PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

dokumen-dokumen yang mirip
MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

PREDIKSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI GUNA PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MENGUBAH BENCANA MENJADI BERKAH (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGELOLAAN SEDIMEN KALI GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI JUNI 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN MANAJEMEN AIR BAKU STRATEGI ANTISIPATIF TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL ( STUDI KASUS KECAMATAN KOTABUNAN, SULAWESI UTARA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

MANAJEMEN SUNGAI TORRENTIAL GUNA PENGENDALIAN KERUSAKAN DAS

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT ALIRAN LAHAR DINGIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI GENDOL KABUPATEN SLEMAN

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

PENGELOLAAN TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI SEBAGAI DASAR OPTIMASI PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR ( STUDI KASUS RUAS SUNGAI PROGO TENGAH, YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

Prediksi Kapasitas Tampung Sedimen Kali Gendol Terhadap Material Erupsi Gunung Merapi 2006

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN WILAYAH

Transkripsi:

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta Ali Rahmat Mahasiswa S2 - Program Studi Magister Pengelolaan Bencana Alam - Sekolah Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta Djoko Legono legono@tsipil.ugm.ac.id Profesor Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Gunung Merapi adalah gunung api teraktif di dunia dengan karakteristik yang sangat khas. Fenomena pergerakan material yang sangat besar dan cepat dari hulu kali Gendol tepatnya dari gunung Kendil ke kawasan wisata kali adem pada fase erupsi 14 Juni 2006 membuktikan bahwa mekanisme pergerakan material piroklastik dalam volume besar sangat spesifik dan potensial menimbulkan kerusakan. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengendalian daya rusak air dalam hal ini bencana sedimen yaitu melalui prediksi kapasitas tampung sedimen di sungai. Ruang lingkup kajian ini meliputi identifikasi akumulasi material sedimen di hulu sungai sekitar puncak Merapi, analisis kapasitas tampung alur sungai dengan atau tanpa bangunan pengendali sedimen terhadap potensi volume transpor sedimen. Hasil kajian menunjukkan bahwa mekanisme pergerakan material hasil erupsi dalam volume 600.000 m 3 dengan jarak luncur 3800 m pada peristiwa erupsi Merapi Juni 2006, telah mengisi kapasitas tampung hulu alur kali Gendol sebesar 39%. Fenomena ini berlangsung tanpa harus menunggu terpenuhinya kapasitas tampung maksimum alur sungai. Kata kunci : erupsi, sedimen, kapasitas. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Gunung api ini sewaktu-waktu bisa mengalami fase erupsi sehingga menimbulkan letusan yang hebat. Material hasil erupsi dengan intensitas volume yang besar ini kemudian mengalir masuk ke sungai-sungai di wilayah gunung tersebut. Fenomena ini suatu saat dapat berubah menjadi aliran lahar yang kemudian membawa bencana di sepanjang alur sungai yang dilalui baik berupa kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasarana publik antara lain : transportasi, irigasi, kerusakan lahan pertanian dan perkebunan, bahkan korban jiwa. Selain kerugian di berbagai sektor, bencana yang ditimbulkan oleh aliran lahar,

sedimen atau debris ini juga memberi tambahan beban keuangan negara terutama untuk merehabilitasi serta memulihkan fungsi sarana dan prasarana publik yang rusak. Gunung Merapi yang terletak pada koordinat 7 32,5'LS dan 110 26,5' BT secara administratif termasuk di wilayah kabupaten Sleman Propinsi DIY, kabupaten Magelang, Boyolali, Klaten, di Provinsi Jawa Tengah. Gunung dengan ketinggian 2968 meter dari permukaan air laut ini (pengukuran tahun 2001), adalah gunung api tipe strato dengan kubah lava. Merupakan gunung api teraktif di dunia dengan karakteristiknya yang sangat khas. Secara umum fenomena erupsi yang terjadi pada tahun 2006 masih memiliki pola yang sama dengan erupsi yang terdahulu yaitu : semburan awan panas, luncuran lava pijar, serta guguran material. Namun demikian pada fase erupsi di tahun 2006 dengan periode yang relatif panjang yaitu ditandai oleh status awas sejak April hingga Juli 2006, terjadi beberapa fenomena spesifik yaitu terbentuknya kubah lava (lava dome) baru dengan perkiraan volume lebih dari 4,5 juta m 3. Demikian juga dengan runtuhnya kubah lama Geger Boyo pada fase erupsi kali ini memberikan peluang bagi timbunan kubah baru untuk meluncur turun menuju hulu kali Gendol. Fenomena pergerakan material yang sangat besar dan cepat dari hulu kali Gendol tepatnya dari gunung Kendil ke kawasan wisata kali adem pada 14 Juni 2006 membuktikan bahwa mekanisme pergerakan material dalam volume 600.000 m 3 sangat spesifik dan potensial menimbulkan kerusakan Gambar 1. Kondisi alur kali Gendol sebelum erupsi 14 Juni 2006

Gambar 2. Kondisi alur kali Gendol pasca erupsi 14 Juni 2006 Mengingat besarnya sumber sedimen yang terakumulasi di sekitar puncak Merapi, maka fenomena yang sama seperti di kali Gendol dapat saja terjadi pada sungai-sungai lain terutama di sisi selatan yaitu di kali Woro, kali Opak, kali Kuning, dan juga kali Boyong. Fenomena ini dapat terjadi sewaktu-waktu, baik dalam masa erupsi maupun pada masa pasca erupsi, pada musim kemarau, terlebih lagi di musim penghujan. Teknik penanggulangan secara struktural yang telah diterapkan selama ini berupa sistem pengendalian sedimen melalui bangunan sabo yaitu bangunan pengendali sedimen yang dimaksudkan untuk menahan dan mengendalikan laju aliran sedimen ke arah hilir sehingga dengan demikian dapat mengurangi besarnya daya rusak yang ditimbulkan. Keberadaan bangunan sabo atau bangunan pengendali sedimen ini begitu nyata manfaatnya dalam masa dimana suplai sedimen dari hulu relatif besar. Namun di sisi lain pada waktu suplai sedimen dari hulu semakin berkurang, maka keberadaan bangunan pengendali sedimen ini lebih sering dinilai sebagai salah satu penyebab utama terjadinya degradasi dasar sungai yang intensif di alur sebelah hilir bangunan sabo. Berangkat dari pengalaman penanggulangan bencana sedimen yang telah dilakukan, maka permasalahan dalam manajemen atau pengelolaan bencana sedimen yang saat ini didominasi oleh isu degradasi lingkungan merupakan suatu problem yang kompleks. Kajian Prediksi Kapasitas Tampung sedimen kali Gendol Terhadap Material Erupsi Gunung Merapi 2006 menganalisis kondisi kapasitas tampung alur sungai baik dengan atau tanpa

bangunan Sabo. Dengan mencermati karakteristik serta kecenderungan pola transpor material piroklastik pada fenomena erupsi Juni 2006, diharapkan memperoleh gambaran yang lebih jelas menyangkut volume serta jarak luncur material di alur sungai. Informasi ini dapat digunakan sebagai salah satu langkah awal dalam upaya pengendalian daya rusak air, berupa perencanaan konsep pengelolaan dan penanggulangan bencana sedimen pada alur sungai di kawasan gunung berapi yang masih aktif. Ruang lingkup Salah satu di antara lima misi pengelolaan SDA adalah pengendalian daya rusak air, yaitu upaya untuk mencegah, menanggulangi serta memulihkan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya pengendalian daya rusak air dalam hal ini bencana sedimen, yaitu secara fisik (struktur) dan non fisik (non struktur). Mengingat fenomena pergerakan material yang sangat besar dan cepat dari hulu kali Gendol tepatnya dari gunung Kendil pada 14 Juni 2006, yang menerjang masuk ke kawasan wisata kali adem maka pada studi ini kali Gendol ditetapkan sebagai lokasi kajian. Ruang lingkup kajian Prediksi Kapasitas Tampung sedimen kali Gendol Terhadap Material Erupsi Gunung Merapi 2006 meliputi identifikasi akumulasi material sedimen di hulu sungai sekitar puncak Merapi, memperhitungkan potensi alami serta historis suplai material dari hulu, serta analisis kapasitas tampung alur sungai terhadap volume migrasi sedimen dengan atau tanpa bangunan pengendali sedimen. Agar supaya pembahasan dapat terfokus pada kondisi yang ada di lokasi kajian, maka untuk mencapai hasil optimal perlu ditetapkan batasan dan asumsi. Batasan dan asumsi yang dimaksud antara lain : 1. pembahasan berbasis pada data pengukuran yang ada 2. sumber sedimen yang diperhitungkan adalah material sedimen di sekitar puncak Merapi yang potensial mengalir ke hulu kali Gendol 3. terbatas pada titik / ruas terpilih, atau lokasi yang ditinjau.

K.Gendol Lokasi penelitian Gambar 3. Peta sistem sungai dan lokasi penelitian

Sebagai salah satu sungai yang berhulu di kaki gunung Merapi, kali Gendol adalah anak sungai Kali Opak. Kali Gendol mengalir ke arah tenggara dengan panjang sungai 22 km, serta luas DAS 14,60 km 2. Gambar 4. Peta DAS kali Opak Maksud dan Tujuan Maksud dari kajian ini untuk mendapatkan estimasi mendasar dan akurat terhadap kapasitas tampung sedimen di alur sungai, sehubungan dengan timbunan material piroklastik di puncak gunung Merapi yang potensial meluncur turun menjadi bencana sedimen. Dengan demikian diharapkan informasi yang diperoleh melalui kajian ini akan dapat bermanfaat sebagai salah satu langkah awal maupun sebagai landasan dalam upaya mengembangkan suatu sistem atau metode pengelolaan maupun pengendalian daya rusak air berupa bencana sedimen pada alur sungai di kawasan gunung berapi yang masih aktif secara komprehensif, terpadu dan berwawasan lingkungan.

METODOLOGI Kajian ini dimulai dengan inventarisasi data-data sekunder dari berbagai sumber di antaranya : Kantor Proyek Merapi, Kantor Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penanganan Sabo serta Balai Sabo, Yogyakarta. Data-data dimaksud antara lain : 1.data existing Sabo Dam di kali Gendol 2.data geometri sungai Pelaksanaan Kajian Mulai 1. Studi pustaka 2. Review kondisi eksisting sungai 3. Inventarisasi dan identifikasi data sekunder 1. Analisis data geometri sungai 2. Analisis kapasitas tampung alur sungai dengan atau tanpa BPS 3. Analisis fenomena dan karakter material erupsi 4. Estimasi pola dan volume transpor sedimen pasca erupsi 1. Hasil dan pembahasan 2. kesimpulan dan saran Selesai Gambar 5. Bagan alir pelaksanaan kajian HASIL DAN PEMBAHASAN Bencana sedimen sangat potensial terjadi antara lain di daerah pegunungan, perbukitan terjal, daerah gunung api, dan daerah lain dengan kondisi geologi yang tidak menguntungkan serta rentan terhadap erosi dan longsoran. Bencana sedimen yang banyak kali terjadi di Indonesia adalah erosi, sedimentasi, tanah longsor, serta banjir lahar (aliran debris). Dari aspek teknik sipil aliran lahar atau yang kemudian disebut sebagai aliran debris ini membawa pengaruh yang signifikan terhadap perubahan morfologi sungai sehingga dengan demikian juga berpengaruh terhadap kelestarian fungsi sungai itu sendiri. Secara umum faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian aliran debris pada wilayah gunung api adalah kemiringan

lereng, jumlah material, faktor topografi dan geologi tanah, luas daerah pengaliran sungai, serta curah hujan. Aliran debris adalah suatu aliran massa berupa campuran antara air dan sedimen dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Sekali aliran ini dimulai (karena kesetimbangan statik antara gaya geser yang ditimbulkan lebih besar dari gaya geser yang menahan), maka jumlah massa yang mengalir, ketinggiannya, serta kecepatannya akan selalu bertambah (mempunyai percepatan). Faktor kemiringan dasar sungai sangat mempengaruhi besarnya nilai konsentrasi. Analisis sederhana terhadap tan yaitu nilai sudut kemiringan dasar sungai dari puncak gunung kendil hingga ke Soil cement Sabo dam, serta karakteristik butiran material berupa C*,, dan berdasarkan data yang diperoleh memberikan informasi mengenai tipe aliran serta konsentrasi sedimen yang ada di lokasi penelitian. Tipe aliran di kali Gendol dapat diketahui melalui perhitungan berikut ini. tan d C * C * tan 1 1 K (1) 0,60 2,65 1 tan d 0,70 0,22 tan 0,17 0,60 2,65 1 11 1 0,85 (2) Dari hasil analisis menggunakan persamaan (2) diketahui bahwa tipe aliran yang terjadi di lokasi kajian yaitu hulu kali Gendol adalah jenis aliran hiperkonsentrasi. Konsentrasi sedimen (Cd) dapat dihitung melalui persamaan (3). Konsentrasi sedimen (Cd) dipengaruhi oleh kemiringan dasar sungai dan tipe aliran sedimen. d 2 11,85tan 1 11,85tan C (3) 2 2 11,85 0,17 C d 0,26x1,5 0,39 2 1 11,85 0,17 (4) Analisis kapasitas tampung sedimen pada alur sungai Gendol berdasarkan pengukuran geometri memberikan hasil seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Volume tampungan (juta m3) volume tampungan (juta m3) 2.5 2 kapasitas penuh80% kapasitas penuh 50% kapasitas penuh 30 % erupsi juni 2006 1.5 1 0.5 0 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 Jarak dari puncak G.Kendil (m) Gambar 6. Kapasitas alur hulu kali Gendol 9 8 7 kapasitas penuh 80% kapasitas penuh 50% kapasitas penuh 30% 6 5 4 3 2 1 0 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Jarak dari GE-D5 (m) Gambar 7. Kapasitas alur hilir kali Gendol Tabel 1. Kapasitas alur K.Gendol Kapasitas alur (juta m3) Asumsi penuh 30% 50% 80% Hulu 0.3 0.84 2.27 Hilir 3.21 5.35 8.57

Informasi yang disajikan pada Tabel 1 menjelaskan mengenai hasil prediksi kapasitas tampung alur kali Gendol tanpa memperhitungkan keberadaan bangunan pengendali sedimen. Dalam upaya pengendalian banjir lahar di kali Gendol sampai dengan tahun 2005 telah dibangun sejumlah fasilitas bangunan Sabo yang bertujuan: membuat dasar sungai lebih landai sehingga dapat mencegah erosi vertikal dasar sungai, mengatur arah aliran untuk mencegah erosi lateral dasar sungai, menstabilkan kaki bukit untuk menghindari terjadinya longsoran, serta menampung dan mengendalikan sedimen yang akan mengalir ke arah hilir. Berikut ini di sajikan informasi kondisi beberapa bangunan sabo di alur kali Gendol. Tabel 2. Kapasitas bangunan Sabo di alur K.Gendol Tipe Jarak Kapasitas Terisi Sisa (M) (m 3 ) GE-D5 6.700 253.800 6.500 247.300 GE-D 9.000 53.000 53.000 0 GE-C12 11.100 55.800 16.200 39.600 GE-C10 12.100 41.000 1.600 39.400 GE-C 12.300 22.900 22.900 0 Gambar 8. DPS K.Gendol GE-D5 (tipe tertutup) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil kajian menunjukkan bahwa dengan karakteristik spesifik dari lokasi dan butiran material piroklastik yang meluncur dari puncak gunung Kendil pada peristiwa erupsi Merapi Juni 2006, maka seperti yang disajikan dalam Gambar 6 mekanisme pergerakan material dalam

volume 600.000 m 3 dengan jarak luncur 3800 m telah mengisi kapasitas tampung hulu alur kali Gendol sebesar 39%. Fenomena ini berlangsung tanpa harus menunggu terpenuhinya kapasitas tampung maksimum alur sungai. Saran Mengingat data-data atau informasi mengenai pola migrasi serta karakter material sedimen hasil erupsi masih kurang tersedia, maka perlu dilakukan studi tersendiri untuk mendapatkan data yang handal dan sahih, mencakup data terbaru untuk digunakan dalam analisis lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Ali,Rahmat.,2006, Pengelolaan Bencana Sedimen secara Terpadu Studi Kasus Kali Gendol Gunung Merapi Yogyakarta,Usulan penelitian, Program Studi Magister Pengelolaan Bencana Alam, Sekolah Pascasarjana Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. DESDM, 2006, Gunung Merapi Juli 2006, materi presentasi rapat kerja, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Departemen Pekerjaan Umum, 2004, Penjelasan atas UU RI no 7 tahun 2004 tentang SDA, http://www.pu.go.id/sekjen/biro %20hukum /uu/uu_7 _2004_PJ.Pdf, Departemen Pekerjaan Umum, 2004, Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Sungai http://sda.pu.go.id/info/rpp/rppsungai-10-11-04.pdf, Departemen Kimpraswil, 2003, Data inventarisasi Kondisi Bangunan Pengendali Banjir Lahar Gunung Merapi untuk Kali Gendol, Proyek pengendalian lahar Gunung Merapi Pulau Jawa, Bagian Proyek Pengendalian Lahar Gunung Merapi Yogyakarta Mananoma,Tiny., 2005, Prediksi Transpor Sedimen di Sungai Guna Pengendalian Daya Rusak air, Seminar, PIT XXII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), Yogyakarta. Sri Utami Sudiarti, 2006, Pengelolaan Sedimen Kali Boyong (Migrasi alami dan Campur Tangan Manusia), Tesis, Program Studi Magister Pengelolaan Bencana Alam, Sekolah Pascasarjana Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. Siswoko, 2006, Pokok-Pokok Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berdasarkan UU No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, Seminar Nasional Sinergi Pengelolaan Terpadu DAS, Universitas Atma Jaya,Yogyakarta.

Dipresentasikan pada : Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXIII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), Manado, 10-12 Nopember 2006 Identitas Makalah : a. Judul Prosiding : Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXIII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), Manado b. ISBN : ISBN 978-979-15616-4-8 c. Tahun Terbit : 2006 d. Penerbit : HATHI Cabang Sulawesi Utara e. Jumlah halaman : 423