BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu tumpuan penting dalam penerimaan negara,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Pengertian Pajak Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, SH Waluyo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Suksesnya pembangunan negara Indonesia tidak terlepas dari dana yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

Sama seperti pajak, namun terdapat imbalan (kontra-prestasi) secara langsung yang dapat dirasakan oleh pembayar retribusi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Supriyanto, 2011). (Supadmi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

BAB 1 BUKU SAKU PERPAJAKAN BAGI UMKM

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan atau dikenal dengan istilah

BAB 1 PENDAHULUAN. warga negaranya yang memenuhi syarat secara hukum berhak wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Jenis pajak yang ada di Negara Indonesia dibagi menurut :

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Penerimaan Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB III TINJAUAN TEORI. senantiasa berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Dasar-dasar Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki wilayah yang besar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu tumpuan penting dalam penerimaan negara, sangat penting artinya bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu pajak harus dapat dikelola dengan baik. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan peran serta masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Melalui berbagai upaya pemerintah dalam memasyarakatkan pajak, maka setiap warga negara diajak berperan aktif dalam pembangunan nasional dengan membayar pajak ke kas negara dengan teratur sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam Undang Undang Pajak Indonesia. Pembangunan nasional sebagai wujud dari pengamalan pancasila tersebut dilaksanakan secara berkesinambungan di berbagai kota yang ada di Indonesia, salah satunya adalah kota Bandung. Dengan pertumbuhan kota Bandung saat ini dapat dipastikan bahwa terdapat peningkatan di sektor pajak, terutama pajak daerah. Hasil penerimaan pajak daerah tersebut digunakan bagi pembangunan kota Bandung itu sendiri, terlebih dengan diberlakukannya otonomi daerah. Otomatis pajak daerah memegang peranan penting dan berperan besar dalam pembangunan kota Bandung. 1

Pembagian pajak berdasarkan wewenang yang memungut dapat di bagi menjadi dua yaitu: pajak negara atau pusat dan pajak daerah. Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak daerah diatur dalam Undang-Undang dan hasilnya akan masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pajak daerah terdiri dari 4 jenis pajak Daerah Tingkat I dan 7 jrnis Pajak Daerah Tingkat II. Pajak Dearah Tingkat I terdiri dari: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama kendaraan bermotor dan kendaraan di Atas Air, Pajak Bahan Bakar kendaraan bermotor dan Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Sedangkan Pajak Daerah Tingkat II terdiri dari: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak penerangan jalan, Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C dan Pajak parkir. Berdasarkan tarif pemungutannya, maka pajak hiburan merupakan Pajak daerah dengan tarif tertinggi. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mencoba menelusuri lebih jauh mengenai Pajak daerah dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah kota Bandung, maka penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian dengan judul: Analisis Peningkatan Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung Tahun 2002 Sampai Dengan Tahun 2005. 2

1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penulis merumuskan masalah masalah penelitian sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah kota Bandung. 2. Berapa jumlah target pajak daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah kota Bandung dan realisasi pajak daerah pada tahun 2002 sampai dengan 2005. 3. Seberapa besar perbedaan antara target penerimaan Pajak Daerah dengan realisasi penerimaan Pajak Daerah. 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah diindentifikasi di atas, maka tujuan penelitian yang dilakukan penuilis adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah kota Bandung. 2. Mengetahui jumlah target yang ditetapkan untuk pajak daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Bandung dan realisasi pajak daerah pada tahun 2002 sampai dengan 2005. 3. Mengetahui perbedaan target dengan realisasi penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung. 3

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan secara khusus praktis dihubungkan dengan ilmu yang didapat. 2. Bagi Pemerintah Kota Bandung diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah kota Bandung. 3. Bagi penulis lain untuk dapat dijadikan referensi. 1.5 Rerangka Pemikiran dan Hipotesis Definisi pajak menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro,SH (Buku Perpajakan, 2002: 1). Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pemerintah Daerah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap menempatkan sesuai dengan fungsinya. Adapun fungsi pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu : fungsi budgeter dan fungsi regulator. Fungsi budgeter yaitu bila pajak sebagai alat untuk mengisi kas negara yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Sementara, fungsi regulator yaitu bila pajak dipergunakan sebagai alat mengaturuntuk mencapai tujuan, misalnya : pajak 4

minuman keras dimaksudkan agar rakyat menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras, pajak ekspor dimaksudkan untuk mengekang pertumbuhan ekspor komoditi tertentu dalam rangka menghindari kelangkaan produk tersebut di dalam negeri. Pengenaan pajak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: Pajak Negara dan Pajak Daerah. Pajak Negara adalah pajak yang pengenaan pajaknya meliputi: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah. Pada tahun 1997 Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya memperhatikan pajak pusat saja tetapi juga pajak daerah yang menjadi salah satu sumber penerimaan negara. Undang Undang No.18 tahun 1997 kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Undang Undang No.34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang Undang No.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Tujuan ditetapkannya Undang Undang pajak daerah dan retribusi daerah adalah untuk menyederhanakan sistem perpajakan dan retribusi daerah, dengan 5

cara memperkuat fondasi penerimaan daerah khususnya Daerah Tingkat II, dengan mengefektifkan jenis pajak dan retribusi tertentu yang potensial. Penyederhanaan pajak daerah dan retribusi daerah dapat dilihat dari penyederhanaan jumlah pajak daerah dan retribusi daerah yang ada sesudah diberlakukannya Undang Undang tahun 2000 yaitu sejumlah 11 jenis pajak yang dipungut. Sebelas jenis pajak yang dipungut tersebut terbagi dalam pajak Daerah Tingkat I dan Pajak Daerah Tingkat II dengan tarif yang berbeda untuk setiap pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah. Dengan penggolongan jenis pajak, dapat ditelusuri lebih lanjut besarnya kontribusi yang diberikan oleh berbagai jenis pajak bagi Pendapatan Daerah secara keseluruhan. Pajak Propinsi menurut Undang-undang No.34 tahun 2000 terdiri dari: 1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, dikenakan tarif sebesar 5%. 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, dikenakan tarif sebesar 10%. 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dikenakan tarif sebesar 5%. 4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan, dikenakan tarif sebesar 20%. Jenis Pajak Propinsi bersifat limitatif yang berarti Propinsi tidak dapat memungut pajak lain selain yang telah ditetapkan, dan hanya dapat menambah jenis retribusi lainnya sesuai dengankriteria yang ditetapkan dalam UU. 6

Pajak Daerah Kabupaten/Kota menurut Undang-undang No.34 tahun 2000 terdiri dari: 1. Pajak Hotel adalah pajak yang dikenakan kepada setiap hotel atas jasa maupun fasilitas yang dimiliki oleh hotel, dikenakan tarif sebesar 10%. 2. Pajak Restoran adalah pajak yang dikenakan kepada setiap restoran, atas setiap makanan dan minuman yang disajikannya, dikenakan tarif sebesar 10%. 3. Pajak Hiburan adalah pajak yang dikenakan kepada setiap tempat hiburan meliputi: diskotik, tempat kebugaran (fitness centre), tempat permainan bilyard, bioskop, tempat karaoke, klab malam, tempat mandi uap (sauna) dan lain sebagainya, dikenakan tarif sebesar 35%. 4. Pajak Reklame adalah pajak yang dikenakan untuk setiap reklame yang terpasang baik berupa: spanduk, selebaran dan lain sebagainya, dikenakan tarif sebesar 25%. 5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dikenakan atas setiap penerangan yang digunakan untuk menerangi jalan umum, dikenakan tarif sebesar 10%. 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. Yang dimaksud dengan bahan galian golongan c adalah bahan galian yang tidak termasuk bahan galian golongan a (strategis) dan bahan galian golongan b (vital), sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang No.11 Tahun 1967, dikenakan tarif sebesar 20%. 7

7. Pajak Parkir adalah pajak yang dipungut atas hasil dari jasa parkir kendaraan, dikenakan tarif sebesar 20%. Jenis pajak Kabupaten/Kota tidak bersifat limitatif, artinya Kabupaten/Kota diberi peluang untuk menggali potensi sumber-sumber keuangannya selain yang ditetapkan secara eksplisit dalam UU No.34 Tahun 2000, dengan menetapkan sendiri jenis pajak yang bersifat spesifik dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan dalam UU tersebut. Selain jenis Pajak Daerah di atas dapat ditetapkan Pajak Daerah lainnya dengan Peraturan Daerah dengan memenuhi kriteria tertentu, antara lain; bersifat pajak dan bukan retribusi, objek pajak berada dalam wilayah Kabupaten/Kota serta dasar pengenaan tidak bertentangan dengan kepentingan umum, bukan merupakan objek Pajak Propinsi atau Pajak Pusat, tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif, memperhatikan aspek keadilan, dan menjaga kelestarian lingkungan. Sebagai contoh pajak daerah lain yang diterapkan di kota Bandung adalah pajak untuk rumah sewa atau kos. Dimana pajak ini sedang ditingkatkan penerimaannya, karena potensi pajak yang dapat dipungut cukup besar. Berikut ini kita dapat melihat realisasi dari penerimaan pajak Daerah Kota Bandung selama beberapa tahun terakhir: 8

Tabel 1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kota Bandung dari 2003-2005 2003 2004 2005 Realisasi 125.872.000.000 132.250.000.000 140.967.000.000 Penerimaan pajak Daerah kota Bandung Sumber:Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung, 2005. Sedangkan Retribusi daerah dibagi atas 3 (tiga) golongan yaitu; Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu. Jenis-jenis ketiga golongan retribusi tersebut ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah berdasarkan kriteria tertentu. Selain jenis Retribusi Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah tersebut juga dapat ditetapkan Retribusi daerah lainnya dengan Peraturan Daerah sesuai dengan kewenangan Otonomi Daerah dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka penulis menetapkan hipotesis sebagai berikut: Terdapat perbedaan yang signifikan antara target penerimaan pajak daerah dengan realisasi pajak daerah. 1.6. Alat Uji Hipotesis Salah satu cara yang digunakan untuk menguji anggapan atau hipotesis dasar yang bersifat sementara dari hasil analisa statistik sehingga dapat ditarik kesimpulannya adalah statistik mengenai diterima atau ditolaknya suatu hipotesis. 9

Metode statistik yang dapat dibuat untuk menguji fakta atau data tersebut adalah dengan mengunakan Uji Dua Sampel Dependen ( Paired sample T-Test ). Rumusan sebagai berikut: t= đ sd n sd= d ( 2 d)2 / n / n 1 Keterangan: t = nilai distribusi t. sd = standar deviasi. đ = nilai rata-rata. n = jumlah pengamatan berpasangan. d = perbedaan antara data berpasangan. Hipotesis statistik: Ho:µ=a artinya : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara target penerimaan pajak daerah dengan realisasi pajak daerah. H :µ a artinya : Terdapat perbedaan yang signifikan antara target penerimaan pajak dengan realisasi pajak daerah. 1.7. Waktu dan Lokasi Penelitian. Adapun sumber informasi untuk penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Bandung yang beralamat di Jalan Wastukancana 10

No.2, sedangkan penelitian dilakukan selama bulan Oktober sampai dengan selesai. 11