PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL, SUDUT POTONG UTAMA DAN KADAR SOLUBLE OIL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN HASIL PEMBUBUTAN BAJA ST 37

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST) Pada Program Studi Teknik Mesin UN PGRI Kediri OLEH :

PENGARUH KADAR CAMPURAN PENDINGIN DAN VARIASI KECEPATAN PENYAYATAN BAJA ST 37 PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL TERHADAP KEKASARAN BENDA KERJA

JURNAL PENGARUH ARUS PENGELASAN DAN SUDUT KAMPUH V TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL PADA PROSES LAS SMAW MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP. KEKUATAN TARIK BAJA ST 41 MENGGUNAKAN ELEKTRODA Rb.26

JURNAL. PENGARUH VARIASI MERK PAHAT HSS (High Speed Steel) TERHADAP KEAUSAN PAHAT PADA MATERIAL ST 37

ARTIKEL ANALISA PENGARUH PERUBAHAN INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 CC

JURNAL PENGARUH VARIASI MERK PAHAT HSS TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA MATERIAL ST 37

JURNAL PENGARUH VARIASI KECEPATAN POTONG, GERAK MAKAN, DAN KEDALAMAN POTONG PADA MESIN BUBUT TERHADAP TINGKAT KEAUSAN PAHAT HSS

JURNAL PENGARUH VARIASI DIAMETER ELEKTRODA DAN FLUIDA PENDINGIN PADA PROSES LAS SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA ST 37

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Optimasi Parameter Proses Pemotongan Acrylic terhadap Kekasaran Permukaan Menggunakan Laser Cutting Dengan Metode Response Surface

JURNAL. Oleh : BAGUS DWI CAHYONO NPM: Dibimbing oleh: 1. Fatkur Rhohman, M.Pd 2. M. Muslimin Ilham, M.T

PENGARUH SUDUT POTONG (RAKE ANGLE) PADA PROSES TURNING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN RINGKASAN

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Indonesia Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru,28293 Indonesia

PENGARUH JENIS PAHAT, JENIS PENDINGINAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KERATAAN DAN KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 42 PADA PROSES BUBUT RATA MUKA

ARTIKEL ANALISA VARIASI KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODA BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MOTOR SUPRA X 125

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

JURNAL PENGARUH JENIS ELEKTRODA DAN ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA PENGELASAN BAJA ST 41 MENGGUNAKAN LAS SMAW

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

JURNAL ANALISA PENGARUH BUSI IRIDIUM DAN PERTALITE TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN SEPEDA MOTOR HONDA VARIO 125

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

JURNAL ANALISA PENGARUH SUDUT PENGARAH ALIRAN DAN DEBIT ALIRAN TERHADAP KINERJA TURBIN KINETIK TIPE POROS VERTIKAL

PENGARUH PARAMETER PROSES GURDI TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA MATERIAL KFRP KOMPOSIT

Pengaruh Kedalaman Pemakanan, Jenis Pendinginan dan Kecepatan Spindel

STUDI EKSPERIMENTAL TERJADINYA KEAUSAN PAHAT PADA PROSES PEMOTONGAN END MILLING PADA LINGKUNGAN CAIRAN PENDINGIN

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

Tabel Perhitungan Waktu Standar

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL JIS G-3123 SS 41 DENGAN METODE TAGUCHI

PENGARUH VARIASI KECEPATAN POTONG, LAJU PEMAKANAN DAN KEDALAMAN PEMAKANAN PADA MESIN BUBUT TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA ST 37

PENGARUH PENGARUH JENIS COOLANT DAN VARIASI SIDE CUTTING EDGE ANGLE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BUBUT TIRUS BAJA EMS 45

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Optimasi Parameter Pembubutan Terhadap Kekasaran Permukaan Produk

JURNAL TIG WELDING SYSTEM ANALYSIS AND WELDING CONVENTIONAL AND DIFFERENT KIND OF MATERIAL TYPE BETWEEN IRON AND STEEL

PENGARUH BEBERAPA PARAMETER PROSES TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN HASIL PEMESINAN GERINDA RATA PADA BAJA AISI 1070 DAN HSS

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

Hubungan Sudut Pahat dan Kecepatan Potong Terhadap Pemakaian Mata Pahat Pada Pembuatan As-Arbor

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

PENGARUH KECEPATAN PUTAR SPINDLE (RPM) DAN JENIS SUDUT PAHAT PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN BENDA KERJA BAJA EMS 45

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

JURNAL. Analisa Head Losses Akibat Perubahan Diameter Penampang, Variasi Material Pipa Dan Debit Aliran Fluida Pada Sambungan Elbow 900

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PENGARUH DEBIT MEDIA PENDINGIN TERHADAP NILAI KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA ST 60

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

Kecepatan potong Kecepatan makan Kedalaman potong. Kekasaran Permukaan

ANALISIS PENGARUH CAIRAN PENDINGIN SEMISINTETIK DAN SOLUBLE OIL TERHADAP KEAUSAN PAHAT HIGH SPEED STEEL ( HSS ) PADA PROSES END MILLING

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

Asep Wahyu Hermawan S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

Perbandingan Proses Pembelajaran di FTI dan FMIPA ITS

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI

PENGARUH MEDIA PENDINGIN DAN KONDISI PEMOTONGAN LOGAM TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES MILLING MENGGUNAKAN MESIN CNC TYPE VMC 200

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Pengaruh Parameter Pemotongan Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Proses End Milling Dengan Menggunakan Pendinginan Minyak Kacang

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUATAN POROS ALUMINIUM MENGGUNAKAN EMCO T.U CNC -2A SMKN2 PEKANBARU DENGAN ROUNDNESS TESTER MACHINE

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

Pengaruh Penggunaan dan Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar Pertamax 92 Dan Pertalite 90 Terhadap Kinerja Motor Honda Beat Injeksi

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

Dosen Pembimbing Bambang Pramujati, S.T., M.Sc.Eng, Ph.D.

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

Didonwload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

JTM. Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013, 48-55

Machine; Jurnal Teknik Mesin Vol. 3 No. 2, Juli 2017 P-ISSN : E-ISSN :

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

Analisa Sifat Mekanik Baja St 41 Pada Proses Pack Carburizing Menggunakan Media Arang Tempurung Kelapa Sawit Dengan Variasi Holding Time

ANALISA PENGARUH METODE PENDINGIN TERHADAP KEAUSAN PAHAT HIGH SPEED STEEL (HSS) PADA PROSES END MILLING

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telah merubah industri manufaktur menjadi sebuah

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

PENGARUH KECEPATAN SPINDEL, KECEPATAN PEMAKANAN DAN

PENGARUH JENIS MATERIAL PAHAT POTONG DAN ARAH PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA EMS 45 PADA PROSES CNC MILLING

PENGARUH PEMOTONGAN DENGAN DAN TANPA CAIRAN PENDINGIN TERHADAP DAYA POTONG PADA PROSES TURNING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

OPTIMASI PRODUKSI DENGAN METODE RESPONSE SURFACE (Studi Kasus pada Industri Percetakan Koran)

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

Pengaruh Parameter Potong dan Geometri Pahat Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Proses Bubut

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL, SUDUT POTONG UTAMA DAN KADAR SOLUBLE OIL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN HASIL PEMBUBUTAN BAJA ST 37 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST) Pada Program Studi Teknik Mesin UN PGRI Kediri OLEH : ANDI PRIBAWANTO NPM: 12.1.03.01.0035 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA KEDIRI 2016 1

2

3

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL, SUDUT POTONG UTAMA DAN KADAR SOLUBLE OIL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN HASIL PEMBUBUTAN BAJA ST 37 Andi Pribawanto 12.1.03.01.0035 andipribawanto@gmail.com Hermin Istiasih, M.M., M.T 1 dan Fatkur Rhohman M.Pd 2 UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Andi Pribawanto, 2016. Pengaruh Variasi Putaran Spindel, Sudut Potong Utama Dan Kadar Soluble Oil Terhadap Kekasaran Permukaan Hasil Pembubutan Baja St 37. Skripsi, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Nusantara Persatuan Guru Republik Indonesia. Kata Kunci: Putaran Spindel, Sudut Potong Utama, Kadar soluble oil, Kekasaran Permukaan. Abstrak: Permasalahan penelitian ini adalah: (1) Apakah faktor-faktor putaran spindel, sudut potong utama dan kadar soluble oil memiliki pengaruh terhadap tingkat kekasaran permukaan hasil pembubutan baja ST 37? (2) Bagaimana setting yang tepat dari faktor-faktor tersebut pada proses bubut, sehingga dapat meminimumkan kekasaran permukaan produk hasil pembubutan? Kesimpulan hasil penelitian ini adalah variasi putaran spindel berpengaruh terhadap kekasaran permukaan baja St 37. Kecepatan 270 rpm menghasilkan nilai rata-rata 3,53 µm dan 450 rpm yang menghasilkan nilai rata-rata 2,9 μm. Variasi sudut potong utama berpengaruh terhadap kekasaran baja St 37. Sudut 80 0 menghasilkan nilai rata-rata 3,46 µm dan sudut 90 0 yang menghasilkan nilai rata-rata 2,98 μm. Pengaruh variasi kadar soluble oil terhadap kekasaran baja St 37 dengan menggunakan soluble oil 4% yang menghasilkan nilai rata-rata 3,44 µm dan soluble oil 10% yang menghasilkan nilai rata-rata 3,00 µm. Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini direkomendasikan: pada proses pembubutan baja ST 37 setting putaran spindel, sudut potong utama dan kadar soluble oil yang menghasilkan permukaan benda kerja dengan kekasaran minimum adalah putaran 450 rpm, sudut potong 90 0 dan kadar soluble oil 10 %. 4

I. LATAR BELAKANG Proses pemotongan logam merupakan salah satu proses penting dan terkenal dalam proses manufaktur di industri, bahkan proses pemesinan telah menjadi lini dari industri manufaktur sejak revolusi industri. Proses pembubutan pada dasarnya merupakan proses pengubahan bentuk dan ukuran benda kerja dengan jalan menyayat benda kerja tersebut dengan suatu pahat penyayat sehingga dihasilkan benda kerja yang silinder (Rochim, 1993). Penggunaan baja telah mengalami peningkatan yang cukup pesat di industri manufaktur, dimana sebagaian ditentukan oleh nilai ekonomisnya (Surdia dan Saito, 1999). Baja ST 37 merupakan salah satu jenis baja karbon rendah yang memiliki sifat mudah di tempa dan mudah di proses pemesinan. Pahat bubut HSS banyak digunakan untuk melakukan proses pemesinan baja ST 37 dalam pembuatan roda gigi, poros dan baut. Pahat bubut HSS mempunyai geometri yang telah ditentukan sesuai dengan jenis pekerjaannya. Salah satu sudut yang mempunyai pengaruh pada tingkat kekasaran permukaan hasil pembubutan adalah Sudut potong utama (Kr). Sudut Kr berfungsi menentukan lebar dan tebal geram sebelum terpotong, menentukan panjang mata potong yang aktif atau panjang kontak antara geram dengan bidang pahat (Rochim, 1993). Cairan pendingin mempunyai kegunaan yang khusus dalam proses pemesinan. Selain untuk memperpanjang umur pahat, cairan pendingin dalam beberapa kasus, mampu menurunkan gaya dan memperhalus permukaan produk hasil pemesinan. Selain itu, cairan pendingin juga berfungsi sebagai pembersih/pembawa beram (terutama dalam proses gerinda) dan melumasi elemen pembimbing (ways) mesin perkakas serta melindungi benda kerja dan komponen mesin dari korosi (Widarto, 2008). Salah satu cairan pendingin yang baik untuk pembubutan baja ST 37 adalah minyak emulsi (kalpakjian, 2008) Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, maka akan dilakukan penelitian tentang penentuan setting parameterparameter pemesinan pada proses bubut untuk meminimalkan kekasaran permukaan benda kerja. Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah metode faktorial. Material yang akan digunakan dalam penelitian proses bubut ini adalah St. 37. II. METODE Penelitian ini menggunakan desain faktorial 3 k. Dalam desain factorial 3 k, banyaknya taraf adalah dua sedangkan banyak faktor adalah k yang menjadi pangkat (Montgomery,2009). Tabel 2.1 Rancangan Percobaan 2

NO Parameter Pemesinan Sudut potong utama oil Putaran Spindle Kadar soluble 1. 1 1 1 2. 1 1 2 3. 1 2 1 4. 1 2 2 5. 2 1 1 6. 2 1 2 7. 2 2 1 8. 2 2 2 Sumber: Montgomery (2009) Respon Kekasaran permukaan Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data dan dilakukan perhitungan dan pengujian data statistik pada data hasil eksperimen. Analisis variansi adalah teknik perhitungan yang memungkinkan secara kuantitatif mengestimasi kontribusi dari setiap faktor pada pengukuran respon. Analisis variansi yang digunakan pada desain parameter berguna untuk membantu mengidentifikasi kontribusi faktor, sehingga akurasi perkiraan model dapat ditentukan ( Fowlkes dan Clyde, 1995). ANAVA digunakan untuk menganalisis data percoban yang terdiri dari dua faktor atau lebih dengan dua level atau lebih. Tabel ANAVA terdiri dari perhitungan derajat kebebasan (db), jumlah kuadrat (sum of squares, SS), kuadrat tengah (mean of squares, MS) dan F hitung seperti ditunjukkan pada Tabel 2.4 (Montgomery, 2009). Tabel 2.2 Analisis Variansi (ANAVA) Sumber Variansi Db SS MS F hitung Faktor A υ A SS A MS A MS A /MS error Faktor B υ B SS B MS B MS B /MS error Faktor C υ C SS C MS C MS C /MS error Residual υ error SS error MS error Total υ T SS T Dari tabel ANAVA 2.2 dapat dilakukan pengujian terhadap perbedaan pengaruh level. Bila menggunakan software Minitab 16, pengaruh level faktor dikatakan signifikan jika p-value lebih besar dari pada α (taraf signifikansi). Langkah-langkah eksperimen yang akan dilakukan pada penelitian ini untuk mendapatkan kekasaran permukaan adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan spesimen uji yang meliputi: penyesuaian ukuran, perataan, pembersihan spesimen dari kotorankotoran yang dapat mengganggu proses pemotongan dan penomoran spesimen. 2. Menyiapkan pahat bubut HSS dengan memberi penomoran pengujian. 3. Menguras dan mengisi bak pendingin mesin bubut dengan cairan pendingin yang telah ditentukan. 4. Memasang spesimen baru pada chuck yang terdapat pada mesin bubut dan melakukan pemeriksaan bahwa benda kerja berada pada posisi terpusat. 5. Memasang pahat baru pada pemegang pahat. 3

6. Menghidupkan mesin bubut dan menyeting parameter-parameter yang telah ditetapkan sesuai dengan rancangan eksperimen. 7. Melaksanakan proses pembubutan lurus pada spesimen uji sepanjang 100 mm. 8. Melepaskan benda kerja dari chuk setelah proses pemotongan selesai. 9. Melepas pahat bubut HSS pada pemegang pisau. 10. Mengulang langkah ketiga hingga keempat untuk spesimen dan kombinasi parameter berikutnya. Langkah-langkah dari pengukuran kekasaran permukaan adalah sebagai berikut: 1. Lakukan kalibrasi sensor pada surface roughness tester. 2. Letakkan spesimen uji pada V-blok. 3. Ujung sensor dari surface roughness tester disentuhkan pada specimen uji. 4. Surface roughness tester diaktifkan untuk melakukan proses pengukuran kekasaran permukaan sepanjang 5 mm. 5. Hasil kekasaran permukaan dapat dilihat pada layar display surface roughness tester. 6. Spesimen uji dibebaskan dari ujung sensor surface roughness tester untuk diletakkan pada permukaan. 7. Langkah ketiga hingga keenam diulang kembali untuk mendapatkan hasil kekasaran permukaan pada spesimen uji yang sama. Hal ini dilakukan berulang hingga mendapatkan tiga data nilai kekasaran aritmatika (Ra) untuk pada tiap spesimen uji. III. HASIL DAN KESIMPULAN A. Hasil Penelitian Pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan mengkombinasikan variabelvariabel proses mesin mesin bubut sesuai dengan rancangan eksperimen yang telah ditetapkan. Variabel-variabel proses tersebut meliputi putaran spindel, sudut potong utama, dan kadar soluble oil. Pengambilan data kekasaran permukaan benda kerja dilakukan dengan replikasi sebanyak dua kali. Data yang diperoleh selama eksperimen ditunjukkan pada Tabel 3.1. No Tabel 3.1 Data Hasil Eksperimen VARIABEL BEBAS Sudut Potong Utama ( 0 ) Putaran Spindel (Rpm) Kadar Soluble Oil (%) Rata-Rata Kekasaran Permukaan 1 270 80 4 4,23 2 270 80 10 3,41 3 270 90 4 3,38 4 270 90 10 3,11 5 450 80 4 3,31 6 450 80 10 2,90 7 450 90 4 2,84 8 450 90 10 2,59 Sumber: Data pengujian 2016 Untuk mengetahui apakah ketiga variabel mempunyai pengaruh terhadap kekasaran permukaan benda kerja dilakukan Analisis variansi. ANAVA mensyaratkan bahwa residual harus memenuhi tiga asumsi, 4

Percent Residual Autocorrelation yaitu bersifat identik, independen dan berdistribusi normal. Uji Identik Uji identik pada gambar 3.1 dibawah menampilkan residual tersebar secara acak disekitar harga nol dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan asumsi identik terpenuhi. 0,2 0,1 0,0-0,1-0,2 2,50 2,75 Versus Fits (response is SR) 3,00 3,25 Fitted Value 3,50 3,75 Gambar 3.1 Plot residual kekasaran permukaan versus fitted values Uji Independen Pengujian independen pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan auto correlation function (ACF). Berdasarkn plot ACF yang ditunjukkan pada Gambar 3.1, tidak ada nilai ACF pada tiap lag yang keluar dari batas interval. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada korelasi antar residual artinya residual bersifat independen. 4,00 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0-0,2-0,4-0,6-0,8-1,0 1 Autocorrelation Function for SR (with 5% significance limits for the autocorrelations) 2 3 Gambar 3.2 Plot ACF pada respon kekasaran permukaan 4.1.3 Uji Kenormalan 4 Lag Uji kenormalan residual dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Hipotesis yang digunakan adalah: H 0 : Residual berdistribusi normal H 1 : Residual tidak berdistribusi normal H 0 ditolak jika p-value lebih kecil dari pada α = 0,05. Gambar 3.3 menunjukan bahwa dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh 5 6 7 p-value 0,150 yang berarti lebih besar dari α = 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H 0 gagal ditolak atau residual berdistribusi normal. 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 2,0 2,5 Probability Plot of SR Normal 3,0 SR 3,5 4,0 4,5 Gambar 3.3 uji normalitas Mean 3,221 StDev 0,4994 N 8 KS 0,228 P-Value >0,150 Analisa variansi (ANAVA) Setelah uji identik, independen dan distribusi normal terpenuhi dilakukan analisis variansi untuk mengetahui variabel proses mana yang memiliki pengaruh secara 5

Mean signifikan terhadap kekasaran permukaan. Analisis variansi (ANAVA) untuk kekasaran permukaan ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Analisis variansi (ANAVA) Analysis of Variance for SR, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P A 1 0,77501 0,77501 0,77501 25,36 0,007 B 1 0,46561 0,46561 0,46561 15,23 0,017 C 1 0,38281 0,38281 0,38281 12,53 0,024 Error 4 0,12225 0,12225 0,03056 Total 7 1,74569 S = 0,174821 R-Sq = 93,00% R-Sq(adj) = 87,74% Sumber: perhitungan Nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel mengindikasikan bahwa faktor tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kekasaran permukaan. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang digunakan pada uji hipotesis dengan menggunakan distribusi F adalah sebagai berikut: 1. Untuk faktor (A) putaran spindel H0 : τ 1 = τ 2 H1 : τ 2 τ 2 Kesimpulan: F hitung = 25,36 >F(0,05;3;4) = 6,59 maka H 0 ditolak, artinya ada pengaruh putaran spindel terhadap kekasaran permukaan. 2. Untuk faktor (B) sudut potong utama H0 : γ 1 =γ 2 H1 : γ 1 γ 2 Kesimpulan: F hitung = 12,53 > F(0,05;3;4) = 6,59 maka H 0 ditolak, artinya ada pengaruh kadar soluble oil terhadap kekasaran permukaan. P-value menunjukkan variabel proses mana yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kekasaran permukaan. P-value yang lebih kecil dari level of significant (α) yaitu 5%. Penarikan kesimpulan menggunakan p-value untuk kekasaran permukaan yang ditunjukkan pada Tabel 3.2 adalah sebagai sebagai berikut: 1. Untuk variabel proses putaran spindel P-value = 0,007 < α = 0,05 2. Untuk variabel proses sudut potong utama P-value = 0,017 < α = 0,05 3. Untuk variabel proses kadar soluble oil P-value = 0,024 < α = 0,05 Level variabel tiap faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kekasaran permukaan ditunjukkan pada gambar 3.4 3,60 3,45 3,30 3,15 3,00 A Main Effects Plot for SR Data Means B H0 : β 1 =β 2 3,60-1 C 1-1 1 H1 : β 1 β 2 3,45 3,30 Kesimpulan: F hitung = 15,23 > F(0,05;3;4) = 3,15 3,00 6,59 maka H 0 ditolak, artinya ada pengaruh sudut potong utama terhadap kekasaran -1 1 Gambar 3.4 main effects plot permukaan. 3. Untuk faktor (C) kadar soluble oil 6

B. Kesimpulan Berdasarkan dari pendahuluan, kajian pustaka, hasil penelitian, dan pembahasan yang telah ditulis padan bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1. Pengaruh variasi putaran spindel terhadap kekasaran baja St 37 dengan menggunakan kecepatan 270 rpm yang menghasilkan nilai rata-rata 3,53 µm dan pada kecepatan 450 rpm yang menghasilkan nilai rata-rata 2,91 µm dari rata-rata data yang diperoleh variasi putaran spindel tersebut semakin lambat putaran spindel yang digunakan, maka tingkat kekasaran yang dihasilkan semakin kasar dan semakin cepat putaran spindel maka tingkat kekasaran yang dihasilkan akan semakin halus. Dengan demikian, variasi putaran spindel mengalami tingkat perbedaan kekasaran seiring dengan semakin cepat putaran spindel yang digunakan dalam proses pembubutan baja ST 37. 2. Pengaruh variasi sudut potong utama terhadap kekasaran baja St 37 dengan menggunakan sudut 80 0 yang menghasilkan nilai rata-rata 3,46 µm dan pada sudut 90 0 yang menghasilkan nilai rata-rata 2,98 µm dari rata-rata data yang diperoleh variasi sudut potong utama tersebut semakin kecil sudut potong utama yang digunakan, maka tingkat kekasaran yang dihasilkan semakin kasar dan semakin besar sudut potong utama yang digunakan maka tingkat kekasaran yang dihasilkan akan semakin halus. Dengan demikian, variasi sudut potong utama mengalami tingkat perbedaan kekasaran seiring dengan semakin besar sudut yang digunakan dalam proses pembubutan baja ST 37. 3. Pengaruh variasi kadar soluble oil terhadap kekasaran baja St 37 dengan menggunakan soluble oil 4% yang menghasilkan nilai rata-rata 3,44 µm dan soluble oil 10% yang menghasilkan nilai rata-rata 3,00 µm dari rata-rata data yang diperoleh variasi kadar soluble oil tersebut semakin sedikitkadar soluble oil yang digunakan, maka tingkat kekasaran yang dihasilkan semakin kasar dan semakin banyak kadar soluble oil yang digunakan maka tingkat kekasaran yang dihasilkan akan semakin halus. Dengan demikian, kadar soluble oil mempengaruhi tingkat kekasaran seiring dengan semakin besar kadar soluble oil yang digunakan dalam proses pembubutan baja ST 37. 4. Putaran spindel, sudut potong utama dan kadar soluble oil yang menghasilkan permukaan benda kerja paling baik adalah putaran 450 rpm, sudut potong 90 0 dan kadar soluble oil 10%. 7

IV. DAFTAR PUSTAKA 1) Kalpakjian, Serope. Manufacturing Engineering and Technology 2nd Edition. Addison Publishing Company Inc. California. 1992. Pendidikan Dasar Dan Menengah, Depdiknas. 2) Krar, Stev F. Oswald J.Wiliam & Amand S.T. Joseph E. 1977. Technology Of Machine Tools, Second Edition. USA: MCGraw-Hill Book Company. 3) Montgomery, Douglas C. 2009. Pengantar pengendalian kualitas statistik. Penerjemah: Zanzawi Soejoeti. editor Subanar Yogyakarta : Gadjah Mada University Press 4) Prasetya, Tri Adi. 2010 Pengaruh Gerak Pemakanan dan Media Pendingin Terhadap Kekasaran Permukaan Logam Hasil Pembubutan pada Material Baja HQ 760.skripsi ini tidak diterbitkan. Surakarta: UNS 5) Rochim, Taufiq. 1993. Teori dan Teknologi Proses Pemesinan. Jakarta: Higher Education Development Support Project. 6) Rochim, Taufiq, 2001. Spesifikasi, Metrology dan Kontrol Kualitas Geometrik. ITB Bandung. 7) Schey, John A. 2009. Proses Manufaktur (Introduction to Manufacturing Prosesses). Yogyakarta : Andi 8) Surdia Tata, dan Saito Shinroku, 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta : PT. Pradnya Paramita. 9) Sumbodo, Wirawan dkk. 2008. Teknik Produksi Mesin Industri (Jilid 2). Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. 10) Widarto, 2008. Teknik Pemesinan Jilid 1. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen 8