PENGANTAR ILMU NUTRISI TERNAK DR. IR. WAHYU WIDODO, MS

dokumen-dokumen yang mirip
SIKLUS ASAM SITRAT SIKLUS KREBS ETI YERIZEL BAGIAN BIOKIMIA FK-UNAND

Metabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia

Tugas Biologi KATABOLISME. Disusun oleh: Niluh Yuliastri. Kelas E

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Siklus Krebs. dr. Ismawati, M.Biomed

Anabolisme Lipid. Biokimia Semester Gasal 2012/2013 Esti Widowati,S.Si.,M.P

Metabolisme karbohidrat

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

MAKALAH BIOKIMIA II DEKARBOKSILASI OKSIDATIF, SIKLUS ASAM SITRAT, DAN FOSFORILASI OKSIDATIF

LIPID. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A)

Pertemuan : Minggu ke 7 Estimasi waktu : 150 menit Pokok Bahasan : Respirasi dan metabolisme lipid Sub pokok bahasan : 1. Respirasi aerob 2.

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

Dr. MUTIARA INDAH SARI NIP:

Metabolisme : Enzim & Respirasi

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi

Fransiska Ayunintyas W, M.Sc., Apt Akfar Theresiana 2014

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen. Secara kimiawi: OKSIDASI BIOLOGI

Pencernaan, penyerapan dan transpot lemak -oksidasi asam lemak

Triasilgliserol. = trigliserida 9 kkal/g vs 4 kkal/g (glikogen) Terdiri dari: Asam lemak: 3 asam lemak (gugus asil)

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT

BAB III KOMPOSISI KIMIA DALAM SEL. A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan Mampu Memahami Komposisi Kimia Sel.

METABOLISME KARBOHIDRAT. Chairul Huda Al Husna

2.1.3 Terjadi dimana Terjadi salam mitokondria

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BAHAN AJAR BIOKIMIA Sistem energi untuk olahraga. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or FIK UNY

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen)

Secara sederhana, oksidasi berarti reaksi dari material dengan oksigen OKSIDASI BIOLOGI

Karena glikolisis dan glukoneogenesis mempunyai jalur yang same tetapi arahnya berbeda, maka keduanya hams dikendalikan secara timbal balik.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PRINSIP ENERGI METABOLISME

oksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik

Fungsi utama Siklus Kreb 1. Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia.

BIOENERGETIKA. Oleh: Moammad Hanafi Dan Trimartini

METABOLISME dan KATABOLISME KARBOHIDRAT

fosfotriose isomerase, dihidroksi aseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3- bisfosfogliserat melalui gliseraldehid 3-fosfat.

KARBOHIDRAT Carbohydrate

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB XIII METABOLISME. Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dra. Endah Peniati, M.

METABOLISME ENERGI. Metabolisme : segala proses reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

METABOLISME MIKROORGANISME

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126

Sumber lemak : Makanan Biosintesis de novo Simpanan tubuh adiposit Masalah utama sifatnya tidak larut dalam air. Lemak diemulsi oleh garam empedu

METABOLISME KARBOHIDRAT

GLIKOLISIS DAN SIKLUS KREBS. Anggota :

Penemunya adalah Dr. Hans Krebs; disebut juga sebagai siklus asam sitrat atau jalur asam trikarboksilik. Siklus yang merubah asetil-koa menjadi CO 2.

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

KEHIDUPAN SEL PELEPASAN ENERGI DALAM SEL

Tabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat

Metabolisme karbohidrat - 4

METABOLISME KARBOHIDRAT

BAB IV METABOLISME. Proses pembentukan atau penguraian zat di dalam sel yang disertai dengan adanya perubahan energi.

Pertemuan III: Cara Kerja Sel dan Respirasi Seluler. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

A. Respirasi Selular/Aerobik

Karbohidrat. Metabolisme Karbohidrat. Karbohidrat. Karbohidrat. Karbohidrat & energi

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

Pengertian, Macam-Macam Enzim dan Fungsinya

ENZIM 1. Nomenklatur Enzim 2. Struktur Enzim

VIII. GLIKOLISIS Dr. Edy Meiyanto, MSi., Apt.

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

O CH2-C-S-KoA CH2-COOH. O=C-COOH C-CH3 HO-C-COOH HO-C-COOH + HS-KoA + <----> + H2O ----> CH2-COOH S-KoA CH2-COOH CH2-COOH

BIOSINTESIS METABOLIT PRIMER DAN METABOLIT SEKUNDER

II. TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Nutrisi Ikan Patin

KARBOHIDRAT. Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat atau air (H 2 O). Rumus umum karborhidrat dikenal : (CH 2 O)n

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA

Metabolisme karbohidrat - 2

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK KIMIA KESEHATAN KELAS XII SEMESTER 5

07/11/2016 METABOLISME LEMAK

7. JALUR PENTOSA FOSFAT DAN JALUR LAIN PADA METABOLISME HEXOSA

A. Senyawa organik sintesis

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

METABOLISME ASAM LEMAK

1. Glikolisis, yakni proses pemecahan molekul c6 atau glukosa menjadi senyawa bernama asam piruvat atau dikenal dengan rumus kimia C3.

Pengertian Mitokondria

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

Oleh: Tim Biologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013

PENGANTAR BIOKIMIA OLEH : Cerika Rismayanthi, M.Or

BIOLOGI. Nissa Anggastya Fentami, M.Farm, Apt

Pencernaan dan Penyerapan Makanan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK

KOENZIM, KOFAKTOR DAN VITAMIN

2. Komponen piruvat DH terdiri dari 3 enzim yaitu: a. komponen piruvat DH, dihidrolipoil transasetilase, dan dihidrolipoil DH b.? c.?

Metabolisme Karbohidrat

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ).

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol )

METABOLISME LEMAK. Yunita Eka Puspitasari, S.Pi, MP

Transkripsi:

PENGANTAR ILMU NUTRISI TERNAK DR. IR. WAHYU WIDODO, MS i

KATA PENGANTAR Alahmdulillah, segala puji bagi Allah SWT.yang telah memberikan kehidupan bagi makhluk hidup di alam semesta. Dengan kebesaran-nya manusia dapat menjadi khalifah di bumi dan dengan keagungan-nya manusia dapat berfikir. Sholawat bagi Kanjeng Nabi Besar Muhammad SAW. Yang memberi penerangan bagi manusia menuju jalan kesempurnaan hidup melalui kitab suci Al Qur an dan Sunnahnya. Semoga amal beliau tetap berlimpah dan berlanjut selamanya. Betapa beratnya merangkai ide, membentuk konsep, memadukan kata dan menyusun kalimat menjadi sebuah buku. Betapa bahagiannya ketika kata akhir dapat diselesaikan dan akhirnya terkumpul ribuan kata yang berjudul Pengantar Ilmu Nutrisi Ternak. Sebuah proses yang memerlukan perjuangan yang cukup melelahkan. Tetapi tidak terlupakan jasa banyak fihak yang mendorong penulisan buku ini sehingga menjadi bentuk seperti saat ini. Terima kasih yang pertama saya sampaikan pada orang tua, mertua, istri dan anak, saudara dan semua yang masih mempunyai hubungan kekerabatan. Kepada Pimpinan Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Peternakan UMM, Lembaga Penelitian UMM, dan semua fihak yang telah mendorong selesainya penulisan buku ini. Semoga amal baik semua fihak mendapat balasan yang lebih di hadirat Allah SWT. Akhirnya segala suatu perbuatan mestilah tidak sempurna. Saya mohon maaf pada semua fihak apabila masih banyak kekurangan yang terjadi, baik sebelum, selama dan setelah penulisan buku ini. Insya Allah kekurangan tersebut akan selalu menjadi perhatian dan perbaikan saya selanjutnya. Amin. ii

Dorongan Istri dan Anak yang menyebabkan buku ini selesai Sehingga layak penghargaan disampaikan pada mereka Semoga lestari amal kebaikan di dunia iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...ii HALAMAN PERSEMBAHAN...iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR TABEL...viii BAB 1. PENDAHULUAN... 1 BAB 2. KARBOHIDRAT DAN METABOLISMENYA... 5 2.1. Pengertian Karbohidrat... 5 2.2. Pencernaan dan Penyerapan Karbohidrat... 6 2.3. Metabolisme Energi dari Karbohidrat... 8 BAB 3. LEMAK DAN METABOLISMENYA... 15 3.1. Klasifikasi Lemak... 15 3.2. Klasifikasi asam lemak... 16 3.3. Transport Lemak ke Jaringan... 17 3.4. Sintesa Lemak... 20 3.5. Oksidasi asam lemak... 22 3.6. Pengaruh Lemak pada Ternak... 23 BAB 4. PROTEIN DAM METABOLISMENYA... 26 4.1. Klasifikasi Protein... 26 4.2. Pencernaan dan Penyerapan Protein... 29 4.3. Pembentukan Polipeptida... 31 4.4. Siklus Metabolisme Energi dari Protein... 34 4.5. Siklus urea... 37 4.6. Kebutuhan dan Defisiensi Protein pada Ternak... 38 BAB 5. VITAMIN DAN METABOLISMENYA... 41 5.1. Klasifikasi vitamin... 41 5.2. Kegunaan, Sumber dan Defisiensi Vitamin... 42 5.2.1. Vitamin B 1 (Tiamin)... 42 5.2.2. Vitamin B 2 (Riboflavin)... 43 5.2.3. Vitamin B 5 (Asam pantotenat)... 44 5.2.4. Vitamin B 6 (Piridoksin)... 44 5.2.5. Vitamin B 12 (Kobalamin)... 45 5.2.6. Biotin... 46 5.2.7. Niacin (asam nikotinat)... 46 5.2.8. Asam folat (asam "pteroylglutamic")... 47 5.2.9. Vitamin C (Asam askorbat)... 47 5.2.10. Vitamin A (antixeroptalmia)... 48 5.2.11. Vitamin D (anti rakhitis)... 49 iv

5.2.12. Vitamin E (tokoferol)... 50 5.2.13. Vitamin K... 51 BAB 6. MINERAL DAN METABOLISMENYA... 52 6.1. Klasifikasi Mineral... 52 6.2. Kegunaan, Sumber dan Defisiensi Mineral... 53 6.2.1. Kalsium... 53 6.2.2. Fosfor... 54 6.2.3. Natrium... 55 6.2.4. Kalium... 56 6.2.5. Magnesium... 57 6.2.6. Seng... 58 6.2.7. Besi... 58 6.2.8. Mangan... 59 6.2.9. Tembaga... 60 6.2.10. Selenium... 61 6.2.11. Yodium... 62 6.2.12. Molibdenum... 64 BAB 7. ANTI NUTRISI PADA UNGGAS... 65 7.1. Kasifikasi Anti Nutrisi... 65 7.2. Klasifikasi Anti Nutrisi pada Unggas Berdasarkan Struktur Kimia... 69 7.2.1. Alkaloid... 69 7.2.2. Glikosida... 69 7.2.3. Protein... 69 7.2.4. Asam amino dan turunan asam amino... 70 7.2.5. Karbohidrat... 70 7.2.6. Lemak... 70 7.2.7. Glikoprotein... 70 7.2.8. Glikolipid... 70 7.2.9. Substansi metal-binding... 71 7.2.10. Resin... 71 7.2.11. Senyawa fenol... 71 7.2.12. Sesquiterpen lakton... 71 7.2.13. Mikotoksin... 71 7.2.14. Anti Nutrisi lain... 72 7.3. Sumber, Biosintesa dan Pengaruh Anti Nutrisi Utama pada Ternak... 72 7.3.1. Glukosida sianogenik... 72 7.3.2. Anti Tripsin... 74 v

7.3.3. Aflatoksin... 76 7.2.4. Cyclopropionid... 79 7.3.5. Mimosin... 81 7.3.6. Gosypol... 82 7.3.7. Tannin... 85 7.3.8. Patulin... 87 7.3.9. Asam Penisilat... 88 7.3.10. Solanin... 89 BAB 8. EVALUASI PAKAN... 92 8.1. Evaluasi Pakan dengan Uji Fisis... 92 8.2. Uji kimiawi... 93 8.2.1. Analisa Energi... 94 8.2.2. Analisa proksimat... 102 8.2.3. Analisa asam amino... 107 8.2.4. Analisa mineral... 108 8.2.5. Analisa serat (van Soest)... 110 8.3. Uji Biologis pada Ternak... 113 8.3.1. Cara pengamatan konsumsi pakan... 113 8.3.2. Cara pengamatan pertambahan bobot badan... 114 8.3.3. Cara pengamatan konversi pakan... 114 8.3.4. Cara pengamatan imbangan efisiensi protein... 114 8.3.5. Cara pengamatan berat bulu... 114 8.3.6. Berat karkas... 115 8.3.7. Imbangan daging dan tulang... 115 8.3.8. Kandungan protein daging... 115 8.3.9. Kandungan lemak daging... 115 8.3.10. Cara pengamatan retensi nitrogen... 115 8.3.11. Cara pengamatan nilai biologis pakan... 116 8.3.12. Cara pengamatan glukosa darah... 116 8.3.13. Cara pengamatan protein darah... 117 8.3.14. Cara pengamatan berat hati... 119 8.3.15. Cara pengamatan SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transferase)... 119 8.3.16. Cara pengamatan SGOT (Serum Glutamat Oksalat Transferase)... 121 8.3.17. Cara pengamatan berat ginjal... 123 8.3.18. Cara pengamatan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen).. 123 8.3.19. Cara pengamatan kadar kreatinin... 124 8.3.20. Cara pengamatan kandungan Hemoglobin (Hb) vi

menurut metode Sahli... 125 8.3.21. Lemak abdominal... 125 DAFTAR PUSTAKA... 126 vii

DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Asam-asam lemak tidak jenuh... 16 Tabel 3.2. Asam-asam lemak jenuh... 17 Tabel 3.3. Perbedaan oksidasi dengan biosintesis asam palmitat... 23 Tabel 4.1. Posisi masing-masing asam amino dalam pembentukan ikatan peptida... 32 Tabel 6.1. Klasifikasi mineral esensial... 52 Tabel 7.1. Penggolongan anti nutrisi berdasarkan famili tanaman... 65 Tabel 7.2. Penggolongan anti nutrisi berdasarkan fisiologis... 66 Tabel 7.3. Penggolongan anti nutrisi berdasarkan asal tanaman... 67 Tabel 7.4. Penggolongan anti nutrisi berdasarkan efek metabolisme... 68 viii

BAB 1 PENDAHULUAN Apa itu ilmu nutrisi, mengapa ada ilmu nutrisi, apakah diperlukan oleh manusia? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dari rasa skeptis terhadap kepentingan ilmu nutrisi. Hal-hal semacam inilah yang harus dijelaskan sehingga dapat membuka wawasan setiap orang tentang pentingnya ilmu nutrisi. Dari tahun ke tahun, rahasia makanan semakin terkuak. Mulamula mereka secara sederhana dapat menemukan makanan yang berguna bagi manusia maupun hewan dan mana yang tidak berguna. Mereka mengamati bahwa manusia yang tidak atau kurang makan akan sakit. Mereka mengamati juga apabila makanan tersebut pahit pasti tidak baik bagi tubuh. Pertanyaanpun berkembang, mengapa makanan ini berguna, sementara yang lain tidak?. Mengapa buah tertentu rasanya manis, sementara buah lain rasanya asam? Mengapa sayuran tersebut berwarna hijau, sementara yang lain berwarna putih?. Mengapa-mengapa tersebut semakin mengumpul dan menggumpal dalam bentuk tanda tanya yang semakin membesar. Mula-mula ditemukanlah zat-zat makanan yang mempunyai kegunaan besar bagi manusia maupun hewan. Penemuan tersebut dimulai dari adanya karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Kemudian menyusul penemuan zat-zat makanan yang lebih mikro lagi yang biasanya merupakan bagian dari zat-zat makanan di atas. Karbohidrat misalnya, setelah diteliti lebih dalam ternyata merupakan kumpulan senyawa yang dapat diklasifikasikan lagi sebagai monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida. Demikian juga setelah diperdalam oleh para peneliti ternyata turunan karbohidrat tersebut masih juga dapat dipecah lagi menjadi senyawa yang lebih kecil lagi. Seperti misalnya, monosakarida terdiri dari fruktosa, galaktosa, manosa dan glukosa. Setelah diteliti lagi ternyata turunan monosakarida tersebut masih dapat dibagi-bagi lagi, sehingga diketemukanlah komponen dasar pembentuk karbohidrat. Sekarang para ilmuwan maupun peneliti sudah dapat mengetahui bahwa komponen dasar kimia karbohidrat adalah Karbon, Hidrogen dan Oksigen. Komponen dasar zat makanan lainnya umumnya terdiri dari gabungan ketiga unsur kimia tersebut di atas ditambah dengan 1

Nitrogen untuk protein, ataupun unsur-unsur kimia lainnya yang akan membentuk suatu senyawa. Kecuali mineral yang umumnya hanya terdiri dari satu unsur kimia, tetapi dalam makanan ataupun di alam umumnya berbentuk senyawa yang mengandung komponenkomponen C, H, O dan N yang memang merupakan unsur kimia yang banyak terdapat di alam. Protein ternyata merupakan kumpulan dari peptida yang apabila dipecah lagi akan ditemukan komponen-komponen asam amino, suatu zat pembentuk dasar kehidupan. Lemak demikian juga, ternyata lemak merupakan kumpulan dari asam-asam lemak ditambah dengan gliserol. Maka semakin bersemangatlah para ahli nutrisi untuk meneliti lebih jauh lagi. Pertanyaan selanjutnya yang akan muncul adalah, zat-zat makanan tersebut berguna untuk apa dalam tubuh? Dari sini berkembanglah penelitian tentang metabolisme zat makanan dalam tubuh yang menjadi inti dari peredaran zat-zat makanan dalam tubuh. Metabolisme terdiri dari katabolisme (pemecahan) dan anabolisme (pembentukan). Pada prinsipnya ketiga zat makanan utama yaitu karbohidrat, lemak dan protein akan mengalami proses pemecahan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi melalui dua jalur metabolisme utama. Jalur pertama karbohidrat adalah glikolisis, jalur pertama lemak adalah oksidasi dan jalur pertama protein adalah deaminasi. Setelah melewati jalur pertama tersebut, ketiganya akan bertemu dalam satu siklus untuk menghasilkan energi. Energi tersebut berguna untuk aktivitas makluk hidup seperti bergerak, bernafas, bertelur, melahirkan dan lain-lain. Tanpa energi, makluk hidup tidak akan dapat berbuat apa-apa dan tidak akan menjadi apa-apa. Siklus tersebut dinamakan dengan siklus asam sitrat atau siklus Krebs. Apabila pembentukan energi berlebihan, tubuh sudah mengatur dengan cermat, energi dari karbohidrat disimpan dalam bentuk glikogen dalam darah dan hati. Sementara itu energi lainnya disimpan dalam bentuk timbunan lemak di seluruh tubuh. Apabila masih berlebihan lagi tubuh akan terus menyimpan sehingga bentuk tubuh akan menjadi tidak karuan, seperti tong. Ciri kemakmuran suatu bangsa dapat dilihat dari timbunan lemak tubuh rakyatnya, apabila timbunan semakin banyak bararti rakyat semakin makmur, karena dapat mengkonsumsi makanan secara berlebihan. Sementara itu, khusus untuk protein masih mempunyai jalan sendiri untuk sistem metabolismenya selain yang di atas, yaitu sistem 2

metabolisme dalam ribosom sel untuk sintesis asam amino menjadi protein jaringan-jaringan tubuh. Fungsinya adalah untuk tumbuh dan berkembangnya makluk hidup. Apabila masukan (intake) protein berlebihan, tubuh dengan bijaksana akan mengeluarkan sisa protein tersebut melewati urine. Sama seperti timbunan lemak diatas, ciri kemakmuran suatu bangsa juga dapat dilihat dari warna urine rakyatnya. Warna kuning menandakan masih banyak sisa protein, sedangkan warna semakin bening menunjukkan kekurangan protein. Semakin kuning warna urine rakyat, semakin makmur rakyatnya, karena rakyat tersebut mendapat makanan tinggi protein secara berlebihan. Selain jalur utama tersebut semuanya dinamakan dengan jalur metabolime sekunder. Pada bagian metabolisme sekunder inilah pada tanaman muncul hasil metabolit berupa anti nutrisi. Pada tanaman, anti nutrisi ini biasanya berguna biasanya untuk sistem pertahanan dan kelestarian hidup tanaman tersebut. Misalnya, allelopati pada alangalang berguna sebagai racun pada tanah supaya tanaman lain tidak dapat tumbuh di sekitar alang-alang dan dalam tataran persaingan adalah untuk menyingkirkan tanaman lain. Pada tanaman mawar yang mempunyai minyak atsiri berbau harum, fungsinya adalah untuk menarik perhatian serangga untuk datang dan mengisap zat-zat makanan dari mawar tersebut. Diharapkan dari serangga tersebut nantinya dapat mempertemukan putik dan serbuk sari mawar. Maka lestarilah mawar tersebut dari generasi ke generasi selanjutnya. Anti nutrisi adalah istilah zat-zat makanan yang ada dalam tanaman yang apabila dikonsumsi hewan ataupun manusia menyebabkan kekurangoptimalan fungsi hidup, produksi dan reproduksi hewan ataupun manusia tersebut. Anti nutrisi adalah lawannya nutrisi. Kerjanya adalah menghambat, menghancurkan, mengusir nutrisi yang menjadi lawannya dengan berbagai cara. Penyerangan tersebut sudah dapat dimulai pada waktu masih dalam bahan makanan, waktu masuk dalam saluran pencernaan, dalam sistem peredaran darah, dalam sistem metabolisme tubuh ataupun pada saat nutrisi sudah menjadi bagian jaringan tubuh. Contohcontohnya antara lain, sewaktu nutrisi masih dalam bahan makanan yang nekat menghambat ketersediaan nutrisi tersebut salah satunya adalah lignin. Pada banyak tanaman, lignin menghambat ketersediaan protein untuk dikonsumsi hewan ataupun manusia karena sebagian molekul protein dikelilingi oleh lignin. Sementara lignin sendiri 3

susahnya bukan main untuk dicerna. Kalau tidak percaya, silakan memakan kulit pohon mangga yang banyak mengandung lignin sekaligus didalamnya mengandung protein. Contoh penghambatan dalam saluran pencernaan adalah tannin yang banyak terdapat dalam tanaman sorgum. Tannin tersebut apabila dalam saluran pencernaan akan berikatan dengan protein sehingga protein tidak dapat diserap oleh usus. Contoh anti nutrisi yang kerjanya dalam peredaran darah adalah asam sianida yang banyak terdapat dalam bungkil biji karet ataupun singkong. Asam sianida dalam darah akan berikatan dengan hemoglobin membentuk ikatan sianoglobin. Akibatnya oksigen yang mestinya diangkut darah untuk kegiatan metabolisme tubuh tinggal menggigit jari. Anti nutrisi papain lebih kejam lagi, tubuh sudah bersusah payah membangun jaringan-jaringan tubuh untuk hidup dan berkembang yang umumnya terdiri dari ikatan-ikatan protein, sudah begitu dengan ringannya papain mendegradasikan protein tersebut menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi. 4

BAB 2 KARBOHIDRAT DAN METABOLISMENYA 2.1. Pengertian Karbohidrat Karbohidrat mempunyai komposisi kimia yang mengandung C, H dan O. Semakin kompleks susunan komposisi kimia, maka akan semakin sulit dicerna. Hidrogen dan oksigen biasanya berada dalam rasio yang sama seperti yang terdapat dalam molekul air yaitu H 2 O (2H dan 1O). Klasifikasi karbohidrat menurut urutan kompleksitas terdiri dari monosakarida, disakarida, trisakarida dan polisakarida. Monosakarida atau gula sederhana yang penting mencakup pentosa (C 5 H 10 O 5 ) yaitu gula dengan 5 atom C dan heksosa (C 6 H 12 O 6 ). Pentosa terdapat di alam dalam jumlah sedikit. Pentosa dapat dihasilkan melalui hidrolisis pentosan yang terdapat dalam kayu, janggel jagung, kulit oil, jerami. Pentosa terdiri dari arabinosa, ribosa, dan xilosa. Heksosa bersifat lebih umum dan lebih penting dalam pakan dibandingkan dengan monosakarida lainnya. Heksosa terdiri dari fruktosa, galaktosa, manosa dan glukosa. Fruktosa (levulosa) terdapat bebas dalam buah yang masak dan dalam madu. Galaktosa berada dalam senyawa dengan glukosa membentuk laktosa (gula susu). Glukosa (dekstrosa) terdapat dalam madu, dan bentuk inilah yang terdapat dalam darah. Disakarida dibentuk oleh kombinasi kimia dari dua molekul monosakarida dengan pembebasan satu molekul air. Bentuk disakarida yang umum adalah sukrosa, maltosa, laktosa dan selobiosa. Sukrosa merupakan gabungan dari glukosa dan fruktosa dengan ikatan α (1-5) yang dikenal sebagai gula dalam kehidupan sehari-hari. Sukrosa umumnya terdapat dalam gula tebu, gula bit serta gula mapel. Maltosa merupakan gabungan glukosa dan glukosa dengan ikatan α (1-4). Maltosa terbentuk dari proses hidrolisa pati. Laktosa (gula susu) terbentuk dari gabungan galaktosa dan glukosa dengan ikatan β (1-4). Selubiosa merupaka gabungan dari glukosa dan glukosa dengan ikatan β (1-4). Selubiosa adalah sakarida yang terbentuk dari sesulosa sebagai hasil kerja enzim selulose yang berasal dari mikroorganisme. 5

Trisakarida terdiri dari melezitosa dan rafinosa. Rafinosa terdiri dari masing-masing satu molekul glukosa, galaktosa dan fruktosa. Dalam jumlah tertentu terdapat dalam gula bit dan biji kapas. Melezitosa terdiri dari dua molekul glukosa dan satu molekul fruktosa. Polisakarida tersusun atas sejumlah molekul gula sederhana. Kebanyakan polisakarida berbentuk heksosan yang tersusun dari gula heksosa, tetapi ada juga pentosan yang tersusun oleh gula pentosa, disamping juga ada yang dalam bentuk campuran yaitu kitin, hemiselolusa, musilage dan pektin. Polisakarida heksosan merupakan komponen utama dari zat-zat makanan yang terdapat dalam bahan asal tanaman. Heksosan terdiri dari selulosa, dekstrin, glikogen, inulin dan pati. Pati terdiri dari α amilosa [ikatan α (1-4)] dan amilopektin [ikatan α (1-4) dan α (1-6)]. Pati merupakan persediaan utama makanan pada kebanyakan tumbuh-tumbuhan, apabila terurai akan menjadi dekstrin [glukosa, ikatan α (1-4) dan α (1-6)], kemudian menjadi maltosa dan akhirnya menjadi glukosa. Pati merupakan sumber energi yang sangat baik bagi ternak. Selulosa [glukosa, ikatan β (1-4)] menyusun sebagian besar struktur tanaman, sifatnya lebih kompleks dan tahan terhadap hidrolisa dibandingkan dengan pati. Sebagian besar cadangan karbohidrat dalam tubuh hewan berada dalam bentuk glikogen [glukosa, ikatan α (1-4) dan α (1-6)] yang terdapat dalam hati dan otot. Glikogen larut dalam air dan hasil akhir hidrolisa adalah glukosa. Glikogen dan pati merupakan bentuk simpan atau cadangan untuk gula. Inulin [fruktosa, ikatan β (2-1)] adalah polisakarida yang apabila dihidrolisa akan dihasilkan fruktosa. Polisakarida ini merupakan cadangan (sebagai ganti pati), khususnya dalam tanaman yang disebut artichke Yerusalem (seperti tanaman bunga matahari). Inulin digunakan untuk pengujian clearance rate pada fungsi ginjal karena zat tersebut melintas dengan bebas melalui glomerulus ginjal dan tidak di sekresi atau diserap oleh tubuh ginjal. Kitin merupakan polisakarida campuran yang terdapat dalam eksoskeleton (kulit yang keras) pada berbagai serangga. 2.2. Pencernaan dan Penyerapan Karbohidrat Karbohidrase merupakan enzim-enzim yang memecah karbohidrat menjadi gula-gula yang lebih sederhana. Amilase berfungsi merombak pati menjadi gula-gula yang lebih sederhana. 6

Oligisakaride memecah trigliserida menjadi gula sederhana. Disakarida sukrosa dan maltosa dihidrolisis oleh sukrase dan maltase. Sekresi saliva umumnya mengandung enzim amilase. Pati yang tidak dirombak dalam proventrikulus oleh amilase air liur, dalam lingkungan netral usus dengan cepat diubah menjadi maltosa oleh amilase pankreas. Dalam cairan usus mungkin terdapat juga sedikit amilase. Disakarida maltosa, sukrosa dan laktosa dirombak oleh enzim-enzim khusus yaitu maltase, sekrase dan laktase. Enzim-enzim ini dan enzim-enzim yang lain yang dihasilkan oleh sel-sel usus tidak sepenuhnya terdapat dalam keadaan bebas di dalam rongga usus. Hal ini terbukti karena ekstrak bebas sel dari cairan usus hanya mengandung sedikit enzim tersebut. Tetapi enzim-enzim tersebut terdapat pada permukaan mikrovilus yang merupakan batas dari sel absorpsi vilus tersebut. Pada waktu masuk ke batas ini, disakarida tersebut dihidrolisis, semua menghasilkan glukosa, di samping itu sukrosa menghasilkan juga fruktosa, dan laktosa menghasilkan galaktosa. Monosakarida ini juga diabsorpsi oleh sel-sel absorpsi, tetapi mekanisme transport aktifnya belum dapat dipastikan. Sebagian besar penyerapan merupakan suatu proses aktif dan bukan sekedar suatu proses yang pasif. Hal ini diperlihatkan dari kemampuan sel-sel epitel untuk menyerap secara selektif zat-zat seperti glukosa, galaktosa dan fruktosa dalam konsentrasi yang tidak sama. Glukosa diserap lebih cepat dari fruktosa, sepanjang epitelnya masih hidup dan tidak rusak. Akan tetapi, setelah unggas mati, ketiga macam gula sederhana itu akan melintasi mukosa dengan kecepatan yang sama, karena yang bekerja hanyalah kekuatan fisik dalam bentuk penyerapan pasif. Glikogen, karbohidrat khas hewan, berfungsi sebagai simpanan jangka pendek, yang dapat dipergunakan secara cepat jika gula yang tersedia dalam darah atau tempat lain telah habis. Glikogen dapat disimpan dalam kebanyakan sel, terutama dalam sel-sel hati dan otot. Pada waktu melalui hati, kelebihan gula yang diserap dari usus diambil oleh sel hati dan diubah menjadi glikogen. Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok sel endokrin pankreas, yaitu pulau Langerhans, mengontrol pengambilan glukosa oleh sel-sel dan sintesis glikogen. Peningkatan gula dalam darah merangsang sel-sel pankreas untuk memproduksi insulin. Insulin diangkut melalui darah ke seluruh tubuh tempat zat ini merangsang sintesis glikogen dalam sel otot dan hati. Reaksi kebalikannya, yaitu perombakan glikogen menjadi glukosa diatur oleh enzim pankreas, glukagon, dan oleh 7

epinefrin. Tetapi sel-sel otot tidak mempunyai enzim untuk mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa, sehingga glikogen otot hanya dapat dipergunakan sebagai penimbunan energi untuk sel otot. Setelah proses penyerapan melalui dinding usus halus, sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati. Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintesis menghasilkan glikogen, oksidasi menjadi CO2 dan H2O, atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah ke bagian tubuh yang memerlukannya. Sebagian lain, monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan mengalami proses metabolisme lebih lanjut. 2.3. Metabolisme Energi dari Karbohidrat Metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi dimulai dari masuknya glukosa asal darah ke dalam sel. Disini terjadilah proses glikolisis tahap pertama yang dimulai dengan reaksi antara glukosa dengan ATP (adenosin tri phosphat) dengan adanya enzim glukokinase (yang memerlukan ion Mg2 + sebagai kofaktor) dalam rangka melakukan fosforilasi (pemasukan satu gugus fosfat) glukosa menjadi glukosa-6-fosfat, dengan menghasilkan ADP (adenosin di phosphat). Reaksi tahap kedua merupakan isomerisasi glukosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-6-fosfat, yang dikatalisis oleh fosfoheksoisomerase. Reaksi tahap ketiga adalah pemasukan gugus fosfat dari ATP, dikatalisis oleh fosfofruktokinase dengan ion Mg2 + sebagai kofaktor dan terbentuklah fruktosa-1,6-difosfat dengan meninggalkan lagi ADP. Reaksi tahap keempat merupakan pemecahan senyawa karbohidrat beratom enam menjadi dua senyawa beratom tiga. Fruktosa-1,6-difosfat dengan bantuan enzim aldolase, dipecah menjadi dua molekul triosa fosfat yaitu 3, gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat. Selanjutnya terjadi reaksi isomerisasi bolakbalik antara kedua senyawa beratom tiga ini dikatalisis oleh triosafosfat isomerase. Dalam keadaan normal dihidroksiaseton fosfat diubah seluruhnya menjadi gliseraldehida 3-fosfat sehingga kemungkinan hilangnya setengah dari energi molekul glukosa dapat dicegah. Dapat dikatakan disini, pemecahan satu molekul fruktosa 1,6-fosfat menghasilkan dua molekul gliseraldehida 3-fosfat. Tahaptahap reaksi satu sampai empat memerlukan energi dan gugus fosfat dari penguraian ATP menjadi ADP. 8

Reaksi tahap kelima merupakan perubahan gliseraldehida 3- fosfat menjadi asam 1,3-difosfogliserat, yang melibatkan reaksi pemasukan satu gugus fosfat dari asam fosfat (buka dari ATP) dan oksidasi molekul aldehida menghasilkan molekul asam karboksilat. Reaksi ini dikatalisis oleh gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase dan dirangkaikan dengan reaksi reduksi pembentukan NADH (bentuk reduksi dari nikotinamid adenin dinukleotida) dari NAD + (bentuk oksidasinya). Reaksi tahap kelima dalam tahap glikolisis merupakan reaksi pertama yang menghasilkan energi. Tahap keenam, satu dari dua buah ikatan antara asam fosfat dengan asam gliserat dalam molekul asam 1,3-difosfogliserat adalah suatu ikatan anhidrida yang dalam proses pemecahannya menghasilkan energi untuk pembentukan ATP dari ADP dan Pi. Reaksi ini dikatalisis oleh fosfogliserat kinase (dengan ion magnesium sebagai kofaktor) dengan menghasilkan asam 3-fosfogliserat. Reaksi tahap ketujuh adalah isomerasi asam gliserat 3-fosfat menjadi asam gliserat 2-fosfat, dikatalisis oleh fosfogliserat mutase dengan ion magnesium atau ion mangan sebagai kofaktor. Reaksi tahap kedelapan adalah enzim enolase melepaskan satu molekul H 2 O dari asam gliserat 2-fosfat menghasilkan asam fosfoenolpiruvat dengan ion magnesium atau ion mangan sebagai kofaktor. Reaksi tahap kesembilan atau terakhir dari glikolisis adalah pembentukan asam piruvat dari asam fosfoenolpiruvat melalui senyawa antara asam enolpiruvat. Dalam reaksi yang dikatalisis oleh piruvat kinase (ion magnesium atau sebagaikofaktor) gugus fosfat yang dilepaskan oleh fosfoenolpiruvat dipakai untuk mensintesis ATP dari ADP. Perubahan enolpiruvat ke asam piruvat terjadi secara spontan. Tahapan glikolisis secara menyeluruh dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama meliputi tahap reaksi enzim yang memerlukan ATP, yaitu tahap reaksi dari glukosa sampai dengan pembentukan fruktosa 6-fosfat, yang menggunakan dua molekul ATP untuk tiap satu molekul glukosa yang dioksidasi. Bagian kedua meliputi tahap reaksi yang menghasilkan energi (ATP dan NADH), yaitu dari gliseraldehida 3-fosfat sampai dengan piruvat. Dari bagian kedua ini dihasilkan dua molekul NADH dan empat molekul ATP untuk tiap molekul glukosa yang dioksidasi (atau untuk dua molekul 9

gliseraldehida 3-fosfat yang dioksidasi). Karena satu molekul NADH yang masuk rantai pengangkutan elektron dapat menghasilkan tiga molekul ATP, maka tahap reaksi bagian kedua ini menghasilkan 10 molekul ATP. Dengan demikian keseluruhan proses glikolisis menghasilkan 10-2 = 8 molekul ATP untuk tiap molekul glukosa yang dioksidasi. Selanjutnya asam piruvat diubah melalui salah satu jalur berikut ini. 1. Dapat masuk ke mitokondria lalu ikut dalam siklus asam trikarboksilat (siklus asam sitrat, siklus Krebs) untuk melakukan oksidasi dan fosforilasi ADP menjadi ATP dalam sistem sitokrom (ini adalah jalur yang paling sering terjadi pada asam piruvat). 2. Dapat direduksi membentuk asam laktat dan bersifat reversibel. 3. Dapat diubah kembali menjadi karbohidrat melalui glikoneogenesis (kebalikan dari glikolisis). 4. Dapat direduksi kembali menjadi asam malat lalu masuk dalam siklus Krebs. 5. Dapat dioksidasi menjadi asam oksaloasetat dalam siklus Krebs. 6. Dapat diubah menjadi asam amino alanin melalui transaminasi. Hal ini semua adalah jalur yang mungkin dijalani oleh asam piruvat, dan ini tergantung pada metabolisme sel waktu itu. Selama proses glikolisis, setiap molekul glukosa membentuk dua molekul asam piruvat yang kesemuanya terjadi di sito plasma sel. Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi atetil koenzim A merupakan tahap reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam trikarboksilat (siklus Krebs). Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks piruvat dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan tiga macam enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim tiaminpirofosfat, asam lipoat, koenzim A, flavin adenin dinukleotida dan nikotinamid adenin dinukleotida), dan berlangsung dalam lima tahap reaksi. Piruvat + NAD + + koenzim A asetilkoenzim A + NADH + CO 2 Tahap reaksi pertama dikatalisis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat sebagai koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa α-hidroksietil yang terikat pada gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat. Pada tahap reaksi kedua, α-hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang 10

kemudian dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, yaitu gugus sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantaraan enzimdari gugus lipoil pada asam dihidrolipoat, ke gugus tiol (sulfhidril pada koenzim A). Kemudian asetilkoenzim A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat, gugus ditiol pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida). Pada tahap kelima atau terakhir, FADH 2 (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida) menjadi FAD, sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD + ). Siklus Krebs terjadi di dalam mitokondria dan membutuhkan oksigen agar dapat berlangsung. Asam piruvat yang berasal dari glikolisis, begitu masuk ke dalam mitokondria diubah menjadi asetil koenzim A. Kemudian bersamaan dengan berlangsungnya proses oksidasi dalam siklus Krebs, pasangan-pasangan atom hidrogen (2H) dilepaskan bersama dengan CO 2. Atom-atom hidrogen tersebut menyajikan ion H + atau proton dan elektron yang kemudian masuk ke dalam sistem transport elektron mitokondria. Ion hidrogen dan elektron di pungut oleh molekul NAD + (nikotinamid adenin dinukleotid), mereduksi NAD + menjadi NADH. NADH merupakan pengantara siklus Krebs dan enzim dalam membran dalam mitokondria yang akan mengangkut elektron melalui sistem sitokrom dari rantai respirasi. NADH mentransfer proton dan elektron dan terbentuklah FMN (flavin mononukleotid). Kemudian menurut teori kemiosmotik, MFN mengambil proton dari bagian dalam membran, hingga tereduksi menjadi FMNH 2. Kemudian dua atom H-nya dilepaskan dan ditransfer ke membran mitokondria eksterior dan dilepas berupa proton (H + ). Pada saat yang sama, dua elektron itu menggabung ke molekul ubikuinon atau koenzim Q, yang kemudian mengambil atomatom H. Kemudian dilepaskanlah satu elektron ke sitokrom C 1 dan lainnya ke sitokrom b dari membran mitokondria. Elektron-elektron kemudia ditransfer ke sitokrom a dan a 3, dari sinilah elektron 11

bergabung dengan atom oksigen dan dua proton untuk membentuk molekul air. Dalam urutan oksidasi reduksi yang terjadi di dalam membran serta melintas membran mitokondria, tiap dua proton yang melintas membran dan masuk, akan menyebabkan fosfat anorganik melekat pada ADP karena adanya perbedaan potensial listrik, lalu terbentuklah ATP. Kecepatan reaksi ini akan meningkat oleh adanya sistem enzim. Secara lebih terperinci, tahap-tahap reaksi pada siklus Krebs dapat diuraikan pada bagian berikut ini. Pada tahap pertama, enzim sitrat sintase mengkatalisis reaksi kondensasi antara asetil koenzim A dengan oksaloasetat menghasilkan sitrat. Reaksi ini merupakan suatu reaksi kondensasi aldol antara gugus metil dari asetil koenzim A dan gugus karbonil dari oksaloasetat dimana terjadi hidrolisis ikatan tioester dan pembentukan senyawa koenzim A bebas. Tahap reaksi kedua merupakan pembentukan isositrat dari sitrat melalui cis-akonitat yang dikatalisis secara reversibel oleh enzim akonitase. Enzim ini mengkatalisis reaksi reversibel penambahan H 2 O pada ikatan rangkap cis-akotinat dalam dua arah, yang satu ke pembentukan sitrat dan yang lain ke pembentukan isositrat. Reaksi tahap ketiga adalah oksidasi isositrat menjadi α- ketoglutarat yang berlangsung melalui pembentukan senyawa antara oksalosuksinat yang yang berikatan dengan enzim isositrat dehidrogenase dengan NAD berperan sebagai koenzimnya. Tahap reaksi keempat adalah oksidasi α-ketoglutarat menjadi suksinat melalui pembentukan suksinil koenzim A. Pembentukan suksinil koenzim A dari α-ketoglutarat adalah reaksi yang irreversibel dan dikatalisis oleh enzim kompleks α-ketoglutarat dehidrogenase. Reaksi ini berlangsung dengan melibatkan koenzim pirofosfat, asam lipoat, koenzim A, FAD dan NAD +. Suksinil koenzim A adalah suatu senyawa tioester berenergi tinggi. Selanjutnya suksinil koenzim A melepaskan koenzim A-nya dengan dirangkaikan dengan reaksi pembentukan energi, GTP (guanosin trifosfat) dari GDP (guanosin difosfat) dan fosfat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim suksinil koenzim A sintetase yang khas untuk GDP. Selanjutnya GTP yang terbentuk dari reaksi ini digunakan untuk sintesis ATP dari ADP dengan enzim nukleotide difosfat kinase. 12

Pada reaksi tahap kelima, suksinat dioksidasi menjadi fumarat oleh enzim suksinat dehidrogenase yang berikatan dengan FAD sebagai koenzimnya. Enzim ini terikat kuat pada membran dalam mitokondria. Dalam reaksi ini FAD berperan sebagai gugus penerima hidrogen. Reaksi tahap keenam merupakan reaksi reversibel penambahan satu molekul H 2 O ke ikatan rangkap fumarat yang menghasilkan L- malat dengan dikatalisis oleh enzim fumarase tanpa koenzim. Enzim ini bersifat stereospesifik, bertindak hanya terhadap bentuk L- stereoisomer dari malat. Dalam reaksi ini fumarase mengkatalisis proses penambahan trans atom H dan gugus OH ke ikatan rangkap fumarat. Reaksi tahap ketujuh atau terakhir adalah L-malat dioksidasi menjadi oksaloasetat oleh enzim L-malat dehidrogenase yang berikatan dengan NAD. Reaksi ini adalah endergonik tetapi laju reaksinya berjalan lancar ke kanan. Hal ini dimungkinkan karena reaksi berikutnya, yaitu reaksi kondensasi oksaloasetat dengan asetil koenzim A adalah reaksi eksergonik yang irreversibel. Malat dehidrogenase adalah enzim yang bersifat stereospesifik untuk bentuk L-stereoisomer dari malat. Hasil neto dari siklus Krebs serta sistem transport sitokrom adalah untuk menghasilkan tiga ATP lebih banyak dari ADP untuk tiap pasang atom H yang dilepaskan selama siklus tersebut, dan hal ini terjadi melalui fosforilasi oksidatif. Di sini juga dihasilkan tiga molekul CO 2 dan tiga molekul H 2 O. Karena ada dua molekul piruvat yang terbentuk dari tiap molekul glukosa, siklus Krebs bekerja dua kali untuk tiap molekul glukosa yang dipecahkan. Oleh karena itu, pada dasarnya akan diperoeleh empat pasang atom hidrogen untuk tiap siklus. Dua siklus akan menghasilkan 8 x 3 = 24 ATP, dan dua ATP neto dari glikolisis, ditambah empat ATP lagi dari pembentuk FAD yang tereduksi selama siklus Krebs. Di samping itu juga dua lagi ATP dari fosforilasi oksidatif pada tingkat substrat, yang kesemuanya menjadi 32 ATP, enam lagi masih mungkin dari generasi glikolitik dari NADH 2. Jadi dapat dinyatakan 38 molekul ATP dihasilkan dari degradasi satu molekul glukosa. ATP yang terbentuk itu merupakan sumber energi yang siap untuk tiap kegiatan biologi termasuk kontraksi otot, sekresi kelenjar, konduksi saraf, absorpsi aktif dan transport membran. 13

Piruvat, dengan adanya NADH, H + dan enzim laktik dehidrogenase, membentuk laktat dan NAD. Dengan pengubahan yang bersifat enzimatis, laktat kemudian dikonversikan kembali menjadi piruvat yang kemudian masuk siklus Krebs untuk oksidasi lengkap seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Hasil akhirnya selalu CO 2, H 2 O dan energi yang siap digunakan dalam bentuk ATP. Sebagian dari glukosa yang masuk ke dalam sel tidak mengalami katabolisme menjadi piruvat oleh glikolisis, tetapi membentuk glikogen secara anabolis melalui proses yang disebut glikoneogenesis, sehingga glukosa untuk sementara dapat disimpan dalam hati. Proses ini kemudian diikuti oleh proses kebalikannya, yaitu glikogenolisis yang merupakan pemecahan cadangan glikogen menjadi glukosa-6- fosfat pada beberapa sel, atau langsung menjadi glukosa seperti yang terjadi di hati. Glukosa tidaklah harus selalu masuk ke sel dari kapiler darah. Beberapa sel terutama sel hati, dapat menghasilkan glukosa dari substrat dan bukan dari karbohidrat. Hal ini adalah pembentukan glukosa dari sel-sel lemak atau protein di dalam hati, untuk aliran darah, yang disebut dengan proses glukoneogenesis. Hal ini pada dasarnya ini terjadi ketika tingkat glukosa darah menurun, atau ketika jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel tidak mencukupi dan cadangan glikogen terpakai habis. 14

BAB 3 LEMAK DAN METABOLISMENYA 3.1. Klasifikasi Lemak Lemak adalah kelompok senyawa heterogen yang berkaitan, baik secara aktual maupun potensial dengan asam lemak. Lipid mempunyai sifat umum yang relatif tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut non polar seperti eter, kloroform dan benzena. Dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien secara langsung dan secara potensial bila disimpan dalam jaringan adiposa. Lemak berfungsi sebagai penyekat panas dalam jaringan subkutan dan sekeliling organ-organ tertentu, dan lipin non polar bekerja sebagai penyekat listrik yang memungkinkan perambatan cepat gelombang depolarisasi sepanjang syaraf bermialin. Klasifikasi lemak terdiri dari : lemak sederhana, lemak campuran dan lemak turunan (derived lipid). Lemak sederhana adalah ester asam lemak dengan berbagai alkohol. Lemak sederhana terdiri dari lemak dan lilin. Lemak merupakan ester asam lemak dengan gliserol. Lemak dalam tingkat cairan dikenal sebagai minyak oli. Lilin (waxes) adalah ester asam lemak dengan alkohol monohidrat yang mempunyai berat molekul lebih besar. Lipid campuran adalah ester asam lemak yang mengandung gugus tambahan selain alkohol dan asam lemak. Lipid campuran terdiri dari fosfolipid, glikolipid dan lipid campuran lain. Fosfolipid merupakan lipid yang mengandung residu asam fosfat sebagai tambahan asam lemak dan alkohol. Fosfolipid juga memiliki basa yang mengandung nitrogen dan pengganti (substituen) lain. Pada banyak fosfolipid, misalnya gliserofosfolipid, alkoholnya adalah gliserol, tetapi pada yang lain, misalnya sfingofosfolipid, alkoholnya adalah sfingosin. Glikolipid adalah campuran asam lemak dengan karbohidrat yang mengandung nitrogen tetapi tidak mengandung asam fosfat. Lipid campuran lain seperti sulfolipid dan aminolipid. Lipoprotein juga dapat ditempatkan dalam katagori ini. Lemak turunan adalah zat yang diturunkan dari golongangolongan diatas dengan hidrolisis. Ini termasuk asam lemak (jenuh dan tidak jenuh), gliserol, steroid, alkohol disamping gliserol dan sterol, aldehida lemak dan benda keton. Gliserida (asil-gliserol), kolesterol dan ester kolesterol dinamakan lipid netral karena tidak bermuatan. 15

3.2. Klasifikasi asam lemak Asam lemak adalah asam karboksilat yang diperoleh dari hidrolisis ester terutama gliserol dan kolesterol. Asam lemak yang terdapat di alam biasanya mengandung atom karbon genap (karena disintesis dari dua unit karbon) dan merupakan derivat berantai lurus. Rantai dapat jenuh (tidak mengandung ikatan rangkap) dan tidak jenuh (mengandung satu atau lebih ikatan rangkap). Asam-asam lemak tidak jenuh mengandung lebih sedikit dari dua kali jumlah atom hidrogen sebagai atom karbon, serta satu atau lebih pasangan atom-atom karbon yang berdekatan dihubungkan oleh ikatan rangkap. Asam lemak tidak jenuh dapat dibagi menurut derajad ketidakjenuhannya, yaitu asam lemak tak jenuh tunggal (monounsaturated, monoetenoid, monoenoat), asam lemak tak jenuh banyak (polyunsaturated, polietenoid, polienoat) yang terjadi apabila beberapa pasang dari atom karbon yang berdekatan mengandung ikatan rangkap dan eikosanoid. Eikosanoid adalah senyawa yang berasal dari asam lemak eikosapolienoat, yang mencakup prostanoid dan leukotrien (LT). Prostanoid termasuk prostaglandin (PG), prostasiklin (PGI) dan tromboxan (TX). Istilah prostaglandin sering digunak Eikosanoid adalah senyawa yang berasal dari asam lemak eikosapolienoat, yang mencakup prostanoid dan leukotrien (LT). Prostanoid termasuk prostaglandin (PG), prostasiklin (PGI) dan tromboxan (TX). Istilah prostaglandin sering digunakan dengan longgar termasuk semua prostanoid. Contoh asal lemak tidak jenuh dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Asam-asam lemak tidak jenuh Asam-asam lemak Formula Titik cair ( o C) Palmitoleat (heksadesenoat) C 16 H 30 O 2 Cair Oleat (oktadesenoat) C 18 H 34 O 2 Cair Linoleat (oktadekadienoat) C 18 H 32 O 2 Cair Linolenat (oktadekatrienoat) C 18 H 30 O 2 Cair Arakidonat (eikosatetrienoat) C 20 H 32 O 2 Cair Klupanodonat (dokosapentaenoat) C 22 H 34 O 2 Cair Asam lemak jenuh mempunyai atom hidrogen dua kali lebih banyak dari atom karbonnya, dan tiap molekulnya mengandung dua 16

atom oksigen. Asam lemak jenuh mengandung semua atom hidrogen yang mungkin, dan atam karbon yang berdekatan dihubungkan oleh ikatan valensi tunggal. Asam lemak jenuh dapat dipandang berdasarkan asam asetat sebagai anggota pertama dari rangkaiannya. Anggota-anggota lebih tinggi lainnya dari rangkaian ini terdapat khususnya dalam lilin. Beberapa asam lemak berantai cabang juga telah diisolasi dari sumber tumbuh-tumbuhan dan binatang. Asamasam lemak jenuh memiliki titik cair yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam yang tidak jenuh, untuk atom C yang sama banyaknya. Rantai asam lemak jenuh yang lebih panjang, titik cairnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang rantainya lebih pendek. Contoh asamasam lemak jenuh dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Asam-asam lemak jenuh Asam-asam lemak Formula Titik cair ( o C) Butirat (butanoat) C 4 H 8 O 2 Cair Kaproat (hexanoat) C 6 H 12 O 2 Cair Kaprilat (oktanoat) C 8 H 16 O 2 16 Kaprat (dekanoat) C 10 H 20 O 2 31 Laurat (dodekanoat) C 12 H 24 O 2 44 Miristat (tatradekanoat) C 14 H 28 O 2 54 Palmitat (heksadekanoat) C 16 H 32 O 2 63 Stearat (oktadekanoat) C 18 H 36 O 2 70 Arakidat (eikosanoat) C 20 H 40 O 2 76 Lignoserat (tatrakosanoat) C 24 H 48 O 2 86 3.3. Transport Lemak ke Jaringan Sebagian besar lemak dalam pakan adalah lemak netral (trigliserida), sedangkan selebihnya adalah fosfolipid dan kolesterol. Jika lemak masuk masuk ke dalam duodenum, maka mukosa duodenum akan menghasilkan hormon enterogastron, atau penghambat peptida lambung, yang pada waktu sampai di lambung akan menghambat sekresi getah lambung dan memperlambat gerakan pengadukan. Hal ini tidak saja mencegah lambung untuk mencerna lapisannya sendiri, tetapi juga memungkinkan lemak untuk tinggal lebih lama dalam duodenum tempat zat tersebut dipecah oleh garamgaram empedu dan lipase. 17

Lemak yang diemulsikan oleh garam empedu dirombak oleh esterase yang memecah ikatan ester yang menghubungkan asam lemak dengan gliserol. Lipase, yang sebagian besar dihasilkan oleh pankreas, meskipun usus halus juga menghasilkan sedikit, merupakan esterase utama pada unggas. Garam-garam empedu mengemulsikan butir-butir lemak menjadi butir yang lebih kecil lagi, yang kemudian dipecah lagi oleh enzim lipase pankreatik menjadi digliserida, monogliserida, asam-asam lemak bebas (FFA = free fatty acid) dan gliserol. Garam-garam empedu kemudian merangsang timbulnya agregasi FFA, monogliserida dan kolesterol menjadi misal (micelle), yang masing-masing mengandung ratusan molekul. Campuran garam empedu, asam lemak dan lemak yang sebagian telah tercerna, mengemulsikan lemak lebih lanjut menjadi partikel-partikel yang sebagian besar cukup kecil untuk diserap secara langsung. Cairan empedu adalah suatu cairan garam berwarna kuning kehijauan yang mengandung kolesterol, fosfolipid lesitin, serta pigmen empedu. Garam-garam empedu (garam natrium dan kalium) dari asam glikokolat dan taurokolat adalah unsur-unsur terpenting dari cairan empedu, karena unsur-unsur itulah yang berperan dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Trigliserida di dalam chyme duadenum cenderung untuk menggumpal bersama-sama sebagai kelompok atau gugus asam lemak berantai panjang yang tidak larut dalam air. Empedu juga membantu dalam penyerapam vitamin yang larut dalam lemak, serta membantu kerja lipase pankreatik. Garamgaram empedu adalah garam-garam basa, oleh karana itu dapat membentu juga dalam menciptakan suasana yang lebih alkalis dalam chyme intestinal agar absorpsi berlangsung dengan lancar. Komponen kolesterol dari cairan empedu berasal dari pembentukan di dalam hati maupun dari bahan yang dikonsumsi. Kolesterol tidak larut dalam air, tetapi garam-garam empedu dan lesitin menyebabkannya menjadi bentuk yang mudah larut sehingga kolesterol itu dapat berada di dalam cairan empedu. Sekresi garam-garam empedu dari hati tergantung pada konsentrasi garam empedu yang terdapat di dalam darah yang melewati hati. Dengan meningkatnya konsentrasi plasma dari garamgaram empedu yang terjadi selama pencernaan (karena garam-garam empedu diserap kembali dari usus halus ke vena porta hati menuju kembali ke hati), kemudian laju sekresi dari hati akan meningkat. Garam-garam empedu secara langsung merangsang sel-sel sekretoris. 18

Sekresi larutan alkalis dari empedu tergantung pada sekresi gastrin dari daerah antral lambung, dan tergantung juga pada laju sekresi kolesistokinin dan sekretin dari sel-sel mukosa duadenal. Sementara sekresi tersebut beredar di dalam darah selama mencerna makanan, meningkatlah sekresi larutan empedu dari hati. Sekretin itu efektif sekali dalam meningkatkan sekresi. Absorpsi lemak dan asam lemak merupakan masalah khusus, karena tidak seperti hasil akhir pencernaan, zat-zat ini tidak larut dalam air. Penyerapan zat ini dipermudah oleh kombinasi dengan garam empedu, karena kombinasi ini merupakan suatu kompleks (misal/micelle) yang larut dalam air. Garam empedu itu kemudian dibebaskan dalam sel mukosa dan dipergunakan lagi, dan asam lemak serta gliserol bersenyawa dengan fosfat untuk membentuk fosfolipid. Fosfolipid ini kemudian distabilisasi dengan protein dan dilepaskan dalam sistem getah bening sebagai globul-globul kecil yang disebut kilomikron yang kemudian di bawa ke aliran darah. Ketika telah berada di dalam sel-sel epitel, terjadilah resintesis menjadi trigliserida, dan kemudian dilepaskan ke dalam limfatik lakteal melalui emiositosis (kebalikan dari pinositosis). Lakteal merupakan pembuluh limfa yang menyerupai kapiler yang terdapat di dalam villi intestinal. Trigliserida masuk ke dlam lakteal sebagai kilomikron yang juga mengandung sejumlah kecil fosfolipid, kolesterol dan protein. Ini dihantarkan dalam bentuk mchyle menuju ke pembuluh limfa yang lebih besar. Akhirnya diteruskan ke sisterna chyli yang terletak di antara dua krura dari diafragma. Dari sisterna chyli, chyle bergerak melalui duktus torasik ke vena kava kranial atau ke vena jugular dekat pintu menuju ke vena kava dan ke sirkulasi vena. Bukti-bukti yang didapat secara biokimia dan penggunaan mikroskop elektron menunjukkan bahwa butir-butir kecil yang mengalami emulsifikasi dapat diserap secara pinositotik oleh sel-sel epitel dari usus dan masuk ke dalam lakteal dalam bentuk yang sama. Kira-kira 10 persen asam-asam lemak tidak mengalami rekonstitusi menjadi trigliserida di dalam sel-sel absorpsi epitel, tetapi sebaliknya bergerak langsung ke dalam darah portal bersama-sama dengan gliserol. Dalam waktu dua atau tiga jam setelah absorpsi makanan berlemak, kilomikron lenyap dari dalam darah, beberapa diambil oleh sel hati, yang lain dicerna dalam aliran darah oleh lipoprotein lipase. Lipoprotein lipase dihasilkan dalam jumlah besar oleh depo lemak 19

dalam tubuh dan diperkirakan bahwa sebagian besar dari lemak yang dihidrolisis secara cepat diabsorpsi dan disusun kembali oleh jaringan ini. Lemak yang ditimbun dalam hati atau jaringan adiposa senantiasa mengalami perombakan dan resintesis, meskipun jumlah keseluruhan yang disimpan hanya berubah sedikit selama jangka waktu yang lama. 3.4. Sintesa Lemak Biosintesis asam lemak dari asetil koenzim A terjadi di hampir semua bagian tubuh hewan, terutama dalam jaringan hati, jaringan lemak dan kelenjar susu. Biosintesis ini berlangsung melalui mekanisme yang dalam beberapa hal berbeda dengan oksidasi asam lemak. Secara keseluruhan biosintesis asam lemak terbagi menjadi tiga tahap utama. Tahap pertama pembentukan malonil koenzim A dari asetil koenzim A. Tahap kedua adalah pemanjangan rantai asam lemak sampai terbentuknya asam palmitat secara kontinu dengan tiap kali penambahan malonil keenzim A dan pelepasan CO 2. Tahap ketiga adalah pemanjangan rantai asam palmitat secara bertahap bergantung pada keadaan dan komposisi faktor penunjang reaksi di dalam sel. Tahap pertama dimulai dengan reaksi antara asetil koenzim A dengan gugus SH (sulfhidril) dari molekul ACP (acyl carrier protein) merupakan reaksi pemul dalam mekanisme biosintesisi asam lemak. Reaksi ini dikatalisis oleh salah satu dari enam enzim sintetase kompleks, ACP-asiltransferase, dengan persamaan reaksi : Asetil-S-CoA + ACP-SH asetil-s-acp + CoA-SH Reaksi selanjutnya adalah pemindahan gugus asetil dari ACP ke gugus SH dari enzim beta-ketoasil-acp-sintase, menghasilkan asetil S-beta-ketoasil-ACP-sintase, disingkat asetil-s-sintase. Asetil-S-ACP + sintase-sh ACP-SH + asetil-s-sintase Dengan telah terikatnya gugus asetil pada enzim pertama dari enam enzim kompleks sintetase asam lemak tersebut, dapatlah dimulai mekanisme pemanjangan rantai asam lemak dengan penambahan dua atom karbon pada malonil koenzim, secara berturut-turut sampai terbentuknya asam palmitat. Tahap kedua adalah reaksi kondensasi pembentukan aseasetil- S-AC. Reaksi kondensasi didahului dengan reaksi pembentukan malonil-s-acp dari malonil-s-coa, yaitu pemindahan gugus malonil dari ACP ke CoA. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim ACP-maloniltransferase : Malonil-S-CoA + ACP-SH 20 malonil-s-acp + CoA-SH

(malonil koenzim A) (koenzim A) Reaksi berikutnya adalah kondensasi antara asetil-s-sintase dengan malonil-s-acp menghasilkan asetoasetil-s-acp. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim beta-ketoasil-acp-sintase dan laju reaksinya didorong oleh terlepasnya CO 2 dari malonil-s-acp, yaitu reaksi eksergonik dekarboksilasi gugus malonil, yang memberikan dorongan termodinamik ke arah pembentukan aseto-asetil-s-acp. Pada tahap ketiga ini, terdapat dua reaksi reduksi asetoasetil-s- ACP. Pada reaksi reduksi yang pertama, aseoasetil-s-acp diredukis dengan NADPH dan enzim beta-ketoasil-acp-reduktase menghasilkan D-β-hidroksibutiril-S-ACP, yang selanjutnya mengalami dehidratasi dengan enzim enoil-acp-hidratase menghasilkan krotonil-acp. Reaksi reduksi yang kedua adalah hidrogenasi krotonil-acp dengan enzim enoil-acp-reduktase yang menghasilkan butiril-acp. Seperti juga reaksi reduksi yang pertama, reaksi ini menggunakan NADPH-NADP + (bukan NADH-NAD + seperti yang dipakai pada proses oksidasi asam lemak) sebagai sistem koenzimnya. Dengan terbentuknya butiril-acp, selesailah satu dari tujuh daur yang dilakukan oleh enzim kompleks sintetase untuk menghasilkan palmitoil-coa. Untuk memulai daur yang berikutnya, gugus butiril dipindahkan dari ACP ke enzim β-ketoasil-acp-sintase dan ACP mengambil satu gugus malonil dari molekul malonil Co-A yang lainnya. Selanjutnya daur diulangi dengan reaksi kondensasi antara malonil-acp dengan butiril-s-β-ketoasil-acp sintase menghasilkan β-ketoheksanoil-s-acp dan CO 2. Demikianlah setelah tujuh kali mekanisme daur berlangsung dengan enzim kompleks sintetase asam lemak, terbentuklah palmitoil-acp sebagai hasil akhir. Selanjutnya gugus palmitoil ini dapat mengalami beberapa kemungkinan, tergantung kondisi dalam sel dan jenis jasadnya. Kemungkinan itu adalah, pertama, gugus palmitoil dilepaskan dari enzim sintetase kompleks, dengan bantuan enzim tioesterase, menghasilkan asam palmitat bebas, kedua, gugus palmitoil dipindahkan dari ACP ke CoA, ketiga, gugus palmitoil digabungkan langsung ke dalam asam fosfatidat dalam proses biosintesis fosfolipid dan triasil gliserol. Gambar 5.3. menunjukkan mekanisme reaksi keseluruhan proses biosintesis asam palmitat dari asetil-coa. 21