ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Persimpangan Jl. Sudirman Jl. Urip Sumohardjo Malang) Taufikkurrahman 7

dokumen-dokumen yang mirip
PERBAIKAN KAPASITAS SIMPANG BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN (Jl. Tumenggung Suryo-Jl Sulfat Malang) Taufikkurrahman 8

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.1, November 2012 (16-21)

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

EVALUASI PENGENDALIAN LALU LINTAS DENGAN LAMPU PENGATUR LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

PERENCANAAN SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG CIUNG WANARA DI KABUPATEN GIANYAR

Analisa Kinerja Simpang Bersinyal Pingit Yogyakarta

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG EMPAT TAMAN DAYU KABUPATEN PASURUAN)

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA JALAN KALIGARANG JALAN KELUD RAYA JALAN BENDUNGAN RAYA

TUNDAAN DAN TINGKAT PELAYANAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL TIGA LENGAN KAROMBASAN MANADO

KAJIAN KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DI KAWASAN PASAR TANAH MERAH BANGKALAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN RENCANA SIMPANG TAK SEBIDANG

KINERJA LALU LINTAS PERSIMPANGAN LENGAN EMPAT BERSIGNAL (STUDI KASUS: PERSIMPANGAN JALAN WALANDA MARAMIS MANADO)

periode pengamatan. Simpang bersinyal Jokteng Kulon Yogyakarta merupakan

STUDI KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL YANG TIDAK SEBIDANG DI KOTA MAKASSAR: STUDI KASUS SIMPANG JALAN URIP SUMOHARJO-JALAN LEIMENA

PENGARUH PEMBALIKAN ARAH ARUS LALU LINTAS TERHADAP KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Nonongan Kota Surakarta)

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN LALU LINTAS DI KAWASAN PINTU GERBANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA JALAN VETERAN KOTA MALANG KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS PENGARUH KINERJA LALU-LINTAS TERHADAP PEMASANGAN TRAFFIC LIGHT PADA SIMPANG TIGA (STUDI KASUS SIMPANG KKA)

BAB IV METODE PENELITIAN

EVALUASI KINERJA JALAN DAN PENATAAN ARUS LALU LINTAS PADA AKSES DERMAGA FERRY PENYEBERANGAN SIANTAN

BAB 3 METODOLOGI. Tahapan pengerjaan Tugas Akhir secara ringkas dapat dilihat dalam bentuk flow chart 3.1 dibawah ini : Mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

EVALUASI DAN PENANGANAN SIMPANG EMPAT BERSINYAL MENGGUNAKAN MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dimulainya penelitian terlebih dahulu dibuat tahapan-tahapan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dijabarkan dalam sebuah bagan alir seperti gambar 3.1.

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Ya Survei Pendahuluan

ANALISA KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL DI RUAS JALAN S.PARMAN DAN JALAN DI.PANJAITAN

STUDI KINERJA RUAS DAN PERSIMPANGAN DI KAWASAN LAPANGAN KAREBOSI PADA JLN. JEND. SUDIRMAN DI KOTA MAKASSAR

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

Kajian Kinerja Persimpangan Jalan Harapan Jalan Sam Ratulangi Menurut MKJI 1997

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA PADA JALAN KOMYOS SUDARSO JALAN UMUTHALIB KOTA PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN. Rencana pelaksanaan tugas akhir Analisa Simpang Bersinyal di Jl.Cideng dimulai

KAJIAN LAJUR KHUSUS SEPEDA MOTOR PADA JALAN JEND. AHMAD YANI PONTIANAK

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

BAB IV METODE PENELITIAN

MANAJEMEN LALU LINTAS PADA KAWASAN PASAR TANJUNG KABUPATEN JEMBER. Universitas Brawijaya

PEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini : Mulai. Pengamatan Daerah Studi

TINGKAT PELAYANAN PERSIMPANGAN BERSIGNAL JALAN SAM RATULANGI JALAN BABE PALAR MANADO. James A. Timboeleng ABSTRAK

KINERJA LALU LINTAS JALAN PADA PERSIMPANGAN BERSIGNAL EMPAT LENGAN PATUNG KUDA PAAL DUA MANADO. Johanis E. Lolong ABSTRAK

Studi Pengaruh Simpang Bersinyal Terhadap Kemacetan Lalu lintas di Ruas Jalan Bendungan Sigura gura Kota Malang

EVALUASI KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL JALAN RAYA MENGKRENG KABUPATEN JOMBANG

PENDAHULUAN. Traffic light merupakan sebuah teknologi yang mana kegunaannya adalah untuk mengatasi antrian dan dapat mempelancar arus lalu lintas

simpang. Pada sistem transportasi jalan dikenal tiga macam simpang yaitu pertemuan sebidang, pertemuan jalan tak sebidang, dan kombinasi keduanya.

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan satu dengan kendaraan lainnya ataupun dengan pejalan kaki.

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.7, November 2014 ( ) ISSN:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

PERBANDINGAN PENILAIAN TINGKAT PELAYANAN JALAN MENURUT PM 96/2015 DAN KM 14/2006

ANALISA KINERJA SIMPANG JALAN MANADO BITUNG JALAN PANIKI ATAS MENURUT MKJI 1997

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

KAJIAN PERBAIKAN KINERJA LALU LINTAS DI KORIDOR GERBANG PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG

KAJIAN VOLUME SERTA KINERJA LALU LINTAS Jl.MT.HARYONO-JEMBATAN SOEKARNO HATTA Jl.M.PANJAITAN Jl.BOGOR ATAS Jl.VETERAN DAN Jl.GAJAYANA JURNAL SKRIPSI

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013 ( ) ISSN:

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Lokasi Penelitian. Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil studi di kawasan sekitar Jalan Sardjito. Lokasi ini dipengaruhi oleh:

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL DUKUHWALUH PURWOKERTO. (Analyze of Intersection Street Performance in Dukuhwaluh Purwokerto)

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Empat Telukan Grogol Sukoharjo) Naskah Publikasi Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perempatan Cileungsi Kabupaten Bogor, terdapat beberapa tahapan pekerjaan

BAB IV METODE PENELITIAN

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya, maka dengan ini penulis mengambil referensi dari beberapa buku dan

PERHITUNGAN KINERJA BAGIAN JALINAN AKIBAT PEMBALIKAN ARUS LALU LINTAS ( Studi Kasus JL. Kom. Yos Sudarso JL. Kalilarangan Surakarta ) Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan dengan pejalan kaki (Abubakar I, 1995).

KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL PADA PERSIMPANGAN JALAN PAKUNEGARA - JALAN UDAN SAID - JALAN AHMAD YANI - JALAN PADAT KARYA GAYA BARU DI PANGKALAN BUN

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebelum memulai penelitian perlu dibuat langkah-langkah penelitian, dimana langkah- langkah penelitian tersebut adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah ruas jalan atau lebih yang saling bertemu, saling berpotongan atau bersilangan.

Kata kunci : Tingkat Kinerja, Manajemen Simpang Tak Bersinyal.

ANALISA KINERJA RUAS JALAN AKIBAT PARKIR DI BADAN JALAN. (Studi Kasus: Jalan Zainul Arifin Kota Malang)

EVALUASI KINERJA SIMPANG PATUNG NGURAH RAI (SIMPANG JALAN I GUSTI NGURAH RAI JALAN AIRPORT NGURAH RAI)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 2015 pukul WIB dengan data sebagai berikut :

STUDI PERENCANAAN TRAFFIC LIGHT SIMPANG JALAN AMBE NONA OPU TO SAPPAILE BATARA, KOTA PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. penarik (attractive) dan kawasan bangkitan (generation) yang meningkatkan tuntutan lalu lintas (

Analisa Kapasitas dan Tingkat Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Simpang Tiga Purwosari Kabupaten Pasuruan)

TINJAUAN PUSTAKA. Simpang jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

KAJIAN KOORDINASI SIMPANG JALAN PATIMURA DENGAN SIMPANG JALAN PANGLIMA SUDIRMAN, KOTA MALANG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

EVALUASI PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SINMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA SUPRIYADI)

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

STUDI KINERJA SIMPANG LIMA BERSINYAL ASIA AFRIKA AHMAD YANI BANDUNG

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Persimpangan Jl. Sudirman Jl. Urip Sumohardjo Taufikkurrahman 7 Abstrak: Persimpangan Jl. Sudirman Jl. Urip Sumohardjo Malang adalah simpang bersinyal 4 lengan yang merupakan pertemuan dari 4 jalan yaitu Jalan Sudirman Utara, Sudirman Selatan, Urip Sumohardjo dan Patimura. Jalan Sudirman merupakan jalur kendaraan berat yang melintasi kota Malang dari arah Utara ke Selatan dan sebaliknya. Sedangkan Jalan Urip Sumohardjo merupakan pintu masuk ke kota Malang dari arah Timur. Sehingga Persimpangan ini mempunyai lalulintas harian yang tinggi. Kondisi lingkungan di sekitar simpang adalah pemukiman, perkantoran, dan pertokoan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melakukan analisis tingkat kinerja simpang dan mencari beberapa alternatif solusi terhadap permasalahan yang ada guna meningkatkan kinerja simpang. Pengambilan data primer dilakukan dengan survei dan pengukuran kondisi geometrik. Pengolahan data menggunakan MKJI 1997. Hasil perhitungan menunjukkan, kinerja simpang pada kondisi existing kinerja persimpangan dalam kondisi buruk (tingkat pelayanan F). Perbaikan yang dilakukan adalah dengan optimasi waktu siklus. Optimasi waktu siklus dilakukan dengan menambah waktu hijau pada fase 2, yakni fase dari arah timur dan arah barat. Hal ini dilakukan karena arus lalulintas pada kedua arah ini cukup besar sehingga perlu di akomodasi. Hasil perhitungan menunjukkan perbaikan kinerja simpang dengan adanya penurunan nilai tundaan rata-rata. Kata Kunci: Simpang 4 lengan, Bersinyal, Kinerja, MKJI 1997 Persimpangan Jalan Panglima Sudirman Jalan Urip Sumoharjo merupakan simpang bersinyal dengan empat lengan yang berada di Kecamatan Klojen Kota Malang. Jalan Panglima Sudirman berarus padat karena merupakan jalur kendaraan berat dan tata guna lahan di sepanjang jalan tersebut merupakan campuran antara pemukiman, perkantoran, pertokoan, dan instansi militer. Persimpangan ini dikatagorikan dalam kawasan komersial. Gambar 1. Simpang 4- Jalan Panglima Sudirman Urip Sumoharjo (Sumber : Geogle Earth) Persimpangan Jl. Panglima Sudirman-Jl.Urip Sumoharjo persimpangan yang mempunyai lalulintas harian yang tinggi karena merupakan jalur yang dilewati oleh Taufikkurrahman adalah Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Wisnuwardhana Malang Email: taufikkurrahman73@gmail.com 74

75 kendaraan berat, baik yang akan menuju kota Malang, maupun yang akan menuju luar kota Malang. Semua kendaraan berat yang akan melintasi kota Malang baik dari arah utara maupun selatan melalui persimpangan ini. Persimpangan ini terdiri dari empat lengan yaitu lengan sebelah utara dan selatan adalah Jl. Sudirman, lengan sebelah Timur adalah Jl. Urip Sumohardjo, lengan sebelah barat adalah Jl. Patimura. Persimpangan ini juga merupakan pintu masuk ke kota Malang dari Utara yakni melalui lengan Jl. Sudirman dan dari arah Timur melalui Jl. Urip Sumohardjo. Dengan adanya arus lalulintas yang tinggi tersebut maka pada persimpangan sering terjadi tundaan yang panjang, terutama pada saat jam sibuk. Rumusan penelitian ini adalah: 1. Berapa besar kapasitas, panjang antrian dan derajat kejenuhan yang terjadi pada simpang? 2. Alternatif solusi apa yang paling sesuai dengan kondisi simpang bersinyal? Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kapasitas, panjang antrian dan derajat kejenuhanyang terjadi pada persimpangan 2. Memberikan alternatif solusi pemecahan masalah yang sesuai dengan kondisi yang ada di persimpangan Manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu bahan masukan mengenai kapasitas, panjang antrian dan derajat kejenuhan serta alternatif pemecahan masalah pada simpang bersinyal bagi Dinas Perhubungan kota Malang. METODE Tahapan penelitian Tahapan penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan gambar 2. Gambar 2. Bagan Alir Penelitian Tahapan-tahapan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian Pada langkah awal ini adalah melakukan identifikasi permasalahan 2. Studi Pustaka Pada langkah ini mengumpulkan pustaka-pustaka sebagai literatur yang dapat mendukung atau mendasari penelitian yang akan dilakukan.

76 3. Penentuan metode survey Pada langkah ini dilakukan perencanaan untuk survey penelitian yang meliputi penentuan waktu survey, alat dan bahan yang digunakan dan sumber daya manusia yang diperlukan. 4. Pengumpulan Data Pada tahapan dilakukan survey atau pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan data primer yang akan digunakan dalam perhitungan. 5. Rekapitulasi Data Jika data yang diperoleh lengkap dalam hal ini data yang diperlukan dalam perhitungan, maka dilakukan langkah berikutnya, tapi bila data ternyata masih kurang, maka dilakukan pengumpulan data kembali. 6. Analisa dan Pengolahan Data Pada langkah ini, data yang telah diperoleh dan telah direkapitulasi dapat dihitung atau dianalisa untuk dapat memecahkan masalah. 7. Kesimpulan Selanjutnya dari analisa yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan. Jenis dan sumber data Data yang otentik dan akurat adalah bagian terpenting dari penelitian ini. Untuk mendapatkan data tersebut maka perlu diklasifikasi menurut jenis dan sumber data tersebut. 1. Jenis data Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian tersebut adalah berupa data yang didapat langsung dari pengamatan (data primer) dan data yang didapat secara tidak langsung (data sekunder), misal data dari literatur, wacana, dan sebagainya yang melengkapi data primer. 2. Sumber data Sumber data yang dimaksud adalah obyek dari penelitian tersebut, atau dengan kata lain adalah dari mana data tersebut berasal. a. Sumber data primer : obyek yang diamati secara langsung di lapangan (kendaraan bermotor, kondisi lalu lintas, dsb) b. Sumber data sekunder : obyek ini didapat pada buku-buku literatur dan sumbersumber pustaka (data jumlah penduduk, faktor-faktor dalam menghitung kapasitas, dsb). Pengambilan Data Primer Data primer diambil dengan melakukan survei langsung dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan. Dengan cara ini diharapkan dapat diketahui kondisi aktual, sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam evaluasi dan perencanaan. Pengambilan data lalulintas dilakukan selama tiga hari, yaitu hari Sabtu dan Minggu untuk mewakili hari libur dan hari Senin mewakili hari kerja. Pelaksanaan survey lalulintas dilakukan mulai pukul 06.00 WIB-21.00 WIB. Peralatan yang dibutuhkan Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: 1. Counter 2. Pensil/pena 3. Stopwatch 4. Lembar isian data lalulintas

77 Pengumpulan Data Survey Arus Lalulintas Prosedur perhitungan arus lalu lintas adalah sebagai berikut: 1. Menentukan satu titik pengamatan pada hulu tiap pendekat. 2. Dua orang pengamat yang memegang masing-masing dua buah alat counter berdiri di antara dua titik pengamatan pada dua hulu pendekat dan dua orang pengamat lainnya melakukan hal yang sama pada dua hulu pendekat yang lain sedangkan empat orang pengamat yang lain masing-masing berdiri di dekat jalur belok kiri langsung pada tiap pendekat. 3. Menentukan lamanya pengamatan, yaitu satu jam dengan interval lima belas menit. 4. Menghitung kendaraan yang melewati titik pengamatan yang telah ditentukan. Dua orang pengamat yang membawa alat counter satu orang menghitung arus lurus sedangkan yang satu lagi menghitung arus belok kanan pada pendekat yang diamati. Empat orang pengamat yang masing-masing berdiri di dekat jalur belok kiri langsung, menghitung arus belok kiri langsung dengan cara manual. Survei Waktu Siklus Tiap Simpang Waktu siklus dan waktu sinyal tiap simpang dihitung dengan menggunakan dua buah stopwatch yang dipegang oleh satu orang, dimana : 1 Stopwatch A : untuk menghitung waktu siklus. 2 Stopwatch B : untuk menghitung waktu sinyal. Prosedur perhitungan waktu siklus dan waktu sinyal, yaitu: 1. Stopwatch A mulai dinyalakan untuk menghitung waktu satu siklus yaitu waktu untuk urutan lengkap dari indikasi sinyal (contoh : waktu antara dua saat permulaan merah yang berurutan pada satu pendekat yang sama). 2. Stopwatch B dinyalakan untuk menghitung lamanya waktu masing-masing sinyal menyala, yaitu : merah, kuning, dan hijau. 3. Prosedur tersebut diulangi untuk masing-masing pendekat. Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan, kemudian dikompilasi dan diolah. Prosedur pengolahan data dilakukan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, yaitu untuk mendapatkan kinerja simpangan bersinyal. Pengolahan data dilakukan dengan pedoman dari IHCM 1997. Prosedur pengolahan data dapat dilihat pada bagan alir berikut:

78 Gambar 3. Bagan Alir Pengolahan data Setelah didapatkan analisis data maka langkah selanjutnya adalah menentukan alternatif solusi yang memungkinkan untuk memecahkan permasalahan yang ada. Dalam penyelesaian masalah ini ditentukan beberapa alternatif solusi dan dipilih yang paling sesuai dengan kondisi simpang yang ada, yaitu : a. Penambahan lebar pendekat. Jika mungkin untuk menambah lebar pendekat, pengaruh terbaik dari tindakan seperti ini akan diperoleh jika pelebaran dilakukan pada pendekatpendekat dengan nilai FR Kritis tertinggi. b. Perubahan fase sinyal Jika pendekat dengan arus berangkat terlawan dan mempunyai rasio belok kanan tinggi menunjukkan nilai FR kritis yang tinggi (FR>0,8), suatu rencana fase alternative dengan fase terpisah untuk lalu lintas belok kanan mungkin akan sesuai. Rencana fase yang hanya dengan dua fase mungkin memberikan kapasitas lebih tinggi, asalkan gerakangerakan belok kanan tidak terlalu tinggi (<200 smp/jam). c. Pelarangan gerakan-gerakan belok kanan. Pelarangan bagi satu atau lebih gerakan belok kanan biasanya menaikkan kapasitas, terutama jika hal itu menyebabkan pengurangan jumlah fase yang diperlukan. Setelah analisis simpang kondisi saat ini diperoleh dan dipilih salah satu solusi pemecahan masalah, maka simpang tersebut dianalisis lagi agar sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.

79 HASIL DAN PEMBAHASAN Persimpangan Jl. Sudirman - JI. Urip Sumoharjo merupakan persimpangan dari jalan arteri sekunder dan merupakan jalan utama yang berfungsi sebagai jalan regional untuk lalu lintas menuju luar kota. Jalan Sudirman merupakan arteri primer yang menghubungkan bagian utara dan selatan kota. Pada persimpangan tersebut sering terjadi kemacetan yang sampai saat ini masih belum dapat dipecahkan. Sebagai jalan utama, kondisi jalan tersebut sudah tidak dapat mengimbangi perkembangan kota. Tataguna lahan pada lokasi persimpangan yang merupakan tataguna lahan campuran antara komersil dan permukiman, membuat persimpangan ini rawan terhadap kemacetan dan tundaan lalulintas. Selain itu, jalur ini merupakan jalur utama kendaraan berat yang akan menuju dan atau melintasi kota Malang. Sebagai jalan utama yang mempunyai lalu-lintas harian tinggi, perlu dilaksanakan pengembangan sedemikian rupa sehingga nantinya mampu melancarkan arus lalulintas dan dapat menunjang perkembangan kola dengan baik Sedangkan untuk saat ini banyak terjadi pembangunan yang tidak terkendali disepanjang jalan utama tersebut. Kecenderungan terjadinya masalah tersebut disebabkan oleh hal-hal antara lain: 1. Pertumbuhan berbagai kegiatan yang bersifat lokal disepanjang jalan wilayah studi. 2. Peningkatan hubungan sosial ekonomi antara kedua wilayah tepi jalan. 3. Berkembangnya fasilitas pelayanan lingkungan pemukiman disepanjang jalan tersebut. Kondisi Geometrik Persimpangan ini merupakan simpang bersinyal antara Jalan Panglima Sudirman sebagai jalan mayor dan Jalan Urip Sumoharjo sebagai jalan minor, dengan kaki-kaki sebagai berikut: Utara : Jalan Panglima Sudirman (Utara, dari arah Arjosari) Timur : Jalan Urip Sumoharjo (Timur, dari arah Sawojajar) Selatan : Jalan Panglima Sudirman (Selatan, dari arah Gadang) Barat : Jalan Patimura (Barat, dari arah Klojen) Kondisi geometrik persimpangan diperlihatkan dalam Tabel 1 dan Gambar 4. Tabel 1 Kondisi Geometrik Persimpangan Lebar (m) Belok kiri langsung (m) Median (m) Tata Guna Lahan Sekitar P. Sudirman (Utara) 11,2 2 0,4 Permukiman Urip S (Timur) 13,9 2 0 Permukiman P. Sudirman (Selatan) 12,1 2,5 0,4 Permukiman Patimura (Barat) 14,3 2,5 0 Komersial (Sumber : Hasil Survai)

80 Jl. Patimura Gambar 4. Kondisi Geometri Persimpangan (Sumber: Hasil Survey) Kondisi Arus Lalu Lintas Arus lalu lintas yang melalui persimpangan ini cukup tinggi. Dari hasil survey diperoleh komposisi lalu lintas jam puncak sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2, dengan proporsi pergerakan sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 5. Jam puncak terjadi pada hari Senin, jam 7.30 8.30. Tabel 2. Komposisi Lalu Lintas Jam Puncak Jumlah Kendaraan (kend/jam) Kend. Ringan Kend. Berat Sepeda Motor Tak ber Motor P. Sudirman (Utara) 775 114 1928 2 Urip S (Timur) 525 13 2463 79 P. Sudirman (Selatan) 256 101 1310 8 Patimura (Barat) 261 4 1156 20 (Sumber: Hasil Survey) Jl. Patimura Gambar 5. Arah dan Besaran Pergerakan Kendaraan pada Simpang

81 Analisa Operasional Kinerja Simpang Sistem pengoperasian lampu lalu lintas pada persimpangan ini terdiri atas 3 (tiga) fase, di mana masing-masing kaki mayor bergerak pada fase yang berbeda, sedangkan kaki-kaki minor bergerak pada fase yang bersamaan. Adapun pembagian fase pada simpang ini diperlihatkan dalam Tabel 3. Tabel 3. Pembagian Fase pada Simpang Fase P. Sudirman (Utara) 1 Waktu Siklus (det) Hijau (det) Kuning (det) Merah (det) 45 2 72 Urip S (Timur) 2 24 2 93 119 P. Sudirman (Selatan) 3 35 2 82 Patimura (Barat) 2 20 2 97 (Sumber: Hasil Survey) Kinerja Simpang Eksisting dengan menggunakan metode MKJI 1997 didapat seperti pada Tabel 4 dengan tingkat pelayanan simpang dihasilkan nilai F. Tabel 4. Kinerja Eksisting Persimpangan Jl. Sudirman - Jl. Urip Sumohardjo Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan Panjang Antrian (m) Tundaan (det/smp) Utara 686 1.860 360 1641.3 Tundaan Rata-rata (det/smp) Tingkat Pelayanan Selatan 480 1.283 361 592.5 Timur 342 4.403 217 6534.5 3,102.47 F Barat 341 1.546 93 1081.6 Dari tabel 4 di atas, terlihat panjang antrian terpanjang terjadi pada pendekat selatan sebesar 361 m, kapasitas terbesar terjadi pada pendekat utara sebesar 686, derajat Kejenuhan terbesar terjadi pada pendekat timur sebesar 4,4 dan tundaan terbesar sebesar 3102 det/smp dengan tingkat pelayanan F. Skenario Perbaikan Simpang Pada dasarnya, arus lalu lintas yang melalui persimpangan ini sudah tinggi dan lebar kaki persimpangan (jumlah lajur) tidak dapat mengakomodasi konfigurasi pergerakan kendaraan yang ada, selain itu sehingga pergerakan belok kanan yang cukup besar pada. Selain itu, terdapat pergerakan sepeda yang cukup tinggi yang perlu diakomodasi. Perbaikan yang diusulkan untuk simpang ini adalah optimasi waktu siklus dan pemberlakuan larangan belok kiri langsung. Optimasi siklus dilakukan dengan menambah waktu siklus pada fase 2, dengan maksud memberi kesempatan bagi pergerakan lurus yang cukup besar pada pendekat Timur (Jl. Urip Sumoharjo). Sedangkan larangan belok kiri langsung dilakukan pada pendekat Utara dan Selatan dengan harapan akan menambah nilai arus jenuh dasar dari pendekat yang bersangkutan. Perhitungan dilakukan berdasarkan formulir dari MKJI 1997 yaitu formulir SIG-I s/d SIG-V dengan hasil sebagai berikut.

82 Keteranga n Tabel 5. Optimasi Waktu Siklus pada Simpang (detik) Fase I (Utara) Fase II (Barat) Fase II (Timur) Fase III (Selatan) Utara Utara Timur Timur Barat Barat Selatan Selatan - - - - - - - - Selatan Barat Barat Utara Timur Selatan Utara Timur Hijau 45 45 31 31 35 35 49 49 Kuning 2 2 2 2 2 2 2 2 Merah 88 88 102 102 98 98 84 84 Total 135 135 135 135 135 135 135 135 Gambar berikut memperlihatkan pengaturan waktu yang ditentukan berdasarkan volume lalu lintas dengan perhitungan MKJI 1997 FASE Hijau Kuning Utara 45 2 88 Merah Merah Hijau Kuning Merah Timur 47 35 2 51 Barat 51 31 2 51 Hijau Kuning Merah Selatan 84 49 2 Selanjutnya, kinerja persimpangan dengan skenario perbaikan ini diperlihatkan dalam Tabel 6. Walaupun tingkat pelayanan persimpangan masih masuk level F, namun bila ditinjau dari tundaan rata-ratanya, nilainya sudah jauh berkurang, dari 3102 det/smp (kondisi eksisting) menjadi 240.53 det/smp (skenario perbaikan). Ditinjau dari derajat kejenuhannya, nilainya menunjukkan angka mendekati 1. Tabel 4.14 memperlihatkan perubahan kinerja persimpangan ditinjau dari perubahan nilai derajat kejenuhannya. Tabel 6. Kinerja Persimpangan Pasca Optimasi Waktu Kapasitas (smp/jam) Derajat Kejenuhan Panjang Antrian (m) Tundaan (det/smp) Utara 1201 1.0896 216 230.4 Selatan 654 0.9923 224 121.0 Timur 843 1.2270 143 479.8 Barat 843 0.5900 79 33.8 Tundaan Rata-rata (det/smp) Tingkat Pelayanan 240.53 F Tabel 4.14. Perubahan Kinerja Persimpangan Pasca Optimasi Waktu Siklus Merah Derajat Kejenuhan Eksisting Hijau Kuning Merah Derajat Kejenuhan Pasca Perbaikan WAKTU (detik) % Perubahan Derajat Kejenuhan Utara 1.8600 1.0896-41,44% Selatan 1.2826 0.9923-46,64% Timur 4.4032 1.2270-34,03% Barat 1.5460 0.5900-68,28%

83 KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dituliskan di depan, adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Kinerja Persimpangan eksisting adalah sebagai berikut: panjang antrian terpanjang terjadi pada pendekat selatan sebesar 361 m, kapasitas terbesar terjadi pada pendekat utara sebesar 686, derajat kejenuhan terbesar terjadi pada pendekat timur sebesar 4,4 dan tundaan terbesar sebesar 3102 det/smp, maka persimpangan tersebut masuk dalam Indek Tingkat Pelayanan (ITP) F yang mempunyai kondisi arus lalu lintas berada dalam keadaan dipaksakan, kecepatan relative rendah, arus lalu lintas. Kondisi tersebut sudah tidak layak untuk beroperasi, maka perlu ada perbaikan untuk peningkatan tingkat pelayanan jalan. 2. Alternatif penanganan yang dapat dilakukan sesuai kondisi lapangan adalah Optimasi siklus. Kinerja simpang pasca perbaikan menunjukkan perbaikan tingkat pelayanan dengan adanya penurunan nilai tundaan rata-rata dari dari 3102 det/smp (kondisi eksisting) menjadi 240.53 det/smp (skenario perbaikan). SARAN 1. Agar didapatkan perbandingan, maka evaluasi persimpangan dengan metode lain perlu dilakukan. 2. Untuk penelitian lanjutan perlu dilakukan penelitian mengenai sejauh mana perbedaan panjang antrian sesungguhnya dilapangan dibandingkan dengan hasil perhitungan (optimasi) pada kondisi lalulintas yang ada DAFTAR RUJUKAN. 1994. Highway Capacity Manual Special Report 209. Third Edition, Washington D.C. Transportation Research Board. National Research Council Akcelik, R., (1993), Traffic Signals : Capacity and Timing Analysis, Fifth edition, Australian Road Research Board, Victoria, Australia. Brilon, Werner (editor), 1988. Intersection Without Traffic Signals. Proceedings of an International Workshop 16-18 March 1988 in Bochum, West Germany,. Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997. Indonesian Highway Capacity Manual, Jakarta:Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Pembinaan Jalan Kota, 1990. Tata Cara Pelaksanaan Survey Perhitungan Lalu Lintas Cara Manual No. 001/BNKT/1990, Jakarta:Direktorat Jenderal Bina Marga. Direktorat Pembinaan Jalan Kota. 1990. Tata Cara Pelaksanaan Survey Perhitungan Waktu Perjalanan Lalu Lintas No. 016/BNKT/1990, Jakarta:Direktorat Jenderal Bina Marga. Hobbs. F.D. 1995. Perencanaan Dan Teknik Lalu Lintas. edisi kedua. Yogyakarta:Gajah Mada University Press. Iskandar Abubakar dkk. 1995. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib. Jakarta : Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Kimber, R.M., R.D. Coombe, 1980. The Traffic Capacity of Major/Minor Priority Junction, Depertement of the Environment Departement of Transport, TRRL Report SR 582. Berkshire :Crowthorne. Khisty Jotin, C, dan Kent Lall, B, 2005, Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi (Jilid 1), Edisi Ketiga (Terjemahan), Erlangga, Jakarta. Mahendra, M,. Suteja, W,. Wikrama AJ., Mayuni S. 1997. Unsignalized Intersection (T- Junction), Laporan Teknik Sipil, Fakultas Pasca Sarjana, ITB, Unpublised.

84 Munawar, Ahmad, 2006, Manajemen Lalu Lintas Perkotaan, Beta Offset,Yogyakarta. Nusantyo, S, 1997, Biaya Transportasi Masyarakat Yogyakarta, Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Oglesby. CH dan Hicks. RG, 1998, Teknik Jalan Raya, Erlangga, Jakarta. Tamin, Ofyar Z, 2000, Perencanaan dan Permodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung.