BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB V PENUTUP. Analisis terhadap Penyelesaian Pembiayaan Mud{a>rabah bermasalah pada

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Keseluruhan faktor pembiayaan bermasalah KJKS BMT Walisongo. 1) Kelemahan dalam analisis pembiayaan. 2) Kelemahan dalam sisi agunan,

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Kebijakan BMT Citra Keuangan Syariah Cabang Pekalongan Dalam. Upaya Menyelesaikan Pembiayaan Bermasalah.

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan banknote dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB III KAJIAN TEORI. beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak 1.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bank sebagai tambahan dana untuk modal usaha dengan pinjaman dana tersebut, maka

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN DENDA PADA PEMBIAYAAN BERMASALAH MENURUT FATWA DSN-MUI NO 17/DSN MUI/IX/2000 DI KJKS MADANI KOTA PEKALONGAN

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : pembiayaan dan rekening koran yang memiliki fungsi yang berbeda yakni

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan. pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah pada KSPPS Tunas. Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB IV ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK MURABAHAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN, KREDIT DAN RESTRUKTURISASI

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak hanya lembaga keuangan perbankan, namun juga dijalankan oleh lembaga

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedur pemberian pembiayaan murabahah pada Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG A. Analisis Pembiayaan Bermasalah di Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang Keluarnya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah merupakan realisasi atas kepedulian pemerintah dalam memberikan payung hukum atas kenyataan yang tumbuh subur dalam masyarakat ekonomi Indonesia terutama dalam lingkungan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Kenyataan itu membuktikan bahwa system ekonomi syariah dapat diterima dan diterapkan dalam masyarakat Indonesia bahkan mempunyai nilai positif dalam membangun masyarakat Indonesia dalam kegiatan ekonomi sekaligus membuktikan kebenaran hukum ekonomi syariah mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan sistem ekonomi komunis maupun ekonomi kapitalis. Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam adalah lahan subur bagi tumbuh kembangnya ekonomi syariah. Praktek usaha koperasi yang dikelola secara syariah telah tumbuh dan berkembang di masyarakat serta mengambil bagian penting 85

86 dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Di masyarakat telah bermunculan BMT yang bernaung dalam kehidupan payung hukum koperasi. Berdasarkan ketentuan yang disebut Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Dengan demikian semua BMT yang ada di Indonesia dapat digolongkan dalam KJKS, mempunyai payung Hukum dan legal kegiatan operasionalnya asal saja memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Seperti halnya lembaga keuangan konvensional, lembaga keuangan syariah juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. Kegiatan pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok lembaga keuangan, yaitu memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit, yang menurut sifat penggunaannya. Pembiayaan merupakan bagian besar asset dari lembaga keuangan sehingga pembiayaan tersebut harus dijaga kualitasnya, sebagaimana diamanatkan pada Pasal 2 Undang-undang Perbankan Syariah, bahwa perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian adalah

87 pedoman pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah yang wajib dianut guna mewujudkan Lembaga Keuangan yang sehat, kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah pengendalian risiko melalui penerapan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten. Berdasarkan hal tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pembiayaan merupakan proses mulai dari analisis kelayakan pembiayaan sampai kepada realisasinya. Namun realisasi pembiayaan bukanlah tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan maka lembaga keuangan syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan, karena dalam jangka waktu pembiayaan tidak mustahil terjadi pembiayaan bermasalah dikarenakan beberapa alasan. Lembaga keuangan, tidak terkecuali lembaga keuangan syariah harus mampu menganalisis penyebab pembiayaan bermasalah sehingga dapat melakukan upaya untuk melancarkan kembali kualitas pembiayaan tersebut. Kospin Jasa layanan Syariah cabang Pemalang sebagai lembaga keuangan yang mempunyai perkembangan pesat tidak lepas dari berbagai permasalahan, salah satu permasalahan adalah pembiayaan yang dalam pelaksanaannya masih ada anggota atau calon anggota yang tidak bisa melunasi piutangnya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.

88 Pembiayaan yang mengalami permasalahan di Kospin Jasa Layanan Syariah cabang Pemalang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: 1. Usaha dari anggota atau calon anggota mengalami kebangkrutan (jika usaha itu dalam hal perdagangan). 2. Terjadinya gagal panen oleh anggota atau calon anggota yang berprofesi sebagai petani sehingga mereka tidak mendapat penghasilan untuk membayar angsuran pembiayaan. 3. Usaha dari anggota atau calon anggota mengalami kerugian akibat hilangnya alat usaha. Contohnya hilangnya kendaraan atau barang jika usaha tersebut bergerak dibidang jasa penyewaan kendaraan atau barang. 1 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis pembiayaan di Lembaga Keuangan Syariah adalah sebagai berikut: a. Pendekatan Analisis Pembiayaan Ada beberapa pendekatan analisa pembiayaan yang dapat diterapkan oleh para pengelola Lembaga Keuangan Syariah dalam kaitannya dengan pembiayaan yang akan dilakukan, yaitu: 1) Pendekatan jaminan, artinya Lembaga keuangan Syariah dalam memberikan pembiayaan selalu memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh peminjam. 1 Hasil wawancara dengan Bapak Jamaludin selaku Kepala Kantor pada tanggal 26 Juni 2014.

89 2) Pendekatan karakter, artinya Lembaga Keuangan Syariah mencermati secara sungguh-sungguh terkait dengan karakter nasabah. 3) Pendekatan kemampuan pelunasan, artinya Lembaga Keuangan Syariah menganalisis kemampuan nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang telah diambil. 4) Pendekatan dengan studi kelayakan, artinya Lembaga Keuagan Syariah memperhatikan kelayakan usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam. 5) Pendekatan fungsi-fungsi Lembaga Keuangan Syariah, artinya Lembaga Keuangan Syariah memperhatikan fungsinya sebagai lembaga intermediary keuangan, yaitu mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan. b. Prinsip Analisis Pembiayaan Prinsip analisa pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu: 1) Character artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman 2) Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan mengembalikan pinjaman yang diambil 3) Capital artinya besarnya modal yang diperlukan pinjaman 4) Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan pinjaman kepada bank 5) artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak

90 Prinsip 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan 1C, yaitu constraint artinya hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha. 2 c. Tujuan analisis pembiayaan 3 Analisis pembiayaan memiliki dua tujuan, yaitu: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum analisis pembiayaan adalah pemenuhan jasa terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, produksi, jasajasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan tujuan khusus analisa pembiayaan adalah: 1) Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam 2) Untuk menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan 3) Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak Dalam Kospin Jasa Syariah cabang Pemalang, penyaluran dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan seperti musyarakah, murabahah dan ijarah tentunya tidak akan lepas dari resiko-resiko yang mungkin timbul. Apabila angsuran mulai bermasalah, maka pihak Kospin Jasa Syariah segera melakukan tindakan-tindakan yang cepat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Jamaluddin selaku kepala kantor, Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang menawarkan produk pembiayaan yaitu produk 2 Muhamad, op. cit, hlm 261 3 Ibid, hlm. 261.

91 pembiayaan Musyarakah, produk pembiayaan murabahah dan produk pembiayaan ijarah. Dari ketiga produk pembiayaan yang ada di Kospin Jasa Syariah, yang paling sering mengalami permasalahan yaitu produk pembiayaan musyarakah dan produk yang paling diminati oleh anggota atau calon anggota yaitu produk pembiayaan murabahah. Hal ini disebabkan karena pada produk pembiayaan musyarakah merupakan pemberian dana penuh kepada anggota atau calon anggota yang sedang melakukan usaha. Apabila dalam usaha itu mengalami kegagalan atau hal-hal yang tidak diinginkan, maka inilah yang menyebabkan keterlambatan pembayaran angsuran pembiayaan anggota atau calon anggota. Kospin Jasa Syariah tidak mengadakan pemberian pembiayaan konsumtif. Hal ini diasumsikan karena pembiayaan jenis ini mengandung lebih besar unsur resiko dibandingkan dengan pembiayaan yang sifatnya produktif. Dari faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah yang sudah penulis kemukakan di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar faktor terjadi karena pihak eksternal lembaga yang bermasalah, yaitu dari pihak anggota atau calon anggota yang melakukan pembiayaan. Pihak Kospin Jasa Syariah menyebutkan bahwa dari pihak Kospin Jasa Syariah dalam hal pengabulan pembiayaan telah menggunakan prinsip-prinsip 5C dan prinsip Syariah. Namun demikian, terjadinya pembiayaan bermasalah jika dilihat dari faktor di atas yaitu kurang cakapnya

anggota/calon anggota yang melakukan usaha, maupun resikoresiko usaha yang seringkali dialami oleh para pengusaha yang terkadang untung terkadang rugi dan hal lain yang tidak dapat dianalisa akan terjadi seperti musibah yang tidak dapat diketahui kapan datangnya. Apalagi bila anggota atau calon anggota baru akan merintis usaha, tentu resiko mengalami pembiayaan bermasalah lebih besar dibandingkan dengan anggota atau calon anggota yang usahanya sudah berjalan cukup lama. Untuk itu pihak Kospin Jasa Syariah memang sangat selektif sekali dalam pengabulan pembiayaan kepada anggota atau calon anggota. 92 Berikut daftar tabel jumlah anggota/calon anggota Kospin Jasa Syariah dari tahun 2010 hingga tahun 2013 4 No Tahun Anggota Calon Anggota Jumlah Calon Anggota melakukan Pembiayaan Jumlah calon Anggota yang bermasalah 1 2010 3 214 54 5 2 2011 3 375 87 10 3 2012 3 517 100 12 4 2013 5 1113 105 15 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun peningkatan jumlah calon anggota terus terjadi. Namun jumlah anggota baru meningkat setelah tahun 2013. 4 Hasil dokumentasi yang diberikan oleh Ibu Anggie selaku Teller Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang

93 Jumlah anggota/calon anggota yang melakukan pembiayaan pun meningkat pula. Jumlah anggota/calon anggota yang melakukan pembiayaan sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah calon anggota yang ada. Bahkan dapat dikatakan tidak ada separuh dari jumlah total anggota/calon anggota. Hal ini dikarenakan tidak semua pengajuan pembiayaan dikabulkan oleh pihak Kospin Jasa Syariah. Jumlah Calon Anggota yang mengalami permasalahan termasuk dalam kategori yang masih sedikit. Namun tidak dapat dipungkiri setiap tahun mengalami peningkatan terhadap Calon Anggota yang bermasalah. B. Penanganan Pembiayaan Bermasalah di Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang Dalam Lembaga Keuangan sering terjadi adanya pembiayaan bermasalah, yaitu pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh Lembaga, di mana nasabah mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya. Langkah-langkah penyelesaian seseorang yang berutang dan tidak mampu membayarnya, pertama diberi penundaan waktu pembayaran (perpanjangan waktu peminjaman). Apabila dalam perpanjangan waktu tidak mampu melunasi, maafkanlah dia dan anggap saja utang itu sebagai shadaqah. Hal itu akan lebih baik bagi yang meminjamkan. 5 5 Hendi Suhendi, hlm. 310.

94 Resiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebut maka Lembaga Keuangan Syariah harus mampu menganalisis penyebab permasalahannya. Penanganan yang dilakukan oleh pihak Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang yaitu sebagai berikut: 1. Menghubungi anggota atau calon anggota Hal ini dilakukan ketika anggota atau calon anggota telah memiliki jatuh tempo dalam pembayaran angsuran pembiayaan. Tujuannya yaitu untuk mengingatkan para anggota atau calon anggota bahwa kewajibannya dalam pembayaran pembiayaan harus segera ditunaikan. 2. Kunjungan ke alamat tempat tinggal anggota atau calon anggota Hal ini dilakukan ketika anggota atau calon anggota tidak merespon dan menanggapi peringatan pihak Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang melalui telepon. Pihak Kospin jasa Layanan Syariah Pemalang akan melakukan kunjungan ke tempat tinggal anggota atau calon anggota untuk mengetahui perihal keterlambatan pembayaran angsuran pembiayaan serta menawarkan penjadwalan kembali pembayaran angsuran/penundaan angsuran. Penundaan angsuran dapat dilakukan 1 minggu setelah jatuh tempo pembayaran angsuran. Jika dalam 1 minggu Calon Anggota tetap belum

95 dapat memenuhi kewajibannya, maka denda akan mulai berlaku setiap harinya sampai Calon Anggota yang melakukan pembiayaan membayar angsuran. Denda yang dikenakan yaitu sebesar 0,25% dari pokok angsuran. 3. Melakukan perundingan dengan anggota atau calon anggota Ketika sudah mulai memasuki masa pembiayaan tidak lancar, yaitu antara 6-12 bulan maka pihak Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang yang telah melakukan kunjungan ke tempat tinggal anggota atau calon anggota melakukan perundingan/pembahasan perihal tidak lancarnya lagi pembayaran angsuran pembiayaan di Kospin jasa layanan Syariah Pemalang. Perundingan ini membahas apakah anggota/calon anggota akan mencari cara lain untuk melunasi, ataukah sesuai kesepakatan di awal bahwa jika terjadi ketidaklancaran pembayaran angsuran pembiayaan, maka barang jaminan atau agunan akan dilelang dan hasilnya akan digunakan sebagai pembayaran angsuran pembiayaan yang tertunda. 4. Melelang barang jaminan atau agunan Dalam tahap ini pihak Kospin jasa Layanan Syariah Pemalang menawarkan jasa, apakah barang jaminan/agunan akan dilelang oleh pihak Kospin Jasa layanan Syariah Pemalang ataukah anggota/calon anggota yang akan melelang sendiri barang jaminan/agunan tersebut. Pihak Kospin jasa Layanan Syariah Pemalang tidak meminta imbalan fee jasa

96 dari hasil lelang tersebut. Cukup hasil dari lelang tersebut digunakan untuk membayar biaya pokok pinjaman beserta bagi hasilnya. Apabila jumlah hasil lelang lebih besar dari pinjaman pokok dan bagi hasil yang harus dibayarkan, maka sisa hasil itu akan dikembalikan kepada anggota/calon anggota. Namun apabila jumlah hasil belum memenuhi biaya pokok dan biaya bagi hasil, maka anggota/calon anggota tetap harus membayarkan kekurangan tersebut. Jika anggota/calon anggota dirasa benar-benar tidak mampu lagi dan sudah menunjukkan itikad baiknya untuk melunasi tetapi karena ada faktor lain maka pihak Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang akan membebaskan anggota/calon anggota dari pembayaran bagi hasil. Pihak Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang hanya menurut kewajiban pokok saja yang harus dibayarkan/dilunasi oleh anggota/calon anggota. Hal ini dilakukan karena Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang menerapkan prinsip Islam dalam kegiatannya sebagaimana ada ayat Al Qur an yang mewajibkan kita untuk saling tolong menolong. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Kasmir, SE., MM. Menurut Kasmir, SE., MM, dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 6, 116 6 Kasmir, SE., MM, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, hlm

97 Penyelamatan terhadap pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu : 1. Rescheduling, yaitu: a. Memperpanjang jangka waktu pembiayaan Dalam hal ini debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan, misalnya perpanjangan jangka waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. b. Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu pembiayaan. Dalam hal ini jangka waktu angsuran pembiayaannya diperpanjang. Pembayarannya pun misalkan dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran. 2. Reconditioning, meliputi: a. Penundaan pembayaran bagi hasil sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bagi hasil yang ditunda sedangkan nasabah hanya mengangsur pokok terlebih dahulu b. Penghapusan bagi hasil, diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah tidak mampu untuk membayar, akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok sampai dengan lunas. c.

98 3. Restructuring, dengan cara: a. Menambah jumlah kredit/pembiayaan b. Menambah equity yaitu: dengan menyetor uang tunai dan tambahan dari pemilik. 4. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang diatas. Misalnya kombinasi antara restructuring dengan reconditioning atau rescheduling dengan restructuring 5. Penyitaan Jaminan Penyitaan jaminan merupakan cara terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak mempunyai itikad baik untuk melunasi semua hutang-hutangnya. 7 Meskipun dengan terpaksa harus melakukan penyitaan, maka penyitaan dilakukan kepada nasabah memang nakal dan tidak mengembalikan pembiayaan. Namun tetap dilakukan dengan cara-cara sebagaimana yang diajarkan menurut Islam, seperti: a. Simpati: sopan, menghargai dan fokus ke tujuan penyitaan b. Empati: menyelami keadaan nasabah, bicara seakan kepentingan nasabah, membangkitkan kesadaran nasabah untuk mengembalikan hutangnya c. Menekan: tindakan ini dilakukan jika kedua tindakan diatas tidak diperhatikan 8 7 Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 73. 8 Muhammad, op. cit., hlm. 269.

99 Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang juga memiliki cara lain tersendiri dalam penyelesaian masalah yang ada di Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang. Cara yang digunakan hampir sama dengan paparan teori diatas. Jika terjadi penunggakan pembayaran, pihak Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang langsung menghubungi anggota/calon anggota yang melakukan pembiayaan. Pihak Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang akan terus memberikan motivasi kepada anggota/calon anggota agar bisa segera melunasi hutangnya tanpa harus melelang barang jaminan/agunan milik anggota atau calon anggota. Bagi anggota atau calon anggota yang mengalami keterlambatan pembayaran, Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang mengenakan denda sebesar 1% dari angsuran yang harus dibayarkan oleh anggota/calon anggota. Namun karena Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang ini menerapkan prinsip Syariah dalam hal operasionalnya, maka hasil dari denda tersebut tidak dimasukkan dalam pendapatan. Melainkan dihibahkan ke dana sosial maupun untuk kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility) Kospin Jasa itu sendiri. Dari pemaparan diatas, penulis menganalisa bahwa Lembaga Keuangan Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang dalam pemberian pembiayaan sangatlah selektif dan ketat dalam pengawasannya. Permohonan pengajuan pembiayaan dari anggota atau calon anggota juga tidak dapat semuanya

100 diproses. Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang hanya akan memproses anggota atau calon anggota yang benar-benar telah memiliki usaha dan yang benar-benar mempunyai modal cukup untuk membayar biaya angsuran pinjaman. Teori yang sesuai dengan yang dikemukakan oleh kasmir yaitu pihak Kospin Jasa layanan Syariah Pemalang menggunakan Rescheduling dalam penanganan pembiayaan bermasalah. Yaitu dengan cara penjadwalan kembali pembayaran angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama antara pihak Kospin Jasa Layanan Syariah Pemalang dengan anggota/calon anggota yang melakukan pembiayaan.