BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
By : Angga Hapsila, SE.MM

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

ANALISIS KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT TERHADAP CALON DEBITUR

STRATEGI PENYELAMATAN KREDIT BERMASALAH DI BANK JATIM CABANG BOJONEGORO RANGKUMAN TUGAS AKHIR

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

Puji Lestari Penanganan Kredit Macet Pada PT.Bank Pengkreditan Rakyat Nusantara Bona Pasogit 19 Depok

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

M. Aditya Jaya Perdana Topowijono Zahroh Z. A. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

Syarat dan Ketentuan Umum Fasilitas Commonwealth KTA PT Bank Commonwealth

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. penyajian data. Data yang dihasilkan merupakan hasil dari penelitian

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

Yaniar Wineta Pratiwi Dwiatmanto Maria Goretti Wi Endang NP Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB II LANDASAN TEORI

Tinjauan Atas Perlakuan Akuntansi Restrukturisasi Kredit Bermasalah Pada Bank Bjb Kantor Cabang Pembantu Ujung Berung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

SYARAT DAN KETENTUAN DANA BANTUAN SAHABAT

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT AGUNAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB II. Landasan Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB V PENUTUP. golongan-golongan yang telah ditentukan oleh pihak Bank BTN. 1. Pembiayaan lancar, yaitu pembiyaan yang memenuhi kriteria

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka kesimpulan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) BJB yaitu Kredit

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan

g. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas. h. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank,

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Bank Perkreditan Rakyat Gamping Artha Raya

BAB I PENDAHULUAN. kredit, tabungan, pembayaran jasa dan melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Kuisioner Penelitian untuk Debitur ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT PRODUK KREDIT MASYARAKAT DESA KOMERSIL DI BANK X BOGOR

BAB IV. PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO ib PADA BRISYARIAH KANTOR CABANG PADANG

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai kegiatan penanganan atas

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN PINJAM MEMINJAM UANG BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Prinsip 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral dan Condition of economy) Atas Kebijakan Pemberian Kredit Pada Standard Chartered Bank Standard Chartered Bank sebagai salah satu lembaga keuangan, turut menunjang pembangunan di Indonesia, dengan memberikan jasa perbankan yang beragam dan berkualitas tinggi. Salah satunya adalah dengan pemberian kredit. Analisis yang pertama kali dilakukan oleh SCB adalah analisis kualitatif terhadap debitur. Analisis ini diasumsikan untuk mengetahui apakah perusahaannya benar-benar ada dan masih beroperasi dengan baik dan layak untuk diberikan pinjaman. 1. Data Umum dan Legalitas Usaha: a. Nama Debitur : PD. Muara Baja b. Nama Pemilik : Iwan Ramdhan Gemawan c. Bidang Usaha : Perdagangan Besi Baja d. Alamat : Bekasi e. Legalitas Usaha NPWP Perorangan : 06 NPWP Perusahaan : 34.686.992.412.000 60

61 SIUP : 1026.SB.6814 f. Daftar Pinjaman : KMK BRI 2 M, tahun 2011 g. Omzet : 2M/bulan 2. Analisis Prinsip-Prinsip Pemberian kredit a. Character Setelah dilakukan wanwancara dan pengumpulan dokumen, dilakukanlah BI checking guna melihat data data riwayat pinjaman calon debitur. Hasil dari BI checking menunjukan calon debitur tidak bermasalah dan belum pernah masuk dalam daftar hitam nasional (DHN) atau kredit macet Pada SCB atau bank lainnya. Reputasi yang dimiliki oleh debitur dihadapan mitra bisnisnya (supplier dan buyer) cukup baik. Hal ini terbukti bahwa yang bersangkutan mampu bekerjasama secara baik dengan para buyer dan suppliernya. Debitur dinilai kredibilitasnya positif, maka tingkat terjadinya resiko tak tertagihnya hutang semakin kecil sehingga kreditur dalam memutuskan pemberian kredit semakin besar. Apalagi setelah pemutus kredit melihat kondisi tempat tinggal sipemilik perusahaan, maka tampak jelas bahwa debitur tersebut layak diberikan kredit. b. Capacity Pendidikan nasabah dinilai cukup, debitur mampu dalam bidang bisnis yang dijalankannya, hal ini diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan

62 kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Standard Chartered Bank melihat jenis usaha dan omzet calon debitur dalam tiap bulannya setelah dikurangi dengan kewajiban calon debitur masih masuk DBR nya. Maka hal ini akan menjadi salah satu pertimbangan SCB dalam memberikan kreditnya kepada debitur. Manajemen debitur dinilai mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengelola usahanya, maka risiko hutang tak tertagih akan semakin kecil sehingga kreditur dalam memberikan keputusan kreditnya akan besar. Memang pendidikan nasabah bukan salah satu faktor utama, akan tetapi dengan memiliki pendidikan maka akan dapat diketahui wawasan yang luas serta kemampuan yang dimiliki pihak nasabah dalam mengembalikan dana. 3. Capital Dilihat dari likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainnya (neraca dan laporan rugi laba) penggunaan modal sangat efektif. Analis melihat sumber modal debitur yang ada sekarang ini berasal dari penghasilan yang bersangkutan selama bekerja pada bidang yang sama di perusahaan lain sejak tahun 1998. Pihak manajemen berupaya terus mengalokasi dana yang digunakan untuk menekan jumlah pengeluaran. Analis kredit melihat dana yang diajukan dari pemilik perusahaan tersebut untuk mengelola usahanya bukan untuk membayar kewajiban-kewajiban yang harus ditanggung oleh pihak pemilik perusahaan. Debitur tersebut mampu memenuhi persyaratan dalam pemenuhan kecukupan modal, maka pihak

63 manajemen perbankan akan semakin yakin dalam memutuskan untuk memberikan kredit. 4. Colleteral Pinjaman yang diberikan adalah pinjaman tanpa jaminan (unsecured Loan). Plafond yang akan diberikan sekitar Rp. 750.000.000,-. Untuk itu pihak pemutus kredit meminta foto copy tanda kepemilikan bukti asset berupa AJB (akte jual beli) atau sertifikat rumah dari pemilik perusahaan. Hal tersebut untuk mengantisipasi nasabah berpindah domisili, sehingga kemungkinan risiko hutang tak tertagih akan semakin kecil dan kreditur tidak segan-segan akan mengabulkan pemberian kredit. 5. Condition Of Economy Penilaian prospek bidang usaha debitur yang dibiayai memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit itu bermasalah kecil. Hal ini dapat dilihat kondisi ekonomi Negara Indonesia yang stabil dan maraknya pembangunan di Indonesia (property). Penilaian lain analis adalah debitur dinilai mampu dalam mengembangkan kondisi usaha perusahaan dengan pemasaran luas dan prospektif maka analis kredit akan mengambil keputusan untuk memberikan kredit.

64 Tabel 4.1. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit pada Standard Chartered Bank Prinsip 5C Tolak Ukur pada SCB Hasil Pemberian Kredit 1. Character 1. Dilihat dari aplikasi permohonan kredit Analis akan mengetahui yang dibuat oleh calon debitur dan BI history kredit calon debitur Checking selama pernah mempunyai 2. Dari hasil wawancara antara analisis fasilitas pinjaman di kredit SCB dengan calon debitur perbankan 2. Capacity 1. Dilihat dari penghasilan calon debitur Analis akan mengetahui dikurangi dengan biaya hidup /bulan. Biasanya 70% dari penghasilan bersih kemampuan cicilan perbulan calon debitur, dan apakah 2. Dilihat dari usaha yang dijalankan oleh manajemen mempunyai calon debitur apakah usaha tersebut kemampuan yang tinggi mempunyai prospektif yang baik dalam mengelola usahanya 3. Capital Capital ini hanya berlaku bagi kredit yang diperuntukkan untuk pengembangan usaha. Biasanya SCB memberikan 80% kredit dari total modal yang diperlukan. Dengan melihat prospek usaha dan perputaran modal calon debitur Analis mendapat gambaran mengenai penggunaan modal apakah efektif atau tidak. 4. Colleteral. Unsecured Loan, tanpa Jaminan. Menghindari kredit macet. Hanya dibutuhkan bukti memiliki asset yaitu berupa copy AJB atau sertifikat. 5. Condition 1. Suku Bunga Bank Indonesia 2. Tingkat Inflasi Analis mengetahui prospektif usaha calon debitur guna mengambil keputusan pemberikan kredit. Sumber: SCB dan Data Diolah 2013

65 Tabel 4.2 Siklus Pemberian Kredit Calon Debitur NBO/AO Admin kredit Analis kredit CU Dukumen dan Form SID Menerima Form SID Memo untuk proses BI Menerima berkas permohonan BI BI Checking Menerima hasil BI ya Lengkapi dokumen dan ttd aplikasi SID tidak STOP Menerima berkas permohonan OS dokumen dan aplikasi Screening Verifikasi data dan informasi Analisa keuangan dan Survey ya Buka rek & transfer dana Disetujui Stop Tidak Konfirmasi debitur Sumber: Data Diolah 2013

66 Penjelasan Siklus Pemberian Kredit: 1. Dimulai dari calon debitur mengajukan berkas data-data permohonan kreditnya 2. Setelah berkas diterima oleh NBO, kemudian meneliti apakah berkas permohonan kredit calon debitur telah sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh bank 3. Setelah NBO meneliti semua berkas permohonan maka dilakukan proses SID/ BI Checking 4. Apabila SID bagus maka SCB akan melakukan proses lanjut, tanda tangan aplikasi dan pengumpulan dokumen lengkap 5. Setelah dokumen lengkap, admin analis akan melakukan screening dan memberikan kepada analis untuk selanjutnya dlakukan verifikasi data dan informasi, analisa ratio keuangan, survey tempat usaha dan rumah 6. Apabila disetujui maka bank akan memberitahukan kepada calon debitur melalaui persetujuan kredit (PPK), apabila setuju maka debitur akan dibukakan rekening dan dilakukan proses pentransferan dana 7. Apabila bank menolak berkas permohonan yang diajukan calon debitur karena data-data yang diberikan oleh calon debitur tidak sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukaan, maka bank akan membuat surat penolakan dan mengirim surat penolakan kepada calon debitur.

67 B.Non Performing Loan (NPL) Terhadap Kebijakan Pemberian Kredit Pada SCB Cab. Gajah Mada Kredit bermasalah merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan oleh perbankan karena terkait dengan tingkat kesehatan bank. Kebijakan pemberian kredit memiliki pengaruh yang kuat terhadap non performing loan, karena dalam menentukan debitur yang layak tentu harus melalui aturan yang ditetapkan SCB terkait kebijakan pemberian kredit, yaitu prinsip 5C (character, capacity, capital, colletral and condition). Kredit macet dalam jumlah yang besar secara langsung mempunyai dampak negatif terhadap pertumbuhan kredit, karena mengakibatkan semakin terbatasnya dana dan menimbulkan dampak psikologis yang kurang menguntungkan bagi perbankan. Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan menunjukkan kepada bank akan memperoleh rugi potensial. Oleh karena itu, pendekatan praktis pada SCB dalam pengelolaan kredit bermasalah didasarkan kepada premise bahwa lebih dini penentuan problem loan akan lebih banyak peluang atau alternative koreksi dan prospek pencegahan kerugian bagi bank. Kredit dengan kolektibilitas lancar (pass) masuk dalam kriteria Performing Loan, sedangkan kredit dengan kolektibilitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan kredit macet masuk dalam kriteia kedit bermasalah (non-performing loan).

68 Untuk mengetahui apakah nilai NPL telah tercapai maka berikut disajikan laporan daftar kolektibilitas pinjaman SCB cabang Gajah mada, adalah sebagai berikut: a. Laporan Daftar Kolektibilitas Pinjaman Pada SCB tahun 2007 adalah 1. Lancar : Rp. 10.000.000.000,- Jumlah Nasabah: 8 Persentase: 66.67% 2. Dalam Perhatian Khusus: Rp. 5.000.000.000,- Jumlah Nasabah: 6 Persentase: 33.33% 3. Kurang lancar: Rp. 6.700.000.000,- Jumlah Nasabah: 4 Persentase: 33.50% 4. Diragukan: Rp. 7.800.000.000,- Jumlah Nasabah: 3 Persentase: 39% 5. Macet: Rp. 5.500.000.000,- Jumlah nasabah: 3 Persentase: 27.50% b. Laporan Daftar Kolektibilitas Pinjaman Pada SCB tahun 2008 adalah 1. Lancar : Rp. 11.000.000.000,- Jumlah Nasabah: 9 Persentase: 57.90%

69 2. Dalam Perhatian Khusus: Rp. 8.000.000.000,- Jumlah Nasabah: 6 Persentase: 42.10% 3. Kurang lancar: Rp. 8.500.000.000,- Jumlah Nasabah: 5 Persentase: 34.00% 4. Diragukan: Rp. 7.000.000.000,- Jumlah Nasabah: 3 Persentase: 28.00% 5. Macet: Rp. 9.500.000.000,- Jumlah nasabah: 4 Persentase: 38.00% Berdasarkan data laporan kolektibilitas terlihat bahwa target kredit pada tahun 2007 sebesar Rp. 35.000.000.000,- dan tahun 2008 sebesar Rp. 44.000.000.000,- dan dengan nilai NPL sebagai berikut: NPL 2007 = Kredit bermasalah x 100 % Total kredit = 1,530,000,000 x 100% 20,000,000,000 = 7,65% NPL 2008 = Kredit bermasalah x 100% Total kredit = 660,000,000 x 100% 25,000,000,000 = 2,64 %

70 Pada SCB tahun 2007 tingkat non performing loan sebesar 7,65%, Faktor yang menyebabkan tingkat NPL sebesar ini adanya kebijakan pemberian kredit yang masih longgar sehingga belum efektif dan efisien walaupun kegagalan usaha debitur juga menjadi salah satu faktor sulitnya debitur mengembalikan pinjaman. Berkat kerja keras dari SCB, pada tahun 2008 tingkat NPL sebesar 2,6% turun sebesar 5,01% dari tahun 2007. Turunnya NPL ini disebabkan karena prinsip kehati-hatian yang terkait kebijakan pemberian kredit yang diterapkan Bank SCB dan kemampuan account officer dalam menentukan debitur yang memiliki kemampuan dalam mengembalikan pinjamannya. Tabel 4.3 Perkembangan NPL Standard Chartered Bank Cabang Gajah Mada Tahun 2007-2011 Rasio Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 NPL 7,65 2,64 3,25 3,04 2,76 (100%) Sumber: Standard Chartered Bank

71 Penggolongan NPL 1. Dalam Perhatian Khusus (Kolek 2) Tabel 4.4 Penggolongan Kualitas Kredit Bermasalah Penilaian Terhadap Kualitas NPL a.terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang belum melampaui 90 hari b.kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relatif aktif; atau d.jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e.didukung oleh pinjaman baru. Cara Mengatasi Dilakukan restrukturisasi kredit dengan pola yang dapat disepakati untuk penyelesaian kredit 2. Kurang Lancar (Kolek 3) 3.Diragukan (Kolek 4) 4. Macet (Kolek 5) Sumber: SCB dan Data Diolah 2013 a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 90 hari; atau b.terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau c.terdapat indikasi masalah keuangan debitur; atau d.dokumentasi pinjaman lemah a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau Terjadi kapitalisasi bunga; atau e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar Dilakukan Penyelesaian secara komersial, misalnya melalui dengan penjualan agunan Dilakukan proses hukum agar menjadi kooperatif. Apabila tidak kooperatif maka proses hukun dilanjutkan antara lain dengan penyerahan ke KPKNL. Dilakukan proses hukum antara lain penyerahan ke KPKNL (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang)

72 C. Upaya Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah Pada Bank SCB Cab. Gajah Mada Salah satu kebijakan pemberian kredit yang harus ada pada setiap bank yaitu kebijakan dalam penyelamatan kredit bermasalah (non performing loan). Kebijakan ini perlu dalam suatu bank karena hal ini akan berdampak pada seluruh aspek pada suatu bank. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka memperkecil dan menghindari terjadinya masalah ini dikemudian hari, pihak bank melakukan analisis terlebih dahulu secara tepat dan akurat terhadap pihak-pihak yang mengajukan permohonan pemberian kredit dan terus mengevaluasi dalam rangka melakukan penilaian kelayakan pemberian kredit tersebut. Upaya yang dilakukan SCB dalam mengatasi kredit bermasalah adalah sebagai berikut, kredit yang sudah mengarah ke Non Performing Loan (NPL) memerlukan perhatian agar tidak menjadi lebih buruk atau mendatangkan kerugian besar. Dan untuk memperbaiki kualitas kredit, harus dipelajari secara detail persoalan yang dihadapi debitur dan dilakukan treatment sesuai dengan kondisi masing-masing debitur. Penanganan NPL ada 5 strategi yaitu rescheduling, reconditioning, restructuring, kombinasi 3R dan eksekusi. 1. Rescheduling Bank dapat melaksanakan penjadwalan ulang dalam bentuk perpanjangan masa pelunasan, memberikan grace period lebih panjang,

73 serta memperkecil jumlah angsuran kredit. Dengan penjadwalan ini, debitur mempunyai waktu untuk bernafas dan jangka waktu yang cukup dalam mengakumulasi keuntungan dan memperbaiki posisinya, sehingga bisa memenuhi jadwal baru yang ditetapkan. Penjadwalan ulang dilakukan dengan persyaratan tertentu. Misalnya, usaha nasabah masih berjalan, pendapatan sebelum pembebanan bunga masih positif, ketidakmampuan debitur melaksanakan pelunasan semata-mata karena situasi yang di luar kontrol debitur bersangkutan dan debitur masih beritikad baik plus kooperatif. 2. Reconditioning Dimaksudkan untuk memperbaiki kondisi debitur yang semula masih terbebani dengan persyaratan kredit yang berat, lalu dikurangi agar pas bagi kebutuhan debitur. Caranya, dengan penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, bisa juga dengan kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok. atau penurunan suku bunga, misalnya bunga setahun sebelumnya 15% diturunkan menjadi 12% atau pembebasan bunga jadi debitur hanya membayar pokok pinjamanya saja sampai lunas. Tidak kalah pentingnya, bank bisa memberikan konsultasi manajemen dan advis agar perusahaan debitur bisa berjalan dengan lebih baik dan mampu meningkatkan penjualan, laba serta menyelesaikan kredit dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan.

74 3. Restructuring Dilakukan dengan mengubah komposisi permodalan dengan memperbaiki debt to equity ratio (DER), menambah modal (partisipasi bank atau luar bank), menambah fasilitas kredit, memperpanjang jangka waktu, mengganti manajemen (menempatkan staf bank pada posisi tertentu), meningkatkan efisiensi, dan lainnya. Restrukturisasi kredit ini dilakukan terhadap debitur yang mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau bunga kredit tetapi debitur tersebut masih memiliki prospek usaha/kemampuan membayar kembali setelah kredit direstrukturisasi. Restrukturisasi kredit yang dilakukan antara lain: a. Perubahan tingkat suku bunga kredit Perubahan tingkat suku bunga kredit adalah untuk perubahan/ penurunan tingkat suku bunga menjadi lebih kecil dari suku bunga yang saat ini sedang berlaku. Maksimal penurunan tingkat suku bunga kredit sebesar 5% dari suku bunga yang berlaku saat itu. b. Pengurangan tunggakan bunga dan atau denda/ penalty Pemberian keringanan tunggakan bunga dan atau denda maksimum sebatas tunggakan bunga dan atau denda yang belum dibayar oleh debitur. Restukturisasi dengan pengurangan tunggakan bunga dan atau pinalti hanya untuk debitur yang mempunyai kolektibilitas diragukan dan macet Keringan tunggakan bunga dan atau pinalti ini diberikan atas kesepakatan antara debitur dan kreditur. Tidak ada batasan

75 pengurangan tunggakan bunga atau denda pinalti, besarnya disesuaikan dengan kemampuan debitur. c. Pengurangan tunggakan pokok kredit yaitu pemberian keringanan tunggakkan pokok kredit sebatas tunggakan pokok kredit. Pengurangan keringanan tunggakan pokok diberikan kepada debitur atas kesepakatan antara debitur dan kreditur maksimal 50% dari tunggakan pokok. d. Perpanjangan jangka waktu kredit/penjadwalan kembali Dilakukan dengan cara memberikan tambahan jangka waktu kredit termasuk perubahan jadwal dan besarnya angsuran pembayaran pokok dan atau bunga/ denda. Pengertian perpanjangan jangka waktu dalam hal ini adalah dalam rangka penyelamatan kredit. Tidak ada pembaasan waktu dalam perpanjangan jangka waktu kredit, jangka waktu kredit disesuaikan dengan kemampuan/cashflow debitur. e. Penambahan fasilitas kredit/suplesi kredit Penambahan fasilitas kredit adalah pemberian tambahan fasilitas kredit baik direct maupun contingent agar perusahaan dapat beroperasi kembali dan atau perusahaan dapat meningkatkan kapasitas produksinya sehingga dapat memenuhi kewajiban kepada bank. Penambahan fasilitas kredit ini minimal 30% dari mutasi kredit. Suplesi dalam rangka retrukturisasi kredit ini harus didukung oleh agunan tambahan yang cukup. Penambahan fasilitas kredit tidak diperkenankan untuk melunasi tunggakan pokok dan atau bunga/denda.

76 f. Pembayaran sejumlah kewajiban bunga yang dilakukan kemudian Merupakan salah satu restrukturisasi kredit yang dilakukan bank untuk menyehatkan usaha debitur dengan cara menangguhkan sementara sebagian atau seluruh beban bunga yang seharusnya dibayar oleh debitur, yang diakumulasikan selama jangka waktu tertentu. Bunga yang ditangguhkan pembayarannya tersebut harus dibayar kembali oleh debitur dikemudian hari sesuai jadwal pembayaran yang telah Dalam dunia perbankan. suatu kredit dapat dikategorikan dalam kredit bermasalah apabila : 1. Terjadi keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit induk, lebih dari 90 hari semenjak tanggal jatuh temponya. 2. Tidak dilunasi sama sekali; atau disepakati oleh kedua belah pihak. Jangka waktu penagguhan kewajiban bunga yang dilakukan kemudian maksimal 3 tahun. g. Penjualan agunan Merupakan penjualan asset atau agunan debitur yang dilakukan secara dibawah tangan, yang diserahkan kepada bank dalam rangka penyelamatan. Debitur diberi kesempatan untuk menawarkan/menjual sendiri agunannya. 4. Kombinasi 3R Merupakan kombinasi dari restructuring dengan reconditioning atau rescheduling dengan restructuring

77 5. Eksekusi (Penyitaan jaminan) Jika semua usaha penyelamatan sudah dicoba, tapi debitur masih tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah eksekusi. Caranya, bisa lewat penyerahan kewajiban kepada Badan Urusan Piutang Negara atau ke pengadilan negeri (perkara perdata). Penyelesaian kredit bermasalah adalah upaya penyelesaian kredit yang dilakukan oleh Bank terhadap debitur yang sudah tidak mempunyai prospek usaha, atau usahanya sudah tidak ada, atau tidak mempunyai itikad baik, yang dilakukan baik secara damai maupun melalui saluran hukum untuk penyelesaian kreditnya. Penyelesaian kredit bermasalah dilakukan karena restrukturisasi kredit sudah tidak dapat dilakukan lagi. 1. Penyelesaian secara damai Penyelesaian kredit secara damai yaitu penyelesaian atau pelunasan kredit secara bertahap (angsuran) atau lunas sekaligus, berdasarkan kesepakatan bersama antara debitur dan kreditur/bank. Beberapa alternatif penyelesaian kredit secara damai : a. Pemberian keringanan tingkat suku bunga Adalah perubahan/penurunan tingkat suku bunga menjadi lebih kecil dibanding dengan suku bunga yang sedang berlaku saat ini. Perubahan tingkat suku bunga tersebut adalah untuk perhitungan bunga yang penyelesaian kreditnya dengan pola angsuran dimana

78 debitur dikenakan bunga berjalan dengan tingkat suku bunga disesuaikan dengan kemampuan debitur dan pembayaran dapat dilakukan setiap bulan. Tidak ada batasan dalam pemberian keringanan tingkat suku bunga. b. Pemberian keringanan tunggakan bunga dan atau denda Adalah pemberian keringanan tunggakan bunga atau denda maksimum sebesar tunggakan bunga dan atau denda yang belum dibayar oleh debitur baik pembayaran sisa kewajibannya dengan pola angsuran ataupun pelunasan sekaligus. c. Penjualan agunan merupakan penjualan sebagian atau seluruh agunan debitur yang dilakukan secara dibawah tangan. Penjualan tersebut meliputi penjualan kepada pihak ketiga atau penebusan oleh pemilik agunan. d. Pemberian keringan tunggakan pokok atau pinjaman Adalah pemberian keringanan tunggakan pokok yang belum dibayar oleh debitur. Pemberian keringanan tunggakan pokok disesuaikan dengan kemampuan debitur tetapi masihmenguntungkan bagi pihak bank. 2. Penyelesaian kredit melalui saluran atau mekanisme hukum Penyelesaian kredit melalui saluran atau mekanisme hukum adalah segala tindakan bank yang dimaksudkan untuk mengeksekusi agunan atau kekayaan debitur dan penjamin melalui bantuan atau lembaga

79 atau melalui perantaraan instrumen hukum tertentu berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. 3. Penyelesaian kredit melalui upaya penagihan Penyelesain kredit melalui upaya penagihan adalah segala tindakan yang dilakukan oleh pihak internal bank sendiri atau dengan bantuan lembaga atau pihak ke-iii yang dimaksudkan untuk memperoleh pembayaran atau pelunasan dari debitur atau penjamin. 4. Penyelesaian kredit melalui Lembaga Penjamin Kredit (LPK) atau asuransi. Merupakan upaya penyelesaian kredit dikakukan oleh bank dengan jalan mengajukan klaim kepada lembaga penjamin kredit atau perusahaan asuransi. 5. Penyelesaian kredit dengan meminta bantuan pihak kejaksaan Merupakan upaya penyelesaian kredit yang dilakukan oleh bank dengan meminta bantuan kepada pihak kejaksaan.