PENGEMBANGAN EKONOMI NELAYAN DAN PETANI IKAN DI DANAU KERINCI, PROVINSI JAMBI

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

BUSINESS ANALYSIS ENLARGEMENT COMMON CARP (Cyprinus carpio) FLOATING NET CAGES IN TANJUNG ALAI VILLAGE XIII KOTO KAMPAR DISTRICT RIAU PROVINCE

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province.

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

THE FEASIBILITY ANALYSIS OF SEINE NET THE MOORING AT PORT OF BELAWAN NORTH SUMATRA PROVINCE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DI DESA SUNGAI LUMPUR KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Penangkapan Ikan Dengan Jaring Insang (Gillnet) di Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sayangan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA IKAN DALAM KARAMBA JARING APUNG DI SUNGAI MELAWI KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI. Universitas Tanjungpura Pontianak

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENGEMBANGAN EKONOMI NELAYAN DAN PETANI IKAN DI DANAU KERINCI, PROVINSI JAMBI Alfian Zein Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta ABSTRAK Danau Kerinci merupakan salah satu perairan umum yang memiliki potensi besar dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat sekitar danau maupun pemerintah daerah di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Terdapat 1.042 orang yang menggantungkan kehidupannya melalui berbagai usaha dari danau ini, antara lain kegiatan menangkap ikan dan budidaya ikan di danau, kedua kegiatan ini masih dilakukan secara sub sisten. Kodisi social-ekonomi masyarakat masih rendah, dicirikan oleh tingkat keterampilan dan teknologi yang digunakan masih rendah, hal ini berimplikasi terhadap rendahnya hasil usaha, yang pada gilirannya pendapatan dan kesejahteraan mereka juga rendah. Guna pengembangan ekonomi masyarakat, perlu ditunjang dengan berbagai kegiatan; antara lain melalui peningkatan udaha berupa pengembangan alat tangkap ikan dan kegiatan budidaya ikan yang ramah lingkungan sesuai dengan daya dukung danau, antara lain; gillnet maksimum sebanyak 100 unit dan KJA maksimum 2480 unit. Hasil analisis usaha, menunjukkan bahwa usaha penangkapan dengan gillnet dan KJA layak dikembangkan, dengan variabel NPV, BC Ratio dan IRR berturut-turut Rp.11.111.000, 1,81 dan 70,91% untuk gillnet, sedangkan untuk KJA adalah Rp. 40.481.000,-, 1,34 dan 55,08%. Key words : pengembangan ekonomi nelayan dan petani ikan, kelayakan usaha PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan Umum Daratan (PUD) mempunyai posisi yang strategis dan berfungsi multi guna, selain dimanfaatkan sektor perikanan, juga dimanfaatkan oleh sektor lain seperti: perindustrian, pariwisata, perhubungan, pemukiman, dan sebagainya. Perairan umum terdiri dari danau, waduk, rawa, lebak, sungai serta genangan lainnya merupakan salah satu sumberdaya perairan yang potensial untuk lebih dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat, seperti untuk kegiatan penangkapan dan budidaya perikanan (Budiman, 2011). 1

Danau Kerinci terletak di Provinsi Jambi tepatnya di Kabupaten Kerinci yang memiliki 12 (dua belas) kecamatan yaitu: Kecamatan Gunung Raya, Batang Merangin, Keliling Danau, Danau Kerinci, Sitinjau Laut, Air Hangat, Air Hangat Timur, Depati VII, Gunung Kerinci, Siulak, Kayu Aro. Kabupaten Kerinci terletak di sebelah barat Kota Jambi yang memiliki jarak 425 km dan tepatnya 20 km dari Sungai Penuh sekaligus sebagai Ibukota Kabupaten Kerinci. Secara geografis lokasi Danau Kerinci berada pada koordinat antara 2 o 08 58,72 LU serta 101 o 29 19,02 BT yang terletak dengan ketinggian lebih kurang 783 m diatas permukaan laut dengan elevasi 462 m s/d 466 m. Danau ini hampir berbentuk bulat yang merupakan hasil bentukan alam berupa danau tektonik terjadi akibat proses faulting dengan tipe danau grabe. Pengelolaan Danau Kerinci sebagai salah satu upaya kegiatan perikanan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan di Danau Kerinci secara berkelanjutan perlu dilaksanakan secara bijaksana. Paradigma pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu digandeng dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh World Commission on Environment and Development, adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Tantangan terbesar perikanan Danau Kerinci adalah bagaimana mengembangkan sumberdaya perikanan dengan berorientasi bisnis kerakyatan tidak hanya untuk mensejahterakan rakyat sekitar Danau Kerinci namun juga untuk melestarikan sumberdaya ikan dan habitatnya di perairan danau tersebut. Untuk itu diperlukan sebuah landasan pengelolaan dan pengembangan sumberdaya Danau Kerinci secara bijaksana dengan melibatkan semua pihak yang terkait (komanajemen perikanan). Penelitian ini mengkaji sejauhmana pengembangan usaha penagkapan ikan dan budidaya ikan dapat dikembangkan di Danau Kerinci. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Melakukan identifikasi tentang profil masyarakat petani ikan dan nelayan di sekitar Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi 2

b. Analisis prospek pengembagan ekonomi kawasan danau c. Analisis kelayakan usaha penangkapan ikan dan budidaya ikan Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakasanakan selama 2 (dua) bulan dimulai pada bulan November sampai Desember 2011. Penelitian ini dilakukan disekitar Danau Kerinci dengan melibatkan masyarakat yang melakukan aktivitas ekonomi disekitar danau. METODE Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah : a. Lokasi penelitian meliputi Kecamatan-kecamatan di sekeliling Danau Kerinci, dan terutama masyarakatnya melakukan aktifitas ekonomi yang bertumpu kepada danau b. Melakukan pengumpulan data baik sekunder maupun primer c. Analisis data d. Interpretasi hasil analisis e. Penulisan laporan penelitian Sampel Sampel ditetapkan secara sengaja sesuai dengan tingkat proporsional populasi berdasarkan jenis usaha yang dilakukan dimana masing-masing jenis alat tangkap atau usaha KJA ditetapkan masing-masing 10 unit per Kecamatan dis ekitar Danau. Dengan demikian total sampel adalah sebanyak 70 unit, dengan alokasi sampel sebagai berikut ; nelayan sebanyak 50 orang (pada 3 Kecamatan) dan petani ikan sebanyak 20 orang pada 2 Kecamatan Metode Analisis Analisis data dilakukan melalui 2 cara, yaitu melalui deskriptif analisis dan kuantitatif analisis, sebagai berikut : 3

Deskriptif analisis Deskriptif analisis dilakukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat, yaitu melalui tabulasi silang (cross tab) dan penelaaahan situasi secara partisipasi (PRA) Kuantitatif analisis Kuantitatif analisis dilakukan untuk melihat Kelayakan usaha yang dilakukan oleh nelayan dan petani ikan. Indikator kelayakan yang digunakan adalah seperti NPV, B/C Ratio dan IRR (Gray et al, 1987). a. Analisis Net Present Value (NPV) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. Net Present Value merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu, yang dinyatakan dengan rumus: n NPV = Bt Ct t=1 (1 + i) t Keterangan: Bt = Pendapatan kotor unit usaha pada tahun t Ct = Biaya kotor unit usaha pada tahun t n = Umur ekonomis i = Tingkat bunga t = 1, 2, 3,, n Kriteria: NPV > 0, berarti usaha layak/menguntungkan NPV = 0, berarti usaha mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan NPV < 0, berarti usaha tidak layak/rugi. b. Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek. Net B/C merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif (Bt Ct > 0) dengan total nilai sekarang dari penerimaan yang bersifat negatif (Bt Ct < 0), dengan rumus: 4

Net B/C = n Bt Ct (untuk Bt Ct > 0) t=1 (1 + i) t n Ct Bt (untuk Bt Ct < 0) t=1 (1 + i) t Kriteria: Net B/C > 1, berarti usaha layak/menguntungkan Net B/C = 1, berarti usaha pulang pokok Net B/C < 1, berarti usaha tidak layak/rugi. c. Analisis Internal Rate of Return (IRR) Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi yang ditanamkan. Internal Rate of Return adalah tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu yang membuat NPV dari usaha sama dengan nol, dinyatakan dengan rumus: Analisis Internal Rate of Return (IRR) NPV IRR = i + ( ) x ( i i ) NPV NPV Keterangan: i = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV pada tingkat bunga i NPV = NPV pada tingkat bunga i Apabila IRR lebih besar dari tingkat diskonto (discount rate) yang berlaku, maka dari aspek finansial usaha layak untuk dikembangkan. HASIL PENELITIAN Profil Kawasan Kabupaten Kerinci terletak pada titik koordinat antara 101 08 Bujur Barat - 101 50 00 Bujur Timur dan antara 1 40 00-2 26 00 Lintang Selatan, dengan luas sebesar 5

380.850 ha. Dalam mendukung jalannya roda pemerintahan, Pusat Pemerintahan Kerinci berada di Kota Sungai Penuh, luas wilayah Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 : Luas Wilayah Kabupaten Kerinci dan Pembagian Daerah Administrasi No Wilayah LUAS (ha) 1. Gunung Raya 74,385 2. Batang Merangin 56,510 3. Keliling Danau 30,320 4. Danau Kerinci 29,730 5. Sitinjau Laut 3,950 6. Air Hangat 22,221 7. Air Hangat Timur 15,152 8. Depati VII 2,580 9. Gunung Kerinci 44,476 10. Siulak 59,020 11. Kayu Aro 26,655 12. Gunung Tujuh 16,250 Sumber: Kabupaten Kerinci Dalam Angka 2010 Dari Tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa luas Kabupaten Kerinci secara keseluruhan adalah: 380.850 ha, yang terdiri dari dua bagian dataran yaitu: dataran rendah dengan luas 69.768 ha, dan dataran tinggi dengan luas 311.082 ha. Kabupaten Kerinci dengan Ibukotanya Sungai Penuh memiliki 12 Kecamatan, dari dua belas Kecamatan tersebut Kecamatan Gunung Raya merupakan Kecamatan terluas yaitu: 74.385 ha (19%), diikuti oleh Kecamatan Siulak dengan luas 59.020 ha (15%). Danau Kerinci terletak pada 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Danau Kerinci, Keliling Danau dan Merangin Kondisi Fisik Wilayah a. Topografi Kondisi topografi Kabupaten Kerinci secara umum terbagi dalam 3 bagian, yaitu dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah. Ketinggian berkisar antara 500-1.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan kemiringan lereng / wilayah, Kabupaten Kerinci terbagi dalam 4 kategori, yaitu : Kemiringan lereng 0-2 % dari jumlah 3,33 % dari luas wilayah, Kemiringan Lereng 2-15 % berjumlah 15,62 %, Kemiringan Lereng 15-40 % lebih kurang 26,51 %, dan 6

Kemiringan Lereng > 40 % merupakan persentase terbesar yaitu berkisar 53,05 % dari luas Kabupaten Kerinci. b. Iklim Daerah Kecamatan Danau Kerinci dan Keliling Danau memiliki iklim yang tidak jauh berbeda dengan wilayah makronya yaitu Kabupaten Kerinci dimana beriklim tropis dengan temperatur udara berkisar antara 18,8 28,2 0 C. Hasil pengamatan dalam tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 179,1 mm dengan kelembaban antara 78 83 % serta penyinaran berkisar antara 37 65 %. c. Hidrologi Wilayah Kabupaten Kerinci banyak mengalir sejumlah sungai kecil, sedang dan besar di berbagai penjuru. Dimana arah alirannya rata-rata menuju ke sebelah timur. Sedangkan hulu sungai berada di bagian (pegunungan) ke arah barat (daerah rendah) yang merupakan daerah hilir, akhirnya bermuara ke Sungai Batanghari. Karena itu Sungai Batanghari merupakan muara dari sungai-sungai di wilayah bagian barat yang merupakan hulu sungai sekaligus sebagai daerah pegunungan atau dataran tinggi. Sungai besar antara lain Sungai Batang Merao, Sungai Buai, Sungai Jujun, Sungai Batang Sangkir, Sungai Batang Merangin, Sungai Betung Kuning dan sejumlah besar terbagi dalam anak-anak sungai kecil dan sedang. Disamping sungai terdapat pula Danau dan Rawa yang memiliki kekayaan hayati, seperti Danau Gunung Tujuh, Danau Belibis, Danau Kerinci, Danau Lingkat, Danau Padeang, Danau Kaco, dan Danau Kecik, dan sejumlah rawa-rawa yang tersebar di dataran rendah. Kependudukan Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Kerinci pada tahun 2010 tercatat sebesar 229,495 jiwa, yang terdiri dari 114,929 jiwa perempuan dan 114,566 jiwa laki-laki, yang tersebar di 12 wilayah kecamatan, seperti disajikan pada Piramida Penduduk pada Gambar 1. Piramida Penduduk Kabupaten Kerinci, 2010 7 60-64 40-44 20-24 0-4 (20.000)(10.000) - 10.000 20.000

Jika dilihat dari jumlah penduduk yang berada di kawasan danau, yang dilingkupi oleh 3 (tiga) Kecamatan, berjumlah 37.712 orang. Profil Sosial Ekonomi Masyarakat Dari 70 orang sample umur nelayan dan petani ikan berkisar antara 30 45 tahun, ditemui juga ada yang berprofesi ganda dimana sebagai penangkap ikan dan juga memelihara ikan / budidaya, distribusi umur disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 : Distribusi Umur Nelayan dan Petani Ikan No Kelas Umur (tahun) Jumlah Persen 1 < 30 4 6 2 30 35 21 30 3 35 40 12 17 4 40 45 12 17 5 > 45 21 30 Jumlah 70 100 Sumber : Pengolahan data Primer, 2011 Dilihat dari status perkawinan sampel pada umumnya sudah menikah dengan jumlah anal dalam satu keluarga rata-rata sebanyak 3 orang, dengan demikian satu keluarga harus menanggung sebanyak 5 jiwa. Menurut Zein, 2011 bahwa pada umumnya jumlah anggota keluarga masyarakat di pedesaan relative besar, antara 5 sampai 7 orang. pengalaman berusaha rata-rata berkisar antara 5 10 tahun, seperti diuraikan pada Tabel 3. Tabel 3 : Distribusi Pengalaman sebagai Nelayan dan Petani Ikan No Pengalaman sebagai nelayan/petani ikan (tahun) Jumlah Persen 1 < 5 17 24 2 5 10 35 50 3 > 10 18 26 Jumlah 70 100 Sumber : Pengolahan data Primer, 2011 Gambar 1 : Piramida Penduduk Kabupaten Kerinci Sedangkan Dilihat dari hasil tangkapan masih relative rendah yang berimplikasi kepada tingkat pendapatan yang tidak memadai (rata-rata dibawah Rp. 1 juta / bulan per KK). Hal ini terutama dikarenakan 8

masih menggunakan teknologi sederhana dan ekosistem telah mengalami kerusakan karena adanya kegiatan eksploitasi pasir danau yang cukup tinggi, disamping tingkat kompetisi penangkap ikan juga semakin tinggi. Dalam hal kegiatan budidaya ikan menggunakan KJA, dimana bibit relative sulit untuk didapatkan serta langkanya pakan ikan. Dewasa ini operasi mpenangkapan ikan di danau dilakukan dengan 3 jenis alat tangkap antara lain; jarring gillnet, jala dan bubu. Ketiga alat tangkap ini dioperasikan dengan cara sederhana menggunakan perahu kecil dan dayung, sedangkan udaha budidaya dewasa ini juga dilakukan dengan teknik Keramba Jaring Apung (KJA) dan Keramba Jaring Tancap (KJT) secara sederhana. Untuk itu diperlukan tingkat efisiensi dan kelancaran dalam berusaha baik dari segi penangkapan ikan maupun budidaya dengan KJA. Dengan demikian pemikiran alat tangkap yang efisien (Zein, 2001) dan teknik budidaya yang efektif dan efisien perlu dikembangkan di kawasan danau ini, antara lain gillnet dengan motor robin untuk menangkap ikan dibagian tengah danau, serta KJA yang lebih tertata sesuaidaya dukung perairan. Analisisi Ekonomi Pengembangan Perikanan Pengembangan suatu kawasan haruslah berdasarkan kekuatan basis ekonomi wilayah tersebut/ sector base (Todaro, 2004). Untuk itu pengembangan perikanan didarerah ini direkomendasikan kepada 2 macam usaha saja, yaitu kegiatan penangkapan ikan dan budidaya ikan. Dimana untuk kegiatan penangkapan ikan masih memungkinkan untuk ditingkatkan sebanyak 100 unit lagi alat tangkap baru, yaitu menggunakan gillnet. Sedangkan untuk kegiatan budidaya ikan adalah dalam kegiatan KJA sebanyak. Kedua macam kegiatan ini haruslah diarahkan kepada alat tangkap dan dan KJA yang ramah lingkungan dan dikembangkan secara bertahap, seperti disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut : Tabel 4 : Target Pengembagan usaha Perikanan di Danau Kerinci A. Penangkapan Ikan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Jumlah Alat Trad 2481 2481 2481 2481 2481 2481 2 Jumlah Alat Pakai Mesin 25 25 25 25 3 Produksi 602 632 710 789 870 953 B. Budidaya 9

1 Total KJA 412 592 752 922 1102 1382 2 Produksi 1.463 3.263 4.863 6.563 8.363 11.163 Total Produksi 2.065 3.895 5.573 7.352 9.233 12.116 Sumber : Hasil Analisis, 2011 Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan Dalam rangka pengembangan penangkapan ikan direkomendasikan alat tangkap yang ramah lingkungan yaitu gillnet, untuk menagkap sumberdaya ikan yang berada ditengah danau yang belum termanfaatkan secara optimal. Dari hasil kajian dilakukan analisis finansial untuk melihat kelayakan usaha unit penangkapan gillnet. Analisis finansial yang dilakukan terdiri dari analisis keuntungan dan analisis kelayakan usaha. Dalam melakukan analisis finansial digunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: Teknologi penangkapan ikan dilakukan secara sederhana dengan menggunakan mesin berukuran kecil atau mesin robin Satuan analisis untuk satu unit gill net lengkap yang terdiri atas perahu, mesin alat tangkap dan peralatan pendukung. Ukuran perahu yaitu panjang 6 m dan ukuran jaring dengan panjang 100 m Dalam 1 bulan dilakukan sebanyak 22 trip penangkapan, dalam 1 tahun 12 bulan kegiatan penangkapan Hasil tangkapan rata-rata adalah 7 Kg / trip. Harga jual ikan segar hasil tangkapan adalah Rp 20.000,- per kg a. Analisis Keuntungan Penangkapan ikan dengan alat gill net ini membutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 10.000.000,- untuk 1 unit. Biaya investasi tersebut digunakan untuk membeli perahu, mesin robin, alat tangkap dan peralatan tambahan. Biaya untuk usaha penangkapan terdiri dari biaya tetap (fix cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan biaya perawatan. Besarnya biaya tetap per tahun adalah sebesar 20% dari biaya investasi setiap tahunnya, yaitu sebesar Rp. 2.000.000,-. Sedangkan biaya variable yang dibutuhkan terdiri dari biaya operasional setiap pergi menangkap ikan, seperti; BBM, es, konsumsi, dll. Biaya variable per tahun adalah sebesar Rp. 12.540.000,-. Dengan demikian total biaya (total cost) yang dibutuhkan per tahun adalah sebesar Rp. 14.540.000,-, seperti disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 : Analisis Usaha penangkapan ikan No Komponen Modal/Biaya Usaha penangkapan ikan (Rp) 1. Modal Investasi 10.000.000 10

No Komponen Modal/Biaya Usaha penangkapan ikan (Rp) 2. Biaya Variabel 12.540.000 3. Biaya Tetap 2.000.000 4. Total Biaya (BV + BT) 14.540.000 5. Penerimaan 18.724.000 6. Keuntungan 9.362.000 Sumber: Hasil Perhitungan, 2011 Dalam satu tahun penerimaan nelayan dengan alat tangkap gillnet ini sebesar Rp.18.724.000,-, karena melibatkan ABK dalam kegiatan penangkapan ikan, maka penerimaan ini harus dibagi sebesar 50% untuk ABK (Bagi Hasil), sehingga keuntungan bersih bagi nelayan pemilik adalah sebesar Rp.9.362.000,- per tahun. b. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha dalam jangka panjang. Analisis yang dilakukan yaitu analisis kriteria investasi yang terdiri dari perhitungan NPV, IRR dan B/C Ratio. NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung berdasarkan nilai saat ini. Net B/C merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat positif dengan nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat negatif. IRR adalah nilai keuntungan internal dari investasi yang ditanamkan. Asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha penangkapan ikan sebagai berikut: Umur proyek ditetapkan selama 5 tahun. Satu bulan dapat melakukan penangkapan selama 22 hari / trip, dan dalam satu tahun selama 12 bulan. Harga ikan segar diasumsikan tetap selama umur proyek yaitu Rp 20.000 per kg. Seluruh harga input tetap selama umur proyek. Discount rate sebesar 12% (Hasil analisis disajikan pada Tabel 6) Tabel 6 : Nilai Kriteria Investasi Usaha Penangkapan Ikan No Komponen Usaha Penangkapan Ikan 11

1. NPV (Rp) 18.111.000 2. IRR (%) 70,91 3. B/C Ratio 1,81 Kesimpulan Layak Sumber: Hasil Perhitungan, 2011 Berdasarkan uraian diatas, berarti usaha penangkapan ikan dengan alat gillnet layak untuk dikembangkan. Perhitungan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Kelayakan Usaha Budidaya Ikan dengan sistim KJA Pengembangan budidaya ikan di Danau Kerinci dengan sistim KJA dianalisis berdasarkan dengan asumsi-asumsi dasar yang biasa berjalan di lapangan. Untuk kebutuhan ini dilakukan analisis kegiatan budidaya ikan di KJA dengan jumlah kantong jaring sebanyak 4 petak per unit KJA dengan ukuran masing-masingnya 5 x 5 x 4 m. Kepadatan ikan yang di tebar per jaring 5000 ekor dengan survival rate panen 96% dan menggunakan pakan ikan / pelet. Dari asumsi ini diperoleh hasil sebagai berikut : a. Analisis Keuntungan Usaha budidaya ikan di KJA dengan komoditas ikan nila membutuhkan biaya investasi sebesar Rp. 30.000.000,- untuk membuat sebanyak 1 unit KJA dengan 4 petak / kantong jaring. Biaya investasi tersebut digunakan untuk membuat konstruksi KJA dengan bahan dasar kayu balok sebagai rangka utama, papan, drum pelampung, jaring, tali-temali dan jangkar. Biaya untuk usaha budidaya ikan terdiri dari biaya tetap dan biaya variable. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan perawatan berbagai peralatan yang digunakan. Besarnya biaya tetap per tahun sebesar Rp 9.000.000,-. Biaya variabel yang dibutuhkan terdiri dari biaya benih, pakan dan obat-obatan, serta upah tenaga kerja. Total biaya variabel per musim panen sebesar Rp.39.860.000,-. Satu tahun dilakukan 3 kali pemeliharaan, sehingga biaya variable per tahun adalah Rp.119.580.000,-. Dengan demikian total biaya (total cost) yang dibutuhkan per tahun sebesar Rp. 128.580.000,- (Lihat Tabel 7) Tabel 7 : Analisis Usaha Budidaya ikan 12

No Uraian Jumlah A. Investasi Rp 30.000.000 B.1. Biaya Tetap Rp 9.000.000 B.2. Biaya Variabel Rp 119.580.000 C. Penerimaan Rp 172.800.000 D. Keuntungan per tahun Rp 44.220.000 Sumber: Hasil Perhitungan, 2011 Dalam satu tahun terdiri atas 3 kali musim pemeliharaan / panen dimana 13 penerimaan pembudidaya ikan sebesar Rp. 172.800.000,- sehingga diperoleh keuntungan usaha sebesar Rp. 44.220.000,- per tahun. b. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha dalam jangka panjang. Analisis yang dilakukan yaitu analisis kriteria investasi yang terdiri dari perhitungan NPV, IRR, dan B/C Ratio. NPV merupakan jumlah net benefit yang diperoleh selama umur proyek yang dihitung berdasarkan nilai saat ini. B/C Ratio merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat positif dengan nilai total sekarang dari penerimaan yang bersifat negatif. IRR adalah nilai keuntungan internal dari investasi yang ditanamkan. Asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan usaha budidaya ikan ini sebagai berikut: Umur proyek ditetapkan selama 5 tahun. Satu siklus produksi selama 3 bulan, dalam 1 tahun 3 kali pemeliharaan Harga ikan nila diasumsikan tetap selama umur proyek yaitu Rp. 20.000 per kg. Seluruh harga input tetap selama umur proyek. Discount rate sebesar 12 % per tahun. (seperti disajikan pada Tabel 8) Tabel 8 : Nilai Kriteria Investasi Usaha Budidaya Ikan di KJA No Uraian Jumlah 1 NPV 40.481.000 2 IRR 55.08% 3 B/C Ratio 1.34 Kesimpulan Sumber: Hasil Perhitungan, 2011 Layak

Berdasarkan perhitungan kriteria investasi pada usaha budidaya ikan terlihat bahwa nilai NPV sebesar Rp 40.481.000, IRR 55.08% dan B/C Ratio 1,34. Hal ini berarti bahwa usaha budidaya ikan di Danau Kerinci layak untuk dikembangkan. Perhitungan disajikan pada Lampiran 3, dan Lampiran 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : a. Danau Kerinci mempunyai prospek ekonomi yang sangat besar untuk dikembangkan, terutama dalam kegiatan menangkap ikan dan budidaya ikan dengan sistim KJA. Pengembagan usaha penangkapan dan KJA harus sesuai dengan daya dukung danau b. Pengembangan usaha penangkapan maksimum sebanyak 100 unit alat penangkapan dan 2480 unit KJA. c. Hasil analisis ekonomi, menunjukkan kedua jenis usaha tersebut layak untuk dikembangkan dengan indikator kelayakan, untuk gillnet BC Ratio 1,81 dan IRR 70,91%, sedangkan untuk KJA BC Ratio 1,34 dan IRR 55,08% Saran Untuk menjaga kelestarian ekosistem danau serta kegiatan perikanan dapat berjalan beriringan dengan kegiatan pariwisata dan kegiatan lainnya, maka pengembangan penangkapan ikan dan budidaya ikan haruslah sesuai dengan daya dukung danau, sehingga kegiatan perikanan dapat berjalan secara sustainable. PUSTAKA Alfian Zein, 1998. The enfluence of technological change on income and social structure in artisanal fisheries in Padang. Bung Hatta University Press, Padang. ISBN : 979-96199- 0-4 Alfian Zein, 2011. Wanita Nelayan dan Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Bung Hatta University Press. ISBN: 978-602-8899-41-3. Bappeda Kabupaten Kerinci, 2011. Kabupaten Kerinci Dalam Angka 2010. Sungai Penuh. Budiman, 2011. Petunjuk Teknis Minapolitan. Kementrian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 14

Clive Gray, Payaman Simanjuntak, Lien K. Sabur dan PFL Maspaitella, 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, 2004. Ekonomi Pembangunan di Dunia Ketiga (Edisi Kedelapan. Alih Bahasa : Haris Munandar). Penerbit PT. Erlangga. Jakarta 15