BAB I PENDAHULUAN. dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai terobosan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Nilai (PPN) yang mulai diberlakukan secara efektif sejak 1 April 1985 telah

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. anggaran dana yang besar. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 13/PJ/2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan semakin besarnya penerimaan negara dari pajak. pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor: KEP-00329/NKEB/WPJ.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. sudah saatnya diletakkan suatu landasan yang dapat menjamin tersedianya dana

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER /PJ.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB I PENDAHULUAN. efektif sejak 1 April 1985 telah mengalami perubahan yang cukup pesat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. didasarkan kepada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 A.

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VII FAKTUR PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

FAKTUR PAJAK STANDAR

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PELAPORAN FAKTUR PAJAK BERBENTUK ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.04/2010 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN FAKTUR PAJAK

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan dan pembangunan.

SE - 98/PJ/2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 TENTANG BENTUK, I

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

SE - 151/PJ/2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-65/PJ./2010 TENTANG PERUBAH

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan pembangunan dibutuhkan segala potensi yang. Sumber pendapatan keuangan Pemerintah dalam upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

Struktur Organisasi PT. Kidung Agung Jaya Perkasa

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) salah satu kota terbesar di Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cara Perpajakan (KUP), pengertian pajak adalah : Menurut Adriani dalam Purwono (2010 : 7) pengertian pajak yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Negara dalam menjalankan tugas rutin dan pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

Penggantian ke 2 (dua) :

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir-akhir

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan kampus.

TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN PADA FAKTUR PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

Surat Edaran SE-13/PJ.52/2006

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 65/PMK.03/2010 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan (Sumarsan, 2010:2). Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH dalam Sumarsan (2010:2), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (P.K.P) dan yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (B.K.P) dan penyerahan Jasa Kena Pajak (J.K.P) seperti dalam Undang- Undang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai yang terhutang dan memberikan Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak. Faktur Pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau berbeda dengan faktur penjualan. Faktur Pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak. Maka untuk setiap ketentuan ini, atas setiap penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan wajib diterbitkan Faktur Pajak ( Sumarsan, 2010:401). Adapun Faktur Pajak dibuat pada saat : 1). Penyerahan Barang Kena Pajak (B.K.P) atau pun Jasa Kena Pajak (J.K.P). 2). Pada saat pembayaran dalam

hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak (J.K.P). 3). Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau 4). Pada saat Pengusaha Kena Pajak (P.K.P) rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (Sumarsan, 2010:401). Berdasarkan Peraturan PER-24-PJ-2012 Tentang Perubahan Bentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian, Keterangan, Prosedur Pemberitahuan Dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak yang akan mulai diberlakukan per 1 April 2013 merupakan salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Pajak sebagai langkah mengantisipasi Pengusaha Kena Pajak (P.K.P) yang nakal. Dengan adanya peraturan perubahan Faktur Pajak diharapkan 7itera kemudahan bagi pengusaha dalam melaksanakan ushanya sesuai peraturan undang-undang perpajakan yang akan berlaku per April 2013 mendatang. Untuk itulah penulis tertarik mengangkat judul Sistem Penomoran Faktur Pajak Terbaru Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.1. Untuk Mengetahui Penomoran Faktur Pajak Di KPP Pratama Medan Kota. 1.2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Terjadinya Perubahan Penomoran Faktur Pajak. 1.3. Untuk Mengetahui Fungsi Setiap Kode Pada Penomoran Faktur Pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1. Bagi Mahasiswa a. Memberikan Pengetahuan Kepada Mahasiswa dalam sistem kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. b. Mampu menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan ke dunia kerja melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). C. Mengetahui secara langsung tentang faktur pajak yang sebenarnya dan peraturan PER- 24-PJ-2012 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dengan, khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU sebagai instansi tersebut dapat mengetahui tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. b. Membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dalam mensosialisasikan pajak khususnya tentang Faktur Pajak dan sistem penomorannya serta prosedur perubahan sesuai perubahan terbaru PER-24-PJ-2012 oleh Direktorat Jenderal Pajak.

2.3. Bagi Prodi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU a. Meningkatkan kerja sama antara Prodi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan Kantor Wilayah Pajak (KANWIL) khususnya dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. b. Mengenalkan Sumber Daya Prodi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. c. Mendapatkan masukan, ide, saran dan gagasan untuk evaluasi kurikulum Prodi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU bagi penyempurnaan dan referensi kurikulum. C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak Pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara harus menjadi penerimaan utama karena sumber-sumber penerimaan yang lain, selain pajak seperti pendapatan pengelolaan sumber alam sangat terbatas, bias berkurang atau bahkan habis. Oleh karena itu secara terus-menerus kesadaran masyarakat membayar pajak harus ditumbuh kembangkan agar pajak nantinya sebagai sumber utama untuk membiayai pembangunan (Setyawan, 2009:1). Sedangkan menurut arti lain, pajak merupakan iuran rakyat kepada Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan), dimana rakyat sebagai pembayar pajak tidak mendapatkan imbalan secara langsung (kontra prestasi), namun imbalan yang diterima

rakyat adalah pelayanan yang baik oleh Negara baik secara fisik maupun non fisik (Setyawan, 2009:1). 2. Faktur Pajak Bagi Wajib Pajak yang sudah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (P.K.P) dalam melaksanakan transaksi penyerahan barang kena pajak selain jasa kena pajak harus membuat faktur pajak. Faktur Pajak ini berfungsi sebagai bukti transaksi penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak, selain itu dapat juga digunakan sebagai bukti kredit pajak masukan bagi pembeli dan bukti pajak keluaran bagi penjual. Mulai 1April 2013 akan diberlakukan Faktur Pajak sesuai PER-24-PJ-2012. Jenis Faktur Pajak antara lain (Soekardji, 2010:220) : a. Faktur Pajak Sederhana Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penjualan eceran di mana penjualan dilakukan kepada konsumen akhir yang tidak diketahui identitasnya dan biasanya jumlah transaksinya banyak dengan volume kecil, maka sangat tidak efektif untuk membuat faktur pajak sesuai ketentuan dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN di mana faktur pajak paling sedikit harus memuat : 1. nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP/JKP 2. nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP/JKP 3. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga 4. PPN yang dipungut 5. PPnBM yang dipungut

6. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak 7. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak b. Faktur Pajak Standard Faktur pajak standar adalah faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak dengan ketentuan yaitu bentuk dan ukuran faktur pajak standar disesuaikan dengan kepentingan PKP. Setiap faktur pajak standar harus menggunakan kode faktur pajak yang diberikan oleh kepala KPP kepada wajib pajak yang telah dikukuhkan sebagai PKP. Dalam faktur pajak standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) meliputi : Nama, alamat dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP. Nama, alamat dan NPWP pembeli BKP atau JKP. Nama BKP atau JKP. Harga jual/penggantian/uang muka/termmin (Rp.). Potongan harga Dasar Pengenaan Pajak PPN = 10%Xdpp Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak Nama, jabatan dan tandatangan yang berhak menandatangani faktur pajak. Faktur pajak standar paling sedikit dibuat dalam rangkap dua yaitu : Lembar ke-1 : untuk pembeli BKP atau penerima JKP sebagai bukti pajak masukan.

Lembar ke-2 : untuk PKP yang menerbitkan faktur pajak standar sebagai bukti pajak keluaran. c. Faktur Pajak Gabungan Faktur Pajak yang dibuat meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender. Faktur Pajak Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak meskipun di dalam bulan penyerahan telah terjadi pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya. Contoh 1: Dalam hal CV.Mustika Jaya (Pengusaha Kena Pajak) melakukan penyerahan Barang Kena Pajak kepada CV.Sungai Mas pada tanggal 1, 5, 10, 11, 12, 20, 25, 28, dan 31 Oktober 2012, tetapi sampai dengan tanggal 31 Oktober 2012 sama sekali belum ada pembayaran atas penyerahan tersebut, CV.Mustika Jaya diperkenankan membuat 1 (satu) Faktur Pajak gabungan meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan pada bulan Oktober, yaitu paling lama tanggal 31 Oktober 2012. Contoh 2: CV.Gunung Muria (Pengusaha Kena Pajak) melakukan penyerahan Barang Kena Pajak kepada CV.Air Murni pada tanggal 2, 7, 9, 10, 12, 20, 26, 28, 29 dan 30 Juni 2012. Pada tanggal 28 Juni 2012 terdapat pembayaran oleh CV.Air Murni atas penyerahan tanggal 2

Juni 2012. Dalam hal CV.Gunung Muria menerbitkan Faktur Pajak gabungan, Faktur Pajak gabungan dibuat pada tanggal 30 Juni 2012 yang meliputi seluruh penyerahan yang terjadi pada bulan Juni 2012. D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Prosedur Sistem Penomoran Faktur Pajak yang Terbaru. 2. Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penomoran Faktur Pajak. 3. Fungsi setiap kode pada saat penomoran Faktur Pajak. E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tahap Persiapan Penulis melakukan persiapan mulai dari penentuan lokasi, judul proposal, bahan-bahan referensi yang akan dibutuhkan selama melakukan riset di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 2. Studi Literatur Dalam melaksanakan riset ini, penulis akan melakukan studi 13iterature sebelumnya sebagai alat bantu dalam menganalisi dan mengevaluasi data yang nanti akan diperoleh dari pihak-pihak yang terkait.

3. Observasi lapangan Penulis akan melakukan observasi lapangan sebelum melakukan riset, dengan tujuan agar penulis mengetahui sistem tata kerja dan riset yang akan dilakukan di lapangan nantinya. 4. Pengumpulan Data a. Data Primer adalah Data yang diperoleh dari pihak yang memahami dan menguasai objek kerja dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). b. Data Sekunder adalah Data yang diperoleh dari referensi yang mendukung Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). 5. Analisis Data Dan Evaluasi Setelah selesai melaksanakan riset di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota maka penulis akan melakukan analisis dan evaluasi atas data yang diperoleh. F. Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara Penulis akan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang berwenang di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 2. Observasi Penulis akan melakukan observasi dengan tujuan mengenal lokasi Praktik, agar dalam melaksanakan riset nantinya tidak membingungkan.

3. Dokumentasi Penulis juga akan mengumpulkan segala informasi atau pun dokumen yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). G. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang, Manfaat Dan Tujuan, Ruang Lingkup, Uraian Teoritis, Metode Praktik, Metode Pengumpulan Data,dan Sistematika Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK ATAU LOKASI PKLM Bab ini menguraikan tentang Letak Lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Sejarah dan juga Struktur Fungsional pada lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). BAB III GAMBARAN DATA PKLM Bab ini menguraikan tentang data dan juga informasi keterangan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI Setelah data didapat, maka pada bab ini penulis akan menganalisis dan kemudian data tersebut dievaluasi sesuai yang dibutuhkan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab akhir, penulis akan melakukan analisis dan selanjutnya mengambil kesimpulan atas Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang dilakukan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN