas jagung komposit Srikandi Kuning I dan Putih I dapat mencapai potensi hasil 8.0 t/ha dan jagung komposit ini diperoleh dari introduksi Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros Sulawesi Selatan (Zubachtirodin, 2007) turunan jagung komposit ini lebih stabil bila ditanam kembali serta dapat diperbanyak dan dikembangkan oleh petani (Arief, 2004). Oleh karena itu, ketiga varietas tersebut mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai sintesis protein pada ternak monogastrik dan manusia yang kekurangan gizi (Azrai, 2004) karena mengandung asam amino lisin dan triptofan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak manusia (Sinar Tani Online, 2008). Pengerjaan olah tanah merupakan persiapan tanam dan sering dikelompokkan menjadi olah tanah pertama yang tujuannya untuk menata ulang bongkahan tanah dan struktur tanah menjadi remah, sehingga memungkinkan peresapan air lebih cepat, pertukaran udara yang cukup serta dapat mengendalikan gulma, sedangkan olah tanah kedua untuk menciptakan kondisi tanah yang lebih halus (Tas, 2008). Tetapi pengolahan tanah yang intensif dapat menyebabkan tanah menjadi peka terhadap erosi permukaan dan air tanah cepat menguap, karena penurunan bobot isi tanah dan akhirnya mengakibatkan tanaman mengalami kekeringan. Selanjutnya Hakim (1986) dengan pengolahan tanah secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah, sehingga perlu diupayakan agar tanah tidak terlalu sering diolah atau cukup dengan pengolahan tanah minimum, sehingga gulma akan cepat tumbuh dan subur, oleh

karenanya penggunaan herbisida untuk mengendalikan gulma sangat diharapkan (Simatupang, 2006). Tanpa Olah Tanah (TOT) mulai banyak diterapkan petani di sentra produksi palawija Jawa Tengah dan Jawa Timur setelah panen padi, petani memanfaatkan lahan dengan menanam berbagai palawija. Tanpa olah tanah diawali dengan aplikasi herbisida berbahan aktif glifosat untuk mematikan gulma (Mulyadi, Dadang, Pramono, 2007). Lebih lanjut Sarno (2006) keunggulan olah tanah konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah) lebih mampu memperbaiki dan atau mempertahankan produktivitas lahan dibandingkan dengan olah tanah konvensional, sehingga dengan penerapan sistim penyiapan lahan tanpa olah tanah dengan cara yang arif dan tepat akan memberikan hasil yang optimal (Simatupang, 2006). Peningkatan produksi jagung dapat juga dilakukan dengan cara pengaturan tingkat kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman akan mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman terutama dalam efisiensi penggunaan intensitas cahaya. Umumnya produksi yang tinggi untuk tiap satuan luas dapat tercapai dengan populasi tanaman yang tinggi, karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan, tetapi pada akhirnya akan menurun juga pertumbuhan tanaman, karena terjadi persaingan dalam memperoleh cahaya dan efeknya mengurangi ukuran pada seluruh bagian-bagian tanaman. Budiastuti (2006) semakin rapat jarak tanam maka semakin tinggi tanaman, karena jumlah cahaya akan berkurang mengenai tubuh tanaman dan pada akhirnya mempengaruhi luas daun dan bobot kering tanaman. Peningkatan produksi jagung tidak terbatas hanya pada pengolahan tanah dan kerapatan tanaman saja, tetapi dapat juga dengan menggunakan varietas yang sesuai, karena tanaman jagung ada yang tidak sesuai pada daerah tertentu yang kondisi tanahnya kurang subur. Selain itu Manshuri (2007) mengatakan penggunaan varietas

unggul baru merupakan alternatif bagi peningkatan produksi dan diprogramkan perluasan areal mengarah pada lahan-lahan bermasalah dan diupayakan penggunaan varietas yang toleran (Supriono, 2006). Melihat kondisi rendahnya produksi jagung ditingkat petani maupun secara nasional khususnya di Sumatera Utara, maka masih sangat diperlukan kajian-kajian ulang penelitian yaitu dengan memodifikasi kultur tehnisnya guna meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung. Selain faktor tersebut adanya masalah sosial yang dihadapi petani yaitu penanaman varietas lokal secara terus menerus akibat keterbatasan modal disertai tidak adanya program bantuan dan bimbingan teknis yang ditangani oleh Pemerintah. 1.2. Rumusan Masalah Masalah yang sering dihadapi petani tanaman jagung yaitu biaya pengolahan tanah dan perlu diupayakan bagaimana memperkecil biaya tersebut melalui berbagai upaya penelitian kearah sistim pengolahan tanah. Pengolahan tanah (Traditional Tillage) dianggap sebagai penentu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung dan umumnya pengolahan tanah dilakukan dua kali. Demikian sebaliknya dengan pengolahan tanah secara terus menerus juga dapat menyebabkan masalah, dan saat ini sebahagian kalangan petani dan pengelola komoditi jagung ada yang menerapkan pengolahaan tanah satu kali (Minimum tillage) atau sama sekali tanahnya tanpa diolah (No Tillage) hanya mengandalkan teknologi herbisida, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan sekecil mungkin. Jarak tanam juga perlu mendapat perhatian khusus, karena jarak tanam yang rapat dapat menurunkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung akibat persaingan sesama tanaman. Jarak tanam yang jarang mengakibatkan tidak maksimalnya

pemanfaatan lahan, sehingga akan mempengaruhi seluruh faktor pembatas tanaman dan produktivitasnya. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung dapat melalui pemilihan alternatif varietas, olah tanah mana yang sesuai dan pengaturan jarak tanam yang tepat tentu akan mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman itu sendiri. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendapatkan sistim olah tanah yang sesuai guna meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung. 2. Untuk mengetahui kerapatan tanam optimum yang tepat dan dapat menekan keragaman dan kelimpahan gulma serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi. 3. Untuk mendapatkan varietas jagung introduksi yang terbaik dan sesuai di lahan BPP Dinas Pertanian Kota Medan, Desa Selambo Amplas Medan. 4. Untuk mengetahui interaksi persiapan tanam melalui olah tanah yang sesuai dan kerapatan tanam yang tepat dapat mempengaruhi keragaman dan kelimpahan gulma untuk pertumbuhan dan produksi jagung. 1.4. Hipotesis Penelitian 1. Sistim olah tanah yang berbeda berpengaruh untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi. 2. Kerapatan tanam yang berbeda dapat menekan keragaman dan kelimpahan gulma serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi. 3. Jagung introduksi sesuai untuk ditanam di lahan BPP Dinas Pertanian Kota Medan, Desa Selambo Amplas Medan.

4. Ada interaksi antara perlakuan persiapan tanam dengan kerapatan tanam terhadap keragaman dan kelimpahan gulma serta pertumbuhan dan produksi jagung. 1.5. Kegunaan Penelitian Untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan penulis maupun kalangan peneliti lainnya yang berhubungan dengan pengolahan tanah, keragaman dan kelimpahan gulma terhadap pertumbuhan dan produksi jagung pada jarak tanam yang berbeda. Sebagai bahan penulisan tesis dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Magister Sains di Sekolah Pasca Sarjana USU Medan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk meningkatkan produksi jagung di Sumatera Utara, khususnya kepada petani yang menggunakan varietas jagung komposit melalui persiapan tanam dan jarak tanam.