II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian Bahan

dokumen-dokumen yang mirip
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 07 o 20 0,6576 LS 19 o 13 48,4356 BT Kober, Kec. Purwokerto Barat Bantarsoka, Kec. Purwokerto Barat

III. METODE PENELITIAN. B. Materi Penelitian Alat dan bahan yang digunakan terlampir (Lampiran 1 dan 2). bio.unsoed.ac.id

METODE PENELITIAN. Sokaraja dengan kondisi lingkungan dominan pemukiman penduduk

BAB III METODE PENELITIAN. stasiun pengambilan terlampir pada Lampiran 1. Proses identifikasi pada sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN SPESIFIKASI BAHAN DAN PERALATAN. No Nama alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Agustus sampai September 2011,

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2007 bertempat

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. untuk mengambil sampel air dan plankton; ember, plankton-net No.

BAB 2 BAHAN DAN METODA

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif dengan metode

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Penjaliran Timur, Kepulauan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat pengambilan sampel dilakukan pada vegetasi riparian sungai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) (Suin, 2002) Sampel Air. Sampel Dengan Endapan Putih/Coklat 1 ml H 2

III. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

3. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

Lampiran 1. Perhitungan komposisi pencampuran air

DAFTAR LAMPIRAN. No. Nama Alat Merek/Tipe Kegunaan Tempat 1. Batu Didih - Sebagai pengaduk larutan. 2. Botol Sampel - Untuk wadah sampel air

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

3. METODE PENELITIAN

Penentuan parameter kualitas air secara kimiawi. oleh: Yulfiperius

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2013

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei. Penelitian survei yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2008 di perairan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

Gambar 5. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Materi, Waktu dan Lokasi Penelitian. 1. Materi. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November di perairan Pulau Kelagian, Provinsi Lampung.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Air dan air limbah Bagian 14: Cara uji oksigen terlarut secara yodometri (modifikasi azida)

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Transkripsi:

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Penelitian 1.1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sampel plankton, formalin 40%, MnSO4, KOH-KI, Na2S2O3 0,025 N., H2SO4 pekat, indikator amilum, akuades, Na2CO3 0,01 N., dan indikator Phenolpthalein (pp). 1.1.2. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian adalah jaring plankton net No. 25, alat tulis, ember plastik, botol sampel, object glass, cover glass, tissue, kertas label, selotip, mikroskop binokuler, botol Winkler 250 ml, labu Erlenmeyer, biuret, statif, corong biuret, pipet tetes, ph universal Neutralit skala 0-14 Merck, meteran, depth sounder, Global Positioning System (GPS), termometer, Secchi disk, handrefractsalinometer, dan manual topdal yang digunakan sebagai alat bantu mengukur kecepatan arus air. 1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kawasan Pengelolaan Rawa Timur Segara Anakan Cilacap. Pada kawasan tersebut, sungai yang diteliti yaitu Sungai Sapuregel dan Sungai Donan (Gambar 2.1). Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret dan April 2013 dan termasuk dalam musim hujan.

9 2. Metode Penelitian 2.1. Teknik Pengambilan Sampel Metode pengumpulan data menggunakan sample survey method yang dilakukan berdasarkan studi kasus. Penentuan stasiun sampling menggunakan purposive sampling method. Jumlah stasiun terdiri atas enam stasiun, tiga stasiun (SA-3-13 dengan koordinat 7 o 42 289 LS ; 108 o 57 773 BT, SA-3-14 dengan koordinat 7 o 41 658 LS ; 108 o 57 637 BT, dan SA-3-15 dengan koordinat 7 o 40 843 LS ; 108 o 57 441 BT) pada daerah aliran Sungai Sapuregel dan tiga stasiun ( SA-3-5 dengan koordinat 7 o 40 928 LS ; 109 o 00 59 BT, SA-3-53 dengan koordinat 7 o 42 358 LS ; 108 o 59 501 BT, dan SA-3-48 dengan koordinat 7 o 44 387 LS ; 108 o 59 608 BT) pada daerah Sungai Donan. Penentuan stasiun berdasarkan keberadaan sungai yang berbeda pada Kawasan Pengelolaan Rawa Timur Segara Anakan Cilacap (Gambar 2.1). Gambar 2.1. Lokasi pengambilan sampel plankton di Kawasan Pengelolaan Rawa Timur Segara Anakan Cilacap

10 2.2. Variabel yang Diamati Variabel yang diamati meliputi variabel utama yaitu kekayaan, kelimpahan, dan distribusi plankton. Variabel pendukung yaitu kualitas air yang terdiri dari temperatur, penetrasi cahaya, kedalaman, ph, salinitas, Oksigen ( O2) terlarut, karbon dioksida (CO2) bebas, kecepatan arus, dan curah hujan. 2.3. Cara Kerja 2.3.1.Pengambilan Sampel Plankton Sampel plankton diambil menggunakan plankton net No. 25 dengan menyaring 100 l air, kemudian sampel plankton yang tertampung dalam jala plankton dipindahkan ke dalam botol sampel (APHA, AWWA, dan WEF, 1992). 2.3.2.Pengawetan Sampel Plankton Sampel plankton yang tertampung dalam botol sampel diberi larutan formalin 40% sampai konsentrasi larutan menjadi 4%, dengan rumus (APHA, AWWA, dan WEF, 1992): V1 x N1 = V2 x N2 N 1 = konsentrasi formalin yang dikehendaki (4%) N 2 = konsentrasi formalin yang tersedia (40%) V 1 = volume air dalam botol sampel = volume formalin yang dibutuhkan V 2 2.3.3.Identifikasi Sampel Plankton Identifikasi plankton dilakukan di Laboratorium Biologi Akuatik Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Sampel plankton dihomogenkan agar tidak ada yang mengendap di dasar botol. Kemudian, sampel diambil 1 tetes (0,04 ml) dengan pipet, diteteskan pada gelas objek, lalu ditutup dengan cover glass (18x18 mm), dan diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 400x. Identifikasi

11 spesies plankton menggunakan buku rujukan Sachlan (1982), Davis (1995), dan Shirota (1966). 2.3.4.Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Perairan Kualitas air dianalisis mengikuti metode dari APHA, AWWA, dan WEF (1992) serta Wetzel dan Likens (2000). Parameter yang diambil meliputi salinitas, kecepatan arus, ph, temperatur, O2 terlarut, CO2, dan penetrasi. Kualitas air dapat dianalisis dengan membandingkan antara hasil dan standar. Standar yang digunakan yaitu buku National Technical Advisory Committee (NTAC, 1972). 2.3.4.1. Temperatur Temperatur air diukur dengan menggunakan termometer Celcius yang dicelupkan ke dalam perairan. Termometer dibiarkan sampai angka konstan, kemudian dibaca angka skalanya dan dicatat. Temperatur udara diukur menggunakan termometer Celcius yang digantung pada tempat terbuka kemudian dibaca skalanya setelah menunjukkan angka yang konstan (APHA, AWWA, dan WEF, 1992). 2.3.4.2. Salinitas Salinitas diukur menggunakan metode konduktivitimetrik dengan alat hand refractsalinometer, dengan meneteskan air laut pada prisma hand refractsalinometer dan melihat angka yang tertera pada bagian eye place. Pengukuran dilakukan pada permukaan air (APHA, AWWA, dan WEF, 1992). 2.3.4.3. Arus Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan metode lagrarian (float tracking). Pengukuran arus menggunakan alat float tracking yang menggunakan topdal (dari pelampung bola), kompas, dan stopwatch. Topdal dilepaskan di perairan dan ditandai dengan menggunakan kompas sebagai lokasi

12 awal, kemudian dibiarkan hanyut selama 5 menit dan ditandai kembali (Johnson dan Pattiaratchi, 2004 dalam Brown, 2008). 2.3.4.4. Penetrasi Cahaya Berdasarkan Wetzel dan Likens (2000), penetrasi cahaya (cm) d iukur dengan menggunakan Secchi disk yang dimasukan ke dalam badan air sampai Secchi disk tidak terlihat, kemudian diukur kedalaman sampai intensitas cahaya 0% (dicatat sebagai nilai x), Secchi disk diturunkan kembali kebadan air sampai tidak tampak kemudian diangkat perlahan sampai mulai nampak lagi (dicatat sebagai nilai y). Besar nilai penetrasi cahaya matahari didapat dengan rumus berikut: Penetrasi cahaya= x= kedalaman pertama sampai intensitas cahaya 0% (cm) y= kedalaman kedua sampai intensitas cahaya 0% (cm) 2.3.4.5. Kedalaman Kedalaman diukur dengan menggunakan depth sounder. Ujung depth sounder dicelupkan ke badan air sampai muncul angka kedalaman (Wetzel dan Likens, 2000). 2.3.4.6. ph Derajat keasamaan dapat diukur dengan cara mencelupkan kertas ph ke dalam air selama 3-5 detik. Kertas tersebut diangkat, kemudian dicocokkan warna pada strip kertas ph dicocokan dengan warna yang ada dalam tabel (Wetzel dan Likens, 2000).

13 2.3.4.7. Oksigen Terlarut Pengukuran O2 terlarut menurut APHA, AWWA, dan WEF (1992), sampel air diambil dengan botol Winkler 250 ml sampai penuh (tanpa ada gelembung di dalam botol), tambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml KOH-KI dengan pipet seukuran, botol dikocok dengan cara membolak-balikkan botol sampai larutannya homogen dengan air. Sampel didiamkan beberapa saat sampai timbul endapan, ditambahkan H2SO4 pekat sebanyak 1 ml dengan pipet seukuran dan botol ditutup kembali, botol dikocok perlahan atau di bolak-balik sampai semua endapan menjadi larut dan berwarna coklat kekuningan, diambil 100 ml dengan menggunakan gelas ukur dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan indikator amilum 3-5 tetes sampai berwarna biru tua, dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N. sampai warna biru menjadi jernih, volume titran yang digunakan untuk titrasi dicatat dan dimasukkan ke dalam rumus untuk menghitung kandungan O2 terlarut. O terlarut = 1000 100 x x x 8 mg/l 1000 = 100 ml sampel air yang digunakan per 1000 ml 100 p = jumlah Na 2S 2O 3 yang digunakan dalam titrasi (ml) q = normalitas larutan Na 2S 2O 3 0,025 N. 8 = bobot setara O 2 2.3.4.8. Karbon dioksida Bebas Pengukuran CO2 bebas menurut APHA, AWWA, dan WEF (1992), sampel air diambil dengan botol Winkler 250 ml (tanpa ada gelembung di dalam botol), diambil 100 ml dengan gelas ukur dan dituangkan ke dalam labu erlenmeyer, ditambahkan 3-5 tetes indikator pp, dititrasi dengan Na2CO3 0,01 N. sampai larutan berubah menjadi warna merah muda, jumlah titran yang digunakan dicatat dan dimasukkan dalam rumus untuk menghitung kandungan CO2 bebas.

14 CO bebas = 1000 x x x 22 mg/l 100 Keterangan : 1000 = 100 ml sampel air yang digunakan per 1000 ml 100 p = jumlah ml Na 2CO 3 q = normalitas Na 2CO 3 (0,01 N.) 22 = bobot setara CO 2 3. Metode Analisis Data yang diperoleh kemudian dijelaskan dengan secara deskriptif, data hasil analisis dibandingkan dengan referensi. Hasil perbandingan tersebut selanjutnya digunakan untuk penarikan kesimpulan mengenai kondisi kualitatif Kawasan Pengelolaan Rawa Timur Segara Anakan Cilacap. 3.1. Analisis Struktur Komunitas Plankton pada Sungai Sapuregel dan Sungai Donan di Kawasan Pengelolaan Rawa Timur Segara Anakan Cilacap Analisis struktur komunitas plankton pada Sungai Donan di Kawasan Pengelolaan Rawa Timur Segara Anakan Cilacap berdasarkan kekayaan spesies, kelimpahan spesies, dan distribusi plankton sebagai berikut: 3.1.1. Kekayaan Spesies Kekayaan spesies plankton dapat diketahui dari banyaknya jumlah jenis plankton hasil identifikasi yang ditemukan di satu komunitas (Gotelli, 2013). 3.1.2. Kelimpahan Plankton Kelimpahan plankton memiliki satuan jumlah individu persatuan volume (dalam l). Kelimpahan individu plankton dalam 1 l air dihitung dengan menggunakan persamaan Sachlan (1982) sebagai berikut:

15 Kelimpahan (ind/l): x volume air dalam botol sampel luas penampang penutup jumlah individu plankton volume air yang diamati jumlah lapang pandang volume air yang disaring Volume air dalam botol sampel = 15 ml Volume air yang diamati = 0,04 ml Luas penampang penutup = 18x18mm Jumlah lapang pandang = 20 Volume air yang disaring = 100 l Ind/l = Individu/liter 3.1.3. Pola Distribusi Plankton Pengetahuan mengenai penyebaran sangat penting untuk mengetahui tingkat pengelompokan dari individu yang dapat memberikan dampak terhadap populasi dari rata-rata per unit area dan menjelaskan faktor-faktor yang berperan dalam suatu kasus, objek utama untuk mendeteksi pola spasial ialah untuk menghasilkan hipotesis mengenai struktur komunitas ekologi (Krebs, 1978). Pola dispersi plankton dapat ditentukan dengan menghitung Indeks Morisita dengan menggunakan persamaan: x Id = Indeks Morisita n = Jumlah stasiun pengambilan sampel N = Jumlah individu pada n stasiun Xi = Jumlah individu pada stasiun ke-i n Xi( Xi 1) Id N( N 1) Pola dispersi plankton ditentukan dengan menggunakan krtiteria sebagai berikut (Brower et al., 1977): Id < 1 pola dispersi seragam Id = 1 pola dispersi acak Id > 1 pola dispersi mengelompok

16 Morisita: Uji statistik Chi-kuadrat digunakan untuk menguji kebenaran Indeks X 2 = (n X 2 /N) N Nilai Chi square (X 2 ) yang didapatkan selanjutnya dibandingkan nilai X 2 tabel dengan menggunakan selang kepercayaan 90% (α = 0,10). Jika X 2 hitung kurang dari X 2 tabel, maka perbedaan pola distribusi tidak ada yang nyata dengan acak (mengelompok). 3.2. Perbedaan antara Struktur Komunitas Plankton pada Sungai Sapuregel dan Sungai Donan di Kawasan Pengelolaan Rawa Timur Segara Anakan Cilacap Data yang diperoleh dari Sungai Sapuregel dan Sungai Donan dianalisis dengan indeks kesamaan (IS) untuk mengetahui perbedaan kekayaan spesies pada kedua sungai tersebut. Kesamaan dan perbedaan antar spesies plankton yang ditemukan antara satu habitat dengan habitat yang lain dapat ditentukan dengan menggunakan indeks kesamaan (Krebs, 1978). IS 2C 100% A B S = Indeks similaritas A = Spesies pada tempat A B = Spesies pada tempat B C = Spesies pada tempat A maupun B Apabila nilai indeks kesamaan dari dua komunitas yang dibandingkan kurang dari 50%, maka dua komunitas yang dibandingkan dapat dianggap dari dua komunitas yang berbeda, dan bukan berasal dari satu komunitas yang sama. Selanjutnya, hasil tersebut digunakan untuk penarikan kesimpulan mengenai kondisi kualitatif Kawasan Pengelolaan Rawa Timur Segara Anakan Cilacap.

17 Komposisi spesies dalam komunitas dapat dianalisis dengan menggunakan indeks dominansi. Indeks dominansi digunakan untuk melihat ada tidaknya suatu jenis tertentu yang mendominasi dalam suatu populasi (Krebs, 1978; Odum, 1971). C = Indeks dominansi n i = Jumlah individu spesies ke-i N = Total individu komunitas Nilai (indeks dominansi) C berkisar antara 0 dan 1. Apabila nilai C mendekati 0 berarti hampir tidak ada individu yang mendominasi, sedangkan bila C mendekati 1 berarti ada individu yang mendominasi populasi (Odum, 1971).