BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahu, setelah belajar berubah menjadi tahu. Belajar menurut Gagne

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

2015 PENERAPAN MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) TIPE ANALISIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. alam dan kegiatan ekonomi, menuntut guru agar dapat menciptakan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

A. Latar Belakang Masalah

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. No. 20 tahun 2003: 33). Hal ini disesuaikan dengan dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKULTAS EKONOMI UNNES

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENGANTAR AKUNTANSI DI SMK 45 LEMBANG

Penerapan Contextual Teaching and Learning terhadap pembelajaran praktek konstruksi kayu bagi guru SMK di Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sagala (2010:37), belajar adalah suatu proses perubahan perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran.

Transkripsi:

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota dan masyarakat. CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni : konstruksivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflektion) dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). (Nurhadi, 2003 : 5 ). Menurut Bandono (http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusunmodel-pembelajaran-contextual-teaching-and-learning-ctl.php), Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

2 Menurut (Zahorik, 1995: 14 ) ada 5 elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran konstektual, yaitu: a. Pengaktipan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) b. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detail nya. c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara (1) menyusun konsep (hipotesis), (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut di revisi dan dikembangkan. d. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge). e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan tersebut. Dari uraian tersebut penulis berpendapat bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. 2.2 Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Menurut Nurhadi (2003: 10) secara garis besar, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : a. Kembangkan pemikiran anak bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya! b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya! d. Cipta kan masyarakat belajar, (belajar dalam kelompok-kelompok)!

3 e. Hadirkan model, sebagai contoh pembelajaran! f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan! g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara! Berbagai pengamatan ilmiah yang teliti dan akurat menunjukkan keseluruhan alam semesta ditopang dan diatur oleh 3 prinsip, yaitu ke salingbergantungan, diferensi, dan pengaturan diri sendiri. Jhonson (Alwasilah, 2006 : 68). Bukan suatu abstraksi, prinsip-prinsip ini mengatur dan menopang segala sesuatu, termasuk semua sistem kehidupan. 1. CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan, mewujudkan diri misalnya bergabung untuk memecahkan suatu masalah 2. CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati, bekerja sama, untuk menghasilkan gagasan baru. Dan untuk menyadari keragaman adalah suatu kekuatan dan tanda kemantapan. 3. CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian terlihat ketika siswa mencari dan menemukan kemampuan serta minat mereka. Mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian sebenarnya, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang jelas standar yang tinggi dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa agar hati mereka bernyanyi.

4 Dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. 2.3 Pengertian Belajar Menurut Junaidi dalam http//wawan-junaidi.blogspot.com /2009/10/pengertian-belajar/html, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Vygotsky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial. Oleh karena itu, Vygotsky sangat menekankan pentingnya peran interaksi sosial bagi perkembangan belajar seseorang. Toeri belajar Vygotsky memiliki empat prinsip umum: 1) anak mengkonstruksi pengetahuan, 2) belajar terjadi pada konteks sosial, 3) belajar mempengaruhi perkembangan mental, 4) bahasa memegang peranan penting dalam perkembangan mental anak (Baharuddin dan Nur, 2008: 124). Skinner (Depdiknas, 2007: 1.3) mengemukakan belajar merupakan suatu proses atau penyesuian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

5 Menurut Hamalik (2002: 45), belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Terdapat beberapa teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar yaitu teori belajar behavioristik dan teori belajar kostruktivisme. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (Gage dan Berliner, 1984 dalam http://www.maziatul.com/2009/07/teori-belajar-behavioristik-dan.html). Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Teori belajar kostruktivisme menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Piaget dikenal sebagai konstruktivis pertama. Menurut Piaget (dalam http://dahar.multiply.com/journal/item/1/mengenal_teori_konstruktivisme) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

6 Dari definisi-definisi di atas penulis dapat menyimpulkan, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh anak didik secara aktif dan sadar. Hal ini berarti bahwa aktivitas berpusat pada anak didik sedangkan guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator (penterjadinya proses belajar). 2.4 Pengertian Aktivitas Belajar Menurut Winkle (1983:48) menyatakan bahwa aktivitas belajar atau kegiatan belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai. Aktivitas belajar adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam belajar di sekolah untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam belajar. Aktivitas anak didik bukan hanya secara individual, tetapi juga dalam kelompok sosial. Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. (Bahri dan Zain, 2006: 45). Sementara menurut Vigotsky dalam (Baharuddin dan Nur, 2008: 125) mengatakan bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerja sama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Dan pembelajaran lebih jauh dapat terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya. Dalam penelitian ini, aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan analisis presentase dan kriteria penilaian aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

7 No Tabel 2.1 Aspek Aktivitas Siswa Aspek Indikator Kriteria Penilaian Nilai 4, jika semua (3) indikator tiaptiap aspek terpenuhi a) Berdiskusi memecahkan masalah 1. dalam kelompok Aktivitas siswa b) Bekerja sama dalam mengerjakan dalam lembar kerja kelompok kelompok c) Saling mendukung teman dalam satu kelompok a) Mengajukan pertanyaan 2. b) Mengemukakan pendapat atau Partisipasi menjawab pertanyaan siswa c) Mengikuti semua tahapan-tahapan pembelajaran a) Antusias/semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 3. Motivasi dan b) Tertib dan bersegera terhadap semangat intruksi yang diberikan c) Menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar a) Menghargai pendapat teman 4. Interaksi antar b) Berinteraksi dengan teman secara sesama siswa baik c) Tidak mengganggu teman a) Melaksanakan instruksi/perintah guru 5. Interaksi siswa b) Mendengarkan penjelasan guru dengan guru dengan seksama c) Menghormati dan menghargai guru Skor maksimal 5 x 4 20 Sumber: Diadopsi dari Poerwanti (2008: 5.27) Klasifikasi aktivitas belajar siswa tampak dalam tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Klasifikasi Aktivitas Siswa Nilai 3, jika dua indikator tiap-tiap aspek terpenuhi Nilai 2, jika satu indikator tiap-tiap aspek terpenuhi Nilai 1, jika Tidak ada indikator tiaptiap aspek terpenuhi No Rentang Skor Tingkat Ativitas Belajar siswa 1. >75,6 Aktif 2. 59,4 75,5 Cukup aktif 3. <59,4 Kurang aktif

8 Dari tabel aspek dan klasifikasi aktivitas siswa diatas, maka aktivitas siswa dapat dihitung dengan tabel di bawah ini: Tabel 2.3 Observasi Aktivitas Siswa Skor Aspek Jumlah Maksi- Skor No Nama aktivitas siswa 1 2 3 4 5 skor mal 1. 2. 3. 4. Jumlah Skor Maksimal Persentase Sumber : Diadopsi dari Poerwanti (2008:5.27) % Aktivitas Kategori Dari uraian tersebut penulis berpendapat bahwa seorang guru dalam mengelola pembelajaran harus memperhatikan kondisi siswa yang diajar dan berusaha menciptakan suasana balajar yang kondusif dengan melakukan pendekatan yang sesuai sehingga mereka termotivasi untuk melakukan aktivitas belajar. 2.5 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Perubahan tingkah laku dalam belajar sudah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan hasil belajar ditentukan berdasarkan kemampuan siswa (Nashar, 2004: 77).

9 Menurut RBS. Fudyatanto dalam (Sularni, 1991: 10) menyatakan: Taraf abilitas anak untuk menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan pada orang yang berbeda-beda hasil belajar itu bukan hanya pengetahuan saja akan tetapi juga keterampilan. Nashar (2004: 79), hasil belajar adalah proses usaha yang di lakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:4), hasil belajar yang diperoleh seseorang setelah belajar berupa keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.. Dari pengertian menurut ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar selalu dihubungkan dengan aktivitasnya. Hasil belajar yang ditekankan pada penelitian ini adalah perubahan hasil dari belajar yaitu perubahan kemampuan kognitif serta perubahan hasil yaitu perubahan angka. 2.6 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) SD Pendidikan kewarganegaraan (PKn) terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan kewarganegaraan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 UU No. 20 tahun 2003).

10 Sedangkan Winata Putra (Sisdiknas, 2007: 25) berpendapat Pendidikan kewarganegaraan yaitu pendidikan yang menyangkut status formal warga negara yang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang No 2 th.1949. Undang-undang ini berisi tentang diri kewarganegaraan dan peraturan tentang naturalisasi atau pemerolehan status sebagai warga negara Indonesia. Kewarganegaraan dalam bahasa latinnya disebut civis selanjutnya kata civis dalam bahasa Inggris timbul kata civic yang artinya warga negara atau kewarganegaraan. Akhirnya dari civic lahir kata civics yang artinya ilmu kewarganegaraan atau Civic Education. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Kansil ( UU No. 20 tahun 2003: 34) dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksud untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Berkaitan dengan pengertian di atas seperti ditulis oleh (Noor Ms Bakry 2002: 2) dalam Depdiknas (2006: 25), Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kecintaan, kesetiaan, keberanian untuk berkorban membela bangsa dan tanah air Indonesia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education adalah usaha sadar untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan menumbuhkan sikap, wawasan kebangsaan, cinta tanah air yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan konstitusi negara.

11 Tujuan PKn untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Menurut Mulyasa dalam Ruminiati (2007:26) adalah untuk menjadikan siswa : a. Mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. b. Mau berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan. c. Bisa berkembang secara positif dan demokratis, sehingga mampu hidup bersama dengan bangsa lain di dunia dan mampu berinteraksi, serta mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dengan baik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn di SD adalah untuk menjadikan warganegara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti kemajuan teknologi modern. 2.7 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka di atas dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas berikut : Apabila dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan model pembelajaran CTL dengan langkahlangkah yang tepat, maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IVA SDN 9 Metro Barat.