BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan radiografi berperan penting pada evaluasi dan perawatan di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN DAN PENYUSUNAN ANASIR GIGITIRUAN PADA GIGITIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

Penetapan Gigit pada Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI. Ghita Hadi Hollanda, drg

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

INSTRUMENTASI PERIODONTAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

III. RENCANA PERAWATAN

BAB 2 EKSTRAKSI GIGI. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

PERBANDINGAN PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL SEBENARNYA DENGAN PANJANG GIGI INSISIF SENTRAL PADA PERHITUNGAN DIAGNOSTIC WIRE FOTO

BUKU PANDUAN SKILL S LAB PENYAKIT PULPA DAN PERIAPIKAL 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. terapeutik pilihan yang dilakukan pada gigi desidui dengan pulpa terinfeksi.

CROSSBITE ANTERIOR. gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Perawatan pendahuluan 4.2 Perawatan utama Rahang atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

Perbandingan Otsu Dan Iterative Adaptive Thresholding Dalam Binerisasi Gigi Kaninus Foto Panoramik

Analisis Model Studi, Sumber Informasi Penting bagi Diagnosis Ortodonti. Analisis model studi merupakan salah satu sumber informasi penting untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gigi merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Gigi

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. oklusi sentrik, relasi sentrik dan selama berfungsi (Rahardjo, 2009).

26 Universitas Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR PENYEBAB KESALAHAN INTERPRETAS RADIOGRAFI KELAINAN DALAM RONGGA MUL

Standard Operating Procedure PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI (RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI)

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena mengalami perubahan-perubahan fisiologis dalam rongga mulut termasuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK MENGENAI GAMBARAN ANOMALI GIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI KEDOKTERAN GIGI DI FKG USU

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kesehatan gigi, estetik dan fungsional individu.1,2 Perawatan dalam

PERTEMUAN KE 4 (50 MENIT)

BAB 4 METODE PENELITIAN

BUKU PETUNJUK REINFORCEMENT / SKILL'S LAB (BPRSL) BLOK 3 RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI ( RKG 1 )

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Dental Radiografi pertama kali dikemukakan oleh Wilhelm Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari Universitas Wurzburg, Jerman pada November 1895. 8,9 Pada Januari 1896, Dr. Otto Walkoff, seorang dokter gigi berkebangsaan Jerman mencoba untuk membuat radiografi dental yang pertama. Pada percobaan pertama Dr. Otto Walkoff menggunakan teknik bitewing sederhana dan memasukan lempeng kaca fotografi yang di bungkus dengan kertas hitam kedalam mulutnya sendiri dan kemudian diberi paparan sinar radiografi selama 25 menit. 8-10 Perkembangan alat radiografi di bidang kedokteran gigi dimulai pada tahun 1913, dimana William D. Coolidge membuat sebuah tabung katoda sinar-x yang berisi kawat pijar. 8,11 Pada tahun 1923, miniatur yang lebih kecil dari versi yang pertama dimunculkan dan kemudian berkembang hingga 1966 dimana pada tahun ini muncul penggunaan sinar-x untuk intraoral dengan long beam yang digunakan sampai saat ini. Pada tahun 1987, Francis Mouyen memperkenalkan radiografi digital yang pertama dan kemudian berkembang menjadi cone-beam computed tomography yang dapat menampilkan gambaran hasil radiografi dalam bentuk dua dimensi (2D) ataupun tiga dimensi (3D) pada layar komputer. 12 Radiografi dental merupakan sarana pemeriksaan untuk melihat manifetasi oral di rongga mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis namun dapat dengan jelas terlihat gambaran seperti perluasaan dari penyakit periodontal, karies pada gigi serta kelainan patologis rongga mulut lainnya. 7,11,13 Radiografi dental menjadi pedoman untuk memaksimalkan hasil diagnosis yang terlihat dari interpretasi gambar. 1 Radiografi dental terbagi atas dua yaitu radiografi ekstraoral dan radiografi intraoral.

2.2 Radiografi Ekstraoral Radiografi ekstraoral adalah gambaran yang dihasilkan dari gigi geligi tetapi fokusnya terletak pada rahang dan tengkorak. Sinar-x pada radiografi ekstraoral tidak memberikan detail yang baik seperti pada radiografi intraoral. Hal ini mengakibatkan radiografi ekstraoral tidak digunakan untuk mendeteksi masalah pada gigi secara individual. Sebaliknya radiografi ekstraoral digunakan untuk melihat gigi yang impaksi, memantau pertumbuhan dan perkembangan rahang dan hubungannya dengan gigi, serta mengidentifikasi masalah antara gigi, rahang dan sendi temporomandibular atau tulang wajah yang lain. 14 Radiografi ekstraoral yang sering digunakan adalah radiografi panoramik. Gambaran panoramik akan menampilkan daerah seluruh mulut termasuk gigi pada rahang atas dan rahang bawah dalam satu film. Gambaran panoramik sering digunakan untuk mendeteksi gigi impaksi, melihat gigi bercampur dan bantuan dalam mendiagnosis tumor. Radiografi ekstraoral yang lain dan sering digunakan untuk perawatan ortodontik adalah radiografi cephalometric. Gambaran cephalometric akan menunjukkan seluruh sisi kepala, gambaran gigi dan kaitannya dengan rahang dan profil individu. 11,14 Gambar 1. Gambaran radiografi panoramik (kiri) dan gambaran radiografi cephalometric (kanan). 14 2.3 Radiografi Intraoral Radiografi intraoral adalah radiografi yang memberi gambaran kondisi gigi dan jaringan sekitar secara detail. Gambaran radiografi intraoral diperoleh dengan

cara menempatkan film ke dalam rongga mulut pasien dan kemudian dilakukan penyinaran. Radiografi intraoral terbagi atas radiografi periapikal, interproksimal / bitewing dan oklusal. 3,14 Radiografi intraoral yang secara umum digunakan adalah radiografi periapikal dan radiografi interproksimal/bitewing. 12,15 2.3.1 Radiografi Periapikal Radiografi periapikal merupakan jenis radiografi intraoral yang bertujuan melihat keseluruhan makhota dan akar gigi (crown and root), tulang alveolar dan jaringan sekitarnya. 2,14,16 Radiografi periapikal memiliki beberapa kegunaan yaitu untuk mendeteksi infeksi atau inflamasi periapikal, penilaian status periodontal, trauma yang melibatkan gigi dan tulang alveolar, gigi yang tidak erupsi, keadaan dan letak gigi yang tidak erupsi, penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi, perawatan endodontik, penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal, mengevaluasi kista radikular secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar serta evaluasi pasca pemasangan implan. 16,17 Ada dua teknik dalam pengambilan radiografi periapikal yaitu: teknik paralel dan bisekting. 15,18 2.3.1.1 Teknik Paralel Teknik ini pada mulanya dikembangkan oleh Mc Cormack, telah dibuktikan dan dipopulerkan oleh Fitzgerald. Teknik paralel dikenal juga sebagai extension cone paralleling, right angle technique, long cone technique, true radiograph merupakan teknik yang paling akurat dalam pembuatan radiografi intraoral. 16 Hal ini disebabkan karena pada teknik paralel pelaksanaan dan standarisasinya sangat mudah dengan kualitas gambar yang dihasilkan bagus dan distorsinya kecil. 2,14,15 Teknik paralel dicapai dengan menempatkan film sejajar dengan aksis panjang gigi kemudian film holder diletakkan untuk menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi. Pemusatan sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film. 14,19,20

Gambar 2. Teknik paralel. 19 Teknik paralel bila dilakukan dengan benar akan menghasilkan gambar dengan kualitas baik, validitas yang tinggi, akurasi linier dan dimensi yang tinggi tanpa distorsi. 11,18 Keuntungan dari teknik paralel adalah tanpa distorsi, gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, mempunyai validitas yang tinggi, posisi relatif dari reseptor gambar sehingga berguna untuk beberapa pasien dengan cacat. 14,17 Kerugian dari teknik paralel adalah sulit dalam meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga timbul rasa tidak nyaman pada pasien, dan memposisikan film holder pada molar tiga bawah sangat sulit. 11,14,17 Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi maksila: 1. Pada pengambilan gambar insisivus sentral maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Film ditempatkan pada daerah palatal sehingga aksis panjang gigi sejajar dengan film. 3,17 Jika jarak film terlalu dekat dengan gigi, gambar akan terdistorsi. Sinar harus tegak lurus terhadap bidang film dan film harus pada sudut 90 o ke daerah interproksimal dari insisvus sentral maksila. Sentral dari sinar-x dipusatkan pada ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial, distal, dan apikal dari insisivus sentral maksila. 8,12 2. Pada pengambilan gambar insisvus lateral maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Sudut penyinaran menggunakan sudut yang sama pada insisvus sentral maksila. Film berpusat di belakang gigi insisivus lateral, tegak

lurus dengan aksis panjang gigi insisivus lateral. 3 Sentral dari sinar-x dipusatkan ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial, distal dan apikal insisvus lateral, insisivus sentral dan kaninus. 8,12 3. Pada pengambilan gambar kaninus maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Kaninus ditempatkan di tengah film pada palatum. 3 Pusat sinar-x tegak lurus terhadap film dan pada sudut yang tepat terhadap aksis panjang gigi. Sentral dari sinar-x dipusatkan pada daerah sudut hidung atau alanasi. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial dan apikal kaninus. 8,12 4. Pada pengambilan gambar premolar maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Kontak antara premolar pertama dan kedua berpusat pada film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah pupil mata. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mahkota dan apikal dari distal kaninus, premolar pertama, kedua dan molar pertama. 8,12 5. Pada pengambilan gambar molar maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Molar kedua terletak di tengah film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah sudut luar mata ke daerah tengah pipi. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mahkota dan apikal dari molar pertama, kedua dan ketiga. 8,12 Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi mandibula: 1. Pada pengambilan gambar anterior mandibula film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Gigi insisivus sentral mandibula terletak ditengah film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah ujung hidung ke tengah dagu. 8,12 2. Pada pengambilan gambar kaninus mandibula film ditempatkan pada film holder dengan orientasi vertikal. Kaninus mandibula terletak ditengah film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. 8,12 3. Pada pengambilan gambar premolar mandibula film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Kontak antara premolar kedua dan molar pertama berada ditengah film. Pusat sinar harus tegak lurus dengan aksis panjang gigi. Sentral

dari sinar-x berada di daerah apikal dari gigi yang bersangkutan kira-kira satu cm di atas basis mandibula. Film harus berisi gambaran radiografi dari distal kaninus sampai mesial molar kedua, dengan kontak gigi premolar terbuka. 8,12 4. Pada pengambilan gambar molar mandibula film ditempatkan pada film holder dengan orientasi horizontal. Pusat sinar harus tegak lurus dengan aksis panjang gigi. Sentral dari sinar-x berada di daerah apikal dari gigi yang bersangkutan kira-kira satu cm di atas basis mandibula. Hati-hati dalam penempatan film karena tepi yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada dasar mulut yang sensitif. 8,12 2.3.1.2 Teknik Bisekting Teknik bisekting adalah teknik lain yang dapat dilakukan selain teknik paralel dalam pengambilan film periapikal. Teknik bisekting biasa digunakan pada kasuskasus kelainan anatomi seperti torus palatinus besar, palatum sempit, dasar mulut dangkal, frenulum pendek, lebar lengkung rahang yang sempit atau pada pasien anak yang kurang kooperatif. Film diletakkan ke dalam rongga mulut dan diberikan blok gigitan untuk menahan film. 11,12 Teknik bisekting dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin dengan gigi dan meletakan film sepanjang permukaan lingual/ palatal pada gigi kemudian sinar-x diarahkan tegak lurus (bentuk T) ke garis imajiner yang membagi sudut yang dibentuk oleh aksis panjang gigi dan bidang film. 14 Akan tetapi, teknik bisekting menghasilkan gambar yang kurang optimal karena reseptor dan gigi tidak berada secara vertikal dengan sinar-x. 18 Teknik ini memerlukan kepekaan dan ketelitian operator. Jika sudut bisekting tidak benar, perpanjangan atau pemendekan akan terjadi. 12

Gambar 3. Teknik bisekting. 19 Keuntungan dari teknik bisekting adalah teknik ini dapat digunakan tanpa film holder dan posisi yang cukup nyaman bagi pasien. 14,17 Kerugian dari teknik bisekting adalah distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi ( banyak angulasi yang harus diperhatikan ). 14,17,21 Angulasi horizontal teknik bisekting pada daerah maksila dan mandibula adalah insisivus sentral dan lateral dengan sudut penyinaran 0, kaninus dengan sudut penyinaran 45 sampai 65, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran 70 sampai 80, molar kedua dan ketiga dengan sudut penyinaran 80 sampai 90. 14 Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah maksila adalah insisivus sentral, insisivus lateral dan kaninus dengan sudut penyinaran +40 sampai +45, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran +30 sampai +35, molar kedua dan molar ketiga dengan sudut penyinaran +20 sampai +25. 3,14 Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah mandibula adalah insisivus sentral, insisivus lateral dan kaninus dengan sudut penyinaran -15 sampai -20, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran -10, molar kedua dan molar ketiga dengan sudut penyinaran -5 sampai 0 sampai +5. 14 Panjang cone standar dengan ukuran delapan inci dapat digunakan dalam teknik bisekting. Bila radiografer ingin menggunakan long cone maka panjang long

cone yang digunakan berkisar dua belas sampai enam belas inci (12-16 inci). Keuntungan memakai long cone dapat mengurangi citra pembesaran dan mengurangi distorsi serta dapat memberikan gambaran anatomi dan panjang gigi yang lebih akurat. 11,12 2.3.2 Radiografi Interproksimal/ Bitewing Teknik radiografi bitewing digunakan untuk memeriksa daerah interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi mahkota dari maksila dan mandibula didaerah interproksimal dan puncak alveolar dalam film yang sama. 14 Pada teknik bitewing, film ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota gigi maksila dan mandibula. Kemudian pasien disuruh menggigit bitewing tab atau bitewing film holder dan sinarx diarahkan diantara kontak dari gigi dengan sudut vertikal +5º sampai +10º. 12,21,22 Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan keberhasilan dari hasil perawatan. 12 Keuntungan dati teknik bitewing adalah dengan satu film dapat dipakai untuk memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah sekaligus. 2 Gambar 4. bitewing tab, film holder untuk bitewing. 12

Gambar 5. Gambar radiografi dengan teknik bitewing. 12 2.4 Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral Gambaran radiografi intraoral harus memiliki persyaratan yaitu memiliki kontras, detail dan ketajaman foto radiografi harus baik, setiap struktur anatomi dapat dibedakan dengan jelas, bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan bentuk. Sehingga batas-batas daerah yang di curigai dapat dibedakan dengan keadaan normal. Gambaran radiografi yang timbul akibat berbagai kesalahan dalam pengambilan foto maupun karena prosessing film dapat menyulitkan dokter gigi dalam menginterpretasikan kondisi dari struktur gigi sehingga dapat terjadi diagnosis yang tidak tepat sehingga kemampuan, keterampilan dan ketelitian seorang radiografer sangat menentukan kualitas dari hasil radiografi intraoral yang dihasilkan. 8,9 Menurut Olaf E. Langland, dkk kesalahan pembuatan radiografi intraoral dapat terjadi karena kesalahan teknik, kesalahan pemaparan dan prosessing, dan kesalahan film-handling. 3 2.4.1 Kesalahan Teknik A. Kesalahan Persiapan Pasien 1. Radiopaque Artifacts dapat diakibatkan karena kesalahan operator untuk menginstruksikan pasien agar melepas pernak-pernik tubuh, perhiasan, dan kacamata. Sebelum menempatkan setiap film dalam mulut pasien, operator juga harus meminta pasien untuk melepaskan gigi palsu. Pelindung tiroid atau apron yang dipasang terlalu tinggi atau longgar juga dapat tergambar pada hasil radiografi. 3,19

Gambar 6. Gigi tiruan sebagian lepasan (kiri), cincin pada hidung (tengah), pelindung tiroid (kanan). 19 2. Gerakan pasien akan menghasilkan blurred image. Operator dalam menjelaskan prosedur untuk pasien, perlu menekankan dan kemudian mengingatkan pasien untuk tetap diam selama pemaparan dan menjaga gigitan pada biteblock sampai pemotretan selesai. 3 Pergerakan karena pasien dapat disebabkan oleh: a. Ketidaknyamanan pasien Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan lembut menempatkan film dan menginstruksikan pasien untuk menutup mulut dengan perlahan. Film ditempatkan lebih ke arah garis tengah palatum pada maksila dan mengikuti lekukan lidah pada mandibula akan membuat kondisi yang lebih nyaman bagi pasien. 19 b. Sandaran kepala Dukungungan kepala yang tidak nyaman bagi pasien dapat menimbulkan gerakan ketika pengambilan foto dan hal ini dapat berdampak pada hasil foto yang berbayang. Dukungan kepala di kursi gigi sebaiknya ditempatkan terhadap lobus oksipital bagian dasar dari bagian belakang kepala. Hal ini akan mendukung kepala selama prosedur radiografi dan mengurangi kemungkinan gerakan. Untuk foto periapikal mandibula dapat menginstruksikan pasien untuk meninggikan sedikit dagu hal ini dapat meningkatkan visibilitas dasar mulut sehingga penempatan film dapat lebih baik dan lidah dapat lebih santai. 19

c. Refleks muntah Refleks muntah dapat dirangsang ketika film berkontak dengan palatum mole, pangkal lidah, atau posterior dinding faring. Untuk menghindari refleks muntah diperlukan kerja sama yang baik antara operator dan pasien sebelum film ditempatkan di dalam mulut. 19 B. Kesalahan dalam Meletakkan Film 1. Apice Cut-Off adalah kesalahan yang terjadi ketika film tidak cukup diposisikan ke apikal sehingga meninggalkan terlalu banyak film yang tersisa di atas mahkota. Operator dapat memperbaiki hal ini dalam teknik paralel dengan posisi film lebih ke apikal pada lengkung mandibula. Setidaknya 1/8 inci film harus terlihat di atas atau di bawah akar dari gigi. Penanggulangannya: Bila menggunakan pemegang reseptor, blok gigitan harus ditempatkan pada gigi yang menerima sinar-x dan bukan pada gigi antagonisnya. Jika blok gigitan ditempatkan pada gigi yang berlawanan dan pasien diwajibkan untuk menggigit reseptor ke tempatnya, kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan penempatan. Menempatkan reseptor lebih lingual dari gigi mandibula dan mengikuti lengkung palatum pada maksila akan membuat penempatan lebih mudah dan lebih nyaman untuk pasien. 3,19 2. Penempatan Film Terbalik Penempatan film terbalik dalam mulut menyebabkan bukan film yang akan terpapar sumber radiasi, melainkan lempengan timah. Sinar-x akan dilemahkan oleh lempengan timah sebelum sampai pada film. Lempengan timah yang terpapar sinar-x ini akan menghasilkan efek herringbone atau efek diamond akan muncul pada film yang telah diproses. Kesalahan ini akan menghasilkan gambar yang terang dan membingungkan saat proses identifikasi film. Kesalahan penempatan terbalik mungkin akan berkurang dengan reseptor digital khususnya, sensor yang kaku atau rigid. 19

Gambar 7. Penempatan film terbalik. 1,19 3. Dot Artifacts Film mengidentifikasi titik yang menghasilkan artefak lingkaran radiolusen (gelap) setelah film selesai. Dot artifacts ini dapat mengganggu interpretasi pada daerah apikal gigi. Oleh karena itu, film harus ditempatkan ke arah koronal (oklusal) gigi saat mengambil radiografi periapikal. 3 Gambar 8. Dot artifacts pada Akar gigi insisivus sentral. 3 4. Bidang oklusal miring Ketika film tidak tegak lurus dengan bidang oklusal, bidang oklusal akan tampak miring atau diagonal. Ketika pengambilan gambar radiografi bitewing, tepi atas film mungkin berkontak dengan gingival dibagian palatal atau palatum yang lengkung sehingga bidang oklusal akan terlihat miring. Film harus ditempatkan tegak lurus dengan bidang oklusal ini. Titik datang sinar pada film yang ditempatkan di radiografi periapikal perlu diperhatikan. Sebaiknya menempatkan titik pusat sinar-x di bagian koronal gambar sehingga tidak mengganggu interpretasi struktur apikal. 19

Gambar 9. Bidang oklusal yang miring. 19 5. Daerah spesifik tidak tertutupi Ini adalah hasil dari tidak menempatkan film menutupi semua gigi di daerah tertentu. Kepatuhan terhadap pedoman penempatan film yang ditentukan akan membantu operator dalam menghindari kesalahan ini. Untuk meminimalkan kesalahan posisi ini, pedoman yang harus diikuti, yaitu: permukaan distal dari kaninus harus terlihat dalam pandangan premolar dan molar ketiga atau daerah retromolar/ tuberositas dari gigi harus dilihat dalam pandangan molar. 3 6. Artefak pada lidah Untuk menghindari artefak pada lidah film harus diposisikan di belakang gigi tanpa gangguan oleh lidah. Jika tidak, lidah akan tercatat pada film dan film yang dihasilkan akan mengganggu interpretasi radiografi. 3 C. Kesalahan Angulasi Horizontal (Overlapping) Ketika menggunakan film holder, kesalahan angulasi horizontal dapat terjadi karena penempatan film secara horizontal yang tidak tepat. Angulasi horizontal yang tepat dari sinar-x akan menghasilkan gambaran ruang interproksimal sehingga dapat mengevaluasi karies dan penilaian kehilangan tulang secara menyeluruh. Sinar-x harus ditujukan langsung pada permukaan gigi yang ditargetkan agar dapat melihat permukaan interproksimal gigi. Kesalahan angulasi horizontal menyebabkan gambar radiografi bergeser ke kanan atu ke kiri sehingga permukaan interproksimal menjadi terlihat tumpang tindih. Gambaran yang terlihat tumpang tindih menyebabkan bagian proksimal tidak dapat diinterpretasikan. 16

Untuk menilai kesalahan angulasi horizontal dapat dilihat dari sejauh mana tumpang tindih yang terjadi. Aturan objek bukal dapat digunakan untuk menunjukkan cups bukal dan lingual untuk menghindari kesalahan angulasi horizontal. Untuk menghindari kesalahan angulasi horizontal sinar-x harus melewati gigi dimana kontak antar gigi harus terbuka. Kesalahan angulasi horizontal dapat dihindari dengan menempatkan film sejajar dengan gigi sehingga sinar-x dapat langsung melewati kontak bidang. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan film dan bagian bukal gigi sejajar terhadap kolimator. 3,19 Gambar 10. Gambaran radiografi dengan kesalahan angulasi horizontal sehingga bagian interproksimal terlihat saling bertindih. 19 D. Kesalahan Bentuk Distorsi Kesalahan ini disebabkan oleh angulasi vertikal yang tidak tepat dari penempatan film. 1,3 1. Elongasi atau perpanjangan gambaran gigi dan jaringan sekitar. Elongasi disebabkan angulasi vertikal yang terlalu kecil. 1 Kesalahan angulasi vertikal yang terjadi pada teknik paralel mengakibatkan gambar bergeser dalam dimensi vertikal (atas atau bawah) pada film sehingga terjadi pemanjangan atau pemendekan gambaran gigi. Untuk menghindari terjadi elongasi operator harus meningkatkan angulasi vertikal. Angulasi positif pada maksila harus ditingkatkan dengan mengarahkan cone ke bawah dan angulasi negatif pada mandibula harus ditingkatkan dengan mengarahkan cone ke atas. Elongasi yang terjadi pada teknik bisekting

disebabkan oleh sinar-x yang tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi dibandingkan dengan sudut antara gigi dan film. 3,19 Gambar 11. Elongasi. 19 2. Foreshortening atau pemendekan gambaran gigi dan jaringan sekitar. Foreshortening disebabkan karena kesalahan angulasi vertikal. Pemendekan adalah hasil dari angulasi yang terlalu besar dari sinar-x. 1 Untuk memperbaiki foreshortening ketika menggunakan teknik paralel operator harus menurunkuan angulasi vertikal pada maksila dan menurunkan angulasi vertikal pada mandibula. 3,19 Gambar 12. Foreshortening. 19 3. Distorsi Film. Gambar memanjang dan distorsi, dapat terjadi jika pasien memberikan terlalu banyak tekanan menggigit pada biteblock. Kesalahan ini dapat dihindari dengan menjaga film kontak dengan biteblock untuk dukungan atau menginstruksikan pasien untuk mengurangi menggigit terlalu kuat. 3

Gambar 13. Film distorsi. 3 E. Kesalahan Cone-Cutting Pusat sinar-x yang datang melalui kolimator atau cone harus selaras melewati film dengan cara sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap film. Ketika keselarasan ini tidak diperhatikan, cone-cutting dapat terjadi. Cone-cutting terlihat sebagai zona bening pada radiografi setelah diproses, karena kurangnya paparan sinar-x pada daerah yang terpotong. Bentuk cone-cutting tergantung pada jenis kolimator yang digunakan ketika memapar film. Apabila kolimator lingkaran atau cone bulat yang digunakan, cone-cuting akan berbentuk melengkung. Cone-cutting persegi akan terjadi bila menggunakan kolimator yang berbentuk persegi panjang. 1,3 Gambar 14. Cone-cutting dengan kolimator berbentuk lingkaran (kiri),cone-cutting dengan kolimator persegi (kanan). 1 2.4.2 Kesalahan Pemaparan dan Prosessing Pemaparan yang berlebih ataupun yang kurang dapat menimbulkan gambar yang tidak akurat. Beberapa kesalahan akibat pemaparan, yaitu:

a. Blank Film, No Image. Sebuah film yang tidak menerima radiasi tidak akan memiliki gambar. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa cara yaitu: operator telah benar-benar gagal untuk menyelaraskan BID sinar-x dengan film atau operator mungkin tidak menekan tombol pengatur waktu dengan baik untuk mengaktifkan eksposur. 3 b. Paparan Ganda Paparan ganda dapat terjadi pada saat pemaparan apabila operator tanpa sadar menekan tombol sebanyak dua kali. Hasil dari paparan ganda mengakibatkan gambaran objek berlapis atau bertindih satu sama lain. Dampak lain dari paparan ganda adalah paparan radiasi yang diterima pasien meningkat. 1,19 Gambar 15. Gambaran radiografi terlihat berlapis akibat paparan ganda. 1 Setelah film di expose, tindakan selanjutnya adalah prosessing film. Prosessing film adalah suatu cara untuk menghasilkan gambar dalam pembuatan foto roentgen dengan menggunakan cairan kimia tertentu. Tahap prosessing ini sangat penting untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik, walaupun teknik penempatan film sudah benar, pasien koperatif, mesin sinar-x dengan kualitas terbaik, namun jika pengetahuan operator kurang tentang teknik prosessing, bahan kimiawi dan prosedur kerjanya, maka kemungkinan kegagalan radiografik pada waktu prosessing dapat terjadi. Beberapa kesalahan akibat prosessing film adalah: a. High density film image atau gambaran radiografi yang terlihat gelap (dark radiograph). High density film image dapat disebabkan oleh larutan developer yang terlalu tinggi sedangkan waktu developingnya tidak disesuaikan, kosentrasi

larutan developer yang terlalu pekat, larutan developer terkontaminasi dengan larutan fixer, perendaman dalam larutan developer terlalu lama dan kesalahan dalam penyinaran, miliamper dan voltase yang tinggi. 3,19 Gambar 16. High density film image. 14 Penanggulangannya : 1. Periksa peralatan yang anda gunakan untuk development film ( kemungkinan adanya kerusakan unit). 2. Periksa suhu larutan developer, semakin tinggi suhu larutan developer semakin lambat prosesnya. 3. Perhatikan waktu, saat film berada dalam larutan developer. 4. Larutan developer yang terkontaminasi larutan fixer harus ganti dengan yang baru. 5. Perhatikan posisi tanki larutan developer dengan tanki larutan fixer mungkin terlalu dekat. b. Low density film image atau gambaran radiografi yang terlihat terang (light radiograph). Low density film image dapat disebabkan perendaman pada larutan developer yang terlalu cepat atau underdeveloper dan larutan developer yang terlalu dingin. 3,14

Gambar 17.Low density film image. 14 c. Partial Image Partial image adalah gambaran radiografi yang hanya terlihat sebagian gambaran. 2 Partial image dapat menimbulkan gambaran radiografi yang terlihat putih atau hitam pada pinggir film. Partial image dibedakan menjadi dua berdasarkan gambaran yang dihasilkan, yaitu: Partial white image adalah gambaran yang terlihat putih pada bagian pinggir film. Keadaan ini dapat diakibatkan sebagian film tidak tenggelam dalam larutan developer. 3,14 Gambar 18. Partial white image. 14 Partial dark image adalah gambar yang terlihat hitam dipinggir film. Keadaan ini dapat diakibatkan karena sebagian film tidak tenggelam dalam larutan fixer. 3,14

Gambar 19. Partial dark image. 14 d. Black Artifacts Kontaminasi permukaan film radiografi sebelum pencelupan ke dalam larutan developer dapat menghasilkan artefak setelah radiografi selesai. Kontaminasi yang menyebabkan artefak hitam termasuk bahan kimia developer, kelembaban (air liur), fluoride stannous, kebocoran cahaya dalam paket film dan overlapping film selama pemrosesan. Tangan operator, dan paket film yang bekerja harus bersih dan kering. 3 Gambar 20. Terlihat artefak hitam. 3 e. White artifacts Gambar terlihat artefak putih pada film, disebabkan oleh larutan fixer yang kontak dengan film sebelum film diproses, gelembung udara yang melekat pada permukaan film. 3,14

Gambar 21. Terlihat artefak putih pada film. 3 Penanggulangannya : 1. Untuk mengatasi masalah pada gelembung udara dengan cara gantung film dekat pinggir tanki tanpa menyentuh pinggirnya, atau posisikan film dengan cara naik dan turun saat didalam larutan deveplover. 2. Hindari posisi film tersentuh film yang lain atau pinggir tanki, hal ini akan menghasilkan noda putih film. 3. Hindari film berkontak dengan larutan fixer sebelum film diproses. f. Stain Stain atau gambaran kecoklatan yang disebabkan oleh penggunaan larutan fixer yang sudah lama dan proses washing yang tidak sempurna. Sedangkan noda yang berwarna coklat dapat disebabkan karena proses fixing yang terlalu cepat atau kurang sempurna dan washing yang tidak sempurna. 3,14,19 Gambar 22. Stain. 14

2.4.3 Kesalahan Film-Handling a. Pressure Marks Menulis pada paket film dengan ballpoint atau tekanan dari incisal edge gigi (terjadi terutama di radiografi oklusal pediatrik) akan menghasilkan tanda pada saat radiografi selesai. 3 Gambar 23. Pressure Marks. 3 b. Static electricity Static electricity adalah gambaran menyerupai ranting pohon berwarna hitam yang dapat ditafsirkan sebagai fraktur tulang. Keadaan ini dapat diakibatkan cara mengeluarkan film dari pembungkus secara kasar. 3,14 Penanggulangan : 1. Lepaskan pelindung film secara perlahan-lahan. 2. Memeperhatikan kelembaban udara, jangan terlalu cepat membuka film dalam keadaan ruangan yang kering hal ini dapat menyebabkan terjadinya static electricity pada film. 3. Hindari penggunaan seragam yang terbuat dari bahan sintetil yang dapat menyebabkan statik pada film. 14 Gambar 24.Static electricity. 14

c. Garis putih Garis putih disebabkan oleh scratches film. Keadaan ini dapat diakibatkan lepasnya soft emulsi film dari film oleh benda yang tajam. 14 Gambar 25.Garis putih. 14

2.5 Kerangka Teori Radiografi Dental Ekstraoral Intraoral Kesalahan Radiografi Intraoral Kesalahan Teknik Kesalahan Prosessing Kesalahan Penanganan Film

2.6 Kerangka Konsep Radiografi Intraoral Kesalahan Radiografi Intraoral Kesalahan Teknik Kesalahan Prosessing Kesalahan Penanganan Film