Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan informasi yang

dokumen-dokumen yang mirip
Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masyarakat dikejutkan dengan persoalan-persoalan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BABI PENDAHULUAN. Setiap pasangan suami isteri tentu berharap perkawinan mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BABI PENDAHULUAN. Dalam peri ode kehidupan seorang wanita, setelah melalui peri ode usia

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

-.- BABI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rupa sehingga menjadi tingkah laku yang diinginkan (Gunarsa, 1987). Di sini

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak juga sebagai orang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses mental seseorang dapat mempengaruhi tuturan seseorang.

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

Eka Rezeki Amalia A. ARTIKEL Sumber: Didownload tanggal 21 Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Suatu keluarga itu dapat berbeda dari keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

PENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia.

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan informasi yang sangat pesat saat ini, memberikan kesempatan bagi remaja untuk terlibat langsung dalam suasana kehidupan global Dengan tahap perkembangannya yang masih mencari identitas diri, remaja seringkali dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan yang tersedia di tengah lingkungan. Hal ini seringkali menjadikan remaja berada dalam posisi yang sulit dan bimbang. Laju perkembangan arus informasi dan teknologi yang berjalan secara bersamaan, mempengaruhi perkembangan remaja dalam pencarian identitas diri sebagai individu yang utuh. Berbagai sarana dan prasarana penunjang, seperti: fasilitas alat komunikasi dan mcdia massa baik cetak maupun elcktronik, keberadaan keluarga serta ternan sebaya. Seluruhnya mempunyai pengaruh yang, dapat mempengaruhi bagaimana proses terbentuknya identitas diri sebagai individu. Bagi remaja sarana dan prasarana tersebut memiliki arti yang berbedabeda, sebagian menganggap sebagai faktor pendorong dan sebagian menganggap sebagai faktor yang dapat menghambat perkembangannya. Oleh karena itu, masa remaja juga dianggap sebagai periode "badai dan tekanan" suatu rrlasa dimana ketegangan emosi meningkat sebagai akibat dari perubahan mental dan kelenjar. Memang, tidak semua remaja mengalami masa "badai dan tekanan", tetapi sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu

2 ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku dan harapan sosial yang baru. Remaja dikenal masih labil emosinya dan suka meledak-ledak maksudnya sensititif dalam merespon sesuatu dan mudah sekali terbawa perasaan, hal ini disebabkan karena adanya perubahan aspek psikologis, seksual, kognitif, so sial. Turner dan Helms (dalam Mukhtar, 2003: 13), menyatakan bahwa masa remaja sebagai suatu masa di mana terjadi perubahan besar yang memberikan suatu tantangan pada individu remaja untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, dan mampu mengatasi perubahan fisik dan seksual yang sedang dialaminya. Remaja juga sedang mengalami apa yang dinamakan proses pencarian identitas diri. Remaja sering mempertanyakan identitas dirinya dan apakah peranannya di dalam hidup. Remaja tidak hanya berinteraksi dengan orang tua sebagai figur otoritas, namun juga di saat bersamaan remaja pun berhadapan dengan guru, kerabat dekat, ternan, atau anak-anak yang lebih muda usianya, bahkan berhadapan dengan lembaga formal dan nonformal dimana seluruhnya memberi syarat perilaku yang memposisikan remaja bukan lagi sebagai anak-anak, melainkan sudah sebagai orang dewasa. Oleh karena itu, diupayakan untuk mengatasi krisis identitas pada remaja schingga mcmampukan rcmaja mcnjadi Ichih mandiri. Bagaimana, identitas remaja terbentuk berhubungan erat dengan apa yang dinamakan konsep diri. Konsep diri berperan dalam mengatasi krisis identitas remaja. Remaja yang memiliki identitas diri adalah remaja yang memiliki keyakinan bahwa apa yang

3 mereka miliki dan apa yang mereka lakukan sesuai dengan aturan-aturan dan kebiasaan yang berlaku di suatu social setting tertentu. Seberapa jauh seorang mempersepsikan kemampuan dirinya dalam situasi atau hal tertentu mengarahkannya untuk kemudian berhasil atau tidak dalanl meraih apa yang diinginkamlya, dengan pertimbangan norma-norma di masyarakat (Mukhtar, 2003: 7). Konsep diri memberi perasaan yang berkesinambungan dan memungkinkan remaja memandang diri sendiri dengan cara yang tetap sama, tidak memandang diri hari ini berbeda dengan hari lain. lni juga mengakibatkan peningkatan harga diri dan perasaan mampu. Sikap menerima diri sendiri membuat orang lain menyukai dan menerima remaja. Perilaku ini mendorong perilaku semakin baik dan perasaan menerima diri sendiri. Sikap menerima diri sendiri menentukan kebahagiaan seseorang. Konsep diri sangat penting dalam menentukan perilaku, karena konsep diri mempunyai peranan dalam keseimbangan batin, mempengaruhi individu dalam menafsirkan pengalamannya serta menentukan pengharapan diri. Bila seseorang memiliki konsep diri positif maka akan terbentuk rasa percaya diri yang tinggi dan mampu melihat diri secara realitis. Seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan merasa diri tidak mampu dan minder. Hal ini menyebabkan individu mengalami kesulitan penyesuaian diri dalam lingkungan. Kenakalan dan kriminalitas remaja, akibat dari kesulitan penyesuman diri terhadap lingkunganjuga semakin meningkat. Seperti diceritakan dalam Jawa Pos (15 Juni 2004: 33) tentang para pelajar lulusan SMU yang rata-rata berusia 18

4 tahun melakukan konvoi, aksi coret-coret, dalam rangka menyambut pengumuman kelulusan membuat jalanan macet dan ramai akibat aksi mereka. Dalam Radar Surabaya (10 Juni 2004: 16) yang memuat berita tentang pencurian becak yang dilakukan Sugik (19 tahun) karena ikut-ikutan ajakan temannya. Ada pula berita dalam Radar Surabaya (10 Juni 2004: 16) tentang pembunuhan 3 orang penjaga villa yang tidak bersalah yang dilakukan seorang pemuda berusia 20 tahun karena aksi brutalnya, dan lain-lain. Dapat disimpulkan disini remqja membutuhkan apa yang dinamakan konsep diri yang baik supaya tidak mudah terpengaruh melakukan hal-hal yang kurang baik dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Remaja yang memiliki konsep diri adalah yang mengerti secara pasti tentang keinginan untuk tetap berada dalam lingkungannya, maupun mencurahkan pikiran dan gagasannya untuk dapat merubah sesuatu, sesuai dengan apa yang dipikirkannya (Mukhtar, 2003: 31). Remaja yang memiliki konsep diri yang baik pasti juga memiliki cara berpikir yang baik, sehingga apapun yang akan dilakukannya akan dipikirkan dahulu terlebih dahulu daripada melakukan tindakan yang tidak benar dan tidak disukai oleh masyarakat lingkungannya. Pengamatan Peale (1992: 134-154) menunjukkan cara berpikir yang dimiliki individu ditentukan oleh religiositas yang berkembang dalam diri individu terse but. Seseorang yang memiliki religiositas yang tinggi akan cenderung mengarahkan dlri pada hal-hal yang positif dalam hidupnya. Pada hakekatnya manusia adalah makhluk reiigius, artinya manusia menyadari akan adanya kuasa

5 yang lebih tinggi, kuasa yang mutlak, kuasa yang ilahi, dan yang tidak terungkap dalarn kata- kata dan bahasa yaitu Tuhan. Selain itu, manusia juga cenderung untuk menggantung harapannya kepada suatu kekuasaan yang dianggap mutlak adanya dan dapat melindunginya yaitu Tuhan. Karena manusia tak berdaya menghadapi tantangan-tantangan hidupnya. Dengan begitu, banyak sekali berbagai bentuk agarna dan kepercayaan sebagai sarana manusia dalarn usahanya mencari Tuhan. Pada saat individu menentukan pilihannya pada satu agama untuk menjadi bagian dalam hidupnya, individu tersebut mengarahkan hidupnya pada Tuhan dan percaya bahwa kuasa Tuhan mampu menolongnya meskipun tak tampak. Menurut lalaluddin (1996: 142) sikap pasrah tersebut diduga akan memberi sikap optimis kepada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif seperti rasa bahagia, rasa senang, puas, sukses, merasa dicintai atau arnan. Lebih jauh lagi perkembangan nilai-nilai agama dalarn hidup individu merupakan suatu bagian yang cukup penting, terutarna dalarn jiwa remaja. Nilainilai agama tersebut dapat mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa sehingga tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan pada pandangan atau kehendak masyarakat (Sarwono, 1994: 91), agama juga menawarkan rasa arnan, khususnya bagi remaja yang sedang mencari eksistensi dirinya. Seorang individu yang memiliki religiositas tinggi akan tetap optimis jika menghadapi suatu masalah. Hal ini disebabkan karena individu tersebut yakin bahwa Tuhan yang pengasih dan penyayang. Tuhan akan menolong dirinya

6 sehingga individu tidak melihat masalahnya sebagai sesuatu yang mengancam dirinya melainkan bahwa dibalik masalah-masalah itu ada berkat-berkat yang indah. Hal-hal tersebut diatas sesuai dengan individu yang memiliki cara berpikir positif sebagai salah satu ciri individu yang memiliki konsep diri positif. Gejolak apapun yang terjadi pada kaum muda, akan mampu diredam dan dikendalikan dengan iman yang memberi arah dan kekuatan untuk mengatasi permasalahan. Iman yang kuat, kokoh bukan saja menjadi dasar melainkan menjadi sumber kebahagiaan tersendiri, manakala kaum muda menghadapi berbagai kesulitan. Karena imanjuga menjadi penuntun yang membentuk perilaku dan sikap yang lebih mantap (Gunarsa dan Gunarsa, 2001: 127). Kehidupan religius remaja harus mendapat perhatian, karena dapat menjadi pedoman hidupnya, sehingga remaja tidak melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain terutama pada remaja akhir usia 18 hingga 22 tahun yaitu masa remaja yang berada pada masa transisi antara remaja dan dewasa yang menuntut banyak perubahan-perubahan yang dapat menimbulkan masalah dan konflik tersendiri bagi kehidupan individu bila tidak mampu menghadapinya. Dengan demikian berdasarkan uraian di atas menarik untuk diteliti sejauh mana hubungan antara re1igiositas dengan konsep diri khususnya pada remaja akhir usia 18 hingga 22 tahun.

7 1.2. Batasan Masalah Peneliti akan meneliti apakah ada hubungan yang signifikan antara religiositas dengan konsep diri pada remaja akhir anggota persekutuan doa Gereja Mawar Sharon Surabaya, aktif melayani di pemasa, usia 18 hingga 22 tahun, beragama Kristen dengan menggunakan penelitian kuantitatif. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar be1akang masalah dan batasan masalah maka pokok masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: "Apakah ada hubungan yang signifikan antara religiositas dengan konsep diri pada remaja akhir?" 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari peneiitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antara re1igiositas dengan konsep diri pada remaja akhir. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil Pene1itian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: Pertama, manfaat teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi disiplin ilmu psikologi. Memberikan sumbangan teori yang berguna untuk penelitian psikologi khususnya psikologi perkembangan mengenai religiositas dan konsep diri.

8 Kedua, manfaat praktis Hasii peneiitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi remaja untuk meningkatkan konsep dirinya dengan meningkatkan kegiatan reiigius.