BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori entitas yang dikemukakan oleh Paton menyatakan bahwa organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) baik dari level atas

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya yang menerapkan sistem sentralisasi dimana segala kekuasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Good governance sering diartikan sebagai tata kelola yang baik. World

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Terjadinya krisis pada tahun 1996 merupakan faktor perubahan

BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dimana satu orang atau lebih (principal) terlibat dengan orang lain (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. mendelegasikan sebagian wewenang untuk pengelolaan keuangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian yang serius. Orientasi pembangunan lebih banyak diarahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

Pengertian dan ruang lingkup akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

PENGARUH KINERJA DAN KARAKTERISTIK PEMDA TERHADAP PENGUNGKAPAN PADA WEBSITE PEMDA BARTOLOMEUS DYTA CAHYA TIMOR RUDIYANTO HERIBERTUS ANDRE PURWANUGRAHA

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan (agency theory) merupakan landasan teori dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya demokratisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) adalah laporan pertanggung-jawaban

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Keagenan (Agency Theory) dalam Pemerintahan. disebut agent. Agency problem muncul ketika principal mendelegasikan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transparansi pemerintah daerah dalam menjalankan pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat mendasar sejak diterapkannya otonomi daerah. dalam hal pengelolaan keuangan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi merupakan suatu langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

BAB II URAIAN TEORITIS. materil maupun spiritual (GBHN), pembangunan yang sedang dilaksanakan sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. dan aspirasi masyarakat yang sejalan dengan semangat demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 2004) tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Mustikarini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. ini menimbulkan peningkatan tanggung jawab penyelenggara pemerintah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal tahun 2001 mulai diberlakukannya kebijakan otonomi daerah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya masalah ekonomi dan hilangnya kepercayaan publik terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transparansi merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 2004, dan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 mewajibkan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam sektor publik, dalam hal ini adalah belanja modal,

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab pemerintah terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemerintahan merupakan salah satu hal yang kini menjadi perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. reformasi tata kelola pemerintah. Khususnya mengenai aset tetap, hal ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola keuangannya sendiri. Adanya otonomi daerah menjadi jalan bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. keagenan di dalam teori keagenan bahwa perusahaan merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Menurut Governmental

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori agensi. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak mendapatkan perhatian khusus dibandingkan masa-masa sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan perundangan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih (principal) mengikutsertakan orang lain (agent) untuk memberikan jasa atas

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB II DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. theory yaitu stewardship theory (Donaldson dan Davis, 1991), yang

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sejak big bang decentralization yang menandai era baru pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Teori Agency Jensen dan Meckling (1976) dala Puspita dan Martani (2012) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara prisipal dan agent, sehingga prinsipal tidak selamanya mengikuti keinginan agent. Hubungan keagenan tersebut juga terjadi di Pemerintahan antara pemerintah sebagai agen dan rakyat sebagai prinsipal. Pemerintah dapat melakukan kebijakan yang hanya mementingkan pemerinah, dan penguasa dan mengorbankan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Untuk mengurangi konflik maka diperlukan monitoring oleh prinsipal atas apa yang dilaukan oleh agen. Laporan keuangan dan pengungkapan informasi kepada publik adalah salah satu bentuk alat monitoring untuk mengurangi agency cost. Dala konsepsi pemberian informasi melalui internet kepada publik dapat dijadikan alat untuk mengurangi konflik keagenan. 2.1.2. E-Government E-government adalah penyelenggaraan pemerintahan dengan menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk meningkatkan kinerja pemerintah, serta memenuhi kebutuhan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas informasi keuangan pemerintah dengan 8

9 tujuan mencapai good governance. E-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, ataupun administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis (dalam Dewi, 2013). Sedangkan, The World Bank Group mendefinisikan e-government sebagai berikut: e-government berhubungan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti Wide Area Network, Internet dan mobile computing) oleh organisasi pemerintahan yang mempunyai kemampuan membentuk hubungan dengan warga Negara, bisnis dan organisasi lain dalam pemerintahan. (The World Bank Group, 2001). UNDP (United Nation Development Programme) juga memberikan definisi tersendiri dengan lebih singkat untuk E-Government : E-Government adalah aplikasi teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dari agen pemerintah (dalam Dewi, 2013) 2.1.3. Good Governance Governance dapat diartikan sebagai cara mengelola urusan-urusan publik. World Bank memberikan definisi governance sebagai the way power is used in managing economic and social resources for development of society. Sementara itu, United Nation Development Program (UNDP) mendefiniskan governance sebagai the exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nation s affair at al levels. Dalam hal ini, World Bank lebih menekankan pada

10 cara pemerintah mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunanmasyarakat, sedangkan UNDP menekankan pada aspek politik, ekonomi, dan administratif dalam pengelolaan negara. Political governance mengacu pada proses pembuatan kebiakan (policy/strategy formulation). Economic governance mengacu pada proses pembuatan keputusan di bidang ekonomi yang berimplikasi pada masalah pemerataan, penurunan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup. Administrative governance mengacu pada sistem implementasi kebijakan. Jika mengacu pada program World Bank dan UNDP, orientasi pembangunan sektor publik untuk menciptakan good governance. Pengertian good governance sering diartikan sebagai kepemerintahan yang baik. Sementar itu, World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejlaan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. 2.1.4. Pemerintah Daerah Pemerintahan Daerah berdasarkan UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut : Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan

11 daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2.1.5. Pengungkapan Pengungkapan menyangkut: 1. Untuk siapa informasi diungkapkan Kerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan terutama untuk mereka. Pengungkapan menuntut lebih dari sekedar pelaporan keuangan tetapi meliputi pula penyampaian informasi kualitatif dan non kualitatif. 2. Tujuan Pengungkapan Tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda. Hal yang berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi yang harus diungkap disebut dengan tingkat pengungkapan (level disclosure). Evan, dalam Suwardjono, (2005) mengidentifikasi tiga konsep pengungkapan adalah pengungkapan yang memadai (adequacy), wajar (fair) dan lengkap (full).

12 3. Keluasan dan Kerincian Pengungkapan Pengungkapan yang memadai menyiratkan jumlah pengungkapan minimum yang harus dipenuhi sesuai dengan tujuan pembuatan laporan keuangan yang tidak menyesatkan untuk pengambilan keputusan yang diarah. Pengungkapan yang wajar menyiratkan suatu tujuan etika yaitu memberikan perlakuan yang sama kepada semua calon pembaca. Pengungkapan lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan. 4. Cara dan waktu mengungkapkan informasi Penyampaian informasi selain disampaikan melalui laporan keuangan dapat juga disampaikan melalui media lain dalam bentuk finansial maupun non finansial. Informasi yang bersifat finansial dapat mengambil bentuk laporan tahunan, prospektus, laporan analisis dan sejenisnya. Sedangkan yang bersifat non finansial antara lain jumpa pers tentang produk baru, rencana perluasan, rencana peningkatan kesejahteraan karyawan dan sebagainya (FASB, SFAC No.5, par 7 dalam Sutomo, (2004)). Mengingat pentingnya pelaporan keuangan tersebut dan agar pelaporan keuangan dapat diinterpretasikan secara tepat, mudah dipahami, dan tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan maka pelaporan keuangan tersebut harus disusun sesuai standar yang berlaku. Alasan yang mendasari perlunya praktik pengungkapan pelaporan keuangan oleh manajemen kepada pemilik adalah hubungan antara principal dengan agent.

13 Secara sederhana pengungkapan dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan diharapkan dapat memberikan manfaat seluas-luasnya. Oleh karena itu pelaporan keuangan harus mengungkapkan informasi yang memadai. Pengungkapan yang dimaksud dapat berupa kebijakan akuntansi, jumlah saham yang beredar, harga saham perusahaan dan ukuran-ukuran alternatif lain (Cahyani, 2009). 2.1.6. Website Menurut Wikipedia (2013) situs web (bahasa Inggris: web site) atau sering disingkat dengan istilah situsadalah sejumlah halaman web yang memiliki topik saling terkait, terkadang disertai pula dengan berkas-berkas gambar, video, atau jenis-jenis berkas lainnya. Sebuah situs web biasanya ditempatkan setidaknya pada sebuah server web yang dapat diakses melalui jaringan seperti internet, ataupun jaringan wilayah lokal (LAN) melalui alamat internet yang dikenali sebagai URL. Gabungan atas semua situs yang dapat diakses publik di internet disebut pula sebagai Waring Wera Wanua atau lebih dikenal dengan singkatan WWW. Meskipun setidaknya halaman beranda situs internet umumnya dapat diakses publik secara bebas, pada prakteknya tidak semua situs memberikan kebebasan bagi publik untuk mengaksesnya, beberapa situs web mewajibkan pengunjung untuk melakukan pendaftaran sebagai anggota, atau bahkan

14 meminta pembayaran untuk dapat menjadi aggota untuk dapat mengakses isi yang terdapat dalam situs web tersebut, misalnya situs-situs yang menampilkan pornografi, situs-situs berita, layanan surel (e-mail), dan lain-lain. Pembatasan-pembatasan ini umumnya dilakukan karena alasan keamanan, menghormati privasi, atau karena tujuan komersil tertentu. Sebuah halaman web merupakan berkas yang ditulis sebagai berkas teks biasa (plain text) yang diatur dan dikombinasikan sedemikian rupa dengan instruksi-instruksi berbasis HTML, atau XHTML, kadang-kadang pula disisipi dengan sekelumit bahasa skrip. Berkas tersebut kemudian diterjemahkan oleh peramban web dan ditampilkan seperti layaknya sebuah halaman pada monitor komputer. Halaman-halaman web tersebut diakses oleh pengguna melalui protokol komunikasi jaringan yang disebut sebagai HTTP, sebagai tambahan untuk meningkatkan aspek keamanan dan aspek privasi yang lebih baik, situs web dapat pula mengimplementasikan mekanisme pengaksesan melalui protokol HTTPS. 2.1.7. Kinerja Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai

15 kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolak ukurnya (Mahsun dkk, 2012). Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan (Robertson, 2002 dalam Mahsun dkk, 2012). Mandell (1997) dalam Sumarjo (2010) mengungkapkan bahwa dengan melakukan pengukuran kinerja, pemerintah daerah memperoleh informasi yang dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan sehingga akan meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah dengan melihat tingkat efisiensi pemerintah daerah tersebut (Hamzah, 2008 dalam Sumarjo, 2010). 2.1.8. Karakteristik Karakteristik berarti mempunyai sifat khas seusai dengan perwatakan tertentu (Syafitri, 2012). Lesmana (2010) dalam Syafitri

16 (2012) mengatakan bahwa karakteristik pemerintah daerah bersifat khas dari otoritas administratif pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Elemen-elemen yang terdapat dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat menggambarkan karakteristik pemerintah daerah. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang memfasilitasi transparansi akuntabiitas publik, yang menyediakan informasi yang relevan mengenai kegiatan operasionalnya, posisi keuangan, arus kas, dan penjelasan atas pos-pos yang ada di dalam laporan keuangan tersebut. Penelitian yang dilakukan Suhardjanto dan Miranti (2009) dalam Sumarjo (2010) pada sektor swasta mendifinisikan karakteristik perusahaan sebagai ciri-ciri khusus yang melekat pada perusahaan, menandai sebuah perusahaan dan membedakannya dengan perusahaan lain. 2.1.9. Pendapatan Asli Daerah Yang dimaksud dengan pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

17 yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. (UU No. 29 Tahun 1999). 2.1.10. Dana Alokasi Umum Intergovernmental revenue adalah sejumlah transfer dana dari pusat yang sengaja dibuat untuk membiayai program-program daerah (Nam, 2001 dalam Sumarjo, 2010). Transfer tersebut lebih dikenal di Indonesia sebagai dana perimbangan (Suhardjanto et.al, 2010 dalam Sumarjo, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan, Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Menurut Wikipedia (2013) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap daerah otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk menandai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum terdiri dari:

18 1. Dana Alokasi Umum untuk daerah Provinsi 2. Dana Alokasi Umum untuk daerah kabupaten/kota Jumlah DAU setiap tahun ditentukan berdasarkan Keputusan Presiden. Setiap provinsi/kabupaten/kota menerima DAU dengan besaran yang tidak sama, dan ini diatur secara mendetail dalam Peraturan Pemerintah. Robin dan Austin (1987) dalam Puspita (2012) memaparkan bahwa intergovernmental revenue (DAU) merepresentasikan tingkat ketergantungan Pemda. Tingkat ketergantungan Pemda dapat diukur menggunakan Rasio Ketergantungan. Rasio ketergantungan menunjukkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap pendapatan transfer baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Rasio ini adalah perbandingan antara Dana alokasi umum dengan total realisasi anggaran pendapatan. 2.1.11. Ukuran Pemerintah Daerah Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.

19 Ukuran pemerintah daerah adalah prediktor signifikan untuk kepatuhan akuntansi (Patrick, 2007 dalam Sumarjo (2010). Kabupaten/Kota dengan total aset yang lebih besar akan lebih kompleks dalam menjaga dan mengelola asetnya. Konsekuensinya, pemerintah daerah perlu mengungkapkan lebih lanjut tentang daftar aset yang dimiliki, pemeliharaan, dan pengelolaannya (Suhardjanto et al., 2010 dalam Sumarjo 2010). Oleh karena itu, pemerintah daerah teresebut akan menaruh perhatian yang lebih tinggi dalam pengungkapan sesuaidengan standar akuntansi (Patrick, 2007; Cohen dan Kaimenakis, 2008, dalam Sumarjo 2010). 2.1.12. Kompleksitas Pemerintahan Berdasarkan Pasal 28 Ayat 2 UU No. 33 Tahun 2004, jumlah penduduk mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik setiap daerah. Semakin besar jumlah penduduk suatu daerah maka diikuti dengan penyediaan layanan publik yang semakin besar pula, dalam hal ini pemerintah daerah dituntut untuk mengungkapkan segala sesuatu informasi mengenai daerahnya kepada masyarakat. Ingram (1984) dalam Puspita (2012) memaparkan bahwa variabel kompleksitas pemerintahan (yang diproksi dengan jumlah penduduk) memberikan dorongan kepada Pemda untuk meningkatkan pengungkapan pada laporan keuangannya.

20 2.1.13. Belanja Daerah Menurut UU No. 32 Tahun 2004, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaam fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

21 2.2. PENELITIAN TERDAHULU Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Varaiabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Puspita dan Analisis Pengaruh Variabel Independen: Rasio PAD, Kompleksitas Pemerintahan, Martani (2012) Kinerja dan Rasio PAD, Rasio dan Belanja Daerah tidak berpengaruh Karakteristik Pemda Ketergantungan, Ukuran terhadap Pengungkapan Dalam Website Terhadap Tingkat Pemda, Kompleksitas Pemda, sedangkan Rasio Ketergantungan Pengungkapan dan Pemerintahan, Belanja dan Ukuran Pemda berpengaruh positif Kualitas Informasi Daerah terhada Pengungkapan dalam Website Dalam Website Pemda Variabel Dependen: Pemda. Pengungkapan dalam Website Pemda

22 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No. Nama Peneliti Judul Penelitian Varaiabel Penelitian Hasil Penelitian 2. Sumarjo Pengaruh Variabel Indpenden: Ukuran (size) pemerintah daerah, leverage, (2010) Karakteristik ukuran (size) pemerintah dan intergovernemental revenue Pemerintah Daerah daerah, kemakmuran berpengaruh terhadap kinerja keuangan Terhadap Kinerja (wealth) pemerintah daerah, pemerintah daerah, sedangkan kemakmuran Keuangan Pemerintah Daerah ukuran legislatif, leverage, Intergovernmental revenue, (wealth) dan ukuran legislatif tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.

23 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No. Nama Peneliti Judul Penelitian Varaiabel Penelitian Hasil Penelitian Variabel Kinerja Dependen: keuangan pemerintah daerah 3. Afryansyah Faktor-faktor yang Variabel Independen: Variabel press visibility mempunyai (2013) mempengaruhi Jumlah penduduk, tingkat pengaruh signifikan terhadap tingkat Pengungkapan investasi, Kompetisi politik, pengungkapan informasi akuntansi di Informasi Akuntansi kekayaan daerah, press internet secara sukarela oleh pemerintah Di Internet oleh Pemerintah Daerah visibility. Variabel Dependen: daerah, sedangkan variabel jumlah penduduk, tingkat investasi, kekayaan Pengungkapan Informasi daerah dan kompetisi politik tidak Akuntansi di Internet berpengaruh signifikan terhadap

24 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No. Nama Peneliti Judul Penelitian Varaiabel Penelitian Hasil Penelitian tingkat pengungkapan informasi akuntansi di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah. 4. Syafitri (2012) Analisis Pengaruh Karakteristik Variabel Independen: Ukuran Pemerintah Daerah, Umur administratif pemerintah daerah, Kekayaan pemerintah daerah dan Ukuran Pemerintah Daerah Jumlah anggota DPRD, legislatif berpengaruh positif dan signifikan Terhadap Tingkat Umur administratif terhadap tingkat pengungkapan wajib Pengungkapan Pemerintah Daerah, LKPD sedangkan intergovernmental Laporan Keuangan Kekayaan Pemerintah revenue memiliki pengaruh negatif yang Daerah, signifikan terhadap tingkat pengungkapan LKPD dan Variabel lainnya LKPD.

25 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) No. Nama Peneliti Judul Penelitian Varaiabel Penelitian Hasil Penelitian Jumlah SKPD, Latar Variabel independen lainnya, yaitu ukuran Belakang Pendidikan pemerintah daerah, diferensiasi fungsional, Kepala Daerah, Rasio spesialisasi pekerjaan, pembiayaan utang Kemandirian Keuangan dan rasio kemandirian Daerah, Pembiayaan Utang keuangan daerah tidak terbukti mempunyai dan revenue Intergovernmental pengaruh terhadap tingkat pengungkapan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Variabel Dependen: Tingkat pengugkapan wajib Kabupaten/Kota di Indonesia tahun anggaran 2008-2009.

26 2.3. PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.3.1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. (UU No. 29 Tahun 1999). Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunujkan seberapa besarkah Pemda dapat menggali sumber pendapatan yang berpotensi pada daerahnya. PAD menunjukkan kinerja daerah untuk menghasilkan pendapatannya secara mandiri. Pemda yang memiliki PAD tinggi akan menunujukkan kepada para stakeholdernya bahwa Pemda telah mengasilkan kinerja yang tinggi. Kinerja yang tinggi merupakan sinyal dari manajemen publik yang baik (Christiaensens, 1999 dalam Puspita dan Martani, 2012). Pemda yang memiliki kinerja yang tinggi akan mengungkapkan informasi mengenai daerahnya pada website yang dimilikinya. H 1 : Rasio PAD berpengaruh positif terhadap pengungkapan pada website Pemda. 2.3.2. Tingkat Ketergantungan Pemerintah pusat memberikan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus kepada setiap pemerintah daerah. Pemerintah pusat memantau

27 bagaimana penggunaan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus oleh pemerintah daerah dan melihat kinerja pemerintah daerah atas dana alokasi umum dan dana alokasi khusus yang telah diberikan. Semakin tinggi DAU yang diterima Pemda, menunujkan tingkat ketergantungan yang besar terhadap sumber dana lain untuk membiayai aparatnya. Pemda yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap sumber dana Pemerintah Pusat, maka Pemda tersebut juga memiliki tekanan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak (Liestiani 2008, dalam Puspita dan Martani, 2012). Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Puspita dan Martani (2012) menunjukan bahwa rasio ketergantungan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan dalam website pemda. H 2 : Rasio Ketergantungan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan pada website Pemda. 2.3.3. Ukuran Pemda Laswad et.al. (2005) dalam Puspita dan Martani (2010) menghubungkan kinerja terhadap internet financial reporting dengan ukuran Pemda. Ukuran Pemda digambarkan dengan seberapa besar aset yang dimiliki oleh Pemda. Besarnya aset yang dimiliki Pemda akan menggambarkan seberapa besar ukuran Pemda tersebut. Semakin besar besar aset yang dimiliki Pemda, semakin besar ukuran Pemda tersebut, maka semakin besar pula pertanggungjawaban atas aset yang dikelola pemda tersebut sudah digunakan dengan baik demi

28 menunjang kepentingan, pelayanan, dan kebutuhan masyarakat. Semakin besar pertanggungjawaban tersebut maka semakin besar pula penungkapan yang dilakukan Pemda dalam website yang dimilikinya H 3 : Ukuran Pemda berpengaruh posiitf terhadap tingkat pengungkapan pada website Pemda. 2.3.4. Kompleksitas Pemerintahan Berdasarkan Pasal 28 Ayat 2 UU No. 33 Tahun 2004, jumlah penduduk mencerminkan kebutuhan akan penyediaan layanan publik setiap daerah. Semakin besar jumlah penduduk suatu daerah maka diikuti dengan penyediaan layanan publik yang semakin besar pula, dalam hal ini pemerintah daerah dituntut untuk mengungkapkan segala sesuatu informasi mengenai daerahnya kepada masyarakat. Masyarakat berhak atas segala sesuatu informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan jalannya pemerintahan di daerahnya. Masyarakat yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk yang besar cenderung lebih modern dan banyak mengandalkan internet untuk mendapatkan informasi termasuk informasi tentang kinerja pemerintah daerahnya (Afryansyah, 2013). Salah satunya yaitu dengan menggunakan website yang dimiliki pemerintah daerah. H 4 : Kompleksitas Pemerintahan berpengaruh positif terhadap pengungkapan pada website Pemda

29 2.3.5. Belanja Daerah Menurut UU No. 32 Tahun 2004, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah. Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaam fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Merujuk kepada hal ini, seharusnya semakin tinggi tingkat pelayanan yang diberikan, semakin tinggi keinginan Pemda untuk mengungkapkan informasi pelayanan dalam website Pemda (Puspita dan Martani, 2012). H 5 : Belanja daerah berpengaruh positif terhadap pengungkapan pada website Pemda.