POTENSI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DENGAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DI INDUSTRI TAMBANG DAN MIGAS

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI RIMS (RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEMS)

Penilaian Cepat Perubahan Lingkungan Pasca Kejadian Bencana dengan Wahana Udara Tanpa Awak

SISTEM PEMANTAUAN TATA RUANG KOTA DENGAN WAHANA UDARA NIR- AWAK SEBAGAI PENYEDIA FOTO UDARA MURAH

Ilustrasi: Proses Produksi

TEKNOLOGI PEMETAAN DENGAN SENSOR RADAR DI TENGAH TAWARAN SISTEM PEMETAAN BERBIAYA RENDAH. Abstrak

simplifying Survey PROPOSAL TEKNIS RAPID IMAGING AND MAPPING SYSTEM Delivery GeoInformation and co nsulting

PEKERJAAN PENGGUNA PRODUK JASA. Permintaan Personal Pabrik Rokok Menara. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV)

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

AERIAL PHOTOGRAMETRY POTENSI KERUNTUHAN LAHAN GAMBUT (PEAT FAILURE) DI DESA MESKOM

Oghy Octori 1, Agung Budi Cahyono 1 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGUKURAN KEKOTAAN. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Surveying and Mapping Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

Perbandingan Penentuan Volume Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry- Syarat Kesegarisan dan Pemetaan Teristris


KARAKTERISTIK SISTEM WAHANA UDARA NIR-AWAK

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF (Rp) 1) Skala 1:10.000, 7 (tujuh) layer Per Nomor (NLP) ,00. Per Km² 20.

RIMS Ra pid Imaging and Mapping System Teknologi Karya Kr eatif Anak Bangsa

METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY

MAPPING THE OUTERMOST SMALL ISLANDS UTILIZING UAV- BASED AERIAL PHOTOGRAPHY OUTLINE

Abstract. Keywords: Aerial Photo, EAGLE, Orienteering, UAV

PT.LINTAS ANANTARA NUSA DRONE MULTI PURPOSES.

9. PEMOTRETAN UDARA. Universitas Gadjah Mada

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

"We know Exactly What You Need"

PERENCANAAN JALUR TERBANG TANPA PILOT PADA PROSES PENGUMPULAN DATA UNTUK PEMETAAN DENGAN PENERBANGAN TANPA AWAK

Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. misalnya teknologi elektronik dengan keluarnya smartphone ataupun gadget

C I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Artikel. Pemanfaatan Pesawat Nir-Awak untuk Pemetaan Garis Pantai. Kerjasama BIG dan LAPAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Remote Sensing KKNI 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Defry Mulia

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

Pemetaan Foto Udara Menggunakan Wahana Fix Wing UAV (Studi Kasus: Kampus ITS, Sukolilo)

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak.

PETA TERESTRIAL: PEMBUATAN DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CB NURUL KHAKHIM

MiniMe G-DEM++ MiniMe. simplifying Survey: PROPOSAL TEKNIS. Delivery GeoInformation and consulting

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

PEMBUATAN MODEL ORTOFOTO HASIL PERKAMAN DENGAN WAHANA UAV MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK FOTOGRAMETRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR

BAB I PENDAHULUAN I.1

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris

CV. DIVISION AERO COMPANY PROFILE

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

PEMBINAAN TENAGA TEKNIS REGISTERASI CAGAR B UDAYA MUHAMMAD RAMLI

OPTIMALISASI TEKNOLOGI AERIAL VIDEOGRAPHY SEBAGAI ALTERNATIF PRODUK DATA PENGINDERAAN JAUH. Fredi Satya Candra Rosaji

PDF Compressor Pro BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SIDANG TUGAS AKHIR RG

APLIKASI UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) UNTUK MENDUKUNG PEMANTAUAN TATA RUANG

Penggunaan Drone sebagai Media Digitasi Penggambaran 3 Dimensi Bangunan dan Pemetaan Kawasan

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

sensing, GIS (Geographic Information System) dan olahraga rekreasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REMOTE SENSING AND GIS DATA FOR URBAN PLANNING

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. minum, sarana olahraga, sebagai jalur trasportasi, dan sebagai tempat PLTA

Pengertian Sistem Informasi Geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

STEREOSKOPIS PARALAKS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

PERANCANGAN SISTEM TELE-NAVIGATION PADA PESAWAT TANPA AWAK (MICRO UAV)

PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

Transkripsi:

POTENSI PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DENGAN WAHANA UDARA NIR-AWAK DI INDUSTRI TAMBANG DAN MIGAS Catur Aries Rokhmana Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta 55281 email: caris@ugm.ac.id, website: http://www.potretudara.com Abstrak Saat ini, kebutuhan akan energi telah mendorong meningkatnya permintaan pada produk dari industri tambang dan migas. Tulisan ini mengilustrasikan suatu sistem penginderaan jauh dengan wahana udara nir-awak yang bekerja pada industri tambang dan migas untuk tujuan survei topografi, penilaian aset dan volume, dan pemantauan perubahan tutupan lahan. Sistem ini pada hakekatnya adalah menyederhanakan sistem pemetaan secara fotogrametri digital agar dapat dilakukan oleh personal. Arsitektur instrumentasi sistem dan sejumlah contoh kasus diberikan dalam tulusan ini. Kasus tersebut diantaranya adalah aplikasi di Unit Bisnis Nikel PT ANTAM di Maluku Utara dan lapangan minyak PT Chevron Pacific Indonesia di Riau. Sistem ini dapat menghasilkan sejumlah produk dasar yang tidak selalu untuk tujuan survei-pemetaan saja, tetapi lebih luas pada penyedia jasa informasi spasial untuk sejumlah tujuan penilaian kawasan. Kualitas informasi geometrik yang dihasilkan dapat mencapai tingkat akurasi sub-meter atau < 50cm. Dimasa mendatang dengan semakin majunya sensor optik-elektrik, sistem tele-kontrol, dan sistem auto-pilot, maka diharapkan pekerjaan survei pemetaan berbasis fotogrametri akan semakin mudah dan murah. Kata Kunci : penginderaan jauh, wahana udara nir-awak, penilaian aset, tutupan lahan 1. PENDAHULUAN Informasi geospasial diperlukan dalam pengelolaan kawasan sumber daya alam, termasuk juga industri pertambangan, minyak dan gas. GeoInformasi berperan mulai dari eksplorasi, eksploitasi, sampai reklamasi kembali kawasan. Beberapa detail kegiatan yang melibatkan geoinformasi diantaranya desain engineering infrastruktur, pengelolaan aset dan tanah, respon cepat pada kecelakaan, topografi atau situasi, dan hitungan volumetrik. Kebutuhan efisiensi telah mendorong industri untuk mendapatkan geoinformasi yang lebih cepat, efisien dalam pembiayaan, dan akurasi tinggi. Teknologi penginderaan jauh (inderaja) adalah pilihan yang tepat untuk menurunkan geoinformasi yang diperlukan. Teknologi inderaja kini menjadi bagian dari alat yang biasa digunakan dalam industri pertambangan, dan migas. Teknologi ini dapat menghasilkan kebutuhan produk Citra foto yang tajam, topografi atau model terain digital, dan produk turunannya seperti analisis terain, perubahan tutupan lahan dan aset, dan informasi tematik lainnya. Tulisan ini memperkenalkan teknologi inderaja dengan wahana udara nir awak (Inderaja-WUNA) sebagai platform pembawa sensor yang dapat merekam obyek dari udara. Sistem Inderaja-WUNA memiliki kemampuan produksi geoinformasi dengan karakteristik, antara lain cepat dalam proses produksi, berbiaya rendah, mudah digunakan di lapangan (portabel), resiko kecil, dan menghasilkan akurasi yang dapat diterima. Sistem Inderaja- WUNA didefinisikan sebagai pemanfaatan pesawat aeromodeling yang membawa kamera tipe pocket sebagai sensor pencitraan, dan dapat diproses lanjut dengan fotogrametri digital untuk menghasilkan produk informasi geospasial. Sistem ini pada hakekatnya adalah menyederhanakan sistem pemetaan dari udara secara fotogrametri digital agar dapat dilakukan oleh seorang personil dengan instrumentasi yang portabel di lapangan. Ilustrasi instrumentasi dari Inderaja-WUNA dapat dilihat pada Gambar 1. Selanjutnya tulisan ini akan menjelaskan arsitektur sistem, sejumlah kasus, dan diskusi kelemahan dan kelebihan sistem. Sebagai contoh kasus adalah kegiatan aplikasi di Unit Bisnis Nikel PT ANTAM di Maluku Utara dan lapangan minyak PT Chevron Pacific Indonesia di Riau. Sistem ini cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang terkini guna keperluan penilaian kawasan secara cepat dan berbiaya rendah. E-8

Gambar 1. Ilustrasi land-surveyor vs. sistem Inderaja-WUNA. 2. ARSITEKTUR SISTEM DAN PRODUK INDERAJA-WUNA Dalam lima tahun terakhir ini kembali muncul sejumlah penelitian yang memanfaatkan instrumen wahana udara nir-awak (WUNA) dalam sistem survei-pemetaan atau Penginderaan Jauh untuk produksi peta skala besar (>1/10.000). Salah satunya adalah yang dibangun di laboratorium Fotogrametri dan Penginderaan Jauh, Jurusan Teknik Geodesi, FT-UGM sejak tahun 2005 (lihat http://www.potretudara.com). Sistem ini dimaksudkan untuk mengisi kebutuhan pemetaan yang berbiaya rendah pada cakupan wilayah yang lebih luas (lihat Rokhmana, 2008, Clark, et. al, 2010, Eisenbeiss, 2008, Neithammes, et. al, 2010, Grenzdorffer, et. al, 2008). Platform yang dilengkapi dengan Avionik (GPS telemetry dan FPV Pilotting) Membawa sensor pocket digital camera dan dudukannya Perencanaan akuisisi data sesuai tujuan produksi (1) Imagery; (2) Modeling 3D; (3) Peta Tele-kontrol; Data Telemetry: GPS, Video, dll. Akuisisi Data sesuai rencana Produk Citra (Imagery) Foto GPS Track Mengunduh Data Pemrosesan Data dan Visualisasi Hasil Ground Station portable yang dilengkapi basisdata rupa bumi (WGS 1984) Produk Data Spasial (Peta Ortofoto) Produk Modeling 3D (virtual reality) Gambar 2. Arsitektur sistem pemetaan dari udara mamanfaatkan WUNA. Seperti halnya instrumentasi pada kegiatan survei-pemetaan pada umumnya, sistem Inderaja-WUNA terdiri dari bagian instrumentasi dan personil yang menjalankan sistem ini. Personil tim ini terdiri dari (1) pilot yang mengoperasikan wahana pembawa kamera, (2) Pembantu navigasi pilot; dan (3) koordinator yang bertugas survei titik kontrol, dan pemrosesan fotogrametri digital. Sedangkan instrumen utama adalah wahana pesawat aeromodeling sebagai pembawa kamera digital; dan software fotogrametri jarak dekat digital sebagai pemrosesan data citra foto udara. Jadi pada hakekatnya sistem ini mengerjakan pekerjaan pemetaan dengan teknologi fotogrametri, tetapi mengunakan instrumentasi yang disederhanakan agar dapat dikerjakan oleh personil dan perangkat yang banyak tersedia di pasaran teknologi informasi pada umumnya. Pada dasarnya prinsip kerja sistem pemetaan dari udara memanfaatkan WUNA sama seperti pemetaan dari udara pada umumnya, hanya saja menggunakan perangkat yang jauh lebih portable dan cakupan luasan yang lebih kecil. Sistem terdiri dari sejumlah modul, yaitu (1) wahana udara; (2) sensor pencitraan dan dudukannya; (3) E-9

pemrosesan data dan visualisasi hasil; (4) station pengontrol di darat; dan (5) basidata rupabumi. Gambar 2 menunjukkan bagan kerja antar sub-sistem. Pilihan jenis produk dasar yang bisa dihasilkan dari pemanfaatan sistem Inderaja-WUNA adalah untuk keperluan informasi geospasial seperti: penentuan posisi obyek yang akurat, pengukuran bentuk dan dimensi obyek, kondisi topografi terain, tutupan lahan, dan informasi tematik sejenisnya (lihat Tabel 1). Tabel 1. Ilustrasi pilihan produk sistem Inderaja-WUNA Jenis Produk Ilustrasi Gambar Foto Udara Suatu Obyek Jasa informasi bentuk dan dimensi, guna menjawab: Berapa ukuran panjang, lebar, tinggi suatu obyek? Pabrik Rokok Menara Pemodelan 3D suatu kawasan Jasa informasi bentuk dan dimensi, guna menjawab: Berapa ukuran panjang, lebar, tinggi suatu obyek? Produk Survei-Pemetaan Jasa informasi produk pemetaan: Citra Ortofoto, Model Permukaan Digital, Topografi Terain Depo Plumpang Tambang Nikel Maluku Utara Gambar 3. Contoh pilihan produk dasar yang bisa dihasilkan. Karakteristik dari instrumentasi utama adalah pesawat aeromodeling (WUNA) sebagai platform pembawa kamera digital dan sistem avionik navigasi wahana dengan berat total < 2.5kg. Berat WUNA yang relatif ringan menyebabkan mudah terganggu angin dan turbulensi udara, sehingga sulit untuk mempertahankan WUNA sesuai dengan rencana jalur terbang. Sistem avionik navigasi terdiri dari GPS navigasi 10Hz, penerima tele kontrol (RX 72 Mhz R/C aeromodeling), Tx video sender (1 Watt 2.4 GHz), OSD (On Screen Display) dan micro camera. Video sender juga bekerja sebagai data telemetry yang mengirimkan data video pandangan kamera dan data posisi GPS ke Ground Station. Pada jenis wahana udara tertentu yang kurang stabil perlu ditambahkan instrumen co-pilot yang bekerja untuk menstabilkan dan leveling pesawat secara otomatis (autoleveling). Tombol shutter release kamera digital ditekan secara mekanik dengan putaran motor servo yang bisa diatur kecepatannya sehingga jeda waktu antar eksposure dapat diatur. Modul pemrosesan data didesain sedemikian rupa agar dapat menghasilkan produk dasar, yaitu citra mosaik, citra orto-mosaik, dan model permukaan digital. Produk pencitraan menghasilkan citra mosaik tidak terkontrol yang dapat dihasilkan segera setelah proses download data hasil pemotretan. Produk data spasial dan pemodelan 3D diproses dengan prosedur fotogrametri digital. Perbedaan terletak pada tidak digunakannya titik kontrol tanah pada produk pemodelan 3D. E-10

3. CONTOH KASUS APLIKASI DAN PEMBAHASAN Pada kasus aplikasi sistem di PT. ANTAM, Tbk. Unit Bisnis Pertambangan Nikel Maluku, informasi yang diperlukan adalah Peta Foto situasi sejumlah lokasi tambang nikel dan kondisi topografinya (lihat Gambar 4). Bentuk lokasi yang spesifik adalah kawasan relatif kecil (< 700Ha) dengan letak lokasi yang tersebar, bahkan ada yang merupakan pulau kecil berjarak sekitar 5-8km dari pulau Halmahera. Gambar 4. Lokasi kawasan tambang nikel, Maluku Utara. Dan Contoh Produk model 3D topografi Dalam kasus ini, dapat disimpulkan sejumlah hal sebagai berikut: 1. Sistem dapat menghasilkan produk dasar berupa citra ortomosaik dan model permukaan digital. Kedua produk dasar tersebut digunakan untuk menurunkan informasi geospasial berupa Peta Foto, Peta Kontur Topografi, dan model 3D topografi kawasan. 2. Sejumlah vegetasi yang menutup permukaan tanah menjadi persoalan utama yang menyulitkan untuk dapat menghasilkan topografi terain yang akurat. Permukaan tanah yang tertutup vegetasi tidak dapat dilihat dan tidak bisa diukur langsung. Jadi diperlukan prosedur penyaringan data pada data elevasi (point cloud) untuk mereduksi tinggi permukaan pohon menjadi tinggi terain. Tetapi keberadaan vegetasi ini akan berguna bagi kepentingan lingkungan dan proses reklamasi di masa mendatang. 3. Pada kasus ini, tinggi terbang dalam saat pemotretan udara adalah 350m dari atas permukaan tanah. Citra foto udara yang dihasilkan memiliki resolusi spasial sekitar 10cm yang memenuhi kebutuhan untuk produksi Peta sampai skala 1/1.000. Hasil akurasi informasi posisi horisontal (X,Y) rata-rata sekitar 20cm ( 2 piksel), sedangkan akurasi informasi elevasi (Z) rata-rata sekitar 35cm (3,5 piksel). 4. Cuaca berangin yang ada di pulau kecil menyulitkan wahana udara untuk dapat terbang presisi sesuai rencana jalur terbang. Akibatnya diperlukan nilai overlap diatas 80% dan sidelap 20% antar foto agar tidak terjadi area bolong akibat tidak ada foto udaranya. Pada kasus aplikasi sistem di PT. Chevron Pacific Indonesia lokasi propinsi Riau, informasi yang diperlukan adalah Citra ortofoto situasi lapangan minyak dan tematik tutupan lahan hasil interpretasi (lihat Gambar 5). Kondisi kawasan adalah lokasi eksploitasi dan beberapa kawasan pengembangan ladang minyak baru dengan luas total sekitar 100.100Ha. Jadi diperperlukan sistem yang beresiko kecil dan dapat cepat menghasilkan informasi. Peta tutupan lahan diperlukan sebagai data dasar untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Gambar 5. Ilustrasi produk citra ortofoto dan hasil klasifikasinya. E-11

Dalam kasus ini, dapat disimpulkan sejumlah hal sebagai berikut: 1. Sistem dapat menghasilkan produk dasar berupa citra ortomosaik dengan resolusi spasial 10cm. Resolusi spasial tersebut cukup untuk keperluan interpretasi citra secara visual guna menghasilkan informasi tutupan lahan. Informasi tutupan lahan akan menjadi informasi dasar untuk mengetahui dan menilai perubahan kawasan yang terjadi (lihat Gambar 6). Gambar 6. Ilustrasi perubahan kawasan dari tahun 2008 2011. 2. Pekerjaan interpretasi tutupan lahan pada citra resolusi tinggi secara otomatis masih belum bisa memberikan tingkat akurasi diatas 64%. Jadi interpretasi penggunaan lahan masih harus dikerjakan secara visual (manual). Hal ini menyebabkan proses produksi menjadi sangat lama dan hasil interpretasi secara visual (manual) tidak bisa lepas dari bias kesalahan akibat subyektifitas dari operator. 3. Pada kasus ini, hasil akurasi informasi posisi horisontal (X,Y) rata-rata sekitar 30cm (3 piksel), sedangkan akurasi informasi elevasi (Z) rata-rata sekitar 50cm (5 piksel). Akurasi tersebut cukup memenuhi kebutuhan informasi pengelolaan aset tanah yang meminta akurasi sub-meter (< 1m). 4. Ketajaman citra foto udara pada lokasi Duri lebih rendah kualitasnya bila dibandingkan area Minas. Hal ini terjadi karena lokasi Duri banyak terdapat kabut (haze) dari penguapan air. 5. KESIMPULAN Tulisan ini telah memberikan ilustrasi bagaimana sistem Penginderaan Jauh dengan Wahana Udara Nir-Awak dapat menghasilkan produk informasi yang dibutuhkan oleh industri pertambangan, minyak dan gas. Produk informasi geospasial dasar yang banyak diminta antara lain: (1) citra ortomosaik dengan resolusi spasial yang tajam lebih kecil dari 25cm; (2) model elevasi digital dengan tingkat kerapatan yang cukup untuk menonjolkan fitur-fitur topografi. Dari kedua informasi dasar tersebut selanjutnya dapat diturunkan produk Peta Foto; Peta Kontur Topografi; Peta Tutupan Lahan; Analisis Volumetrik; dan Visialisasi model 3D kawasan. Cuaca berangin dan berat wahana udara yang ringan (< 2.5kg) dapat menyulitkan pada saat perekaman gambar foto udara. Sehingga dimasa mendatang dengan semakin majunya sensor optik-elektrik, sistem tele-kontrol, dan sistem auto-pilot, maka diharapkan pekerjaan survei pemetaan dengan teknologi Inderaja-WUNA akan semakin mudah dan murah diaplikasikan. DAFTAR PUSTAKA Clark, A.F., J. C. Woods and O. Oechsle, 2010, A LOW-COST AIRBORNE PLATFORM FOR ECOLOGICAL MONITORING, International Archives of Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Vol. XXXVIII, Part 5, Commission V Symposium, Newcastle upon Tyne, UK. 2010 Eisenbeiss, H., 2008. The Autonomous Mini Helicopter: A powerful Platform for Mobile Mapping. ISPRS Congress, Beijing, China, International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences. XXXVII. Part B1: 977 983 Global Market Insight, 2005, Survey And Analysis of Remote Sensing Market Aerial and Spaceborne, dapat diakses dari http://www.globalinsights.com Grenzdörffer, G.J., A. Engelb, B. Teichertc, 2008, THE PHOTOGRAMMETRIC POTENTIAL OF LOW-COST UAVs IN FORESTRY AND AGRICULTURE, The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences. Vol. XXXVII. Part B1. Beijing 2008. Niethammer, U., S. Rothmund, M. R. James, J. Travelletti, M. Joswig, 2010, UAV-BASED REMOTE SENSING OF LANDSLIDES, International Archives of Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial E-12

Information Sciences, Vol. XXXVIII, Part 5, Commission V Symposium, Newcastle upon Tyne, UK. 2010 Rokhmana, C.A., 2008, Some Notes on Using Balloon Photography For Modeling The Landslide Area, Proceeding Map Asia 2008, Kuala Lumpur Rokhmana, C.A., 2009, THE POTENTIAL APPLICATIONS OF BALLOON PHOTOGRAMMETRY FOR CADASTRE MAPPING, Proceeding SEASC, Bali E-13