PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 Disampaikan oleh : Drs. H. Razak Porosi Anggota Nomor : A - 404 Assalamu allaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita sekalian M E R D E K A!!! Yang terhormat Pimpinan Sidang, Yang terhormat Saudara Menteri Keuangan yang mewakili Pemerintah beserta jajarannya, Rekan-rekan Anggota Dewan, dan hadirin yang kami muliakan Pertama-tama ijinkanlah kami, mengajak seluruh hadirin untuk memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-nya-lah kita dapat menghadiri Sidang Dewan yang mulia ini, dalam keadaan sehat wal afiat dan dapat menyelesaikan tugas konstitusional ini. Guna penyampaian Pendapat Akhir anggota melalui Fraksi-nya masing-masing tehadap Rancangan Undang-Undang Tentang Perhitungan Anggaran Negara Tahun Anggaran 2003. 1
Pertanggungjawaban Keuangan Negara adalah merupakan tahap akhir dari suatu siklus anggaran. Oleh karena itu pertanggungjawaban Keuangan Negara merupakan suatu konsekuensi logis dari kesediaan Pemerintah melaksanakan APBN yang telah disetujui DPR dan sekaligus melaksanakan amanat pasal 23E UUD 1945, pasal UU Nomor 5 tahun 1973 dan pasal 17 ayat (1) dan (2) UU Nomor 29 tahun 2002. Penyampaian keterangan Pemerintah tentang RUU APBN 2003 beserta Nota Keuangannya dan RUU Perubahan atas APBN 2003 pada sidang DPR-RI, menyatakan bahwa membaiknya beberapa indikator ekonomi, dan semakin kondusifnya situasi politik, sosial, dan keamanan didalam negeri tahun 2002, diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan ekonomi Indonesia tahun 2003. Disamping itu terciptanya kebijakan fiskal yang sehat dan stabilitas kebijakan moneter akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik yang didukung, rendahnya tingkat inflasi dan tingginya ekspor. Dengan kebijakan fiskal dan moneter yang konsisten dan berhatihati telah mendorong turunnya suku bunga dan beberapa insentif perpajakan dan sekaligus mendukung terpeliharanya stabilitas ekonomi makro. Namun demikian tantangan yang cukup berat yang dipengaruhi kondisi eksternal maupun internal antara lain gejolak politik internasional, wabah SAR, ancaman teroris, dan masih terbatasnya upaya penyediaan infrastruktur serta adanya ancaman kekeringan dibeberapa daerah. Perubahan asumsi makro ekonomi sebagai dasar penyusunan APBN 2003 yang berakibat perubahan Belanja Negara lebih tinggi dari pada perubahan pendapatan Negara dan hibah, sehingga devisit anggaran mengalami kenaikkan dan hal yang 2
sama juga mempengaruhi pelaksanaan APBN 2003. Sehubungan dengan itu APBN Tahun Anggaran 2003 mengalami penyesuaian agar lebih realistis dan sejalan dengan perubahan dan perkembangan. Penyesuaian tersebut telah disetujui DPR-RI dan disahkan dengan UU No. 26 Tahun 2003 tentang Perubahan UU No. 29 Tahun 2002 tentang APBN Tahun 2003. Saudara Pimpinan Sidang yang terhormat, Saudara Menteri Keuangan beserta jajarannya yang terhormat, Rekan-rekan anggota Dewan dan hadirin yang berbahagia. Dengan berbagai perubahan tersebut, telah berdampak pada realisasi Pendapatan Negara dan Hibah dari APBN Perubahan Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 342,8 triliun menjadi Rp. 341,4 triliun yang berarti mengalami penurunan sebesar Rp. 1,4 triliun, dibanding realisasi PAN Tahun Anggaran 2003. Dipihak lain Belanja Negara dalam APBN perubahan tahun 2003 sebesar Rp. 377,2 triliun, bila dibandingkan dengan realisasi PAN Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 376,5 triliun berarti mengalami penurunan sebesar Rp.0,7 triliun. Penurunan Belanja Negara tersebut terjadi pada pengeluaran Rutin APBN perubahan Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 191,8 triliun menjadi Rp. 186,9 triliun yang berarti ada penurunan sebesar Rp. 4,9 triliun, dibanding realisasi PAN Tahun Anggaran 2003. Demikian juga pengeluaran pembangunan pada APBN Perubahan Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 66,2 triliun menjadi Rp. 69,3 triliun yang berarti terjadi kenaikkan sebesar Rp. 3,1 triliun dibanding PAN Tahun Anggaran 2003. Atas penurunan realisasi Anggaran Negara tersebut, Fraksi PDI Perjuangan berpendapat bahwa penurunan pendapatan Negara 3
dapat dimaklumi sebagai akibat belum pulihnya ekonomi Indonesia dan pengaruh eksternal. Disamping penurunan Belanja Negara yang dalam komposisinya terjadi penggeseran yang diakibatkan menurunnya pengeluaran rutin sebesar Rp. 4,8 triliun dan kenaikkan realisasi pengeluaran pembangunan pada pembiayaan proyek sebesar Rp. 3,8 triliun serta kenaikkan dana bagi hasil sebesar Rp. 1,4 triliun. Terhadap penggeseran ini dapat disimpulkan bahwa masih lemahnya perencanaan anggaran, lemahnya sistim pengendalian intern dan kurangnya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Penurunan realisasi Pendapatan Negara dan Hibah serta penurunan realisasi Belanja Negara, yang mengakibatkan Defisit Anggaran yang direncanakan pada APBN Perubahan Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 34,4 triliun, mengalami kenaikkan sebesar Rp. 0,7 triliun bila dibandingkan dengan realisasi PAN Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 35,1 triliun. Pembiayaan yang direncanakan pada APBN Perubahan Tahun 2003 sebesar Rp. 34,4 triliun mengalami penurunan sebesar Rp. 1,7 triliun bila dibandingkan dengan realisasi PAN Tahun Anggaran 2003 sebesar Rp. 32,7 triliun, sehingga terjadi Selisih Kurang Pembiayaan Anggaran (SIKPA) sebesar Rp. 2,4 triliun. Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI berpendapat bahwa dalam pelaksanaan anggaran, Pemerintah supaya berpedoman pada disiplin anggaran dan peraturan perundang-undangan, sehingga pergeseran antar jenis belanja dan penggunaan SAL untuk menutupi kekurangan pembiayaan dapat dihindari. Sesuai dengan amanat UU APBN Tahun Anggaran 2003 Nomor 29 Tahun 2002 pasal 17 ayat (1) dan (2), telah diadakan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dengan Hasil Pemeriksaan atas PAN Tahun Anggaran 2003 tanggal 30 4
Desember 2004 Nomor 02/AUDITAMA II/12/2004. Dengan demikian pengajuan RUU Perhitungan Anggaran Negara Tahun Anggaran 2003 dapat dilakukan lebih awal dari yang ditentukan dalam Undang-Undang. Dari temuan Hasil Pemeriksaan BPK-RI terdapat kelemahankelemahan yang signifikan pada desain dan operasi sistim pengendalian intern, beberapa hal material dan ketidak patuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta tidak jelasnya keberadaan SAL sampai dengan Tahun Anggaran 2003, yang keseluruhan berdampak pada PAN Tahun Anggaran 2003. BPK-RI dalam hasil pemeriksaannya menyatakan bahwa walaupun telah berulang kali menyampaikan saran perbaikkan namun Pemerintah belum menindak lanjuti hasil pemeriksaan secara memadai, sehingga kelemahan tersebut masih terjadi pada PAN tahun 2003. Sehubungan dengan itu BPK dalam lima tahun ini, sejak Tahun Anggaran 1999/2000 sampai dengan Tahun Anggaran 2003, telah menyatakan tidak memberikan pendapat atas PAN Tahun Anggaran 2003. Saudara Pimpinan Sidang yang terhormat, Saudara Menteri Keuangan beserta jajarannya yang terhormat, Rekan-rekan anggota Dewan dan hadirin yang berbahagia. Berdasarkan tanggapan pemerintah terhadap Hasil Pemeriksaan atas Perhitungan Anggaran Negara Tahun Anggaran 2003, Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI menyarankan agar simpulan dan saran BPK-RI segera ditindaklanjuti utamanya penyempurnaan kelemahan sistim pengendalian intern dalam pembukuan dan penyusunan, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang- 5
undangan yang berlaku dan kelemahan dalam penyajian laporan keuangan. Dengan penyampaian hasil pemeriksaan atas Perhitungan Anggaran Negara Tahun Anggaran 2003, dan berdasarkan rapat kerja Panitia Anggaran dengan Pemerintah yang diwakili Menteri Keuangan yang antara lain menyatakan: 1. Salah satu penyebab kenapa BPK-RI masih tidak dapat memberikan pendapat (disclaimer of opinion) atas PAN Tahun 2003 adalah karena ketentuan pembukuan realisasi APBN belum diatur dan ditetapkan, demikian juga prinsip-prinsip akuntansi belum ditetapkan dalam Standar Akuntansi Pemerintah yang baku. Untuk itu pelaksanaan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 yang merupakan tindak lanjut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 32 ayat (2) dan UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 184 ayat (1) dan (3); 2. Jawaban dan penjelasan tentang PAN Tahun Anggaran 2003 yang disampaikan oleh Pemerintah untuk terus menerus mengoptimalkan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK-RI, dan diharapkan pada waktu yang akan datang dapat meminimalkan penyimpangan pelaksanaan anggaran oleh Departemen/Lembaga; 3. Guna mengatasi kelemahan sistim pengendalian intern dalam pembukuan dan penyusunan PAN, Pemerintah supaya terus berupaya memperbaiki sistim pengendalian dari pelaksanaan sampai dengan pertanggung jawaban Anggaran. Berdasarkan pertimbangan dan faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI mencatat hal-hal sebagai berikut : 6
1. Keinginan BPK untuk menerapkan SAP secara penuh pada PAN Tahun Anggaran 2003, seharusnya tidak perlu terjadi karena petunjuk pelaksanaan baru dapat dibuat setelah dasar hukumnya ada; 2. Menurunnya pendapatan dan belanja negara serta penggeseran antar belanja, membuktikan masih perlu upaya menciptakan tertib dan disiplin anggaran dari mulai perencanaan sampai pertanggungjawaban Anggaran Negara; 3. Perangkapan fungsi otorisasi, ordonansi dan kebendaharaan harus dihindari untuk memperkecil penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran baik itu dalam belanja negara maupun pengembalian restitusi pajak; 4. Realisasi Anggaran Belanja Negara Tahun Anggaran 2003 yang didasarkan pada otorisasi Tahun Anggaran 2002, seharusnya tidak perlu terjadi apabila memahami ketentuan bahwa SKO berlaku selama satu tahun anggaran; 5. Sisa Uang Yang Harus Dipertanggungjawabkan (UYHD) yang belum disetor pada akhir tahun anggaran, dan belum dipertanggungjawabkan pada hari yang ditentukan akan berakibat realisasi dengan sisa anggaran tidak sama dengan dana pada APBN-nya. 6. Mengingat bahwa Perhitungan Anggaran Negara adalah bentuk paling final dari penggunaan uang rakyat oleh Pemerintah, maka Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI mendesak agar BPK melakukan audit khusus terhadap keberadaan SILPA, pembayaran kewajiban Pemerintah kepada BI, penarikan hibah pada Kementerian/Lembaga Negara, dana reboisasi, pengelolaan utang dalam negeri dan RDI serta penerimaan minyak dan gas; 7. Adanya perbedaan pendapat antara hasil pemeriksaan BPK dan tanggapan Pemerintah atas hasil pemeriksaan PAN tahun anggaran 2003, seharusnya dapat diselesaikan apabila 7
terdapat pemahaman atau persepsi yang sama atas ketentuan dan peraturan perundang-undangan. Perbedaan tersebut juga dapat diselesaikan DPR-RI bersama-sama dengan Pemerintah tanpa harus menunda pengambilan keputusan oleh DPR sebagaimana telah dilaksanakan sebelumnya. Saudara Pimpinan Sidang yang terhormat, Saudara Menteri Keuangan beserta jajarannya yang terhormat, Rekan-rekan anggota Dewan dan hadirin yang berbahagia. Setelah penyampaian pendapat, saran, dan penilaian terhadap Rancangan Undang-undang tentang Perhitungan Anggaran Negara Tahun Anggaran 2003, maka dengan ini Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI dapat menyetujui : RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 untuk disyahkan menjadi UNDANG-UNDANG dengan segala catatan sebagaimana tersebut di atas. Demikianlah Pendapat Akhir Fraksi PDI Perjuangan DPR-RI terhadap Rancangan Undang-undang Tentang Perhitungan Anggaran Negara Tahun Anggaran 2003. Atas segala perhatian Sidang Dewan yang terhormat kami ucapkan terima kasih. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. M E R D E K A!!! Jakarta, 07 Pebruari 2006 PIMPINAN FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 8
Ketua, Sekretaris, TJAHJO KUMOLO JACOBUS K. MAYONG PADANG A-340 A-403 9