SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

f. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, g. karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan ba

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR PADA ARIFIN FISH FARM, DESA CILUAR, KECAMATAN BOGOR UTARA, KOTA BOGOR

I. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bertujuan untuk pemenuhan ketersediaan ikan melalui proses budidaya. Selain itu,

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BUDIDAYA IKAN NILA MUHAMMAD ARIEF

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

PENGELOLAAN INDUK IKAN NILA. B. Sistematika Berikut adalah klasifikasi ikan nila dalam dunia taksonomi : Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGEMBANGAN PEMBIBITAN (BREEDING)SAPI POTONG PADA PT LEMBU JANTAN PERKAS (LJP), SERANG, PROPINSI BANTEN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LOBSTER AIR TAWAR (Kasus K BLAT S Farm, Kec. Gunung Guruh, Kab. Sukabumi, Jawa Barat) Oleh: KAMMALA AFNI A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

KELAYAKAN PENGUSAHAAN JARAK PAGAR PADA KEBUN INDUK JARAK PAGAR PAKUWON, SUKABUMI JAWA BARAT. Oleh : DIAH KUSUMAYANTI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN KELINCI ASEP S RABBIT PROJECT, LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh : Nandana Duta Widagdho A

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN BUNGA POTONG KRISAN LOKA FARM KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR. Afnita Widya Sari A

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN LELE SANGKURIANG

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

Peluang Usaha Budi Daya Ikan Lele

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

ANALISIS KELAYAKAN USAHA INSTALASI BIOGAS DALAM MENGELOLA LIMBAH TERNAK SAPI POTONG (PT. WIDODO MAKMUR PERKASA, CIANJUR) Oleh Muzayin A

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENGEMBANGAN USAHA ISI ULANG MINYAK WANGI PADA USAHA PERSEORANGAN BOSS PARFUM, BOGOR. Oleh MOCH. LUTFI ZAKARIA H

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

II. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

PADA MITRA KABUPATEN BOGOR. Oleh: F I T R I A L

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya pelaku yang terlibat khususnya bidang produksi membuat harga-harga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

Transkripsi:

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawaa Barat) SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

RINGKASAN AFIF FAKHRUZZAMAN. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA) Pada tahun 2008 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penelitian untuk mengembangkan varietas baru ikan nila yaitu ikan nila gesit, varietas baru ini mempunyai pertumbuhan lebih cepat 50 persen dari varietas ikan nila lain. Untuk itu perlu perhitungan dari segi ekonomi untuk mengetahui kelayakan pengusahaan pembenihan ikan varietas baru ini. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis aspek pasar, manajemen, hukum dan lingkungan pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi (2) Bagaimana tingkat kelayakan investasi atau finansial saat usaha pembenihan ikan nila gesit menggunakan modal sendiri dan pinjaman (NPV, Net B/C, IRR dan PP) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi (3) Menentukan kondisi Cross-Over Discount Rate serta menganalisis tingkat sensitivitas usaha pembenihan ikan nila gesit. Penelitian ini dilakukan di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara sekaligus pengisian kuesioner dengan pimpinan UPR Citomi, para menejer dan supervisi produksi. Sedangkan semua data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupeten Subang, website Departemen Kelautan dan Perikanan, Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi serta beberapa literatur yang diperoleh dari jurnal dan penelitian yang telah dilakukan. Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek pasar, manajemen, hukum, lingkungan dan kelayakan investasi. Analisis kelayakan investasi dilakukan secara kuantutaif (NPV, Net B/C dan IRR) dan yang lainnya secara kulalitatif dan dipaparkan secara deskriptif. Industri budidaya ikan nila gesit sangat dipengaruhi musim, dimana saat musim hujan produksi ikan nila di semua sub sistem budidaya ikan nila mengalami penurunan, penurunan terbesar terjadi pada pembesaran ikan nila yang berpusat di waduk Jatiluhur dan Cirata, penurunan produksi ini terjadi akibat up welling. Usaha pembenihan ikan nila gesit yang telah dijalankan oleh UPR Citomi layak untuk dilanjutkan dengan kriteria kelayakan dalam skenario I NPV senilai Rp Rp 221.214.785, Net B/C sebesar 3,20, IRR sebesar 62 persen dan PP 0,24 tahun. Dalam skenario II diperoleh NPV Senilai Rp 216.171.853, Net B/C senilai 3,15, IRR senilai 79 persen dan PP 0,25 tahun. Cross-Over Discount Rate terbentuk pada saat sukubunga sebesar 14 persen. Hasil perhitungan analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi tidak layak dijalankan apabila terjadi penurunan produksi sebesar 37,65 persen dan penurunan harga jual larrva sebesar 37,5 persen atau senilai Rp 6 per ekor larva. Baik dalam skenario I maupun skenario II. Kata kunci : kelayakan usaha dan ikan nila gesit

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat) AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008 Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi Unit Pembenihan Rakyat Citomi di Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab.Subang Jawa Barat) : Afif Fakhruzzaman : H34076008 Disetujui Pembimbing Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 197903 2 001 Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr.Ir Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002 Tanggal Lulus :

PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2010 Afif Fakhruzzaman H34076008

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Subang tanggal 12 Januari 1987. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Putera dari pasangan Bapak M Abd Sodik dan Ibu Yuyu Yuhaeni, dua orang yang paling berjasa di sepanjang hidup penulis. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri Sukaasih pada tahun 1992 dan lusus pada tahun 1998. Selanjutnya pada tahun kelulusan Sekolah Dasar penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Subang dan lulus pada tahun 2001. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Ponpes Pagelaran III dan Sekolah Menengah Umum Plus Pagelaran III di Kecamatan Cisalak dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun kelulusan SMU penulis mendapat undangan dari Institut pertanian Bogor Untuk menempuh pendidikan pada program Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, kesempatan ini pun diambil dan diselesaikan pada tahun 2007. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2010. Semasa kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi kampus. Di Diploma III penulis aktif pada Lingkar Seni Jaring, organisasi seni di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Melalui organisasi ini penulis diberi kesempatan untuk melakukan pementasan di beberapa Kota. Saat menempuh pedidikan S1, penulis aktif berorganisasi pada Lembaga Studi Islam Mahasiswa Ekstensi (L- Sima x).

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas semua kesempatan yang telah diberikan kepada hamba-hamba-nya untuk dapat terus berada dalam Rahmat dan Hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga terus tercurahkan kepada Baginda Alam, Rasul Pilihan Muhammad SAW yang telah menjaga sebuah sistem suci (Islam) yang diamanatkan Allah kepada seluruh umat manusia, juga kepada seluruh keluarga dan sahabatnya yang senantiasa ada berjuang bersama beliau. Syukur Alhamdulillah penulis ucapka atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat). Skripsi ini ditulis dengan tujuan menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan nila gesit dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Segala bentuk usaha telah penulis kerahkan untuk penulisan skripsi ini agar menghasilkan karya yang maksimal, namun dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis akan selalu membuka hati terhadap semua bentuk kritik dan saran yang dapat memperbaiki skripsi ini. Bogor, Februari 2010 Afif Fakhruzzaman

UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini tidak berjalan dengan lancar dan banyak pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada 1. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen Pembimbing dengan penuh kesabaran membimbing serta memberikan arahan selama proses penulisan. 2. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator yang menyempurnakan proposal penelitian ini dalam kolokium. 3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, Msi dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji yang memberikan respon, kritik serta saran yang membangun terhadap karya ini. 4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan serta kasih sayangnya. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang membanggakan. 5. Bapak S Nana Sulyana selaku pimpinan UPR Citomi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di UPR Citomi 6. Seluruh karyawan UPR Citomi yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan penulis 7. Seluruh staff sekretariat Ekstensi Agribisnis yang membantu penulis. 8. Rekan-rekan mahasiswa Agribisnis yang telah memberikan suport, terutama rekan-rekan seperjuangan di L-Sima Semoga tali persaudaraan kita tetap terjalin dan hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan yang talah diberikan, amin. Bogor, Februari 2010 Afif Fakhruzzaman

DAFTAR ISI Halaman I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.2 Tujuan penelitian... 6 1.3 Manfaat Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA... 7 2.1 Klasifikasi dan Sejarah Perkembangan Ikan Nila... 7 2.2 Deskripsi Ikan Nila Gesit... 9 2.3 Proses Pembenihan... 10 2.4 Persyaratan Lokasi Pemeliharaan Ikan Nila... 11 2.5 Intensitas Budidaya... 11 2.6 Sistem Budidaya... 13 2.7 Tinjauan Studi Terdahulu... 13 2.7.1 Studi Empiris Mengenai Ikan Nila... 14 2.7.2 Studi Empiris Mengenai Analisis Kelayakan Usaha... 15 III. KERANGKA PEMIKIRAN... 18 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 18 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek... 18 3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat... 19 3.1.3 Aspek-Aspek Studi Kelayak Proyek... 19 3.1.3.1 Aspek Pasar... 20 3.1.3.2 Aspek Teknis... 20 3.1.3.3 Aspek Manajemen... 22 3.1.3.4 Aspek Hukum... 23 3.1.3.5 Aspek Lingkungan... 23 3.1.3.6 Aspek Finansial... 24 3.1.4 Cross Over Discount Rate... 25 Analisis Sensitivitas... 26 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 27 IV. METODE PENELITIAN... 29 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 29 4.2 Jenis dan Sumber Data... 29 4.3 Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden... 29 4.4 Metode Analisis Data... 29 4.4.1 Analisis Aspek Pasar... 30 4.4.2 Analisis Aspek Teknis... 30 4.4.3 Analisis Aspek Manajemen... 30 4.4.4 Analisis Aspek Hukum... 30 4.4.5 Analisis Aspek Lingkungan... 30 4.4.6 Analisis Aspek Finansial... 31 4.4.7 Analisis Sensitifitas... 35

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN... 36 5.1 Gambaran Umum Desa Tanggulun Barat... 36 5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah... 36 5.1.2 Kependudukan... 36 5.2 Sejarah Unit Pembenihan Rakyat Citomi... 37 5.3 Organisasi Perusahaan dan Ketenaga Kerjaan UPR Citomi... 37 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN... 39 6.1 Analisis Aspek Non Finansial... 39 6.1.1 Analisis Aspek Pasar... 39 6.1.2 Analisis Aspek Teknis... 44 6.1.3 Analisis Aspek Manajemen... 52 6.1.4 Analisis Aspek Hukum... 54 6.1.5 Analisis Aspek Lingkungan... 55 6.2 Analisis Aspek Finansial... 56 6.2.1 Analisis Biaya... 57 6.2.2 Analisis Manfaat... 61 6.2.3 Proyeksi Rugi/Laba... 62 6.2.4 Analisis Kriteria Kelayakan Investasi... 64 6.3 Analisis Sensitivitas... 69 VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 72 7.1 Kesimpulan... 72 7.2 Saran... 73 DAFTAR PUSTAKA... 74 LAMPIRAN... 76

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Trend Suplay Protein dan Kalori Per Kapita Indonesia Tahun 2003-2007... 1 2. Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Indonesia 2003-2007... 2 3. Produksi Ikan Nila Nila Ukuran Konsumsi dan Kebutuhan Benih Ikan Nila... 3 4. Deskripsi Lengkap Mengenai Anatomi Tubuh Ikan Nila... 9 5. Ukuran Benih Ikan Nila Berdasarkan Umur... 10 6. Contoh Tabel Cashflow... 34 7. Komposisi Angkatan Kerja Desa Tanggulun Barat Tahun 2007... 37 8. Proyeksi Perkiraan Produksi Ikan Nila Konsumsi Dan Permintaan Benih Ikan Nila Tahun 2010-2011... 39 9. Permintaan Larva Nila Hitam UPR Citomi Setiap Bulan tahun 2008... 40 10. Perkiraan Penawaran Larva Ikan Nila Gesit... 40 11. Proyeksi Perhitungan Harga Pokok Produksi... 42 12. Kebutuhan Input Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit... 51 13. Kebutuhan Investasi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit... 57 14. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Pertama... 58 15. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Kedua... 59 16. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi... 60 17. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi... 61 18. Perhitungan Pembayaran Angsuran Modal Pinjaman... 61 19. Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit... 62 20. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I... 63 21. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II... 64 22. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I... 65 23. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II... 66 24. Proyeksi Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas... 71

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Morfologi Ikan nila (Oreochromis niloticus)... 7 2. Kondisi Cros-Over Discont Rate Digambarkan dalam Grafik... 25 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional... 28 4. Saluran Distribusi Benih Ikan Nila Gesit... 43 5. Grafik Produksi Larva Ikan Nila Gesit... 47 6. Struktur Organisasi UPR Citomi... 52 7. Grafik CDR Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit... 68

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama tahun 2009 dibandingkan triwulan ke empat tahun 2008 mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi ini diindikasikan oleh meningkatnya Produk Domestik Bruto Indinesia sebesar 1,6 persen. Pertumbuhan ini terjadi pada sektor pertanian, listrik, gas, air bersih, pengangkutan-komunikasi, keuangan, real estat dan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 19,3 persen. Pertanian dalam skala umum pencakup sektor perikanan, peternakan, kehutanan dan pertanian (tanaman) itu sendiri. Menurut laporan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, peningkatan produksi perikanan Indonesia diperkirakan mencapai 10,18 juta ton pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 12,73 juta ton pada awal tahun 2009. Peningkatan ini memberikan kontribusi terhadap GDP nasional sebesar 2,67 persen pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 2,85 persen pada tahun 2009. Serta meningkatkan peluang kerja kumulatif dari 8.94 juta orang pada tahun 2008 menjadi 10.02 juta orang pada tahun 2009. Ikan merupakan salah satu komoditi pertanian yang memberikan kontribusi bagi konsumsi protein penduduk Indonesia. Bahkan sejak tahun 2003 konsumsi protein penduduk Indonesia paling besar disuplay oleh daging putih (ikan) seperti yang terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Trend Suplay Protein dan Kalori Per Kapita Indonesia Tahun 2003-2007 Uraian Satuan Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Kalori Kkal/tahun 3,082 3,005 2,912 2,932 2,957 Total kebutuhan protein Gram/hari 75,52 76,22 76,79 77,84 78,36 Total protein dari sayur Gram/hari 1,88 2 2,19 2,23 2,21 Total protein dari hewan Gram/hari 10,93 11,62 10,93 11,84 12,24 - Ikan Gram/hari 7,57 7,81 7,48 7,92 8,17 - Ternak Gram/hari 3,36 3,81 3,45 3,92 4,07 Sumber : Indonesian Fisheries Book, 2009 Dalam tabel satu dapat dilihat bahwa konsusmi protein penduduk Indonesia masih berada jauh dibawah kebutuhan protein yang seharusnya 1

dikonsumsi. Rata-rata kebutuhan protein setiap hari adalah 76,946 untuk memenuhi kebutuhan kalori, tetapi rata total konsumsi protein yang dihasilkan dari sayur dan hewan hanya 13,614 gram per hari. Sektor perikanan yang merupakan penyumbang terbesar dalam memenuhi kebutuhan protein nasional, masih dapat terus ditingkatkan produksinya. Salah satu potensi perikanan Indonesia adalah aquaculture atau budidaya perikanan. Potensi budidaya perikanan Indonesia diperkirakan seluas 11,81 ha. Tepatnya 2,22 juta ha berpotensi untuk budidaya air tawar, 1,22 juta ha untuk air payau dan 8,36 juta ha untuk budidaya air laut. Dari sekian luas lahan yang berpotensi, pemanfaatannya belum optimal. 10,14 persen potensi budidaya air tawar yang dimanfaatkan, 36,99 persen pada budidaya air payau dan 1,01 persen untuk budidaya air laut. Ikan nila adalah salah satu komoditi budidaya perikanan yang mempunyai reputasi baik dalam budidaya ikan. Proses budidaya yang mudah membuat ikan nila diminati para petani ikan dalam budidaya air tawar. Hal ini terlihat pada Tabel 2 yang menujukan bahwa produksi ikan nila menempati urutan ke dua. Tabel 2. Produksi budidaya Ikan Air Tawar Indonesia Tahun 2003-2007 No Jenis Ikan Tahun Ratarata produksi Kenaikan produksi (%) 2003 2004 2005 2006 2007 1 Patin 12,90 23,96 32,58 31,67 36,76 27,57 33.73 2 Nila 71,95 97,12 148,25 169,39 188,06 134,95 28.23 3 Gurami 22,67 23,76 25,44 28,71 35,71 27,26 12.28 4 Ikan mas 219,39 192,46 216,92 247,69 264,35 228,16 5.34 5 Mujair 52,52 41,55 38,21 10,54 23,47 33,26 5.32 Sumber : Indonesian Fisheries Book, 2009 Ikan nila adalah salah satu komoditi perikanan yang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tidak hanya sebagai barang konsumsi, ikan nila pun populer dikalangan petani. Proses budidaya yang mudah membuat ikan nila diminati para petani ikan dalam budidaya air tawar. Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa produksi ikan nila Indonesia mengalami kenaikan sebesar 28,23 persen. 2

Tabel 3. Produksi Ikan Nila Ukuran Konsumsi dan Kebutuhan Benih Ikan Nila Nasional Tahun Ukuran Konsumsi(Kg) Kebutuhan Benih (Ekor) 2003 71.947.000 143.894.000 2004 97.116.000 194.232.000 2005 148.249.000 296.498.000 2006 169.390.000 338.780.000 2007 188.061.000 376.122.000 Rata-Rata 134.952.600 269.905.200 Sumber : Indonesian Fisheries Statistic Index, 2009 (diolah) Apabila dibanding ikan tawar lainnya, seperti ikan mas dan gurami, pengembangbiakan ikan nila memang lebih mudah. Banyak pembudidaya yang menyuntikkan hormon untuk meningkatkan pertumbuhan ikan nila. Tapi belakangan penyuntikan itu dilarang karena dapat menurunkan kualitas ikan. Untuk mengatasi hal tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Fakultas Ilmu Kalutan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor serta Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) yang merupakan salah satu UPT lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan melalui rangkaian riset yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, bekerjasama dan melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006 dan bertujuan menghasilkan varietas baru ikan nila, penelitian telah berhasil melakukan program produksi benih dan calon induk nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia) 1. Penelitian yang dilakukan ini kemudian dikembangkan dengan tujuan menghasilkan nila gesit Super Growth pada tahun 2008. Usaha ini telah menghasilkan benih nila gesit sebanyak 106.578 ekor benih, dimana 54.855 ekor telah didistribusikan ke 18 propinsi, 20.000 ekor digunakan dalam program seleksi pembesaran calon induk. Calon induk ikan nila yang telah dihasilkan sebanyak 4.073 ekor, dimana 3.155 ekor telah didistribusikan ke tujuh propinsi, sedangkan sisanya digunakan sebagai induk dalam produksi benih monoseks dan calon induk sediaan di akhir tahun 2. Keunggulan varietas baru ikan nila ini adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dari varietas ikan nila lainnya, sehingga 1 Nila Gesit, Riset Panjang, Berbuah Senyuman, http://www.bbpbat.net [22 April 2009] 2 Hardiantho D, Prayoga T, Kusuma A. 2009. Produksi Calon Induk Nila Gesit Dan Nila Unggul, http://www.bbpbat.net [20 Nopember 2009] 3

diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengembangan budidaya ikan air tawar di Indonesia. Dari sekian banyak wilayah penyebaran benih ikan nila gesit, kabupaten Subang merupakan salah satu targetnya. Dari sisi iklim, kabupaten subang sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan ikan nila, karena berdasarkan tipe iklim oldeman, wilayah kabupaten Subang termasuk ke dalam tipe iklim C hingga D. Banyaknya curah hujan hingga tahun 2000 mencapai 9.785 mm. Temperatur di kawasan perairan kabupaten Subang berkisar antara 25-32 o C. Kondisi ini mendukung keberadaan ekosistem perairan di Kabupaten Subang (Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Subang, 2003) Selain iklim yang mendukung, kondisi geografis Kabupaten Subang pun sangat mendukung aktivitas budidaya perikanan air tawar. Beberapa sungai utama yang melewati Kabupaten subang adalah Sungai Cilamaya, sungai Blanakan, sungai Ciasem, Sungai Cileuleuy yang membentuk lima anak sungai dan sungai Cipunagara. Umumnya para petani ikan memanfaatkan aliran sungai-sungai tersebut sebagai pasokan air bagi kolam mereka. Salah satu desa penghasil benih ikan nila gesit di kabupaten Subang adalah Desa Tanggulun Barat, Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang. Pembenihan di Desa ini dilakukan oleh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Citomi. Unit pembenihan ini telah dirintis sejak tahun 1998 dan hingga saat ini penyebaran pemasarannya telah mencakup wilayah pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. UPR Citomi memproduksi benih nila gesit sejak tahun 2008, tepatnya bulan Nopember 2008. UPR Citomi termasuk dalam wilayah penyebaran ikan nila gesit (BBPBAT) Sukabumi dan memperoleh calon induk sebanyak 850 ekor. Untuk mengelola 850 ekor induk nila gesit tersebut tentu memerlukan perhitungan khusus, terutama perhitungan kelayakan pengusahaan pembenihan yang telah berjalan selama ini. 1.2 Perumusan Masalah Kesulitan yang dihadapi para pembudidaya dalam memperoleh benih yang bekualitas disebabkan buruknya proses pembenihan. Induk yang digunakan dalam pembenihan bukan merupakan induk dasar atau induk pokok yang langsung diproduksi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Tetapi 4

induk yang dihasilkan dari proses kawin liar tanpa pengawasan instansi terkait. Kondisi ini menuntut Departemen Kelautan dan Perikanan untuk melakukan revitalisasi induk nila yang beredar. Untuk itu Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) bekerja sama dengan beberapa pihak lain melakukan penelitian dan berhasil melakukan program produksi benih dan calon induk nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia). Pertanyaan yang muncul dari isu di atas adalah, seberapa layakkah pengusahaan pembenihan ikan nila gesit. Kemunculan varietas baru ikan nila dapat saja menjadi solusi permasalahan yang timbul tersebut, tetapi dapat juga menjadi permasalan baru. Perhitungan dalam kondisi aktual tentu akan berbeda dengan perkiraan-perkiraan dalam skala laboratorium. Meski secara biologis ikan nila gesit mempunyai keunggulan pertumbuhan yang lebih cepat 50 persen dari jenis nila lain, tetapi belum tentu keunggulan tersebut muncul pula dalam aspek pasar, manajemen, hukum, lingkungan dan finansial komoditi ini. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu perhitungan khusus dari sisi kelayakan pengusahaannya. Perhitungan dalam aspek finansial memerlukan perhatian lebih, karena dalam aspek ini diperhitungkan kelayakan usaha dari sisi mikro, untuk itu perlu digunakan dua skenario, skenario ketika modal menggunakan modal sendiri sepenuhnya dan skenario menggunakan modal pinjaman sebagian. Skenario I atau biaya yang dikeluarkan sepenuhnya menggunakan modal sendiri dapat digunakan oleh individu atau perusahaan yang memiliki cukup modal, sedangkan penggunaan modal pinjaman dalam skenario II dapat digunakan oleh individu atau perusahaan yang kekurangan modal. Dari sisi perusahaan (UPR Citomi), perhitungan analisis kelayakan usaha pembenihan ikan nila gesit diperlukan, karena sampai penelitian ini dilakukan belum ada penelitian khusus yang membahas pembenihan ikan nila gesit sebagai objek penelitian di UPR Citomi. Sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam keputusan skala yang harus diambil oleh UPR Citomi. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang ingin dikaji dari penelitian ini, antara lain yaitu : 1. Bagaimana kondisi Aspek pendukung lain (pasar, manajemen, hukum dan lingkungan) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi? 5

2. Bagaimana tingkat kelayakan investasi atau finansial saat usaha pembenihan ikan nila gesit menggunakan modal sendiri dan pinjaman (NPV, Net B/C, IRR dan PP) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi? 3. Kondisi saat Cross-Over Discount Rate Bagaimana tingkat sensitivitas usaha pembenihan ikan nila gesit 1.3 Tujuan Penelitian Setelah menyampaikan latar belakang yang mendasari perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan dari penelitian adalah : 1. Menganalisis aspek pendukung lain (pasar, manajemen, hukum dan lingkungan) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi. 2. Bagaimana tingkat kelayakan investasi atau finansial saat usaha pembenihan ikan nila gesit menggunakan modal sendiri dan pinjaman (NPV, Net B/C, IRR dan PP) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi. 3. Menentukan kondisi Cross-Over Discount Rate serta menganalisis tingkat sensitivitas usaha pembenihan ikan nila gesit. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi penelitian sejenis, menjadi tolok ukur petani dalam keputusannya untuk menentukan usahatani pembenihan ikan nila dan memberikan kontribusi bagi pemerintah dalam penetapan kebijakannya terkait pengembangan agribisnis ikan nila di Kabupaten Subang. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Sejarah Perkembangan Ikan Nila Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila mulai dibudidayakan pada tahun 2000 SM. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Sedangkan nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus. Secara biologis klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut : Kelas : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Crdo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus. Gambar 1. Morfologi Ikan nila (Oreochromis niloticus) 7

Ditinjau dari kebiasaan makannya, ikan nila termasuk jenis ikan omnivora, yaitu pemakan tumbuhan dan hewan. Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umurnya. Makanan utama stadia larva terdiri dari alga bersel tunggal, udang-udangan kecil dan benthos. Setelah berukuran benih, ikan nila menyukai makanan sejenis zooplankton, diantaranya rotifera sp, moina sp dan daphnia sp. Namun terkadang benih ikan nila pun menyukai alga yang menempel di pinggir kolam. Pakan buatan yang diberikan saat pemeliharaan adalah pellet dengan kandungan protein minimal 25 persen. Dilihat dari sisi kebiasaan berkembangbiaknya, ikan nila tidak termasuk jenis ikan musiman, karena dapat memijah sepanjang tahun. Pemijahan ikan nila dapat dilakukan di berbagai media selama induk telah matang gonad seperti kolam, bak, akuarium dan jaring apung. Proses pemijahan dimulai dengan pembuatan sarang oleh induk jantan sebagai tempat memijah dan pembuahan telur. Sarang berupa lekukan di dasar kolam dengan diameter tergantung panjang tubuh ikan. Biasanya diameter sarang berkisar antara 1,5-2 kali panjang tubuhnya dengan kedalaman antara 5-10 cm. Setelah pembuatan sarang, dilanjutkan dengan proses pemijahan. Proses pemijahan berlangsung sangat cepat, yaitu antara 50-60 detik dan telur yang dikeluarkan sebanyak 20-30 butir. Peristiwa pemijahan ini berlangsung selama 20-60 menit dengan pasangan yang sama. Seekor ikan nila betina dengan berat 600 g dapat menghasilkan telur sebanyak 2.000-3.000 telur dan yang berhasil menetas sebanyak 800-1600 butir. Telur ikan nila berdiameter 2,5-2,8 mm, berwarna kuning dan berseifat tenggelam, tidak menempel. Ikan nila tergolong ikan yang mengerami telurnya (mouth breeder). Pengeraman telur dilakukan oleh induk betina sejak telur dibuahi sampai menetas. Setelah menetas, larva berukuran 4-6 mm diasuh induk betina di pinggir kolam, larva akan diasuh sampai lavra kuat untuk berenang sendiri. Biasanya larva yang kuat berenang berukuran 8-12 mm dan bersifat bergerombol. Induk ikan nila jantan bersifat poligami. Satu induk jantan dapat mengawini tiga ekor nila betina. Induk jantan yang siap untuk memijah warna tubuhnya bercahaya dan lebih agresif. 8

2.2 Deskripsi Ikan Nila Gesit Kepanjangan dari nama gesit pada varietas baru ikan nila adalah Genetically Supermale Indonesian Tilapia. Ikan nila gesit adalah ikan hasil manipulasi kromosom. Teknik manipulasi kromosom pada budidaya ikan pertama kali digunakan pada tahun 1990 di Taiwan, sedangkan Indonesia melakukannya pada tahun 2006. Secara fisik ikan nila gesit tidak mempunyai ciri khusus yang membedakannya dari jenis ikan nila lain, yang membedakannya hanya pertumbuhannya yang lebih cepat. Deskripsi lengkap mengenai anatomi tubuh ikan nila dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Deskripsi Lengkap Mengenai Anatomi Tubuh Ikan Nila No Deskripsi Nilai 1 Asal Ikan nila GIFT asal BPBAT Sukabumi 2 Karakter Meristik dan Morfometrik Jumlah jari-jari sirip dorsal D. XVI XVII. 12 13 Jumlah jari-jari sirip perut V. I.5 Jumlah jari-jari sirip dada P. 13 14 Jumlah jari-jari sirip dubur A. III. 9 10 Jumlah jari-jari sirip ekor C. 2.16 Jumlah Ll 38 Jumlah Vertebra 28 Panjang Total (PT) (cm) 30 31,5 cm Panjang Standar (PS) (cm) 24 25 cm Panjang kepala relatif (terhadap PS) 32,00 33,33% Tinggi badan relatif (terhadap PS) 42,00 44,00 % Tebal badan relatif (terhadap PS) 11,33 13,33 % Tinggi kepala relatif (terhadap PS) 40,00 41.67 Warna hitam % fillet ikan jantan ukuran > 500 gr 36,20 44 % Bobot tulang relatif (terhadap BB) 17 21,20 % Bobot sisik relatif (terhadap BB) 2,00 2,40 % Bobot kepala relatif (terhadap BB) 22,70 25,40 % Bobot organ dalam relatif (terhadap BB) 13,90 18,25 % 3 Karakter Reproduksi Individu Jantan Umur kematangan gonad 6 bulan Ukuran kematangan gonad 300 350 g Fertilitas fertil Sumber : Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 44/MEN/2006 9

Ikan nila gesit adalah jenis ikan superjantan dengan kromosom YY Disebut super jantan karena 98 hingga 100 persen telur yang dihasilkannya berjenis kelamin jantan 3. Dengan demikian yang dimaksud nila gesit dalam penelitian ini adalah Induk nila jantan super (YY supermale) kelas induk dasar Grand Parent Stock (GPS) atau induk ikan keturunan pertama dari induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas induk dasar. 2.3 Proses Pembenihan Pembenihan Ikan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi komponen input input bagi kegiatan pendederan dan atau pembesaran. Satuan produksi pembenihan ikan adalah jumlah atau populasi (ekor). Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dari induknya disebut benih kebul. Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil atau disebut juga putihan (Jawa Barat), Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara dalam kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-4 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6-8 cm dengan berat 8-10 g/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Gelondongan kecil dipelihara lagi di tempat lain selama 1-1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 g. Benih ini disebut gelondongan besar. Ukuran benih berdasarkan umur dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Ukuran Benih Ikan Nila Berdasarkan Umur Studium Hidup Umur Ukuran telur baru dibuahi 2,8 mm telur baru menetas 1 hari 4-6 mm burayak lepas dari mulut induk 7 hari 1,5-1,8 cm benih kecil (Kebul) 20 hari 3-5 cm gelondongan kecil 30 hari 6-8 cm (8-10 g) gelondongan besar 6 minggu 8 minggu 12 minggu 10-12 cm (12-20 g) 13-14 cm (25-30 g) 15-16 cm (40-50) Sumber : Nila. Suyanto S R (2009) 3 Nila Gesit, Riset Panjang, Berbuah Senyuman, http://www.bbpbat.net [22 April 2009] 10

2.4 Persyaratan Lokasi Pemeliharaan ikan nila 1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. 2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. 3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl). 4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm. 5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras. 6) Nilai keasaman air (ph) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (ph) yang optimal adalah antara 7-8. 7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C. 8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil. 2.5 Intensitas Budidaya Intensitas budidaya ikan nila terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu budidaya ekstensif (sederhana), budidaya semi-intensif dan budidaya intensif. Pada budidaya ekstensif padat penebaran dan hasil masih rendah. Hal ini karena terbatasnya modal dan keterampilan petani. Benih yang ditebarkan sedikit dan biasanya dicampur dengan berbagai jenis ikan. Pakan yang diberikan berupa sisasisa bahan pangan, seperti nasi, sayuran dan dedak. Pupuk hanya seadanya, misalnya daun-daunan, jerami atau rumput yang tidak berguna. 11

Dalam budidaya semi-intensif, petani sudah mengenal dan melaksanakan pancausaha budidaya. Pancausaha budidaya ikan meliputi hal-hal berikut : 1) Membuat konstruksi kolam yang lebih baik ; Kolam memiliki saluran serta pintu masuk dan pembuangan air yang diberi saringan sehingga dapat mencegah masuknya hama. Kolam-kolam terletak secara pararel sehingga air dari satu kolam tidak masuk ke kolam lain. Posisi ini juga berguna untuk mencegah penularan penyakit antar kolam. 2) Melakukan pemupukan ; Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di setiap daerah. 3) Menggunakan benih atau induk berkualitas ; Ukuran benih seragam dan mutunya terkontrol. Benih tergolong unggul dan tidak mudah terserang penyakit. Benih ikan nila yang baik adalah benih ikan jantan. 4) Menggunakan obat-obatan yang terkendali ; Menggunakan obat secara benar dapat mencegah penyakit dan penyebarannya. Penggunaan ini harus tepat jenis, dosis dan caranya. 5) Mengelola usaha secara benar ; Pengelolaan usaha yang benar berguna untuk efisiensi penggunaan modal. Dengan penerapan pancausaha, produksi kolam dapat ditingkatkan menjadi 2-5 kali lipat dari produksi kolam ekstensif. Berikutnya adalah budidaya intensif (maju), kelompok budidaya intensif telah menyempurnakan pancausaha budidaya dengan input yang lebih besar. Penyempurnaan itu meliputi hal-hal berikut : sistem pengairan diperbaiki sehingga air dapat diganti setiap hari dan menghilangkan kotoran-kotoran yang ada di kolam, pengairan lebih lancar sehingga penebaran benih ikan dapat lebih padat. Mekanisasi sudah diterapkan dengan penggunaan sistem pompanisasi, bahkan untuk menyuplai oksigen, kolam dilengkapi dengan kincir. Pakan tambahan diberikan agar pertumbuhan cepat, jenis pakan yang diberikan selalu mengandung nilai gizi yang seimbang. Job description telah dibuat dengan jelas, sehingga tidak ada tumpang tindih antara tugas bagian teknis dengan administrasi. 12

2.6 Sistem Budidaya Sistem budidaya ikan nila terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sistem budidaya tunggal kelamin, sistem budidaya campur kelamin dan poli kultur. Sistem budidaya tunggal kelamin adalah teknik buddidaya pemeliharaan ikan dengan jenis kelamin sama, misal dalam satu kolam hanya dipelihara ikan nila jantan saja, kelebihan sistem budidaya tunggal kelamin adalah produktivitas ikan dalam menghasilkan daging akan lebih cepat karena energi dari pakan hanya dikonversi menjadi daging dan proses metabolisme saja, tidak digunakan untuk untuk kegiatan kawin. Sistem budidaya kedua adalah sistem campur kelamin. Dalam sistem campur kelamin produktivitas ikan dalam menghasilkan daging kecil karena pakan yang diberikan tidak dikonversi sepenuhnya untuk produksi daging dan metabolisme, tetapi dikonversi untuk keperluan pemijahan. Selain itu akan ada banyak anak ikan dalam kolam, sehingga menjadi pengganggu dan memakan pakan yang seharusnya dimakan oleh induknya. Polikultur atau campur jenis adalah sistem budidaya ketiga. Dalam sistem ini ikan nila dipelihara bersamaan dengan jenis ikan nila lain. Ikan nila dapat dijadikan sebagai pengkonsumsi utama pakan yang diberikan atau menjadi pembantu dalam meningkatkan efisiensi pakan. Misalnya pemeliharaan lele dalam kolam pembesaran ikan nila, ikan nila menjadi komoditi utama, sedangkan ikan lele digunakan untuk meningkatkan efisiensi pakan agar pakan habis dan dapat dikonversi secara maksimal menjadi daging, meski tidak sepenuhyna menjadi daging ikan nila. Contoh lain polikultur adalah pembesaran ikan mas dengan ikan nila dalam jaring apung. Ikan mas dipelihara dalam jaring teratas dan ikan nila dipelihara dalam jaring lapis kedua, sehingga pakan yang tidak termakan oleh ikan mas dimakan oleh ikan nila. 2.7 Tinjauan Studi Terdahulu Dalam tinjauan studi terdahulu akan diulas beberapa penelitian yang membahas ikan nila dan penelitian yang menggunakan analisis kelayak usaha. Penelitian dengan objek ikan Nila dilakukan oleh Iriani pada tahun 2006 dan penelitian yang menganalisis kelayakan usaha adalah Agripa Bukit tahun 2006, dan Surahmat pada tuhun 2009. 13

2.7.1 Studi Empiris Mengenai Ikan Nila Penelitian mengenai ikan nila merujuk pada beberapa penelitian terdahulu. Beberapa judul penelitian yang pernah diteliti diantaranya : Iriani R (2006) Analisis kelayakan finansial Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum usaha pembenihan dan pendederan ikan nila wanayasa yang dilakukan oleh anggota kelompok pembudidaya mekarsari di desa tanjungsari, menganalisis keuntungan usaha, menganalisis kelayakan investasi yang ditanamkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan harga faktor produksi, dalam hal ini adalah pakan. Kelayakan usaha dan sensitivitas dinilai berdasarkan investasi yang terdiri atas NPV, Net B/C dan IRR Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa Kelompok Pembudidaya Mekarsari adalah kelompok pembudidaya ikan nila Wanayasa. Jumlah anggota Pembudidaya Mekarsari adalah 20 orang, dengan 12 orang aktif sebagai pembudidaya. Sedangkan usaha yang diteliti adalah usaha milik empat orang pembudidaya saja. Ikan nila wanayasa menghasilkan telur rata-rata 1000-2000 butir, HR (Hetching Rate) 80 persen, sehingga menghasilkan larva sebanyak 1.500 ekor. SR (Survival Rate) sebesar 90 persen, sehingga menghasilkan benih sebanyak 1.080 ekor. Lama proses pemijahan adalah dua bulan dengan masa istirahat selama 3-6 minggu. Analisis finansial pembenihan ikan nila wanayasa Kelopmpok Pembudidaya Mekarsari menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. NPV Rp 225.116.401,83, Net B/C 19,38 dan IRR 707 persen. Hasil analisis switching value diperoleh bahwa usaha masih layak dijalankan dengan adanya peningkatan harga pakan sampai 800,91 persen karena NPV=nol, Net B/C=1 dan IRR sama dengan tingkat suku bunga. Perbandingan kelayakan antara keempat pembudidaya menunjukkan bahwa usaha dengan modal terbesar merupakan usaha pembenihan yang paling layak untuk dijalankan, yaitu dengan nilai NPV Rp 194.477.807,99, Net B/C sebesar 13,57 dan IRR sebesar 487 persen. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila wanayasa di Desa Tanjungsari adalah kurangnya peran 14

serta pemerintah dalam memberikan kemudahan-kemudahan kepada pembudidaya untuk mengembangkan usahanya serta dalam meningkatkan motivasi pembudidaya ikan nila wanayasa untuk meningkatkan usahanya dan memperbaiki manajemen usahanya. Dari penelitian yang dilakukan Iriani, penulis menangkap pesan bahwa penelitian dengan objek varietas baru dalam agribisnis selalu layak untuk diangkat. Meskipun penelitian yang dilakukan Iriani membandingkan antara empat pembenihan dalam satu kelompok pembudidaya dan berbeda dengan kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimana penulis membandingkan antara budidaya ikan nila gesit yang menggunakan modal pribadi sepenuhnya dengan menggunakan modal pinjaman sebagian. Tetapi kesamaan dalam memilih objek penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan kepada pembaca untuk dapat membandingkan kelayakan usaha dari dua komoditas ikan nila yang berbeda. 2.7.2 Studi Empiris Mengenai Analisis Kelayakan Usaha Studi dengan alat analisis kelayakan usaha terdapat pada banyak penelitian, diantaranya : Bukit A (2007) Analisis Usaha Ikan Patin di Kabupaten Bogor (Kasus Pembenihan di Kecamatan Ciampea dan Pembesaran di Kecamatan Kemang). Dalam penelitian ini diterapkan tiga skenario, yaitu pembenihan ikan patin (skenario I), pembesaran ikan patin (skenario II) dan pembenihan yang disertai pembesaran ikan patin (skenario III). Pada skenario pertama diperoleh NPV sebesar Rp 108.796.492,2, Net B/C sebesar 1,724, IRR sebesar 22,75 persen dan payback period selama 3,91 tahun. Skenario II diperoleh NPV sebesar Rp 60.578.990,7, Net B/C sebesar 1,506, IRR sebesar 16,64 persen dan payback period 4,15 tahun. Skenario III diperoleh NPV sebesar Rp 91.496.976, Net B/C sebesar 1,688, IRR sebesar 16,71 persen dan payback period selama 3,87 tahun. Dari hasil analisis kelayakan pada ketiga skenario diperoleh skenario I merupakan skenario yang paling layak untuk di aplikasikan. Pola pemasaran Benih ikan patin menggunakan dua pola pemasaran. Pola pertama benih ikan patin dipasarkan ke pedagang pengumpul terlebih dahulu sebelum dipasarkan ke petani pembesaran. Pada pola pertama harga jual benih 15

dari petani ke pedagang pengumpul adalah Rp 60 dan harga dari pedagang pengumpul ke petani pembesaran adalah Rp 90-Rp 160. Pola ke dua benih ikan langsung dipasarkan ke petani pembesaran, tanpa melalui petani pengumpul. Dengan pola kedua petani pembenihan ikan dapat menjual harga benih ikan lebih tinggi yaitu Rp 80-Rp 90. Pola pemasaran ikan patin ukuran konsumsi terdiri dari tiga pola. Pola pertama ikan dijual ke pedagang pengumpul sebelum dipasarkan dipasarkan ke konsumen akhir. Harga ikan patin pada pola pemasaran ini adalah Rp 7000 per Kg. Pola ke dua ikan patin langsung dijual ke konsumen akhir (tingkat rumah tangga). Pola ke tiga ikan patin dijual ke pengelola restoran, sebelum dikonsumsi oleh end user. Pada pola kedua dan ketiga harga ikan patin adalah Rp 8000 per Kg. Secara garis besar aspek teknis budidaya ikan patin terdiri dari pembenihan dan pembesaran. Apabila benih yang dihasilkan belum mencapai ukuran standar pembesaran maka larva atau benih ikan patin harus melewati tahap pendederan. Usaha budidaya ikan patin baik kegiatan pembenihan maupun kegiatan pembesaran dilakukan oleh beberapa tenaga kerja yang bertugas sebagai tenaga ahli dan pelaksana harian kegiatan tersebut. Bagi lingkungan usaha budidaya, aktivitas bisnis usaha budidaya ikan patin memberikan kontribusi bagi pengembangan sektor ekonomi dan sosial dalam lingkungan sekitar. Surahmat (2009) Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal air Tawar Ben s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dalam skrpsi ini dijelaskan bahwa usaha yang dijalankan Ben s Fish Farm layak untuk diteruskan. Melalui dua skenario (penggunaan modal sendiri dan pinjaman) dijelaskan bahwa NPV dari skenario I adalah sebesar Rp 587.596.184,05 artinya manfaat yang diperoleh Ben s Fish Farm selama umur proyek adalah Rp 587.596.184,05. Net B/C rasio sebesar 4,15 artinya setiap biaya sebesar satu satuan mata uang maka akan menghasilkan manfaat sebesar 4,15 dalam satuan mata uang yang sama. Nilai IRR sebesar 61 persen artinya pendapatan yang diperoleh Ben s Fish Farm lebih besar dari bunga deposito 7,25 persen sehingga investasi dalam lebih layak dilakukan dalam usaha yang dijalankan Ben s Fish 16

Farm dibandingkan deposito di bank. Dalam skenario II (menggunakan modal pinjaman) diperoleh hasil NPV sebesar Rp 9.501.982,34, net B/C rasio sebesar 3,9 dan IRR sebesar 21 persen dari nilai suku bunga pinjaman 14 persen. Dengan angka yang dihasilkan dapat dinyatakan bahwa dengan skenario II Ben s Fish Farm masih layak untuk menjalankan usanya. Kegiatan pembenihan ikan bawal di Ben s Fish Faram dilakukan dalam skala sedang yaitu menggunakan akuarium sebanyak 50 unit. Daya tampung setiap akuarium adalah 35.000 sampai 50.000 ekor. Melihat daya tampung ruang pembenihan yang dimiliki Ben s Fish Farm akan sulit untuk melakukan pengembangan produksi, kecuali dengan membuka cabang baru. Pasokan bahan baku (air) untuk semua cabang Ben s Fish Farm memenuhi standar kualitas untuk menjalankan kegiatan budidaya. Proses produksi yang dijalankan Ben s Fish Farm secara garis besar mencakup : persiapan wadah, perangsangan ovulasi pemanenan dan inkubasi telur, pemeliharaan larva, Pengepakkan dan transportasi. Struktur organisasi Ben s Fish Farm sangat sederhana, terdiri dari kepala perusahaan sebagai pemimpin perusahaan membawahi dua bagian yaitu Produksi dan administrasi. Bagian produksi dipimpin oleh seorang manajer dan membawahi karyawan bagian produksi Dari dua penelitian yang menggunakan analisis kelayakan usaha di atas, penulis berpendapat bahwa kerangka berpikir paling layak dalam menganalisis kelayakan usaha adalah kerangka yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan Surahmat, yaitu dengan membandingkan antara usaha pembenihan ikan bawal yang menggunakan modal pribadi dengan usaha pembenihan ikan bawal yang menggunakan modal pinjaman. Karena itu penulis berinisiatif untuk menggunakan skenario yang sama dengan penelitian yang dilakukan Surahmat dalam penelitian ini. 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit proyek adalah elemen paling kecil yang dipersiapakna dan dilaksanakan sebagai satu kesatuan yang terpisah dalam suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian. Biasanya proyek merupakan kegiatan yang khas yang secara nyata berbeda dengan kegiatan investasi yang diterangkan terdahulu dan kelihatannya berbeda dengan kegiatan penggantinya, bukan merupakan bagian rutin dari suatu progarm yang sedang dilaksanakan. Dalam beberapa proyek pertanian biaya-biaya produksi dan pemeliharaan yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat secara cepat, kira-kira dalam waktu satu tahun. Hal ini yang menurut Gitingger membedakan proyek pertanian dengan peroyek lainnya (Gittinger JP, 1986). Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumbersumber untuk mendapatkan kemanfatan (benefit) atau suatu aktifitas yang mengeluarkan uang dengan harpan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Aktifitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point). Biaya-biaya yang dikeluarkan maupun hasil pokoknya harus dapat diukur (Kadariah et al, 1978) Menurut Husnan dan Muhammad (2000), Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Bagi pihak swasta (provit oriented) proyek yang berhasil adalah proyek yang dapat memberikan return berupa manfaat ekonomi (uang). Sedangkan bagi lembaga nonprofit dan pemerintah indikator keberhasilan suatu proyek lebih mengarah kepada manfaat secara makro 18

seperti penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah atau perbaikan lingkungan di sekitar proyek. 3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat Menurut Gittinger JP (1986) Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan, baik secara mikro bagi organisasi yang provit oriented maupun secara makro bagi pemerintah atau apa pun yang langsung mengurangi jumlah barang dan jasa akhir. Sedangkan manfaat adalah apa pun yang langsung menambah menambah pendapatan, barang dan jasa akhir. Menurut Choliq et al, (1999), biaya proyek adalah seluruh biaya yang dikeluarkan guna mendatangkan penghasilan pada masa yang akan datang. Benefit adalah manfaat yang diperoleh dari suatu proyek baik yang dapat dihitung atau dinilai dengan uang (tangible benefit) ataupun yang tidak dapat dinilai dengan uang (intangible benefit), baik secara langsung maupun tidak. Menurut Choliq et al, (1999), biaya proyek pada dasarnya diklasifikasikan atas biaya infestasi dan biaya operasional. 1. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai proyek tersebut dilaksanakan sampai proyek tersebut mulai berjalan (beroperasi). Biaya investasi diantaranya biaya pendirian bangunan, pembelian induk dan peralatan. 2. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan karena proses produksi berlangsung dan secara rutin biaya ini harus dikeluarkan. Biaya operasional misalnya pembelian bahan baku, biaya listrik dan air, bahan bakar dan sebagainya. 3.1.3 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Proyek Menurut Gittinger JP (1986), tanggungjawab utama seorang analis proyek adalah selalu berhubungan dengan semua spesialis teknis yang mempunyai kontribusi dalam suatu proyek agar dapat meyakinkan bahwa semua aspek-aspek yang relevan sudah dipertimbangkan secara eksplisit dan sudah disertakan dalam pertimbangan tersebut. Di sini analisa dan persiapan proyek akan dibagi ke dalam enam aspek teknis yaitu ; teknis, institusional-organisasional-manajerial, sosial, komersial, finansial dan ekonomi. 19