BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SWOT. Matriks SWOT Kearns EKSTERNAL INTERNAL. Comparative Advantage. Mobilization STRENGTH WEAKNESS. Sumber: Hisyam, 1998

III KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis Strategi Bisnis (SWOT) Kelompok 4: Opissen Yudisius Murdiono Muhammad Syamsul Wa Ode Mellyawanty Kurniawan Yuda

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didaerah Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat. Penulis juga meneliti sejak Bulan Februari

II. LANDASAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis Kemitraan

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

III. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

IV. PEMODELAN SISTEM. A. Konfigurasi Sistem EssDSS 01

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

Gambar 3.1 Denah Lokasi Alam Wisata Cimahi

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Penetapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

III KERANGKA PEMIKIRAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

layak atau tidak maka digunakan beberapa metode dengan harapan mendapatkan

IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

VII. FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET

VII. RENCANA KEUANGAN

ABSTRAK. Berdasarkan data-data yang telah diolah oleh penulis, maka diperolehlah suatu hasil perhitungan yang diestimasi sebagai berikut: ESTIMASI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Kewirausahaan. Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Studi kelayakan yang juga sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha / proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah kemungkinan dari gagasan usaha / proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti finansial maupun dalam arti sosial benefit ( Ibrahim, 2009 ). Studi kelayakan bisnis merupakan gambaran kegiatan usaha yang direncanakan, sesuai dengan kondisi, potensi, serta peluang yang tersedia dari berbagai aspek. Dengan demikian dalam menyusun sebuah studi kelayakan bisnis harus meliputi sekurang-kurangnya aspek-aspek berikut, diantaranya : 1. Aspek pasar dan pemasaran 2. Aspek teknis dan tehnologis 3. Aspek organisasi dan manajemen 4. Aspek ekonomi dan keuangan ( finansial) 5. Aspek legal dan perizinan ( Ibrahim, 2009 ). Studi kelayakan bisnis/usaha biasanya menggunakan analisis kelayakan investasi dimana pada dasarnya sama dengan kegiatan investasi. Kelayakan investasi dapat dikelompokkan kedalam kelayakan finansial dan kelayakan ekonomi. Dalam

analisis investasi, tujuan utama yang hendak dicapai adalah membandingkan biaya ( costs ) dan manfaat ( benefit ) dengan berbagai usulan investasi ( Soetriono, 2006 ). Analisis finansial adalah analisis dimana suatu proyek dilihat dari sudut yang bersifat individual artinya tidak perlu diperhatikan apakah efek atau dampak dalam perekonomian dalam lingkup yang lebih luas. Dalam analisis finansial, yang diperhatikan adalah hasil total atau produktivitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan, tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa yang menerima hasil proyek tersebut ( Kadariah, 1999 ). Sebenarnya analisis ekonomi ini juga merupakan analisis finansial, hanya saja dalam melakukan perhitungan analisis ekonomi dan analisis finansial terjadi perbedaan. Dalam analisis ekonomi, variable harga yang dipakai adalah harga bayangan ( shadow price), sedangkan dalam analisis finansial, variable harga yang digunakan adalah data harga riil yang terjadi di masyarakat ( Soekartawi, 1995 ). Dalam mengembangkan usahatani kegiatan utama yang dilakukan adalah peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi wilayah. Peningktan produksi pertanian apabila ingin meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembagunan pertanian ( Hanani, 2003 ). Teori produksi yang sederhana menggambarkan hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk

menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis ini dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak berubah ( Sukirno, 2005 ). Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten, dan ada yang bertujuan mencari keuntungan disebut usahatani komersial. Petani ubi kayu umumnya bertujuan untuk mencari keuntungan dalam meningkatkan penghasilan/ pendapatannya bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adiwilaga (1982),dalam Rismayani (2007), bahwa ditinjau dari kebutuhan si pengusaha pertanian yang dijadikan tujuan dari usaha ialah untuk memperoleh keuntungan ( Rismayani, 2007 ). Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam biaya usahatani, diklasifikasikan 2 jenis biaya : 1. Biaya tetap atau fixed cost Umumnya diartikan sebagai biaya yang relative tetap jumahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. 2. Biaya tidak tetap atau variable cost Merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh ( Rahim, 2008 ). Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan semua biaya atau dengan kata lain pendapatan yang meliputi pendapatan kotor atau penerimaan

total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor / penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi ( Rahim, 2008 ). Perkembangan industri pemberian nilai tambah ( Pengolahan ) sangat membantu para petani memasarkan hasil usahanya, meningkatkan pendapatan daerah, membuka lapangan kerja dan menguntungkan berbagai pihak lain. Sebaliknya, industri pangan kita tidak akan pernah maju selama masih terus berkutat pada tahap primer. Hal ini akan berdampak pada penghasilan yang di dapat oleh petani tidak akan meningkat ( Husodo, 2004 ). 2.2. Landasan Teori Hasil Perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam present value selama umur ekonomis proyek. Apabila hasil perhitungan telah menunjukkan feasible (layak), pelaksanaannya akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor- faktor uncontrollable seperti banjir, gempa bumi, perubahan peraturan pemerintah, di samping data yang digunakan tidak relevan ( Ibrahim, 2009 ). Adapun kriteria yang sering digunakan dalam analisis Kelayakan Finansial adalah NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of Return). NPV menetapkan tingkat penerimaan yang ditargetkan seperti discount factor atau discount rate, kemudian menentukan apakah tingkat itu dicapai dengan melihat apakah nilai nol atau positif ( Soetriono, 2006 ). Analisis Finansial yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan sebagai berikut:

1. Perencanaan cash flow Perencanaan analisis kas biasanya digunakan sebagai langkah untuk melakukan pendugaan terhadap kelayakan investasi terhadap usaha atau kegiatan yang akaan kita lakukan. Dalam kelayakan investasi ini beberapa indicator finansial yang digunakana yaitu perhitungan terhadap NPV ( net present value ) dan IRR (internal rate of return ). NPV adalah metode penilaian yang dapat menciptakan cash in flow dibandingkan dengan opportunity cost dari capital yang ditanamkan. Jika hasil perhitungan NVP > O maka dapat dikatakan bahwa kegiatan yang dilakukan menghasilkan cash in flow dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan opportunity cost-nya. IRR adalah suatu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount factor. Jika hasil IRR ternyata lebih besar dari bunga bank maka dapat dikatakan bahwa investasi yang dilakukan lebih menguntungkan jika dibandingkan modal yang dimiliki disimpan di bank. 2. Benefit-cost ratio ( B-C ratio ) Dalam kaitannya dengan usaha, Benefit-cost ratio dapat dikatakan sebagai ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan biaya yang dikeluarkan dalam usaha. JIka ratio menunjukan hasil nol maka dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan finansial. Demikian juga jika ratio menunjukan angka kurang dari 1 maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari kegiatan yang dilaksanakan ( Rahim, 2008 ).

Proses penyusunan perencanaan strategi melalui tiga tahapan yaitu: 1. Tahap Pengumpulan Data 2. Tahap Analisis 3. Tahap Pengambilan Keputusan Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal yang di peroleh dari lingkungan di luar perusahaan dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri. Model yang dapat digunakan pada tahap ini yaitu : 1. Matriks Faktor Strategi eksternal 2. Matriks Faktor Strategis Internal 3. Matriks Profil Kompetitif ( Rangkuti, 2003 ). Setelah Pengumpulan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan usaha, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model yang dapat dipergunakan adalah matrik TOWS atau matriks SWOT. Matriks ini dapat manggambarkan dengan jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dalam usaha dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. matriks ini menghasilkan empat set kemungkinan alternative, yaitu: Opportunitiy

kuadran II (+,-) kuadran I (+,+) ubah strategi progresif Weakness Strength kuadran IV (-,+) kuadran III strategi bertahan diversifikasi strategi Threath Gambar 2. Matriks SWOT Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. Kuadran II (positif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi. Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi usaha tani dan pengolahan ubi kayu pada masa yang akan datang. Analisis ini digunakan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength), peluang (opportunities) namun secara sesama dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). 2.3. Kerangka Pemikiran Agribisnis merupakan suatu sistem dari kegiatan prapanen, panen, pasca panen,dan pemasaran. Sebagai sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu dengan lain sehingga saling terkait. Agribisnis berorientasi pasar ( market oriented) yaitu menempatkan pendekatan supply- demand sebagai pertimbangan

utama. Menerapkan konsep pembangunan yang berkesinambungan ( sustainable development) yaitu dengan memperhitungkan kesinambungan supply, demand, dan produksi jangka panjang ( Husodo, 2004 ). Menilai agribisnis yang prosfektif bukanlah proses yang sesaat. Perlu dilakukan pengamatan, pengumpulan informasi (pasar), dan upaya untuk mensinergiskan dengan kemampuan internal calon pelaku (SDM, modal, keterampilan, jaringan). Suatu kegiatan agribisnis menjadi tidak menarik atau tidak prosfektif dalam jangka tertentu jika saat itu terlalu banyak pelaku, sedangkan permintaan sangat sedikit sehingga jika kegiatan produksi tetap dilakukan maka kemungkinan yang terjadi adalah produk tidak terjual. Prosfek suatu komoditas juga sangat tergantung pada cara seorang pengusaha membaca tingkah laku pasar (Krisnamurthi, 2009 ). Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli dan akses untuk membeli, artinya permintaan akan terjadi apabila didukung oleh kemampuan yang dimiliki seseorang konsumen untuk membeli. Kemampuan tersebut diukur dari tingkat pendapatan yang dimiliki. Permintaan komoditas pertanian merupakan keseluruhan komoditas pertanian yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli, berdasarkan harga yang sudah ditentukan ( Rahim, 2008 ). Perkembangan permintaan dari suatu produk merupakan salah satu kunci penilaian prospek produk. Prospek suatu produk atau suatu komoditas dapat dipelajari dengan menduga kondisi pasar dan kondisi konsumen. Konsumen saat ini atau konsumen potensial yang diduga akan mengkonsumsi produk yang dihasilkan ( Krisnamurthi, 2009 ).

Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan adalah perubahan harga. Perkembangan harga atau tren harga suatu komoditas merupakan salah satu yang harus dipertimbangkan oleh calon pelaku usaha, jika ada kecenderungan harga membaik atau meningkat maka dapat di artikan bahwa masih ada peluang pasar yang dapat di isi ( Krisnamurthi, 2009 ). Penawaran komoditas pertanian merupakan keseluruhan atau banyaknya jumlah komoditas pertanian yang ditawarkan oleh produsen berdasarkan harga yang sudah ditentukan kepada pembeli sehingga terjadi tawar menawar terhadap harga komoditas pertanian ( Rahim, 2008 ). Pemasaran pertanian adalah proses aliran yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan salah satu atau lebih fungsifungsi pemasaran ( Rahim, 2008 ). Perkembangan industri pemberian nilai tambah pada pengolahan ubi kayu sangat membantu para petani memasarkan hasil usahanya, meningkatkan pendapatan daerah, membuka lapangan pekerjaan dan menguntungkan berbagai pihak lain. Sebaliknya industri pangan tidak akan pernah maju selama masih berkutat pada tahap primer. Hal ini akan berdampak pada penghasilan yang di dapat oleh petani. Berbagai upaya secara holistik dilakukan agar industri pangan dapat bersaing sehingga semakin besar value add yang dihasilkan. Pada akhirnya, peningkatan nilai produk pangan tersebut dapat meningkatkan pendapatan para pelaku di dunia pengolahan pangan, terutama para petani ( Husodo, 2004 ).

Untuk mengetahui kelayakan kedua kegiatan tersebut, baik kegiatan usaha tani maupun usaha pengolahan pada komoditi ubi kayu ini, digunakan analisis kelayakan finansial dengan beberapa kriteria pengambilan keputusan. Adapun kriterria yang digunakan yaitu NPV, IRR dan Net B/C. Ketiga kriteria pengambilan keputusan tersebut yang nantiinya menentukan apakah tingkat yang di capai layak atau tidak layak. Layak atau tidak layaknya suatu usaha menjadi tolak ukur dalam penentuan strategi pengembangan berikutnya, tidak terlepas juga dari faktor eksternal maupun faktor internal yang mempengaruhi kegiatan usaha tersebut. Beberapa strategi yang berhasil dirumuskan dalam upaya membantu industri pangan, diantaranya : 1. Perubahan sikap mental dan paradigma baru baik produsen, konsumen, pejabat pemerintah pusat dan daerah, serta lembaga terkait. 2. Mengikuti dan mewaspadai perubahan sistem standarisasi, produksi, pemasaran, dan distribusi pangan global, dan meningkatkan efisiensi agar harga produk pertanian kompetitif. 3. Mengurangi high cost ekonomi pada distribusi, transportasi, dan marketing sehinggga biaya operasi dapat ditekan ( Husodo, 2004 ). Oleh karenanya, keseluruhan komponen tersebut menjadi suatu kesinambungan dalam melihat arah pengembangan agribisnis dan pengolahan ubi kayu ke depan, agar kedua kegiatan menjadi lebih prosfektif.

Faktor internal - Umur Petani -Pendidikan Agribisnis Ubi Kayu Faktor eksternal - Input Ketersediaan Pengolahan Ubi Kayu - Pengalaman Harga -Jumlah Tenaga Kerja - Luas Lahan - Output Permintaan Nilai Tambah - Modal Penawaran Harga Study Kelayakan Analisis Finansial NPV IRR B/C Layak Tidak Layak Strategi Pengembangan Arah Pengembangan Agribisnis Ubi Kayu Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Menunjukkan mempengaruhi

2.4. Hipotesis Berdasarkan landasan teori yang telah disusun, maka diajukan beberapa hipotesis yang akan diuji sebagai berikut : 1. Usahatani ubi kayu layak untuk dikembangkan secara finansial. 2. Usaha pengolahan layak untuk dikembangkan secara finansial.