BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai dari tanggal 8 april 2011 hingga 30 april Dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MEMBUTSIR DENGAN MENGGUNAKAN PLAYDOUGH DI PAUD KAMBOJA KOTA GORONTALO JURNAL OLEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

MENINGKATKAN GERAK MOTORIK HALUS PADA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa komponen yaitu variabel penelitian, metode penelitian, subjek

UKDW BAB Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam

HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk. spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata motor digunakan sebagai istilah merujuk pada hal, keadaan, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di TK Marhamah Hasanah yang terletak di Jl. Terusan

Upaya Meningkatkan KemampuanMotorik Halus pada Anak Melalui Kegiatan Kolase Dengan Media Kertas Berwarna pada Kelompok Bermain putra bangsa Dlanggu

BAB I PENDAHULUAN. bagi seorang anak bermain sambil belajar adalah suatu kegiatan di mana

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

appropriateness). Orang dewasa tidak perlu melakukan bantuan terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil yang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG (Single Subject Research di Kelas V SLB Amal Bhakti Sicincin)

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Keterampilan Motorik Halus

BAB I PENDAHULUAN. l.1 Latar Belakang. Golden age atau masa keemasan anak adalah masa paling penting pada

Pengaruh Kegiatan Menggambar Terhadap Kemampuan Motorik Halus Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Permata Jl. Pendawa Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

THE EFFECT OF EGGSHELL MOSAIC TRAINING TOWARD FINE MOTOR SKILLS OF CHILDREN WITH INTELLECTUAL AND DEVELOPMENTAL DISABILITY (IDD)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan perilaku yang belum matang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang. Gerakan yang menggunakan yaitu otot-otot halus atau sebagian anggota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vera Puji Lestari, 2013

I. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB VII MENEMPEL UNTUK ANAK USIA DINI. Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI. bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk

KATMINI AR. KOESDYANTHO NIM:

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.dalam standar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tria Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I1 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B1 TK PKK 51 TERONG

EFEKTIVITAS MEDIA BOLA LUNAK DALAM MENGURANGI KEKAKUAN GERAK JARI JARI TANGAN ANAK CEREBAL PALSY TIPE SPASTIK di HALABAN, KEC.KUBUNG.KAB.

PENGARUH AKTIVITAS KOLASE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA SISWA CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK

BAB III METODE PENELITIAN. Desain Penelitian ini adalah pre eksperimental design, yaitu desain

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. eksperimen guru hanya menjelaskan dengan metode tanya jawab. Dengan. sehingga dia hanya terbengong-bengong di dalam kelas.

Ana Purwantini Program Studi PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hanya melibatkan sebagian anggota halus yaitu mengenggam, melipat, menggunting, menempel menganyam dan menyusun.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kemampuan motorik halus pada anak yang terjadi di PAUD Baiturrahim, dengan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Rumusan masalah 1.3 Tujuan

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. lakukan sendiri dan bagaimana mereka dapat melakukannya. Perpindahan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati

MOZAIK SEBAGAI MEDIA PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 1 SDLB-C SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berjalan seiring dengan perkembangan motorik. antara mata, tangan dan otot-otot kecil pada jari-jari, pergelangan tangan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KREATIF LEWAT MENGGUNTING DAN MENEMPEL

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KARYA ILMIAH OLEH JUWITA OVITA SARI NPM A1I111014

Pengaruh Motorik Kasar Anak Tunagrahita Terhadap Motorik Halus (Arif Rohman Hakim, S. Or, M. Pd)

PENGARUH PENGGUNAAN MAZE ALUR TULIS TERHADAP KETERAMPILAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN

Peningkatan Motorik Halus Melalui Kegiatan Paper Quilling Pada Anak Kelompok B3 Di TK. Darul Falah Cukir Diwek Jombang

Mengenalkan Konsep Huruf Dengan Metode Permainan Kartu Huruf Pada Anak

RAUDHAH Program Studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) ISSN: Vol. 05, No. 02 Juli-Desember 2017

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Guna Mencapai Derajat. Sarjana S1. Pendidikan Guru PendidikanAnak Usia Dini. Diajukan Oleh: FARIDA HIDIYAH RAHMANI

BAB I PENDAHULUAN. Ea Siti Julaeha, 2014 Meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat peraga edukatip (APE) berbasis bahan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. harus anak merupakan bagian dari indikator atas perkembangan anak secara keseluruhan.

EFEKTIFITAS MERONCE BALOK HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun

JURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.

: JUMADILAH NIM. X

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata, tangan dan kemampuan pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya untuk melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya (Daeng Sari, 1996: 121). Sedangkan yang termasuk dalam aktivitas ini antara lain memegang benda kecil seperti manik-manik, biji-bijian, memegang pensil dengan benar, menggunting, menempel, meremas kertas, mengikat tali sepatu, mengkancingkan baju, menarik resleting. Kemampuan motorik halus sangat diperlukan oleh anak-anak dalam persiapan mengerjakan tugas-tugas di sekolah, hampir sepanjang hari anak anak di sekolah menggunakan kemampuan motorik halus untuk kegiatan akademiknya, termasuk persiapan dalam menulis permulaan, mewarnai gambar, menggunting gambar dan menempelkannya di kertas. Dampak negatif jika motorik halus tidak berkembang dengan optimal, maka anak akan mengalami masalah dalam melakukan gerakan yang melibatkan motorik halus terutama untuk melakukan gerakan yang sederhana seperti melipat jari, menggenggam, menjimpit dan menempel sehingga anak mengalami kesulitan dalam menulis dan kegiatan sehari - hari.

2 Untuk memaksimalkan ketrampilan motorik halus pada anak diperlukan latihan-latihan yang tepat seperti, kemampuan melengkungkan telapak tangan membentuk cekungan (palmar arching), menggunakan jari telunjuk dan jempol untuk memegang suatu benda, sembari menggunakan jari tengah dan jari manis untuk kestabilan tangan (hand side separation), membuat bentuk lengkung dengan jempol dan telunjuk (open web space). Aktivitas kegiatan yang dilakukan untuk melatih motorik halusnya diawali dengan latihan yang paling sederhana misalnya dengan meremas kertas, merobek kertas dan membuat bola kertas dari remasan kertas tersebut. Kolase merupakan salah satu jenis latihan motorik halus dengan cara menyusun potongan sedotan yang berwarna-warni, kemudian ditempel pada sebuah gambar. Akibat melihat gambar, anak akan tertarik dan tidak lekas bosan, ia tertarik untuk menempelkan potongan sedotan sedotan sesuai dengan gambar yang diinginkan, dengan demikian tanpa disadari akan melatih motorik halus anak. Secara perlahan-lahan ketika anak menjimpit, mengelem dan menempel potongan sedotan, koordinasi motorik halusnya akan terlatih dengan sendirinya. Anak tunagrahita ringan sering disebut debil yang mempunyai karakteristik fisik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal, tetapi keterampilan motoriknya lebih rendah dari anak normal, anak tunagrahita ringan dapat lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya (Astati, 1995: 5). Anak tunagrahita memiliki hambatan pada kemampuan motorik halus. Bukti yang menguatkan dugaan tentang kuatnya hubungan antara keterampilan motorik

3 dengan tingkat kemampuan mental anak tunagrahita dikemukakan oleh Kral dan Stein (dalam Sumantri, 1996: 88) yang merangkum penelitian dari Amerika Serikat sejak tahun 1951 1963 berkaitan dengan motorik anak tunagrahita, menyimpulkan bahwa Secara umum penampilan anak tunagrahita kurang memadai hampir pada semua tes kecakapan motorik jika dibandingkan dengan anak normal yang memiliki CA (Cronology Age) yang relatif sama. Perbedaan yang mencolok pada koordinasi gerak yang kompleks dan yang memerlukan pemahaman. Menurut Rumini (1987: 47) karakteristik anak tunagrahita ringan antara lain: sukar berpikir abstrak dan sangat terikat dengan lingkungan, kurang dapat berpikir logis, kurang memiliki kemampuan menganalisa, kurang dapat menghubunghubungkan kejadian yang satu dengan yang lain, kurang dapat membeda-bedakan antara hal yang penting dan yang kurang penting, daya fantasinya sangat lemah, daya konsentrasi kurang baik, mengalami gangguan pada motorik halusnya. Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Berbagai cara yang telah diterapkan oleh berbagai pakar diberbagai negara untuk dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah dengan melibatkan secara langsung anak untuk langsung menjalankan berbagai cara yang telah disediakan. keterampilan, merupakan hal yang sangat disukai anak-anak. Ada banyak sisi yang dapat disisipkan dengan keterampian. Salah satunya adalah keterampilan kolase untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Ada beberapa cara yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dalam meningkatkan

4 kemampuan motorik halus anak, salah satu diantaranya adalah dengan keterampilan kolase. Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara kuantitatif deskriptif yang dilakukan oleh deny willy Dkk (2006), yang berjudul Pengembangan Piranti Permainan Alternatif Bagi Pendidikan Anak Usia Dini Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan memerlukan suatu metode khusus yang menarik, konkrit, mudah dan sederhana. Hal ini bisa dilakukan guru dengan menciptakan suatu situasi yang tidak membosankan anak dengan kondisi belajar sambil bermain yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi anak tunagrahita ringan, salah satu srategi yang digunakan untuk melatih ketrampilan motorik halus anak tunagrahita agar mampu menggerakkan jari-jari tangannya adalah dengan memberikan latihan ketrampilan. Peneliti ingin mencoba hal lain untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan yakni dengan keterampilan kolase. Hal ini didasari oleh hasil survei sebelumnya dimana tujuan dari pada keterampilan kolase ini adalah anak dapat melipat jari, menggenggam, menjimpit dan menempel. Pada penelitian kali ini, peneliti ingin mengetahui apakah keterampilan kolase yang peneliti buat ini juga efektif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan seperti yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Peneliti merancang keterampilan kolase denagn menggunakan potongan sedotan yang berwarna-warni agar anak tunagrahita ringan tertarik untuk mengerjakannya. dalam keterampilan kolase ini ada beberapa langakah untuk

5 mengerjakannya, yakni tahap pertama peneliti memberi potongan sedotan pada telapak tangan subyek, kemudian peneliti memberi intruksi pada subyek untuk melipat jari satu persatu dan membuka jari satu. Tahap dua peneliti memberi intruksi pada subyek untuk menggenggam erat potongan sedotan yang dibawa dan kemudian ditumpahkan di atas mejanya. Tahap ketiga peneliti memberi intruksi untuk menjimpit potongan sedotan dengan dua jari dan lima jari. tahap keempat peneliti memberi intruksi untuk memberi lem pada potongan sedotan yang telah di jimpit kemudian di tempelkan diatas suatu bidang gambar. Latihan ketrampilan kolase ini mampunyai kelebihan diantaranya: ketrampilan model kolase mudah dan menarik perhatian anak dan tidak membosankan, mengajarkan anak untuk dapat memanfaatkan barang barang bekas menjadi sebuah karya kerajinan yang menarik, bahan dasar yang digunakan merupakan bahan bekas atau sisa yang mudah didapat, terjangkau semua oleh lapisan masyarakat karena biaya yang murah, latihan kolase memerlukan gerakan tangan maka anak akan terlatih gerakan motorik halusnya, pemberian warna pada bahan yang digunakan akan menarik perhatian anak untuk berkreasi dan tidak lekas bosan, dengan menempel dapat meningkatkan konsentrasinya. Bila anak bisa menyelesaikan keterampilan kolase dengan melipat jari, menggenggam, menjimpit kemudian memberi lem pada potongan sedotan dan menempel pada sebuah gambar, maka anak akan menunjukkan peningkatan kemampuan motorik halus, sesuai dengan Persyaratan keterampilan kolase menurut Susanto (2002: 65), bahwa keterampilan kolase harus mencakup 3 perlakuan yaitu

6 menjepit, mengelem dan menempel. Dalam 3 perlakuan ini akan melatih koordinasi otot-otot jari tangan sehingga secara perlahan-lahan motorik halus anak akan terlatih dengan sendirinya. Dengan demikian anak dapat belajar untuk melemaskan jari-jari tangan karena proses menempel benda-benda dalam ukuran kecil. Keterampilan kolase belum banyak digunakan untuk latihan motorik halus bagi anak tunagrahita ringan, apa lagi di sekolah luar biasa Siswa Budhi Surabaya, keterampilan kolase belum pernah di aplikasikan, di sekolah luar biasa siswa budhi Surabaya menggunakan kertas untuk di remas dan di sobek untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada jari-jari tangan anak tunagrahita ringan, tetapi peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita ringan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan, sehingga penulis berusaha meneliti masalah pemberian keterampilan kolase sebagai latihan motorik yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari yang berguna bagi anak tunagrahita dalam melemaskan jari - jari tangannya dan juga untuk mengembangkan potensinya untuk mengikuti perlombaan tersebut. Rancangan dari pada penelitian ini adalah rancangan eksperimen. Jadi peneliti telah mencanangkan kriteria anak yang mengikuti prosedur keterampilan kolase. Kategori anak tersebut antara lain adalah anak tunagrahita ringan yang mengalami gangguan pada motorik halusnya, sehingga mengalami kesulitan dalam menulis dan kegiatan sehari hari.

7 B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti ingin mengungkapkan permasalahan yaitu apakah efektif pemberian keterampilan kolase dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada jari-jari tangan anak tunagrahita ringan? C. Tujuan penelitian Adapun dari pemaparan rumusan masalah diatas maka penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian keterampilan kolase dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada jari-jari tangan anak tunagrahita ringan. D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tunagrahita ringan b. Menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan motorik halus 2. Manfaat praktis a. Dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita ringan

8 b. Dapat membantu guru untuk menentukan media pembelajaran keterampilan yang dapat menunjang kesuksesan anak didiknya c. Untuk peneliti lain, sebagai data sekunder bila meneliti variabel-variabel yang relevan dengan penelitian ini d. Dapat mengetahui tentang keberhasilan keterampilan kolase dalam meningkatkan kemampuan motorik halus. E. Sistematika Pembahasan Skripsi ini terdiri dari bagian awal, lima bab inti dan bagian akhir serta lampiran. Bagian awal dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian, diantaranya adalah halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran. Bab I, pada bab pendahuluan ini membahas tentang latar belakang masalah yaitu efektifitas keterampilan kolase dalam meningkatkan kemampuan motorik halus pada jari-jari tangan anak tunagrahita ringan di SLB Siswa Budhi Surabaya, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II, pada bab ini membahas mengenai kajian pustaka mengenai, variabel Y (motorik halus), variabel X (keterampilan kolase), hubungan antar variabel, kerangka teoritik, serta hipotesis penelitian.

9 Bab III, Pada bab ini membahas mengenai rancangan penelitian, subyek penelitian, instrument penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV, pada bab ini menguraikan tentang hasil penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan dari masalah yang telah dirumuskan. Bab V, pada bab ini merupakan simpulan dan saran serta alternatif pemecahan sesuai dengan analisa dan hasil penelitian yang dilakukan pada bab sebelumnya. Pada bagian akhir, berisikan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang mendukung selama proses penelitian berlangsung.