BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

I. PENDAHULUAN. menjadi kegiatan pokok bagi setiap manusia beradap. Berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang harus dilewati bagi setiap orang di Indonesia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk. perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif dapat. mengembangkan potensi pada dirinya untuk dapat memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB II LANDASAN TEORI. Disiplin mempunyai makna yang luas dan berbeda beda, oleh karena itu. batasan lain apabila dibandingkan dengan ahli lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, kepintaran, kemampuan berpikir seseorang atau kemampuan untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. dan berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjaga dari perilaku yang menyimpang dan hal-hal yang dapat

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas No.

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi,

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak sekali ditemukan permasalahan dalam belajar khususnya

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

UPAYA MENINGKATAN KEDISIPLINAN MASUK SEKOLAH MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA. Nelly Chandrawati Manalu

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menempatkan posisinya di tengah-tengah masyarakat sekaligus mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja lainnya yang menyebabkan terhambatnya kreatifitas siswa.

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

I. PENDAHULUAN. penelitian. Adapun pembahasan secara lebih rinci ditunjukkan pada bagian-bagian

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akhirnya memang akan menjadi fenomena yang jelas-jelas mencoreng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

NIM /2007 : K

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang suatu proses perubahan yaitu

PENGARUH MOTIVASI, KEDISIPLINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA KARYAWAN BATIK BROTOSENO SRAGEN

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN GURU BK (KONSELOR) DENGAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMPN 3 TANJUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

I. PENDAHULUAN. kemandirian, kreativitas, dan produktivitas. Untuk itu diperlukan sistem

PENINGKATAN KEDISIPLINAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PERJANJIAN DAN PENGUATAN DIRI SISWA KELAS V SDN 1 TAWANG HARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian di teruskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut Undang- Undang Nomor 43 tahun 1999), adalah suatu landasan hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING. By: Asroful Kadafi

BAB I PENDAHULUAN. mendapat tempat terdepan dan terutama. Pendidikan merupakan faktor yang sangat esensial

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar siswa. Di sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bimbingan dan konseling oleh siswa di SMA Negeri 1 Telaga Biru Kabupaten

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Disiplin merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam dunia pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut Darmodiharjo (1984) pengertian disiplin adalah sikap mental mengandung kerelaan untuk mematuhi semua ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan dan norma-norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan melalui latihan siswa dapat mengatur dirinya sendiri dengan pelajaran yang diperolehnya, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan dalam dirinya serta dapat mengendalikan dirinya sendiri. Menurut Agus (1987) Disiplin belajar adalah predis posisi (kecenderungan) suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban. Banyak siswa di sekolah yang

2 masih mengalami rendahnya sikap untuk mematuhi tata tertib dan aturan di sekolah. Pada umumnya siswa banyak melalaikan tanggung jawab dan tugas mereka, seperti dalam mengerjakan tugas ataupun dalam kegiatan belajar di sekolah lainnya. Degunarso (1986), mengatakan bahwa disiplin belajar sebagai suatu proses dan latihan belajar yang bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan, seseorang telah dikatakan berhasil mempelajari atau ia berhasil mengikuti dengan sendirinya proses disiplin tersebut. Proses disiplin belajar dilalui seseorang melalui tahapan latihan atau belajar. Disiplin belajar awalnya memang berat tapi bila kita sudah berhasil mempelajari atau berlatih, kita akan dapat mengikuti dengan sendirinya tanpa merasa tertekan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMA Negeri 1 Kalirejo pada penelitian awal, beberapa siswa memiliki kedisiplinan belajar yang rendah. Berikut ini adalah pedoman wawancara kepada guru bk : 1.1 Pedoman Wawancara Kedisiplinan Belajar Siswa No. Pertanyaan 1. Apakah terdapat siswa yang mengalami kedisiplinan belajar rendah di sekolah? 2. Berapa banyak siswa yang kedisiplinan belajarnya rendah di sekolah? 3. Apa saja bentuk ketidakdisiplinan belajar siswa di sekolah ini? 4. Apakah perilaku tidak disiplin siswa dalam belajar mempengaruhi hasil belajar mereka? 5. Apakah ada sanksi yang diberikan kepada siswa yang kedisiplinan belajarnya rendah? 6. Apa saja yang telah diupayakan oleh guru BK untuk mengatasi kedisiplinan belajar siswa yang rendah?

3 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK diperoleh kedisiplinan belajar siswa yang rendah antara lain: membolos saat jam pelajaran berlangsung, mengobrol di kelas saat guru sedang menjelaskan materi, memainkan Handphone saat proses belajar mengajar, mengerjakan PR di sekolah. Beberapa hal yang membuat siswa mengalami kedisiplinan belajar yang rendah adalah siswa kurang menyukai mata pelajaran tertentu, siswa memiliki motivasi belajar yang rendah, dan siswa kurang memahami pentingnya disiplin dalam belajar. Disiplin belajar pada siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor -faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua golongan: (1) faktor yang ada pada diri individu, dan (2) faktor yang ada di luar individu atau faktor sosial. Yang termasuk faktor indivisual antara lain: faktor kematangan, pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial (Purwanto, 1998). Siswa yang memiliki disiplin belajar yang baik akan mempunyai kecakapan dalam belajar, sebab berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam usaha belajarnya pada dasarnya tergantung bagaimana ia melakukan cara belajar yang baik, hal tersebut seperti pendapat Gie dalam (Astuti : 24): Dengan jalan disiplin untuk melaksanakan pedoman-pedoman yang baik di dalam usaha belajar, barulah seorang siswa mempunyai kecapakan cara-cara belajar yang baik. Sifat bermalas-malas dan mencari gampangnya saja, enggan untuk berusaha, payah untuk memusatkan perhatian, kebiasaan melamun serta gangguan-gangguan lainnya yang selalu menghinggapi kebanyakan siswa, gangguan itu hanya bisa diatasi kalau seorang siswa memiliki disiplin.

4 Dalam bimbingan konseling terdapat beberapa layanan yang biasa digunkan oleh konselor untuk membantu menyelesaikan masalah siswa di sekolah. Layanan bimbingan konseling terdiri dari 9 layanan yaitu: layanan pembelajaran, layanan orientasi, layanan mediasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, dan layanan konseling individu. Peneliti mengupayakan salah satu teknik konseling untuk mengatasi kedisiplinan belajar siswa. Teknik yang digunakan yaitu dengan menggunakan layanan konseling kelompok yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan prilaku atau sikap disiplin di sekolah. Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok (Sukardi, 2002). Konseling kelompok dirasa lebih efektif digunakan untuk mengatasi masalah disiplin siswa karena pemanfaatan dinamika kelompok membuat siswa lebih optimal dalam pemabahasan dan penyelesaian masalah. Seperti yang dikemukakan oleh Tohirin ( 2011 ) konseling kelompok adalah suatu upaya pemberian bantuan kepada individu (siswa) yang mempunyai masalahmasalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai pengembangan yang optimal. Layanan konseling kelompok merupakan suatu wadah dimana

5 setiap anggota kelompok memberikan pendapat dan gagasannya masingmasing dengan topik permasalahan yang sedang dibahas, di samping itu konseling kelompok menjunjung tinggi asas kesukarelaan dan asas kerahasiaan. 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut: 1. Adanya siswa yang membolos saat jam pelajaran berlangsung 2. Adanya siswa yang mengobrol di kelas saat guru sedang menjelaskan materi 3. Adanya siswa yang memainkan Handphone saat proses belajar mengajar 4. Adanya siswa yang mengerjakan PR di sekolah 5. Adanya siswa yang mengganggu temannya saat proses belajar mengajar. 3. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, batasan permasalahan penelitan Ini adalah, Peningkatan kedisiplinan belajar siswa dengan konseling kelompok pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kalirejo Tahun Pelajaran 2012-2013.

6 4. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah Kedisiplinan Belajar Siswa Rendah. Adapun permasalahannya adalah Apakah terjadi peningkatkan kedisiplinan belajar siswa dengan konseling kelompok pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kalirejo Tahun Pelajaran 2012-2013?. B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kedisiplinan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsepkonsep bimbingan. Khususnya kajian bimbingan konseling mengenai upaya meningkatkan kedisiplinan siswa. b. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi pemikiran bagi siswa, orang tua, guru pembimbing, dan tenaga kependidikan lainnya dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa.

7 C. Ruang Lingkup Penelitian Agar lebih jelas dan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut: 1. Ruang Lingkup Objek Penelitian Ruang lingkup objek penelitian ini adalah penggunaan layanan konseling kelompok untuk meningkatkan kedisiplinan belajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah. 2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah. 3. Ruang Lingkup Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah SMA Negeri 1 Kalirejo, Lampung Tengah. Waktu penelitian tahun pelajaran 2012/2013. D. Kerangka Berpikir Menurut Agus (1987) disiplin belajar adalah predisposition (kecenderungan) suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata tertib, dan sekaligus mengendalikan diri, menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar sekalipun yang mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban. Perilaku tidak disiplin belajar adalah sikap negatif dari dalam diri siswa yaitu datang terlambat, belum siap

8 saat pelajaran hendak dimulai dan tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Menurut Purwanto (1998), perilaku tidak disiplin belajar siswa ini timbul dipengaruhi dua faktor yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam diri siswa yaitu: 1. Tidak adanya motivasi dalam diri siswa. 2. Rendahnya minat belajar dalam diri siswa. 3. Siswa sulit berkonsentrasi didalam kelas. 4. Merasa kurang nyaman dengan teman sebaya disekolah. Sedangkan yang menjadi faktor dari luar dari diri siswa yaitu: 1. Keadaan keluarga dirumah 2. Lingkungan sosial yang kurang mendukung 3. Tidak adanya hubungan baik dengan guru mata pelajaran disekolah Apabila hal ini dibiarkan atau tidak dilakukan upaya peningkatan maka ini akan menjadi kebiasaan buruk dan berakibat pada nilai siswa yang menurun karena tidak serius dalam belajar atau tidak memiliki kedisiplinan dalam belajar. Maka, di sini peneliti mencoba melakukan peningkatan dengan menerapkan layanan bimbingan konseling, layanan bimbingan konseling yang digunakan adalah layanan konseling kelompok. Layanan konseling kelompok merupakan layanan bimbingan dan kelompok konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui

9 dinamika kelompok. Sehingga masalah kedisiplinan belajar siswa dapat dikurangi dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Siswa disiplin belajar rendah Siswa menjadi disiplin tinggi Penggunaan konseling kelompok Gambar 1.1 Kerangka Pikir E. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ha : Terjadi peningkatan kedisiplinan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan taraf signifikansi 5% pada siswa kelas X SMA NEGERI 1 Kalirejo. Ho : Tidak terjadi peningkatan kedisiplinan belajar siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok dengan taraf signifikansi 5 % pada siswa kelas X SMA NEGERI 1 Kalirejo.