PENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING

dokumen-dokumen yang mirip
Pengawetan Kayu Mahoni Secara Tekanan dengan Deltamethrin terhadap Serangan Rayap Kayu Kering

PENGAWETAN METODE RENDAMAN PANAS DINGIN KAYU SENGON DENGAN EKSTRAK BUAH KECUBUNG TERHADAP SERANGAN RAYAP KAYU KERING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kayu saat ini merupakan komponen yang dibutuhkan dalam kehidupan

Uji ketahanan kayu dan produk kayu terhadap organisme perusak kayu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGAWETAN KAYU GUBAL JATI SECARA RENDAMAN DINGIN DENGAN PENGAWET BORON UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING (Cryptotermes cynocephalus Light.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2006). Dengan. Banyak faktor yang membuat potensi hutan menurun, misalnya

UJI DAYA RACUN BAHAN PENGAWET. 1. Uji Kultur Agar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SERBUK GERGAJIAN KAYU JATI (Tectona grandis) SEBAGAI BAHAN PENGAWET KAYU DURIAN (Durio zibethinus)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA TAHAN ROTAN YANG DIAWETKAN DENGAN CUKA KAYU GALAM TERHADAP SERANGAN BUBUK Dinoderus minutus Farb.

JENIS KAYU DARI HUTAN RAKYAT UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN

KOMBINASI BORAKS DAN ASAM BORAT SEBAGAI BAHAN PENGHAMBAT API DAN ANTIRAYAP PADA KAYU MERANTI MERAH. *

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

BAB III BAHAN DAN METODE

METODOLOGI PENELITIAN

SIFAT PENYERAPAN BAHAN PENGAWET PADA BEBERAPA JENIS KAYU BANGUNAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR...

PENGARUH PERBEDAAN UMUR DAN BAGIAN BATANG KAYU AKASIA (Acacia auriculiformis A. Cunn. ex. Benth) SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN INTISARI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

C11. SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat

PEMANFAATAN LIMBAH GERGAJIAN BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ARANG

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Vini Nur Febriana 1, Moerfiah 2, Jasni 3. Departemen Kehutanan, Gunung Batu Bogor ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODE PENELITIAN

PERUBAHAN SIFAT FISIK DAN STABILITAS DIMENSI KAYU AKIBAT PENGAWETAN MENGGUNAKAN IMPREGNASI KARBONDIOKSIDA

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

PERESAPAN BAHAN PENGAWET. 1. Faktor-faktor terhadap Peresapan

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN. vii

KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL LIMBAH KAYU SENGON DENGAN PERLAKUAN PENGAWETAN ASAP CAIR

BAB III METODE PENELITIAN. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

DAFTAR PUSTAKA. Borror Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi VI. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian sifat-sifat fisika dan mekanika kayu Glugu dan Sengon kawasan. Merapi dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi masyarakat Merapi

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

PENINGKATAN DAYA TAHAN RAMBAT API KAYU LAPIS DENGAN CARA PELABURAN NATRIUM SILIKAT PADA VENIR

Rendaman Panas Dan Dingin Dan Metode Rendaman Dingin. Terhadap Kayu Sengon (Paraserianthes falacataria) SAPARUDIN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGAWETAN KAYU. Eko Sri Haryanto

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Roman 11 * alamat penulis new roman 11. ABSTRACT (Times New Roman 11)

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

C10. Oleh : Titik Sundari 1), Burhanuddin Siagian 2), Widyanto D.N. 2) 1) Alumni Fakultas Kehutanan UGM, 2) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan UGM

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CUKA KAYU GALAM PADA PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SERANGAN RAYAP

Jakob Kailola, S.Hut Staf Agroforestri Padamara Tobelo

FRAKSINASI KOPAL DENGAN BERBAGAI PELARUT ORGANIK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

VARIASI KADAR ABU DALAM TERAS LUAR KAYU JATI

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Rekayasa

BAB I PENDAHULUAN. Industri pengolahan kayu yang semakin berkembang menyebabkan

C13 PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN PEG 1000 DAN POSISI RADIAL POHON PADA USAHA PENINGKATAN KUALITAS KAYU JATI UMUR MUDA DARI HUTAN RAKYAT DI GUNUNGKIDUL

ABSTRAK. ACHMAD MAHDI. Pengawetan Kayu Karet (Havea brasiliensis) Menggunakan Trusi dengan Metode Vakum Tekan (di bawah bimbingan H.

PENGARUH METODE PENGERINGAN DAN TEBAL KAYU TERHADAP KECEPATAN DAN CACAT PENGERINGAN KAYU TUSAM.

BAB III METODE PENELITIAN

Karlinasari et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): (2009)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Transkripsi:

PENGAWETAN KAYU MANGGA (Mangifera indica) SECARA TEKANAN DENGAN PERMETHRIN UNTUK MENCEGAH SERANGAN RAYAP KAYU KERING Danar Satwiko, Tomy Listyanto, dan Ganis Lukmandaru Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada email: ganisarema@lycos.com ABSTRAK Kayu mangga merupakan kayu buah buahan dan mempunyai potensi cukup besar namun belum dimanfaatkan secara optimal sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan pasokan atau ketersediaan kayu bundar. Kayu mangga memiliki kelas awet V sehingga riskan atau mudah terserang jamur dan rayap. Untuk meningkatkan kualitasnya, maka kayu mangga perlu diawetkan dengan bahan pengawet yang memiliki daya racun tinggi terhadap serangga perusak kayu. Permethrin merupakan insektisida yang mempunyai daya bunuh tinggi, toksisitas yang sangat rendah terhadap mamalia, tidak berbau, tidak mudah menguap, dosis penggunaan rendah dan mudah diperoleh di pasaran. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang disusun secara faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi bahan pengawet yaitu,625 x 1-2 %; 1,25 x 1-2 % dan 2,5 x 1-2 % dengan tekanan sebesar 5 atm, 7,5 atm, dan 1 atm. Rayap yang digunakan contoh pada penelitian ini adalah rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi dari faktor konsentrasi dan besar tekanan yang berpengaruh nyata terhadap pengurangan berat contoh uji dan derajat kerusakan. Faktor konsentrasi berbeda nyata terhadap absorbsi, retensi dan mortalitas. Sedangkan untuk faktor tekanan berbeda nyata terhadap absorbsi. Kisaran rata-rata nilai absorbsi bahan pengawet permethrin yaitu 115,414 144,312 kg/m 3, rerata nilai retensi 1,35 1,728 kg/m 3, rerata mortalitas rayap sebesar 7,7 1 % selama 1 minggu dan 98,7 1 % selama 2 minggu, rerata pengurangan berat sampel sebesar 364,67 mg, serta derajat kerusakan sebesar 29,283 %. Kata kunci: Mangifera indica., pengawetan kayu, permethrin, tekanan, Cryptotermes cynocephalus Light. I. PENDAHULUAN Untuk menanggulangi masalah kekurangan pasokan kayu bulat maka diintensifkan pemanfaatan kayu kurang dikenal dan penggunaan bahan berkayu lainnya yang mempunyai potensi cukup besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Kayu dari pohon penghasil buah-buahan dapat dijadikan salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan pasokan atau ketersediaan kayu bundar yang memiliki kelas awet dan kelas kuat tinggi. Salah satu kayu dari pohon penghasil buah-buahan adalah kayu mangga. Potensi pohon mangga di Indonesia cukup besar, pada tahun 25 luasan tanaman mangga mencapai 273.44 ha (Haris, 29). Selain itu di Kabupaten Probolinggo mangga menjadi salah satu komoditas unggulan, tercatat tanaman tua (tidak produktif) 9.741 pohon dan tanaman produktif 664.817 pohon (Anonim, 27a). Kayu mangga memiliki berat jenis,45,58 dan digolongkan dalam kayu ringan sampai agak ringan, kekuatannya agak rendah dan termasuk dalam kelas kuat III, kayu mangga riskan atau mudah terserang jamur dan rayap sehingga keawetannya masuk dalam kelas V (Martawijaya dkk, 1989). Pada kayu dengan kelas awet rendah, maka perlu dilakukan usaha pengawetan untuk memperpanjang umur kayu tersebut. Pengawetan adalah salah satu usaha untuk memperbaiki keawetan alami atau ketahanan kayu terhadap organisme perusak kayu agar umur pemakaiannya menjadi panjang dan menguntungkan. Permethrin merupakan salah satu termisida yang bersifat racun kontak dan lambung, yang dapat diemulsikan untuk mencegah serangan rayap kayu kering, rayap tanah, kumbang ambrosia dan bubuk kayu kering (Anonim, 27c). Piretroid digunakan sebagai bahan awet larutan organik ringan dalam industri perkayuan. Kegunaan akhir kayu berawet ini adalah lebih kepada kegunaan dalaman seperti kerangka kayu, lantai, dinding, bahan panel, dan bagian penyambungan (Anonim, 27d). Hasil penelitian terdahulu, Sulastiningsih dkk (1999) dan Inayah (21) menunjukkan bahwa permethrin yang dilarutkan dalam minyak dengan konsentrasi rendah melalui proses pelaburan dan pencelupan sudah cukup efektif untuk mencegah serangan rayap kayu kering. Selain konsentrasi bahan pengawet, besarnya tekanan juga mempengaruhi retensi dan absorbsi bahan pengawet ke dalam kayu. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi larutan permethrin yang relatif kecil serta melalui metode tekanan dalam mencegah serangan rayap kayu kering. 316 Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 212), Makassar

II. METODE PENELITIAN Pembuatan Contoh Uji Kayu yang digunakan berasal dari 1 pohon mangga yang diperoleh dari pekarangan warga. Pohon mangga ditebang menjadi log dengan panjang 1,5 meter yang diambil pada bagian tengah batang. Setelah itu dilakukan pembelahan menjadi balok dengan panjang 1,5 meter dengan jarak pembelahan 4 cm dari kulit kayu. Kemudian diambil empat balok yang diperoleh dari pembelahan yang posisinya masing masing dari tepi/dekat kulit. Balok tersebut kemudian dibelah menggunakan gergaji bundar untuk mendapatkan ukuran 5 x 5 x 3 cm. Setelah itu dibuat sampel berukuran 5 x 5 x 5 cm sebanyak 3 buah, dimana 27 sampel dikenakan perlakuan pengawetan dan 3 sampel untuk kontrol. Ukuran contoh uji pengawetan ini mengacu pada Protocol for Assessment of wood Preservatives dengan dimensi contoh uji minimum untuk pengawetan yaitu 15 mm (radial) x 25 mm (tangensial) x 5 mm (longitudinal) (Anonim, 27b). Setelah dilakukan pengampelasan untuk meratakan permukaan, pengecatan dilakukan pada keempat permukaan contoh uji, yaitu pada dua permukaan bidang transversal dan dua permukaan bidang yang berhadapan. Pengecatan dengan cat kayu ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya peresapan ganda. Sebagai data pendukung, contoh uji kadar air dan berat jenis penelitian sebanyak 9 buah dengan ukuran sesuai pada British Standard 373 yaitu 2 x 2 x 2 cm (Anonim, 1957) juga dipersiapkan. Contoh uji berat jenis dan kadar air diambil dari ujung tiap balok ukuran 5 x 5 x 1 cm. Penyiapan Bahan Pengawet Bahan pengawet yang digunakan adalah permethrin merk Dragnet yang dijual di pasaran. Konsentrasi larutan bahan pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah,625 x 1-2 %; 1,25 x 1-2 % dan 2,5 x 1-2 %. Bahan pengawet yang digunakan memiliki bahan aktif permetrin sebesar 384,96 gram/l (label kemasan) dengan berat larutan seluruhnya adalah sebesar 1 gram/l. Untuk mendapatkan larutan bahan pengawet berkonsentrsi,625 x 1-2 %; 1,25 x 1-2 % dan 2,5 x 1-2 % dilakukan dengan cara menentukan berat larutan masing masing konsentrasi tersebut, kemudian menentukan volumenya berdasarkan berat bahan permetrin yang terdapat dalam kemasan awal. Bahan pengawet permetrin diencerkan dengan menggunakan pelarut aquadest sehingga diperoleh larutan bahan pengawet dengan volume 3. ml. Tahap Pengawetan Sebelum dilakukan proses pengawetan dengan metode tekanan, sampel uji diharapkan sudah dalam keadaan kering udara hingga beratnya konstan. Dalam tangki diisi dengan larutan bahan pengawet dengan konsentrasi tertentu dan sesuai dengan variasi tekanan yang diberikan melalui pengaturan kompresor, dimana lama proses tekanan masing-masing adalah 3 menit. Setelah dilakukan proses tekanan sesuai dengan perlakuan yang diberikan, sampel uji dikeluarkan dari tangki pengawetan dan dilakukan pengusapan dengan kain bersih yang kering untuk menghilangkan larutan yang ada di permukaan sampel uji. Untuk dihitung absorbsi dan retensinya, tahap berikutnya dilakukan penimbangan pada sampel uji untuk mendapatkan berat setelah pengawetan dan sampel uji dikering udarakan sampai beratnya konstan selanjutnya kemudian ditimbang untuk memperoleh berat kering udara setelah pengawetan. Sebagai kontrol diberi tiga ulangan contoh uji tanpa perlakuan pengawetan. Setelah contoh uji diawetkan dan dikeringudarakan, contoh uji diberi perlakuan pengkondisian terhadap cuaca selama 1 hari mengacu ASTM D 1413 16 (197). Setelah proses pengawetan ini, contoh uji ditimbang dan diumpankan pada rayap. Salah satu bagian sisi contoh uji yang tidak dicat dipasang tabung kaca berdiameter kurang lebih 2,5 cm dan tinggi 4 cm dengan menggunakan lem untuk menempatkan rayap kayu kering. Pengumpanan contoh uji Rayap kayu kering Cryptotermes cynocephalus Light sebanyak 15 ekor yang diperoleh dari koloni rayap yang diisolasi dengan kayu ganitri selama sekitar 1 2 minggu dengan kisaran suhu sebesar 27 o C. Contoh uji yang telah selesai diawetkan dan telah melalui perlakuan pengkondisian terhadap cuaca dan beratnya konstan diuji dengan cara meletakkan rayap pada bagian sisi yang telah dilem dengan pipa kaca. Rayap yang digunakan dalam stadium nimpha yang sehat dan aktif sebanyak 5 ekor (N). Contoh uji Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 212), Makassar 317

diletakkan dalam ruangan yang sejuk dan gelap. Mortalitas rayap diamati setiap hari selama empat minggu. Rayap yang mati diambil agar tidak dimakan rayap yang lain. Setelah contoh uji diumpankan pada rayap, selanjutnya dilakukan penghitungan pengurangan berat contoh uji. Derajat kerusakan menunjukkan intensitas serangan rayap terhadap contoh uji, dihitung sebagai persentase penurunan berat contoh uji setelah pengumpanan terhadap penurunan berat kontrol. Analisis statistik Pada penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (Completely Randomized Design) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor dan tiga kali ulangan, yaitu faktor konsentrasi bahan pengawet (1, 15 dan 2 %) dan lama perendaman (2 jam panas dengan variasi 1, 3, dan 5 hari dingin). Untuk mengetahui pengaruh faktor yang berbeda nyata, digunakan uji keragaman (ANOVA) dwi-arah. Analisis lanjutan menggunakan Tukey HSD (Honestly Significant Difference) dilakukan untuk melihat seberapa jauh perbedaan nilai rata-rata perlakuan. Untuk pengujian mortalitas rayap, data ditransformasi ke akar kuadrat lalu ditransformasi lagi ke arcsin. Semua pengujian statistik menggunakan program SPSS 16. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Absorbsi dan retensi Absorbsi bahan pengawet adalah jumlah larutan bahan pengawet yang meresap ke dalam kayu sedangkan retensi bahan pengawet adalah banyaknya bahan pengawet tanpa pelarut yang meresap dan tertinggal di dalam kayu. Nilai hasil perhitungan rata- rata absorbsi dan retensi larutan bahan pengawet permethrin dalam kayu mangga dari masing-masing kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Hasil anova menunjukkan hanya faktor tekanan yang berbeda nyata (p =,4) pada absorbsi sedangkan faktor konsentrasi berpengaruh pada nilai retensi (p =,3). Dari hasil uji lanjut, terlihat bahwa semakin tinggi tekanan menghasilkan absorbsi yang semakin tinggi pula(115-144 kg/m 3 ). Kecenderungan yang sama juga diamati pada nilai konsentrasi larutan dengan retensinya (1,3-1,7 kg/m 3 ). Hunt dan Garrat (1986) mengatakan bahwa besarnya tekanan yang dipakai dan lamanya tekanan yang diberikan merupakan faktor penting dalam pengawetan kayu (impregnasi), apabila satu faktor atau kedua faktor tersebut dinaikkan maka hasil peresapan dan absorbsi juga naik. Di lain pihak, konsentrasi bahan pengawet akan mempengaruhi viskositas larutan pengawet dalam hal ini semakin tinggi konsentrasi dan viskositas, maka makin banyak bahan pengawet yang meresap ke dalam kayu. Tabel 1. Nilai rata-rata absorbsi larutan bahan pengawet (kg/m 3 ) pada berbagai konsentrasi dan tekanan Besar Tekanan (atm) 5 7,5 1 Rata-rata,625 x 1-2 111,7 117,52 139,62 122,716 1,25 x 1-2 114,82 127,753 145,247 129,274 2,5 x 1-2 12,414 129,43 148,7 132,638 Rata-rata 115,414 a 124,91 ab 144,312 b Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 % pada uji lanjut Tukey. Tabel 2. Nilai rata rata retensi (kg/m³) pada berbagai konsentrasi dan tekanan Besar Tekanan (atm) 5 7,5 1 Rata-rata,625 x 1-2 1,219 1,322 1,51 1,35 a 1,25 x 1-2 1,527 1,532 1,589 1,549 b 2,5 x 1-2 1,641 1,734 1,89 1,728 c Rata-rata 1,462 1,529 1,636 Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata pada taraf uji 5 % pada uji lanjut Tukey. 318 Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 212), Makassar

Pengurangan Berat (mg) Sifat Anti rayap Hasil anova dari pengurangan berat, dan derajat kerusakan semuanya menunjukkan interaksi sangat nyata antara kedua faktor tersebut (p <,1) sedangkan pada mortalitas rayap di minggu pertama hanya faktor konsentrasi permethrin yang berbeda nyata. Hasil uji lanjut tiga parameter tersebut bisa dilihat pada Gambar 1-3. Konsentrasi tertinggi (2,5 x 1-2 %) memberikan hasil yang berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya pada semua parameter pengukuran dimana tidak terdapat pengurangan berat, derajat kerusakan % serta mortalitas 1 % pada minggu pertama yang tidak dipengaruhi oleh besarnya tekanan. Efektifnya konsentrasi tersebut diduga karena retensi yang dihasilkan juga paling tinggi (Tabel 2). Pengurangan berat dan mortalitas rayap merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan keefektifan bahan pengawet. Pada penelitian ini, nilai rata rata pengurangan berat contoh uji (Gambar 1) dari konsentrasi terendah sampai tertinggi adalah 263,11 mg; 83,89 mg dan mg, dan dari tekanan terendah sampai tertinggi adalah 17 mg; 17,11 mg dan 69,89 mg. Pengurangan berat pada kontrol sebesar 1245,33 mg, lebih tinggi karena kontrol tidak mengandung bahan pengawet. Pada nilai mortalitas rayap, rata rata selama satu minggu pada tiga macam konsentrasi (,625 x 1-2 %; 1,25 x 1-2 %; 2,5 x 1-2 %) yaitu, 7,7 %; 95,8 %, dan 1 %; sedangkan hasil rata rata mortalitas rayap kayu kering selama dua minggu pada tiga macam konsentrasi adalah 98,7 % sampai 1 % (Gambar 4). Dari hasil tersebut diketahui bahwa bahan pengawet permethrin sangat efektif mencegah serangan rayap kayu kering. Pada kontrol tanpa bahan pengawet dan kontrol tanpa makanan didapatkan nilai rata rata mortalitas rayap kayu kering sebesar 27,33 % dan 1 % selama dua minggu. Hal tersebut menunjukkan bahwa rayap yang mengkonsumsi sampel kayu mangga berbahan pengawet permethrin dan tidak mengkonsumsi sama sekali mortalitas rayap kayu kering menunjukkan nilai yang sama selama dua minggu. 45 4 35 3 25 2 15 1 5 g f e d c b a a a,625 x 1 ² 1,25 x 1 ² 2,5 x 1 ² 5 atm 7,5 atm 1 atm Gambar 1. Pengurangan berat contoh uji kayu mangga terhadap serangan rayap kayu kering dengan variasi permethrin dan tekanan. Pengurangan berat kontrol kayu mangga tanpa bahan pengawet permethrin selama dua minggu sebesar 1245,33 mg. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey dengan α = 1%. Pengamatan mortalitas rayap kayu kering selama sebulan (Gambar 4) memperlihatkan bahwa semua perlakuan konsentrasi, mortalitas rayap kayu kering sudah mencapai 1 % pada minggu kedua. Hasil grafik tersebut menunjukkan perlakuan dengan konsentrasi larutan,625 x 1-2 % pada berbagai besar tekanan mempunyai kecenderungan kenaikan mortalitas rayap kayu kering yang lebih besar daripada kontrol 1 (tanpa perlakuan) dan lebih kecil daripada kontrol 2 (tanpa makanan) dimana mortalitas terus mengalami kenaikan sampai hari ke 13. Untuk konsentrasi 1,25 x 1-2 % dan 2,5 x 1-2 % memiliki kecenderungan kenaikan mortalitas rayap kayu kering yang lebih besar daripada kontrol 1 dan 2, dimana untuk konsentrasi 1,25 x 1-2 % mortalitas mengalami kenaikan tajam sampai hari ke 8 kemudian linier setelahnya karena sudah dicapai mortalitas sebesar 1 %. Untuk konsentrasi 2,5 x 1-2 % mortalitas mengalami kenaikan tajam sampai hari ke 2 kemudian linier setelahnya. Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 212), Makassar 319

Derajat Kerusakan (%) Mortalitas Rayap Kayu Kering (%) Minggu Pertama 11 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 b c a,625 x 1 ² 1,25 x 1 ² 2,5 x 1 ² Kontrol 1 Kontrol 2 Gambar 2. Mortalitas rayap kayu kering selama satu minggu dengan variasi konsentrasi permethrin (Nilai HSD =,7). Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey dengan α = 1%. Kontrol 1 adalah rayap tanpa makanan, kontrol 2 adalah contoh uji tanpa bahan pengawet permethrin. 35 3 g 25 2 15 1 f e d c 5 atm 7,5 atm 1 atm 5 b a a a,625 x 1 ² 1,25 x 1 ² 2,5 x 1 ² Kontrol Gambar 3. Derajat kerusakan karena serangan rayap kayu kering pada kayu mangga dengan variasi konsentrasi permethrin dan tekanan. Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji Tukey dengan α = 1%. Dari hasil pengamatan, sebagian besar rayap mati ketika bersentuhan dengan kayu yang mengandung bahan pengawet. Tarumingkeng (1992) menyebutkan bahwa permethrin merupakan racun kontak dan racun saraf yang kerjanya cepat dan serangga akan mengalami empat tahap akibat keracunan yaitu aksitasi (gerakan tak terkendali), konvulsi (kejang-kejang), paralisis (lumpuh) dan kematian. Penelitian sebelumnya dengan pengawet permethrin melalui metode pelaburan vinir penyusun kayu lapis dari kayu durian dengan konsentrasi,1% sudah efektif untuk mencegah serangan rayap kayu kering (Sulastiningsih dkk, 2). Sedangkan Inayah (21) menunjukkan bahwa bahan pengawet permethrin dengan konsentrasi,5% dan lama pencelupan 1 menit sudah cukup efektif untuk mencegah serangan rayap kayu kering karena mortalitas rayap mencapai 1%. 32 Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 212), Makassar

Mortalitas Rayap Kayu Kering (%) 12 1 8 6 4 2 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Pengamatan hari ke- K1T1 K1T2 K1T3 K2T1 K2T2 K2T3 K3T1 K3T2 K3T3 Kontrol 1 Gambar 4. Mortalitas rayap karena perlakuan permethrin pada kayu mangga seiring waktu. Keterangan: A1 = konsentrasi,625 x 1-2 %, A2 = konsentrasi 1,25 x 1-2 %, A3= konsentrasi 2,5 x 1-2 %, T1= tekanan 3 atm, T2= tekanan 5 atm, T3= tekanan 7,5 atm, kontrol 1 = tanpa bahan pengawet, kontrol 2 = tanpa makanan/kelaparan Derajat kerusakan dinyatakan dalam persen yaitu perbandingan antara pengurangan berat pada contoh uji dengan kombinasi perlakuan tertentu dengan pengurangan berat kontrol (contoh uji tanpa perlakuan). Dari hasil penelitian (Gambar 3) diketahui bahwa derajat kerusakan berkisar antara % sampai dengan 29,28 %. Dari rata-rata derajat kerusakan dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini kondisi kerusakan termasuk sedang, sehingga dapat dikatakan bahwa bahan pengawet cukup efektif untuk mencegah kerusakan kayu dari serangan rayap kayu kering. Nilai derajat kerusakan tertinggi didapatkan pada konsentrasi dan tekanan paling kecil. Pada konsentrasi paling besar dapat dilihat bahwa interaksi antara faktor konsentrasi dan tekanan sangat berpengaruh pada derajat kerusakan. Dengan begitu apabila konsentrasi dan tekanan diperbesar lagi sudah tidak berpengaruh lagi karena rayap kayu kering akan mati semua. Semakin besar konsentrasi maka semakin banyak zat kimia bersifat racun yang masuk ke dalam kayu. Kematian rayap mempengaruhi derajat kerusakan pada kayu. Semakin besar nilai mortalitas rayap maka semakin kecil derajat kerusakan yang ditimbulkan. Perlakuan pengawetan disebut efektif apabila intensitas serangan dari pengurangan berat kayu ringan dengan kerusakan berupa gerekan dangkal dan tidak luas (Hadikusumo, 24). IV. KESIMPULAN Faktor tekanan berpengaruh nyata pada absorbsi sedangkan faktor konsentrasi berpengaruh nyata pada nilai retensi. Semakin tinggi tekanan menghasilkan absorbsi yang semakin tinggi (115 144 kg/m 3 ), sedangkan semaikin tinggi nilai konsentrasi larutan akan menaikkan retensi (1,3 1,7 kg/m 3 ). Rerata mortalitas rayap sebesar 7,7 1 % selama 1 minggu dan 98,7 1 % selama 2 minggu, rerata pengurangan berat sampel sebesar 364,67 mg, serta derajat kerusakan sebesar 29,283 %. Interaksi sangat nyata pada faktor konsentrasi permethrin dan tekanan terlihat pada pengurangan berat, dan derajat kerusakan sedangkan pada mortalitas rayap di minggu pertama hanya faktor konsentrasi permethrin yang berbeda nyata. Konsentrasi 2,5 x 1-2 % memberikan hasil yang berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya pada semua parameter pengukuran dimana tidak terdapat pengurangan berat, derajat kerusakan % serta mortalitas 1 % pada minggu pertama yang tidak dipengaruhi oleh besarnya tekanan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1957. British Standard 373, 1957. Methods of Testing Small Clear Specimen of Timber. London.. 197. Annual Books of ASTM Standars, Part 16. Philadelphia. USA. Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 212), Makassar 321

. 27a. Mentan Panen Mangga dan Anggur di Probolinggo. http://www.hortikultura.co.id. (Diakses tanggal 27 September 211). 27b. Protocol for Assessment of Wood Preservatives. A Production of the Australian Wood Preservation Comitte.. 27c. Laporan Tahunan. Protokol Ujian untuk Penentuan Permetrin. http://www.dephut.go.id/ FBB/Industri.malaysia. (Diakses 5 September 211). 27d. Permethrin. http://www.ganfyd.org/ (diakses 21 Oktober 211). Hadikusumo, S. A. 24. Pengawetan Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak Dipublikasikan. Hunt, G.M. Garrat,G.A. 1986. Pengawetan Kayu. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. Inayah, Z. 21. Pengawetan Kayu Mahoni (Swietenia macrophylla) Secara Pencelupan dengan Permetrin untuk Mencegah Serangan Rayap Kayu Kering Cryptotermes cynocephalus Liht. Skripsi (tidak dipublikasikan). Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Martawijaya, A, Kartasujana, I., Kadir, K., Mandang, Y. I., Prawira, S. A.. 1989. Atlas Kayu Indonesia jilid II. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor. Indonesia. Sulastiningsih, I.M, Jasni, Iskandar.1999. Pengaruh Bahan Pengawet Permetrin terhadap Keteguhan Rekat dan Keawetan Kayu Lapis. Prosiding Mapeki. Masyarakat Peneliti Kayu, Indonesia. Tarumingkeng, R.C. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di Indonesia. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. 322 Seminar Nasional Mapeki XV (6-7 November 212), Makassar